Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Keberhasilan Menyusui


Kementrian Kesehatan RI berharap seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia, baik Pemerintah maupun Swasta menerapkan 10 LMKM yaitu:
1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas.
a. Penyusunan rencana kebijakan ini melibatkan tenaga kesehatan ahli atau
profesional di bidang Kesehatan ibu dan anak;
b. Kebijakan bersifat aplikatif dengan bentuk petunjuk teknis dengan penjelasan
yang dilengkapi dengan gambar-gambar;
c. Kebijakan yang disusun minimal memuat tentang inisiasi menyusui dini,
pelarangan promosi susu formula dan larangan menggunakan dot/kempeng, rawat
gabung, penatalaksanaan menyusui yang benar, managemen menyusui saat bayi
sakit.
2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut.
a. Pelatiham dilakukan secara periodik yang diselenggarakan di fasilitas Kesehatan
yang memadai;
b. Fasilitator merupakan orang yang berkompeten dalam bidang Kesehatan ibu dan
anak;
c. Materi pelatihan minimal memuat tentang inisiasi menyusui dini, pelarangan
promosi susu formula dan larangan menggunakan dot/kempeng, rawat gabung,
penatalaksanaan menyusui yang benar termasuk mengatasi kesulitan yang muncul
saat menyusui, managemen menyusui saat bayi sakit dan pendampingan bagi ibu
dan keluarga.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun.
a. Penjelasan dan informasi mengenai penatalaksanaan menyusui diberikan kepada
ibu hami dan suami maupun keluarganya, sehingga suami terlibat dan mendukung
serta berperan aktif dalam ikut menentukan keberhasilan ibu dalam menyusui
bayinya;
b. Penjelasan diberikan oleh tenaga Kesehatan kepada pendamping ibu maupun
keluarga yang telah dilatih;
c. Informasi ini dapat disampaikan pada saat pemeriksaan kehamilan, masa
persalinan, hingga nifas.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di ruang
bersalin.
a. Inisiasi menyusui dini dilakukan di ruang bersalin maupun ruang operasi;
b. Inisiasi menyusui dini dilaksanakan oleh tenaga Kesehatan yang membantu
menolong persalinan
c. Ibu, suami dan keluarga berhak meminta pihak penyedia pelayanan kesehatan
untuk melakukan inisiasi menyusu dini sepanjang tidak ada kontraindikasi.
5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
a. Tenaga Kesehatan, suami maupun keluarga yang membantu ibu menyusui dengan
benar;
b. Menciptakan suasan yang tenang dan nyaman bagi ibu pada saat menyusui;
c. Mendorong ibu untuk tetap menyusui walaupun ibu dan bayi harus dirawat
terpisah atas indikator medis;
d. meningkatkan peran suami dalam mendukung ibu tetap menyusui.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
a. Memberikan informasi kepada ibu, suami dan keluarga bahwa ASI saja sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tanpa makanan atau minuman
apapun;
b. Memberikan penjelasan tentang bahayanya pemberian susu formula serta
makanan atau minuman lain selain ASI kepada bayi baru lahir kecuali atas
indikasi medis;
c. Menjamin pemenuhan gizi ibu agar dapat menyusui dengan optimal.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.
a. Mengupayakan penyediaan ruang rawat gabung dengan sarana dan prasarana yang
memadai;
b. Menjamin kebersihan dan kenyamanan ruang rawat gabung;
c. Mengupayakan agar ibu tetap dapat menyusui bayinya meskipun ibu dan bayi dirawat
terpisah atas indikasi medis.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan
frekuensi menyusui.
a. Memberikan waktu seluas-luasnya pada ibu untuk menyusui bayinya;
b. Membantu ibu, suami dan keluarga untuk mengenali apakah bayi sudah kenyang,
lapar ataupun tersedak saat pemberian ASI.
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
a. Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah dan keluarga tentang bahaya
penggunaan dot/kempeng antara lain menyebabkan bayi memiliki ketergantungan
pada kempeng (misal: agar bisa tenang/tidur harus selalu memakai kempeng) dan
bayi menjadi bingung putting pada saat diberikan ASI kembali;
b. Melarang promosi dot/kempeng baik di fasilitas Kesehatan maupun di
masyarakat.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat dan merujuk
ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah
Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.
a. Mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat dalam menyamakan persepsi
perlunya kelompok pendukung ASI;
b. Membentuk KP-ASI dari tingkat yang paling kecil (RT/RW hingga kelurahan)
yang keanggotaannya terdiri ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, tokoh
masyarakat, tokoh agama;
c. Mengadakan pertemuan rutin untuk mendukung pemberian ASI eksklusif
termasuk mengatasi permasalahan/kesulitan yang timbul selama menyusui;
d. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemberian ASI.
B. Masalah Menyusui Pada Ibu dan Penanganananya
1. Masalah menyusui masa antenatal
a. Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang mengira bahwa susu formula sama baiknya atau
bahkan lebih baikdari ASI sehingga ibu lebih cepat untuk memberikan susu
formula kepada bayinya jika dianggap produksi ASI yang dikeluarkan kurang.
Petugas kesehatan masih banyak yang kurang memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan ataupun saat pasien pulang, seperti misalnya banyak
ibu yang tidak mengetahui bahwa :
a) Bayi pada minggu-minggu pertama pe BABencer dan sering
sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas
kesehatan menyuruh untuk menghentikan menyusui.
b) ASI tidak keluar pada harip ertama sehingga bayi dianggap
perlu untuk diberikan minuman lain, padahal jika kondisi bayi
yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori
dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minum
selama beberapa hari. Pemberian minuman sebelum ASI keluar
akan memperlambat pengeluaran ASI karena bayi merasa
kenyang sehingga malas untuk menyusu.c)Payudara yang
berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal
ukuran payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya ASI
yang keluar, hal tersebut disebabkan kerena banyaknya lemak
pada payudara.
b. Puting susu datar atau terbenam
Jika puting susu ibu datar atau terbenam setelah bayi lahir maka dapat
dikeluarkan dengan cara sebagai berikut yaitu, susui bayi segera setelah lahir
saat bayi aktif dan ingin menyusu, susui bayi sesering mungkin setiap dua
sampai dua setengah jam hal ini dapat menghindarkan payudara terisi penuh
dan memudahkan bayi untuk menyusu, massage payudara dan keluarkan ASI
secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila terdapa bendungan
payudara dan putting susu masuk ke dalam.
2. Masalah menyusui masa nifas
a. Bendungan ASI
Payudara bengkak salah satunya disebabkan karena menyusui yang
tidak berkesinambungan, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah ductus.
Pembengkakan payudara akan menyebabkan terjadinya bendungan air susu
ibu (ASI), akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Ibu yang
mengalami masalah dalam menyusui akan berdampak pada pemberian ASI
eksklusif pada bayi. Fenomena bendungan ASI ibu dapat menghambat proses
menyusui sehingga menimbulkan hubungan yang kurang erat antara ibu dan
anak. Tindakan yang perlu dilakukan :
a) Sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
b) Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5
menit.
c) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting.
d) Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak.
e) Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding)
dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
f) Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran
ASI secara manual dari payudara.
g) Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
h) Bila perlu, diberikan paracetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengurangi
nyeri.
i) Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamayanti dan Wulandari
pada tahun 2019, didapatkan nyeri pada payudara menurun dengan
menggunakan penanggulangan medik dan non-medik. Pada teknik
nonmedik, partisipan menggunakan teknik pumping, massage, serta
menggunakan kompres hangat dan dingin
b. Puting Lecet
Puting lecet biasanya terjadi karena perlekatan ibu dan bayi sewaktu
menyusui tidak benar. Seringkali juga dapat disebabkan oleh Candida. Pada
keadaan puting susu yang lecet, maka dapat dilakukan dengan cara-cara
seperti ini :
a) Periksa apakah perlekatan ibu dan bayi salah.
b) Periksa apakah terdapat infeksi oleh Candida berupa kulit yang merah,
berkilat, dan terasa sakit.
c) Ibu terus memberikan ASI apabila luka tidak begitu sakit. Kalau sangat
sakit, ASI dapat diperah.
d) Olesi puting susu dengan ASI dan dibiarkan kering.
e) Jangan mencuci daerah puting dan areola dengan sabun.
c. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas
atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya adalah sumbatan
saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna. Tindakan yang
perlu dilakukan adalah :
a. Kompres hangat.
b. Masase pada punggung untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar
ASI dapat menetes ke luar.
c. Pemberian antibiotika.
d. Istirahat dan pemberian obat penghilang rasa sakit jika diperlukan.
d. Sindrom ASI kurang
Tanda-tanda yang terjadi jika ASI kurang yaitu bayi tidak puas selesai
menyusu, seringkali menyusui dengan waktu yang sangat lama, bayi sering
menangis atau menolak menyusu, tinja bayi keras, kering atau berwarna
hijau, serta payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang sangat
jarang).
Cara yang dapat dilakukan yaitu, ibu dan bayi dapat saling membantu
agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan hisapan efektifnya.
Pada keadaan tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka
perlu upaya yang lebih seperti relaktasi, perlu dilakukan pemberian ASI
dengan suplemen teryaitu dengan pipa nasogastric yang ditempelkan pada
putting untuk dihisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI.
e. Ibu yang bekerja
Pekerjaan merupakan alasan seorang ibu untuk berhenti menyusui
bayinya, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan bagi seorang ibu yang
bekerja untuk tetap dapat menyusui diantaranya, susuilah bayi sebelum ibu
bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan dirumah sebelum berangkat
bekerja, pengosongan payudara ditempat kerja setiap tiga sampai empat jam,
ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada saat ibu
bekerja, pada saat ibu dirumah sesering mungkin bayi untuk disusui serta ibu
dapat mengganti jadwal menyusuinya menjadi lebih banyak menyusui pada
malam hari, serta mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi cukup
selama bekerja dan selama menyusui bayinya.
f. Ibu dengan HIV AIDS
Ibu dengan kondisi HIV/AID dilarang untuk menyusui. Ibu dengan
kondisi ini boleh meyusui apabila bayi sudah tertular sejak lahir dan jika ibu
tetap memilih untuk memberikan ASI dengan syarat harus diberikan secara
ekslusif 3-6 bulan, mencegah luka pada putting , pasteurisasi ASI perah.
Pemberian PASI juga harus memenuhi syarat “ A FFAAS” yaitu Accaptable
(dapat diterima), Feasible (mampu laksana), Affordable (mampu dibeli), Safe
(Aman), Sustainable (berkesinambungan).
g. Ibu hamil yang masih meyusui
Ibu hamil yang memiliki bayi berusia kurang dari 12 bulan dianjurkan untuk
tetap menyusui bayinya. Ibu perlu diberikan informasi bahwa ibu akan
mengalami putting lecet, keletihan, rasa ASI berubah, volume ASI berkurang,
kontraksi uterus.
B. Masalah Menyusui Pada Ibu dan Penangananya
1. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama, puaskan
menyusu.Sebab bayi menangis :
a. Bayi merasa tidak aman
b. Bayi merasa sakit
c. Bayi Basah
d. Bayi kurang gizi
Tindakan yang dapat dilakukan ibu : ibu tidak perlu cemas, karena akan
mengganggu proses laktasi, perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian bayi: apakah
basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.
2. Bayi bingung putting
Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula
dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme
menyusu pada puting berbeda dengan botol.
Tanda-tanda : mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutus-
putus dan sebentar, bayi menolak menyusu.
Tindakan: jangan mudah memberi PASI,jika terpaksa berikan dengan sendok
atau pipet.
3. Bayi premature
Susui dengan sering,walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit bayi
dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa
nasogastrik, tangan, dan sendok
Uraian sesuai dengan umur bayi :
a. Bayi umur kehamilan < 30 mgg : BBL < 1250 gr. Biasanya diberi cairan infus
selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastrik
b. Usia 30-32 mgg : BBL 1250 – 1500 gram. Dapat menerima ASI dari sendok, 2
kali sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namun lama
kelamaan makanan pipa makin berkurang dan ASI ditingkatkan.
c. Usia 32-34 mgg : BBL 1500-1800 gram. Bayi mulai menyusui langsung dari
payudara namun perlu sabar.
d. Usia > 34 mgg: BBL > 1800 gram. Mendapatkan semua kebutuhan dari
payudara.
4. Bayi kuning
Pencegahan : segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau susui sesering
mungkin. Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan, yang
membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses,
jadi kolustrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
5. Bayi kembar
Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua
makhluk menyusui termasuk manusia, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan masing-
masing. Oleh karena itu semua ibu tanpa kecuali sebenarnya sanggup menyusui bayi
kembarnya.
Mula – mula ibu dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi sebenarnya ibu
dapat menyusui sekaligus berdua. Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui
adalah dengan posisi memegang bola (football position). Jika ibu menyusui bersama-
sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan hanya menetap
pada satu payudara saja. Alasannya ialah, kecuali memberi variasi kepada bayi (dia
juga tidak hanya menatap satu sisi terus, agar tidak juling), juga kemampuan menyusu
masing – masing bayi mungkin berbeda, sehingga memberikan kesempatan pada
perangsangan putting untuk terjadi seoptimal mungkin.
Walaupun football position merupakan cara yang baik. Ibu sebaiknya mencoba posisi
lainnya secara berganti – ganti. Yang penting susuilah bayi lebih sering dengan waktu
penyusuan yang diinginkan masing – masing bayi, umumnya lebih dari 20 menit. Bila
ada yang harus dirawat di RS, susuilah bayi yang dirumah dan peraslah ASI dari
payudara lainnya untuk bayi yang dirawat. Ibu juga sebaiknya mempunyai pembantu,
karena ibu perlu istirahat agar tidak terlalu kelelahan.
6. Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan, maka ASI harus
terus diberikan. Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi
tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi.
7. Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi yang
sesuai, untuk sumbing pallatum molle ( langit-langit lunak ), dan pallatum durum
( langit-langit keras) Manfaat menyusui bagi bayi sumbing : melatih kekuatan otot
rahang dan lidah, memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya
otitis media.
Untuk bayi dengan palatoskisis ( celah pada langit-langit ) : Menyusui dengan
posisi duduk, putting dan areola pegang saat menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai
penyumbat lubang, kalau mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan sendok,
pipet, dot panjang
8. Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum )
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi gerak lidah, dan bayi
tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting. Cara menyusui : Ibu
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap
puting dan areola dengan benar.
9. Bayi yang memerlukan perawatan
Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seandainya tidak
memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan
didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah sakit.Perlu ditandai
pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat diberikan sesuai jam nya.

C. Pijat Oksitosin
Penurunan produksi ASI dikarenakan penurunan hormon oksitosin yang
fungsinya untuk meningkatkan kontraktilitas kelenjar payudara untuk pengeluaran ASI.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pemijatan punggung ini berguna untuk
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang juga merupakan hormon yang bisa
dipicu keluarnya ketika ibu merasa nyaman sehingga menjadi lebih optimal dan
pengeluaran ASI menjadi lancar.
Langkah-langkah :

a. Sebelumnya kompres payudara dengan air hangat lalu lakukan pijat payudara.
b. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat.
c. Ada 2 posisi yang bisa dicoba. Pertama bisa telungkup di meja atau posisi ibu
telungkup pada sandaran kursi.
d. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk/ leher bagian belakang
atau disebut cervical vertebrae 7
e. Dari titik tonjolan tulang turun ke bawah ±2 cm dan ke kiri kanan ±2 cm, di situlah
posisi jari diletakkan untuk memijat.
f. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung telunjuk
kiri dan kanan.
g. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahan-lahan lurus ke arah bawah
pada kedua sisi tulang belakangdan dari leher ke arah tulang belikat. Dapat juga
diteruskan sampai ke pinggang.
h. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit. Lebih
disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian Asi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan
anak. Dalam pelaksanaannya proses menyusui tidak selalu lancar karena terdapat
masalah-masalah dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi.

Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu kurang informasi, puting terbenan,putting


lecet, bendungan ASI, mastitis, Sindrom ASI kurang, Ibu bekerja, Ibu dengan
HIV/AIDS, Ibu hamil yang masih menyusi.

Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting
(Nipple Confusion), Bayi dengan Bayi Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi dengan Bibir
Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum),
Bayi yang Memerlukan Perawatan.

B. Saran

Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang
terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena dengan demikian kita
dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih
dini dan dapat dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.
DAFTARPUSTAKA

Kemenkes RI. 2010. 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Jakarta:Kemenkes RI


https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/mediakom/20110111/33777/10-langkah-menuju-
keberhasilan-menyusui/ (diakses pada tanggal 4 Februari 2021).
Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan.
Jakarta: Kemenkes RI.

Krisnamurti, Purnami dan Sriatmi. 2013. Evaluasi Pelaksanaan 10 Langkah Menuju


Keberhasilan Menyusui (Studi pada Bidan di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan
Surabaya). Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. 1(3). 216-226.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Purnamayanti dan Wulandari. 2019. Strategi Penanggulangan Nyeri Bendungan Asi Pada
Ibu Nifas. Jurnal Caring. 3(2). 60-63.

Sheila Monica. 2012. Hubungan Implementasi Program 10 Langkah Menuju Keberhasilan


Menyusui (Lmkm) Dengan Praktik Ramah Menyusui Pada Ibu Postpartum Di Rsia Srikandi
Kabupaten Jember. Skripsi: Jember.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3192/Monica%20Sheila
%20Christy.pdf?sequence=1 (diakses pada tanggal 4 februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai