Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Model Pengembangan Kurikulum Model Transformasi Weisein dan Fantani Dan


Model Miller-Seller”

Diajukan Sebagai Salah SatuTugas


Mata Kuliah Pengembangan kurikulum SD

Disusun oleh kelompok 4 :

Nama dan NIM


1. Nuraini NIM.1703011104
2. Maulidya Tri Amanda NIM.1703011128
3. Siti Amrina NIM.1703011

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Muhammad Subhan M. Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan akal dan
pikiran kepada manusia dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berfikir, sehingga kita
mampu mengemban misi amanah kekhalifahan di dunia ini, serta menyelamatkan diri dan umat.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Qudwah kita Nabi Muhammad saw
yang telah membimbing manusia menuju alam kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-
Hadits, keluarga beliau, sahabat-sahabat serta orang yang istiqamah mengikuti jalan mereka
dengan ahsan.Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu pengampu mata kuliah
belajar dan pembelajaran yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan dan
mempersentasikan makalah yang berjudul Model Pengembangan Kurikulum Model
Transformasi Weisnein dan Fantani Dan Model Miller-Sellerdalam mata
kuliahPengembangan Kurikulum SD.

Makalah ini tidak dapat terselesaikan tidak lain karena dari berbagai pihak, oleh
karenanya kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami untuk
menyusun makalah ini. Bahkan kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan dari berbagai pihak, untuk memperbaiki segala kekurangannya.

Dharmasraya, 19 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BABIPENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB IIPEMBAHASAN.................................................................................................................2

A.Pengertian Model Pengembangan Kurikulum.......................................................................2

B. Model-model pengembangan kurikulum.............................................................................3

BAB IIIPENUTUP.........................................................................................................................9

A. Kesimpulan.........................................................................................................................9

B. . Saran....................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang membantu


dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional.Berbagai jenis dalam pengembangan
kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq
serta berbudi pekerti luhur.

Hal ini perlu adanya kerja sama antara Pemerintah pusat, administrator, kepala
kantor wilayah pendidikan, kebudayaan, serta peranan guru dalam pendidikan. Banyak
model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.Pemilihan suatu model
pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu
disesuaikan dengan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta konsep pendidikan
yang digunakan.

Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengolaan yang


sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam
kurikulum yang bersifat subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik,
teknologis dan rekonstruksi sosial.
B. Rumusan Masalah\
1. Apa pengertian model pengembangan kurikulum?
2. Apa model-model pengembangan kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk menegetahui pengertian model pengembangan kurikulum
2. Untuk menegetahui model-model pengembangan kurikulum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang
olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh
dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finis. Sedangkan pengertian kurikulum
menurut pendidikan Islam, maka jika kita kembali kepada kamus bahasa arab, maka kita
dapat kata-kata “manhaj” (kurikulum) bermakna jalan yang terang yang dilalui oleh
manusia pada berbagai bidang kehidupan.

Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar


yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan
dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada siswa.

Pada prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada pengembangan aspek


ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi dengan perkembangan pendidikan.
Tetapi pada kenyataannya manusia memiliki keterbatasan dalam kemampuan menerima,
menyampaikan dan mengoleh informasi, untuk itulah dibutuhkan proses pengembangan
kurikulum yang akurat, terseleksi dan memiliki tingkat relevansi yang kuat.

Dengan demikian, diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan


pendekatan yang sesuai.Menurut Usmar (2017 : 1) Kurikulum sebagai program
pendidikan yang telah disusun secara sistematis merupakan hal yang berperan penting
bagi peserta didik. Tujuan, bahan, proses dan evaluasi pendidikan tercantum di dalamnya,
dan hal itulah yang menjadi jaminan keberhasilan pendidikan bagi peserta didik.

2
Keberhasilan pendidikan tersebut salah satunya bisa dilihat dari terbentuknya
peserta didik yang mampu menghadapi perkembangan zaman beserta perkembangan
teknologinya.Untuk mempersiapkan peserta didik tersebut maka perlu untuk melakukan
pengembangan kurikulum pendidikan.

Model pengembangan kurikulum merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses


pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya mencakup salah satu
komponen kurikulum. Ada yang memberikan ulasan tentang suatu proses kurikulum, dan
ada juga yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya saja. Sedapat

mungkin dalam pengembangan kurikulum didasarkan pada faktor-faktor yang


konstan yaitu pengembangan model kurikulum perlu didasarkan pada tujuan, bahan
pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang tergambarkan dalam proses
pengembangan tersebut.

B. Model-model pengembangan kurikulum


1. Model Transformasi Weinstein dan Fantani

Weinstein dan Fantani tergolong kedalam kelompok


pengembangan”pendidikan afekktif” yang terkenal dengan konsep”human being”
yang disebut “identity connectedness and potency”’,sebagaimanarekannya
George.J.Brown dan Schutz ( Joice,1990,h.203-203). Pelatihan kesadaran hanya salah
satu pendekatan pengajaran yang terfokus pada tingkah laku afektif dan pendekatan
untuk pengembangan emosional. George J.Brown mengidentifikasi sejumlah
konstruksi yang saling berinteraksi dalam pendidikan afektif,pendidikan
psikologi,pendidikan konfluen. Schutz membuat deskripsi tentang “human being”
yakni kebutuhan bagi inklusi,control dan afeksi yang sejajar dengan konsep Weinstein
dan Fantani.

Pendidikan affektif sulit dipelajari,umumnya pendidikan afektif tidak


berdasarkan kualitas penelitian eksperimental namun ada upaya menjelaskan
pentingnya peran guru dalam menentukan sambutan-sambutan afektif para siswa dan
kekuatan potensial dari model-model tersebut terfokus pada emosi manusia.

3
Konsep jati diri dan potensi merupakan dia hal yang erat kaitannya.Hal ini
mengambarkan bahwa jati diri itu pada hakekatnya adalah kepribadian itu sendiri dan
ciri khas individu. Potensi adalah kekuatan yang terpendam,misaknya potensi
berpikir,berperasaan,berkemanusiaan,keterampilan yang sikap berkembang,mencari
dan menemukan dirinya sendiri. Perkembangan semua potensiyang ada dimiliki oleh
seseorang pada girirannya akan menunjukkan jati dirinya sendiri.Dalam rangka
pengembangan jati diri dan potensi tersebut Weinstein dan Fantani mengintroduser
“model pengembsngsn kurikulum transformasi”.

Ciri-ciri dari model ini adalah Kurikulum transformasi menitikberatkan pada


minat siswa,oleh karena itu berorientasi pada kemampuan individu. Minat merupakan
kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar.Oleh arena itu
dalam kegiatan pembelajaran tiap-tiap pelajaran harus menarik minat murid-murid
untuk menumbuhkan nimat harus ada motivasi. Motivasi suatu kekuatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan guna mewujudkan suatu
maksud tertentu. Sesuaidengan pendapat Cale Peter G.et al (1987) dalam bukunya “
Teaching Principles and Pratice”. Motivation is concerned with personal energy
directed toward the achievement of particular goods”

Kurukulum transformasi memperlihatkan bakat yang dimiliki oleh masing-


masing individu,karena model transformasi mengarah kepada pengembangan bakat
dan minat. Bakat adalah siatu pembawaan yang dimiki masing-masing individu sejak
lahir.Bakat merupakan kemampuan alami penampilan tertentu. Menurut Suganda
poerbakawatja yang berpendapat bakat adalah benih dari suatu sifat yang baru akan
tampak nyata jika ia mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembang.
Untuk sekedar membuk kemungkinan untuk perkembangan suatu bakat,di sekolah-
sekolah di Indonesia sejak tahun 1960 diadakan mata pelajaran prakarya.

a) Langkah-langkah model kurikulum transformasi Weinstein dan Fantani


1) Learners
Mengadakan identifikasi terhadap siswa,meliputi karakteristik siswa yang
mencakup umur,kondisi social ekonomi,aspek geografis,aspek kultural dan
etnis dan karakteristik individual yang unik.

4
2) Concerns
Menentukan minat siswa serta menganalisis berbagai alas an yang
melatarbelakanginya. Untuk mengidentifikasi minat siswa,dapat dilakukan
melaui wawancar dan catatan tentang dirinya.
3) Diagnosis
Guru melakukan diagnosis terhadap minat siswa tersebut. Kegiatan yang dapat
mendukung proses diagnosis minat siswa diantaranya melalui “Faraway
Island” yaitu mengumpulkan siswa tidak saling mengenal. Dalam interaksi
akan tampak kecenderungan masing-masing siswa.
4) Organizing ideas
Setelah guru membuat diagnosis minat siswa,selanjuynya guru
mengorgsnisasikan ide-ide tentang pengembangan strategi mengajar dan
belajar sesuai dengan minat siswa. Misalnya siswa memiliki citra diri yang
pasif,maka guru harus mempertunjukkan penampilan perilaku positif untuk
mengembangkan minat siswa tersebut.
5) Contens
Guru mengorganisasikan materi pelajaran,mengorganisasikan ide-ide yang
mendukuang dan berkaitan dengan pembelajaran yang berkenaan dengan minat
siswa.
6) Learning skill
Guru memilih dan mengorganisir terhadap ide-ide tentang keterampilan belajar
yang dimilik oleh siswa sesuai dengan minat,tujuan dan materi pelajaran.
7) Teaching procedures
Guru mengembangkan strategi mengajar serta kemampuan belajar yang tepat
sesuai dengan materi pelajaran,organisasi ide-ide serta hasil yang ingin dicapai.
8) Outcomes
Guru melaksanakan penilaian terhadap dampak kurikulum,meliputi perubahan
perilaku siswa,penggunaan kemampuan kognitif dan kemampuan afektif.

5
2. Model Miller-Seller
Miller-Seller mengembangkan suatu model kurikulum yang disebut model Miller-
Seller yang terdiri dari komponen-komponen
orientasi,tujuan,pengalamanbelajar/medel mengajar,implementasi dan evaluasi. Model
ini dianggapnya lebih lengkap dan lebaik dibandingkan dengan model-model
sebelumnya,namun lebih orientasi transformasi.
a) Langkah-langkah pengembangan kurikulum model Miller-Seller
1) Klasifikasi orientasi kurikulum.
Pengembangan kurikulum berdasarkan orientasi tertentu dari pelaksanaan
kurukulim itu sendiri. Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofi dan
psikoligi seseorang serta teri belajar serta belajar dan pandangan
masyrarakat,yang berkaitan dengan pandangan dasr tentang dunia atau
paradigm orang yang bersangkutan. Misalnya orientasi kurukulum transmisi
berakat dalam suatu pandangan dunia atomistic,posisi transaksi dalam metode
ilmiah dan posisi transformasi berdasarkan pada dunia holistic dan saling
ketergantungan.
Sehubungunan dengan hal tersebut dalam Miller-Seller langkah pertama
yang penting dilaukan dalam pelaksanaan kurukulum adalah menguji dan
mengklarisifikasi orientasi dan akar-akar pandangan filosofis dan
sisialnya.Suatu rencana kurikulum hendaknya dimulai dari pernyataan
mengenai dasar orientasinya.
2) Pengembangan tujuan.
Langkah berikutnya setelah mengklarifikasi orintasi kurikulum adalah
mengembangkan tujuan-tujuan umum pengembangan dan tujuan-tujuan khusus
berdasarkan pada orientasi kurikulum bersangkutan, tujuan umum dalam
konteks ini adalah yang merefleksikan image person (yang berpendidikan) dan
image masyarakat. Penggunaan image dalam konteks ini merujuk pada
imagery mental yang diyakini menstimulus imagery mental tersebut misalnya
visualisasi(Miller,1981)
Berdasarkan konsep image tersebut,selanjutnya dijabatkan suatu konsep
pengembangan. Tujuam pengembangan masih relative umum,oleh karenanya

6
perlu dikembangkan tujuan-tujuan khusuh. Perbedaan ketiga macam tujuan ini
dapat dipahami lebih jelas dalam contoh di banawh ini)
a. Aims
pengembangan tanggung jawab social
b. Tujuan pengembangan
siswa (usia 17-18) akan mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan yang beroriantasikan kemasyarakatan.
c. Tujuan instruksional
siswa dapat mengembangkan skill dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
3) Identifikasi model mengajar.
Pada tahan ini pelaksana kurikulum dituntut untuk mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman belajar dan strategi-strategi mengajar.Dengan
demikian dapat digunakan pendekatan model-model mengajar yang
dikembangkan oleh Joice dan Weil (1980).Dalam pendekatan ini model-model
mengajar diseleksi dengan posisi atau pendirian yang pokok. Beberapa kriteria
yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Seluruh tujuan meliputi tujuan umim,tujuan pengembangan dan tujuan
instruksionalnya.
b. Struktur modal sesuai dengan kebutuhan siswa.
c. Guru melaksanakannya telah mendapat/mengalami in-service training dan
dapat mendukung penggunaan model.
d. Tersedianya sumber-sumber yang esensial untuk implementasi model.
4) Pengembangan rencana implementasi.
Implementasi melibatkan adaptasi kurikulum sedemikian rupa sehingga
praktek,met
eri dan keyakinan baru dapat diintegrasikan ke dalam khasanah guru dalam
pengembangan implementasi kurukulum. Implementasi yang paling baik
dilaksanakan jika berdasarkan perencanaan yang meliputi komponen-
komponen sebagai berikut :
a. Program studi
b. Identifikasi sumber-sumber

7
c. Peranan
d. Pengembanagn professional
e. Penetapan waktu pelaksanaan
f. System komunikasi
g. Monitoring implementasi
5) Pengembangan evaluasi sesuai dengan tujuan dan orientasi.
Prosedur-prosedur evaluasi pada pengembangan kurikulum menurut
model ini hendaknya merefleksikan orientasi seseorang. Prosedu orientasi yang
dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan dengan kurukulum
transformasi,sebaliknya kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan
-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesesuaian antara pengalam-
pengalam belajar dan strategi mengajar dengan tujuan kurikulum.

8
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam
kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan
kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum.Pada saat ini
banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum,
tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arahan
pengembangannya berbeda-beda ada yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan,
pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan
evaluasi kurikulum.Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu
disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan
mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang
diharapkan.Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus
berkembang sesuai dengan kebutuhan.

B. Saran
Dari uraian yang kami sajikan di atas kemungkinan besar masih terdapat banyak
kekeliruan, Nmun dalam hal ini kami belajar untuk memperbaiki diri dalam proses belajar.
Dan apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf, dan kami angat berharap agar
Pembina mengoreksi dengan baik, agar menjadi perbaikan yang sifatnya positif dan
membangun bagi kami.Kemudian mengenai model penembangan kurikulum ini saya
sarankan agar di revisi dan di tingkatkan model-modelnya guna menjalankan proses belajar
mengajar yang baik sesuai kebutuhan peserta didik dalam pendidikan .

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik,Oemar.2000.Model-Model Pengembangan Kurikulum. Jurnal Ali Rasma. Hal : 122-130.

Hamalik,Oemar.2011.Model-Model Pengembangan Kurikulum.Jurnal NurdinSyafruddin . Hal :

20-25.

11

Anda mungkin juga menyukai