Oleh
NURAINI ARMA
Kata kunci : Grinding ball, Kekerasan, Nickel Pig Iron (NPI), Struktur Mikro
i
ABSTRACT
By
NURAINI ARMA
The research has been carried out to investigate the influence of quenching media
on the hardness value and microstructure of Nickel Pig Iron (NPI). The
expereimental data include chemical composition, hardness, and data retrieval
include chemical composition, hardness and microstructure. NPI was heated at
temperature 850℃ for 5 hours. Furthermore, the NPI was quenched with three
kinds of cooling medium, i.e. forced air, water, and oil. Chemical composition of
the test result with using Optical Emission Spectroscopy (OES), showed that the
NPI was white cast iron (2,28% C, 0,222% Si and 2,75% Ni). Hardness test used
Rockwell hardness tester and microstructure testing with using microscope optic.
The hardness of the NPI obtained by quenched using water and oil as quench
media, i.e. 55 HRC (570 BHN) and using quenching media forced air 41.7 HRC
(390 BHN). Microstructure result also showed the formation of martensite,
carbide, secondary carbide and retained austenite. Of the quenching media using
water and oil qualification standard SNI 1069 for the production grinding ball.
ii
PENGARUH MEDIA QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN
STRUKTUR MIKRO GRINDING BALL DARI NICKEL PIG IRON (NPI)
SEBELUM DAN SETELAH DI TEMPERING
(Skripsi)
Oleh
NURAINI ARMA
Oleh
NURAINI ARMA
Kata kunci : Grinding ball, Kekerasan, Nickel Pig Iron (NPI), Struktur Mikro
i
ABSTRACT
By
NURAINI ARMA
The research has been carried out to investigate the influence of quenching media
on the hardness value and microstructure of Nickel Pig Iron (NPI). The
expereimental data include chemical composition, hardness, and data retrieval
include chemical composition, hardness and microstructure. NPI was heated at
temperature 850℃ for 5 hours. Furthermore, the NPI was quenched with three
kinds of cooling medium, i.e. forced air, water, and oil. Chemical composition of
the test result with using Optical Emission Spectroscopy (OES), showed that the
NPI was white cast iron (2,28% C, 0,222% Si and 2,75% Ni). Hardness test used
Rockwell hardness tester and microstructure testing with using microscope optic.
The hardness of the NPI obtained by quenched using water and oil as quench
media, i.e. 55 HRC (570 BHN) and using quenching media forced air 41.7 HRC
(390 BHN). Microstructure result also showed the formation of martensite,
carbide, secondary carbide and retained austenite. Of the quenching media using
water and oil qualification standard SNI 1069 for the production grinding ball.
ii
PENGARUH MEDIA QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN
STRUKTUR MIKRO GRINDING BALL DARI NICKEL PIG IRON (NPI)
SEBELUM DAN SETELAH DI TEMPERING
Oleh
NURAINI ARMA
Skripsi
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 10 Februari 1994. Anak dari
pasangan Bapak Arly dan Ibu Masyuna yang merupakan putri ke 1 dari 3
bersaudara. Pendidikan di SDN 2 Sumur Batu pada tahun 2006, SMPN 16 Bandar
Lampung pada tahun 2009, dan SMK SMTI Tanjung Karang Bandar Lampung
Selanjutnya pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Fisika
juga pernah menjadi asisten praktikum Sains Dasar Fisika selama dua periode
Bintang, Lampung pada tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Heat Treatment
Kekerasan dan Struktur Mikro Grinding Ball dari Nickel Pig Iron (NPI)
vii
MOTTO
viii
Bismillahirrohmanirrohim
Allah SWT
Teman Seperjuanganku
Almamater Tercinta :
Universitas Lampung.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
Struktur Mikro Grinding Ball dari Nickel Pig Iron (NPI) Sebelum dan
Setelah di Tempering”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga
Nuraini Arma
x
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis masih diberikan
1. Kedua orang tuaku, Bapak Arly dan Ibu Masyuna serta keluargaku yang tiada
tugas akhir.
4. Bapak Drs. Ediman Ginting Suka, M.Si. sebagai penguji yang telah
5. UPT Balai Penelitian Mineral Lampung LIPI yang telah membiayai dan
xi
7. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. selaku ketua Jurusan Fisika Fakultas
8. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. selaku sekretaris Jurusan Fisika
9. Para dosen serta karyawan di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
10. Adikku tersayang Yoda dan Nabila terimakasih atas bantuan dan semangat
11. Seseorang yang terkasih terimakasih atas dukungan, doa, serta semangatnya.
12. Renita Maharani dan Nengah Okta Yuliani yang selalu menjadi teman
13. Imaniar Romaeni teman satu timku yang telah membantu serta menjadi teman
14. Teman–teman fisika 2012 serta kakak dan adik tingkat yang membantu dan
Akhir kata, atas segala bantuannya mendapat balasan dari Allah SWT dan
Penulis,
Nuraini Arma
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………… i
ABSTRACT………………………………………………………………….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………….. iv
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. v
PERNYATAAN……………………………………………………………… vi
MOTTO………………………………………………………………………. viii
PEERSEMBAHAN…………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………….... x
SANWANCANA……………………………………………………………... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 5
D. Batasan Masalah …………………………………………………...... 5
E. Manfaat Penelitian............................................................................. . 6
F. Sistematika Penulisan…………………………….............................. 6
xiii
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Grinding Ball……………………………………………………….... 8
1. Metode Pembuatan Grinding Ball pada Material Besi................ . 9
2. Aplikasi Grinding Ball………………………………................... 10
3. Karakteristik Grinding Ball……………………………………… 10
B. Material Logam Besi……………………………………………….... 13
1. Logam Besi………………………………………………………. 13
2. Pembuatan Logam Besi………………………………………...... 13
3. Logam Besi Tuang (Cast Iron) dan Paduannya…………………. 15
4. Besi Tuang Putih (White Cast Iron)……………………………… 17
5. Struktur Mikro dari Logam Besi Tuang Putih (White Cast Iron) 18
6. Grinding Ball dari Nickel Pig Iron (NPI)………………………... 20
C. Proses Perlakuan Panas (Heat Treatment)………………………….... 21
1. Subcritical………………………………………………………... 21
2. Peningkatan Kekerasan (Hardening)…………………………..... 22
3. Waktu Tahan (Holding Time)……………………………………. 23
4. Pendinginan Cepat (Quenching)………………………………… 23
5. Tempering.……………………………………………………..... 25
D. Macam-Macam Pengujian Logam………………………………….. 26
1. Uji Komposisi…………………………………………………… 26
2. Uji Kekerasan (Hardness)………………………………………. 27
3. Uji Struktur Mikro (Metalography)…………………………….. 29
xiv
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………….............. 59
B. Saran…………………………………………………………………. 60
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grinding ball………………………………………………………….. 9
7. Struktur besi tuang putih martensitik ASTM A-532 (a) tanpa proses
perlakuan panas dan (b) proses perlakuan panas pada temperatur 850℃
selama 120 menit, kemudian di quenching dengan SAE 50 selama 120
menit…………………………………………………………………... 19
xvi
17. Alat uji kekerasan (Analog hardness tester)………………………... 38
20. Hasil struktur mikro as-cast (a) perbesaran 100x dan (b) perbesaran
500x, etsa nital 3%.............................................................................. 45
22. Hasil struktur mikro as-quench udara paksa (a) perbesaran 100x; (b)
perbesaran 500x; as-quench air (c) perbesaran 100x; (d) perbesaran
500x; as-quench oli (e) perbesaran 100x; (f) perbesaran 500x; etsa
nital3%................................................................................................ 49
23. Hasil struktur mikro as-quench media udara paksa yang di-tempering
(a)perbesaran 100x; (b)perbesaran 500x; as-quench media air yang di
tempering (c) perbesaran 100x; (d)perbesaran 500x; as-quench media
oli yang di tempering (e)perbesaran 100x; (f)perbesaran 500x, etsa
nital3%................................................................................................ 53
24. Grafik Nilai kekerasan dari sampel NPI setelah proses perlakuan
panas …….…………….................................................................... 57
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi kimia grinding ball impor asal India dan Cina………….. 11
10. Hasil Uji Komposisi kimia grinding ball dari bahan baku NPI…….. 42
xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pemesinan (Suherman, 1988). Salah satu jenis logam besi adalah cast iron (besi
tuang). Komposisi kimia dari besi tuang bervariasi tergantung besi kasar (pig
pada besi tuang dikendalikan untuk menghasilkan berbagai jenis besi tuang
dengan sifat mekanik dan mampu las sesuai dengan yang diinginkan (Singh,
2009).
Besi tuang merupakan salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan grinding ball. Salah satu diantaranya adalah Besi tuang putih paduan
nikel (Ni-Hard). Ni-Hard harus memiliki kekerasan yang tinggi dan ketahanan aus
yang baik. Sifat mekanis sangat ditentukan oleh komposisi kimia dan paduan dari
material besi atau baja. Karakteristik Ni-Hard dapat dilihat melalui proses
pengujian, diantaranya adalah uji kekerasan dan struktur mikro. Kedua pengujian
pembanding perubahan struktur dan sifat besi tuang sebelum dan setelah heat
Struktur yang terbentuk pada material Ni-Hard terdiri dari martensit dan karbida
yang mempnyai kekerasan minimum 600BHN (Farge dkk, 1982). Material Ni-
komposisi dan kekerasan menurut Standar Industri Indonesia (SII), yaitu SII-
Grinding ball merupakan salah satu komponen dalam proses penggerusan. Bijih-
bijih mineral logam yang di gerus umumnya berukuran 15mm dan direduksi
logam tersebut merupakan gabungan dari gaya impak, gaya tarik dan gaya abrasi
Dalam penelitian ini akan dipelajari kesesuaian material NPI (Nickel Pig Iron)
untuk aplikasi produk grinding ball. NPI adalah besi paduan nikel yang
mengandung nikel sebesar 4–12% Ni, sedangkan ferro nikel (FeNi) pada
antara besi (Fe) dengan nikel (Ni). Semakin rendah perbandingan antara Fe
dengan Ni maka semakin murah biaya untuk memproses menjadi NPI (Prasetyo
NPI dihasilkan dari peleburan bijih nikel limonit dengan teknologi blast furnace
No.7 tahun 2012 produk ini belum dapat diekspor karena kandungan nikel dalam
NPI untuk pengolahan bijih nikel limonit lebih kecil dari 6%. Dilakukan
(ESDM No.8 tahun 2015) sehingga bijih nikel limonit yang hingga saat ini belum
ball yaitu pengaruh temperatur destabilisasi 850℃, 950℃, dan 1050℃ dengan
perlakuan sub-zero terhadap kekuatan mekanik besi tuang putih paduan krom
tinggi untuk aplikasi grinding ball. Berdasarkan nilai kekerasan yang dihasilkan
memberikan nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan material besi tuang
950℃ selama 5 jam yang dilanjutkan proses perlakuan sub-zero (Riansyah, 2012).
Penelitian terkait lainnya yaitu proses perlakuan panas terhadap material grinding
kekerasan dan penemperan) pada besi tuang putih paduan krom tinggi (ASTM
A532 Tipe IIA) dengan media quench oli adalah 732 BHN pada temperatur
tempering 300℃ dan media quench udara paksa 642 BHN pada temperatur
tempering 250℃ (Shofi dkk, 2013). Proses quenching dengan oli SAE 5W dan air
sebesar 957 BHN dan 997 BHN dengan struktur mikto yang terdiri dari karbida
Proses perlakuan panas berupa pengerasan (thermal hardening) pada besi tuang
adalah nilai kekerasan dan ketahanan aus (Rajan et al.,1997). Thermal Hardening
dilanjutkan dengan proses quenching. Nilai kekerasan yang tinggi didapatkan dari
hasil proses hardening yang mengubah struktur mikro ferit atau austenit yang
lunak menjadi struktur martensit yang keras. Dalam penelitian ini akan dilakukan
quenching), serta tempering pada material NPI untuk aplikasi grinding ball.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana komposisi kimia, kekerasan dan struktur mikro grinding ball dari
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
a. Mengetahui komposisi kimia, nilai kekerasan dan struktur mikro grinding ball
D. Batasan Masalah
Agar pembahasannya tidak terlalu luas dan menyimpang dari permasalahan maka
b. Pada grinding ball dari NPI tanpa perlakuan panas dilakukan uji komposisi
yang di quenching menggunakan media berupa udara paksa, air dan oli.
e. Pengujian dilakukan pada grinding ball sebelum dan setelah tempering yang
E. Manfaat Penelitian
a. Mengetahui kelayakan dari material NPI yang telah dilakukan perlakuan panas
pembuatan grinding ball dalam ilmu logam dan aplikasinya. Salah satunya
c. Memberi informasi mengenai referensi data uji grinding ball dari NPI untuk
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang digunakan,
Menjelaskan tentang analisis dan pembahasan hasil pengujian material NPI tanpa
tempering pada suhu 250℃ terhadap nilai kekerasan dan struktur mikro.
BAB V KESIMPULAN
Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil dari
A. Grinding Ball
Grinding ball merupakan bola gerus yang digunakan dalam proses pembuatan
serta tahan terhadap korosi (Nugroho, 2010). Penggunaan grinding ball dalam
proses crusher dan cement mill. Crusher digunakan untuk menghancurkan dan
menggiling bahan baku semen seperti kapur, silikat, alumina, dan besi oksida
yang masih berbentuk bongkahan batu berukuran besar sedangkan cement mill
Bahan yang sesuai dan memenuhi persyaratan grinding ball diantaranya adalah
logam yang mengandung unsur ferrous (Fe) yaitu besi atau baja. Besi atau baja
mempunyai sifat yang sangat lunak hingga sangat keras serta memiliki sifat
Umumnya metode pembuatan grinding ball dari material besi dilakukan dengan
perubahan fasa dari solid menjadi liquid). Dilanjutkan dengan proses solidifikasi
(transformasi perubahan fasa dari liquid menjadi solid) dalam sebuah cetakan
dengan pola tertentu. Digunakan pola cetakan sand mold yang memberikan biaya
(pola dan cetakan, peralatan serta tenaga kerja) yang murah jika kapasitas
produksi kurang dari 20 buah/jam. Gambar 2 merupakan skema dari salah satu
teknik pembuatan grinding ball dengan metode cetakan pasir (sand mold). Pola
Logam Cair
Grinding Ball
Salah satu aplikasi utama grinding ball adalah pada proses penggerusan untuk
Grinding ball umumnya digunakan sebagai bola penggerus pada alat ball mill
hidrasi tepung porang (Nandiwilasitio dan Widjanarko, 2014). Aplikasi lain dari
grinding ball yaitu pembuatan serbuk logam dengan metode mekanik (crushing
dan milling). Alat ini digunakan untuk menghancurkan bahan logam menjadi
Hampir sebagian besar grinding ball yang digunakan pada pabrik semen di
Indonesia berasal India dan Cina. Grinding ball asal India termasuk ke dalam
kategori high chromium white cast iron dengan nilai kekerasan rata-rata 616 BHN
dan nilai kekerasan grinding ball asal Cina yaitu 442 BHN yang termasuk dalam
kategori low alloy high carbon steel (Nurjaman dkk, 2012). Komposisi dari
Tabel 1. Komposisi kimia grinding ball impor asal India dan Cina (Nurjaman
dkk, 2012).
Kadar (%)
Unsur
Asal India Asal Cina
C 2,23 0,839
Si 0,314 0,331
S 0,07 0,42
P 0,134 0,035
Mn 0,431 0,522
Ni 0,132 0,073
Cr 14,1 0,678
Mo 0,078 0,012
Cu 0,043 0,249
Fe Bal. Bal.
Karakteristik grinding ball impor yang digunakan oleh pabrik semen di Indonesia
pada PT. Semen Gresik Tbk dari dua merk berbeda, yaitu merk A (diameter 30
mm) dan merk B (diameter 40 mm). Hasil uji komposisi kimia menunjukkan
1,103Mo termasuk dalam kelompok Besi tuang putih martensitASTM A532 Tipe
dari perlit, karbida, dan martensit yang ditunjukkan pada Gambar 3 (Kartikasari
dkk, 2007).
Perlit
Martensit
Karbida
10µm
Gambar 3. Struktur mikro ball impor yang digunakan oleh pabrik semen di
Indonesia pada PT Semen Gresik (Kartikasari dkk, 2007).
12
terdiri dari besi dan baja. Ni-Hard merupakan salah satu material untuk
pembuatan grinding ball dengan kekersan minimal 53 HRC (500 BHN). Berikut
di bawah ini adalah Tabel 2 dan 3 yang memuat komposisi serta persyaratan
1. Logam Besi
Bijih besi merupakan bahan baku untuk pembuatan besi kasar. Jenis-jenis bijih
besi terdiri dari batu besi coklat (2��2 �3 + 3H2 �) dengan kadar besi 40%, batu
besi merah(��2 �3 ) dengan kadar besi 50%, batu besi maknit (��3 �4 ) dengan
kadar besi 60% dan batu besi kalsit (����3 ) dengan kadar 40%. Bijih besi terdiri
dari pasir, tanah lempung, serta batu-batuan yang harus dilakukan pemisahan
Besi (Fe) adalah bukan sebuah logam dengan kemurnian tinggi tetapi
mengandung unsur-unsur kimia lainnya atau unsur paduan. Unsur paduan ini
dapat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik material tersebut. Jumlah dan
Besi yang diproduksi dari hasil proses tanur tinggi disebut juga besi kasar (pig
iron). Pig iron ini merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang. Proses
pembuatan pig iron dengan menggunakan tanur tinggi (blast furnace) ditunjukkan
pada Gambar 4. Bahan bakar yang digunakan adalah batu bara yang telah
membentuk terak (slag) dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada dalam
logam cair.
14
Gambar 4. Skema proses pembuatan pig iron dengan blast furnace (Daryus,
2008).
Komposisi kimia unsur-unsur paduan dalam pig iron yang ditunjukkan pada
Tabel 4. Karena kadar karbonnya tinggi, maka pig iron mempunyai sifat yang
sangat rapuh dengan kekuatan rendah serta memiliki struktur mikro yang terdiri
dari grafit.
Peleburan besi tuang biasanya dilakukan dalam tungku yang sering disebut
kupola. Bahan baku yang dilebur terdiri dari pig iron yang dihasilkan dari proses
blast furnace, ditambah dengan skrap besi tuang (return scrap). Bahan bakar yang
kapur. Bahan ini dapat membantu pembentukan slag yang dapat mengikat
Produksi pertama NPI dimulai dengan blast furnace menggunakan bijih laterit
kadar rendah oleh cina pada tahun 2005. Bijih di impor dari Indonesia, Filipina,
dan New Caledonia. Proses ini hampir sama seperti produksi dari pig iron.
Perbedaannya adalah bijih besi mengandung nikel lebih banyak serta jumlah terak
yang dihasilkan juga akan meningkat. Produk blast furnace mengandung 2-10%
nikel. NPI diperoleh dengan dua proses yaitu menggunakan mini blast furnace
Besi tuang paduan terdiri dari besi (Fe), karbon (C), dan silikon (Si) serta unsur
logam lainnya dimana kelarutan karbon dalam logam besi lebih besar
dibandingkan material baja. Keadaan besi tuang tanpa paduan juga ditunjukkan
logam. Karbon yang melebihi batas kelarutan (ditunjukkan dengan garis putus-
putus) membentuk presipitat baik sebagai karbon grapit atau besi karbida. Kadar
kelarutan karbon dalam besi tuang yaitu sebesar 2,0-4,3% (ASM, 1991).
16
Terdapat empat jenis cast iron dengan masing-masing komposisi seperti pada
tampak pada Tabel 5. Berdasarkan komposisi kimia terdapat empat jenis besi
tuang adalah besi tuang kelabu (gray iron), besi tuang putih (white cast
gray iron), dan besi tuang nodular (nodular iron) (Heine et al., 1896).
Unsur-usur lain dalam besi tuang yaitu terdiri dari Tembaga (Cu), Timah (Sn),
Timbal (Pb), Seng (Zn), Antimon (Sb), Perak (Ag), Kadmium (K), Aluminium
17
(Al), Magnesium (Mg), Nikel (Ni), Kromium (Cr), Wolfram (W), Silikon (Si),
secara keseluruhan. Unsur paduan seperti Mn, Si, Ni, Cr, dan Mo akan
Fe dan C juga membentuk ikatan kovalen yang melahirkan fasa perlit. Matrik
yang baik. Dalam setiap proses pendiginan lambat dalam cetakan, perlit akan
Besi tuang putih adalah besi tuang yang keras dan rapuh dan tidak dapat
dikerjakan mesin dengan baik. Besi jenis ini merupakan satu-satunya jenis besi
tuang dengan unsur karbon yang membentuk karbida (Singh, 2009). Besi tuang
terhadap korosi, panas, dan untuk pemakaian alat permesinan. Besi jenis ini juga
memiliki kandungan unsur paduan total yang biasanya tidak melebihi sekitar 3%
atau 4% (Rosenbreg, 1968). Karakteristik sifat mekanik dari besi tuang putih
Tabel 6. Karakteristik sifat mekanik dari besi tuang putih (Rajan et al., 1997).
Sifa tmekanik Besaran
Kekerasan (BHN) 375-600
Kekuatan Tarik (MPa) 140-490
Kekuatan Tekan(MPa) 1400-1750
Besi tuang putih dimanfaatkan sebagai bahan baku besi tuang putih dapat tempa
tuang dalam lingkungan oksidasi. Sebagai contoh memanaskan bijih besi pada
5. Struktur Mikro dari Logam Besi Tuang Putih (White Cast Iron)
Dalam besi tuang putih kandungan karbon merupakan gabungan dari karbida
yang terbebas dari grapit. Di bawah keadaan normal karbon cendrung bergabung
dengan besi membentuk karbida (Rajan et al., 1997). Pendinginan yang semakin
cepat akan meningkatkan jumlah karbida di dalam material besi tuang putih.
Sehingga jenis besi tuang ini akan menghasilkan nilai kekerasan yang tinggi.
bahan. Karena saat proses pendinginan berlangsung ikatan karbida akan terputus
(Elfendri, 2009).
menggunakan mikroskop optik pada perbesaran 400x terlihat struktur mikro yang
terbentuk terdiri dari karbida berwana putih dan perlit berwarna hitam.
19
10µm
Gambar 6. Struktur mikro besi tuang putih perbesaran 500x (Smallman dan
Bishop, 1995).
Martensitic white cast iron ASTM A-532 tanpa proses perlakuan panas
mempunyai stuktur terdiri dari martensit, perlit, dan karbida krom. Kandungan
perlit dan karbida krom hampir merata. Pada material yang mengalami proses
perlakuan panas pada temperatur 850℃ dengan waktu tahan selama 120 menit
kemudian di quenching dengan media oli SAE 50 dengan waktu tahan 120 menit.
Struktur yang dominan terdiri dari martensit, perlit kecil-kecil lebih halus, dan
karbida krom. Struktur mikro dari besi tuang putih martensitik ASTM A-532
(a) (b)
Gambar 7. Struktur besi tuang putih martensitik ASTM A-532 (a) tanpa proses
perlakuan panas dan (b) proses perlakuan panas pada temperatur
850℃ selama 120 menit, kemudian di quenching dengan SAE 50
selama 120 menit (Subardi, 2011).
20
Salah satu cara untuk meningkatkan besi tuang dengan cara penambahan nikel
dibuat oleh Hickling pada tahun 1799. Penggunaan 2,5-25% nikel dalam
membuat kapal dari besi tuang (Rosenbreg, 1968). Komposisi utama dari batuan
mineral mengandung nikel yang didominasi oleh nikel (Ni) dan silikon (Si)
dengan sedikit kandungan besi (Fe). Kekerasan batuan nikel mencapai 124-139
BHN. Dengan komposisi dan kekerasan ini maka batuan nikel memiliki potensi
untuk diolah lebih jauh sebagai sumber nikel dengan pengolahan standar industri
dan biasa disebut dengan NPI. Blast furnace dengan arang kayu sebagai bahan
bakar dan reduktor dalam ukuran sedang dan kecil telah dioperasikan di Brazil.
Umpan yang dimasukkan dalam blast furnace adalah bijih besi (aglomerat), arang
kayu (kokas), dan bahan imbuh. Udara dipanaskan dalam stove sampai temperatur
700℃.
Energi yang dibutuhkan dari karbon saat proses juga dikonsumsi dalam reaksi
reduksi hampir sempurna. Sehingga FeO dalam terak tinggal sedikit atau bahkan
tidak ada. Dua batasan utama yang dapat terjadi yaitu kemungkinan untuk
meningkatkan rasio Ni/Fe dalam paduan dan rendahnya kandungan FeO dalam
terak. Sebagian besar terak mengandung silika (SiO2) dan magnesia (MnO2) yang
sebagai bahan imbuh untuk mrenurunkan temperatur terak. (Astuti dkk, 2012).
21
dilakukan pada logam dan paduan dalam bentuk padat sehingga memperoleh sifat
mekanik yang diinginkan (Rajan et al., 1997). Perubahan sifat mekanik yang
(Subardi, 2011).
pemanasan, waktu yang diperlukan pada suhu pemanasan, dan laju pendinginan
(Rajan et al., 1997). Perlakuan panas yang umum digunakan sebagai berikut:
1. Subcritical
hardening. Proses ini bertujuan untuk mengubah struktur austenit jenuh karbon
yang terbentuk akibat proses solidifikasi menjadi struktur perlit. Transformasi ini
diperlukan sebelum dilakukan proses hardening. Jika struktur austenit jenuh pada
kondisi tanpa perlakuan panas diberi perlakuan hardening, maka akan terbentuk
austenit sisa yang jauh lebih stabil dari sebelumnya. Austenit terbentuk ini tidak
terdiri dari temperatur pemanasan, waktu tahan, dan laju pendinginan yang
austenit, komposisi karbon, dan unsur paduan (Rajan et al., 1997). Pemanasan
austenit. Suhu austenisasi yang digunakan sesuai dengan diagram fase besi yang
dari suatu logam pada proses hardening. Dengan menahan pada temperatur
struktur austenit yang homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit
serta difusi karbon dan unsur paduannya. Holding Time yang terlalu lama akan
1999). Perlakuan holding time juga dapat mempengaruhi karbon yang terdifusi ke
Quenching adalah proses pendinginan secara cepat pada suatu logam dari
besar tergantung pada sifat quenching (ASM, 1991; Rajan et al., 1997).
Ada beberapa media quenching terdiri dari air, oli, larutan garam, dan udara.
Penambahan media seperti larutan polimer, larutan logam, dan gas juga
a. Air
Air adalah media quenching yang paling populer karena harganya murah,
dengan penggunaan udara dan dapat mudah diatur. Air mempunyai nilai
24
aquades. Pendinginan cepat yang diperoleh dari quenching media air sebagian
besar merugikan. Hal ini disebabkan saat quenching air dilakukan permukaan
logam tertutupi uap air yang sangat stabil untuk waktu lama.
b. Oli
Sebagian besar oli yang digunakan untuk mediaquenching adalah oli mineral.
distorsi dan patahan yang lemah. Oli untuk media quenching grinding ball PT.
Semen Indonesia dapat meningkat kekerasan dari 781 BHN menjadi 963 BHN
(Nurfanani, 2013).
c. Udara
hembusan udara. Seperti pada baja hardening udara. Baja jenis ini hampir
bebas dari masalah distorsi (Rajan et al., 1997). Menggunakan udara paksa
untuk proses quenching pada besi tuang putih paduan krom tinggi telah
awal hingga suhu austenit), B-C (waktu tahan padasuhu isotermal), dan C-D
( proses quenching).
5. Tempering
suhu kritis yang dilanjutkan dengan proses pendinginan secara perlahan. Proses
pemanasan ini dapat menurunkan kekerasan, kekuatan, dan tahan aus dari
26
ketangguhan dan transformasi austenit sisa (ASM, 1991; Rajan et al., 1997).
temperatur ruang).
1. Uji Komposisi
unsur kimia yang terdapat pada logam dari suatu benda uji. Komposisi kimia dari
logam sangat penting untuk menghasilkan sifat logam yang baik. Spectrometer
adalah alat yang mampu mengalisis unsur logam dan paduan yang terdapat dalam
27
akurat.
Prinsip dasar dari kandungan unsur dan komposisinya yang diketahui pada alat ini
adalah apabila suatu logam dikenakan energi listrik atau panas maka kondisi
Uji kekerasan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan beban identasi atau
penekanan. Uji ini bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam
bentuk daya tahan material terhadap indentor yang ditekan pada permukaan
Prinsip uji Rockwell dengan indentor bola baja dan beban lainnya sama seperti
prinsip indentor dengan indentor intan. Metode yang dilakukan untuk fungsi dari
untuk standar Rockwell dan uji permukaan Rockwell. Namun tersedia gabungan
dari dua mesin yang dapat melakukan kedua tipe pengujian. Sistematik dari mesin
Metalografi atau mikro struktur adalah suatu bentuk susunan struktur yang
terbentuk pada material logam dengan ukuran yang sangat kecil dan tidak
Mikroskop terdiri dari dua bagian yaitu komponen mikroskop dan sistem listrik.
Sinar dari sumber cahaya masuk ke dalam celah dari mikroskop. Cahaya jatuh
melewati fase lensa objektif dari mikroskop dan jatuh ke permukaan material
30
logam. Pantulan permukaan kembali melewati cahaya dan lensa objektif yang
Gambar 14. Skema pengamatan struktur mikro dengan mikroskop (ASM, 1991).
Tujuan dari analisis metalurgi adalah untuk mengetahui ukuran butir, bentuk dan
distribusi serta persentasi jenis dari unsur pokok dalam struktur material.
perlakuan panas seperti normalisasi atau pendinginan cepat (Rajan et al., 1997).
31
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Cutting Tool merk
merk Starret 3814, Mounting Press XQ-28, Polishing Machine merk Uni Pol
1210, Kipas Angin merk Regency 18” FL 45 Deluxe 1086204, hairdryer, penjepit
besi, batang pengaduk, gelas ukur, dan gelas kimia dengan merk pyrex iwaki.
32
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Logam Nickel Pig Iron (NPI),
bakelite, amplas (#120, #400, #600, #800, #1000, dan #1200), kain buludru,
larutan TiO2, larutan Nital 3%, alcohol, aquades, tisu, air, dan Oli SAE 40.
C. Preparasi Sampel
Peleburan sampel Nickel Pig Iron (NPI) sama sperti peleburan sampel Besi tuang
putih paduan krom tinggi. Material dilebur pada tungku induksi dengan kapasitas
panjang 50mm (Riansyah, 2012). Sampel NPI dilakukan preparasi untuk proses
sampel dengan cutting tool ukuran diameter 20 mm tinggi 10mm. Sampel yang
terdiri dari 1 sampel untuk uji komposisi dan 7 sampel untuk uji kekerasan. Serta
menyiapkan sampel untuk uji struktur mikro 7 buah berukuran 10mm x10mm dan
tinngi 5mm. Pada Tabel 8 menunjukkan persiapan jumlah sampel yang digunakan
Setelah didapatkan sampel untuk pengujian member kode pada sampel. Kode
D. Perlakuan Quenching
suhu 850℃ selama 5 jam. Proses quenching pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tiga macam media berupa udara paksa, air, dan oli. Sebelum
selama 2 jam. Sampel yang telah siap dilakukan proses perlakuan panas
jam.
e. Mengeluarkan sampel dari furnace dan meletakkan pada bata api pada
suhu ruang.
a. Menyiapkan 3 macam media quenching yaitu udara paksa, air dan oli.
proses quenching.
35
E. Perlakuan Tempering
Perlakuan ini sama seperti pada perlakuan subcritical dan austenisasi. Sampel
suhu yang digunakan pada proses ini adalah 250 oC dengan kenaikan suhu
d. Mengatur suhu yang diinginkan yaitu 250oC dengan waktu tahan selama 2
jam.
e. Mengeluarkan sampel dari furnace dan dan meletakkan pada bata api pada
suhu ruang.
panas mulai dari fase awal atau subcritical hingga proses tempering. Pada
penelitian ini pemanasan dimulai dengan memanaskan sampel pada suhu 700℃
pemamanasan kembali pada suhu 850℃ selama 5 jam dan didinginkan secara
diberikan perlakuan panas lanjutan berupa tempering pada suhu 250℃ selama 2
jam. Siklus perlakuan quenching dan tempering ditunjukkan pada Gambar 15.
Temperatur (℃)
Austenisasi
5 jam
850
Subcitical
700 Quenching
2 jam Tempering
250
2 jam
G. Pengujian Sampel
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji komposisi kimia, uji
1. Uji Komposisi
pengkikir amplas.
yang didapatkan.
2. Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan ini bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan dari masing-
masing sampel. Pengujian ini menggunakan alat Analog hardness tester dengan
38
merk Rockwell Starret ditunjukkan pada Gambar 17. Digunakan Rockwell tipe C
e. Setelah itu memutar tuas unloading ke arah loading dan menunggu panah
unloading.
f. Melihat hasil pembacaan yang ditunjukkan oleh panah pada dial gauge.
3. Uji Metalografi
Pengujian metalografi ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro dari masing-
dengan merk Nikon tipe MA-100 ditunjukkan pada Gambar 18. Sebelum
polishing dan pengetsaan agar struktur mikronya dapat teramati dengan jelas pada
mikroskop optik.
adalah :
600, 800, 1000, dan 1200, serta kain bludru dengan larutan TiO2..
sebagai berikut :
“ON”.
H. Diagram Alir
Proses penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir Gambar 19.
Preparasi Sampel
Nickel Pig Iron (NPI)
Uji Komposisi
(As-Cast) Uji Kekerasan
Uji Struktur Mikro
Subcritical 700℃
selama 2 jam
Austenisasi 850℃
selama 5 jam
Quenching
Udara, Air, dan Oli
Uji Kekerasan
Uji Struktur Mikro
Tempering 250℃
selama 2 jam
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian sampel NPI didapatkan nilai kekerasan sebesar 47,5 HRC
(456 BHN) dengan sktuktur mikro terdiri dari karbida, ferit, dan perlit.
2. Sampel NPI yang telah dilakukan perlakuan panas yang di-quenching media
udara paksa sebesar 44 HRC (418 BHN). Sehingga tidak dapat meningkatkan
nilai kekerasan, hal ini terlihat dari struktur martensit dan karbida serta masih
3. Sampel NPI dengan dengan kandungan 2,28% C dan 0,222% Si serta unsur
paduan berupa 2,75% Ni memiliki sifat hardenability yang lebih rendah jika
4. Sampel NPI yang telah dilakukan perlakuan panas yang di-quenching media
air dan oli dapat meningkatkan nilai kekerasan yaitu masing-masing sebesar
61,3 HRC (672,7 HBN) dan 61,7 HRC (679,7 BHN). Nilai kekerasan
60
paksa sebesar 41,7 (390 BHN), quenching media air dan oli sebesar 55 HRC
(570 BHN). Pada sampel as-quench media udara paksa yang di-tempering
media air dan oli terdiri struktur martensit dan karbida sekunder yang
6. Dari ketiga sampel NPI yang telah dilakukan perlakuan panas sampel as-
quench media air dan oli yang di tempering memenuhi syarat pembuatan
B. Saran
melakukan uji impak dan uji ketahanan aus. Pengujian tersebut berfungsi untuk
ASM Handbook. 1991. Heat Treating. Vol 04. ASM International. The Material
Information Company.
ASM Handbook. 1991. Properties and Selection: Irons, Steels, and High
Performance Alloys. Vol 1. ASM International. The Material Information
Company.
Beumer, B.J.M. 1994. Ilmu Bahan Logam, Jilid I Terjemahan B.S. Anwir,
Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Hal 49-123.
Bravo, Sergio V., Yamamoto, Kaoru., Miyahara, Hirofumi., dan Ogi, Keisaku.
2007. Control of Carbides and Graphite in Ni-Hard Type Cast Iron for
Hot Strip Mills. Material Science Forum Vols 561-565 Trans Tech
Publications, Switzerland. Hal 1023-1026.
Col, Mustafa., Koc, Funda G., Oktem, Hasan., dan Kir Durmus. 2016. The Role of
Boron in High Alloy White Cast Iron (Ni-Hard 4) on Microstructure,
Mechanical Properties and Wear Resistance. Elsevier Science B.V. All
rights reserved. Wear 348-349. Hal 158-165.
Coronado, JJ., Gomes, A., dan Sinatora, A. 2009. Tempering Temperature Effects
on Abrasive Wear of Mottled Cast Iron. Elsevier Science B.V. All rights
reserved. Wear 267. Hal 2070-2076.
Dalil, Adhy P dan Ismet I. 1999. Pengaruh Perbedaan Waktu Penahanan Suhu
Stabil (Holding Time) Terhadap Kekerasan Logam. Jurnal Natur Indonesia
II.
Dogan, O.N., Hawk, J.A., dan Rice, J. 2004. Comparison of Three Ni-Hard I
Alloy. DOE/ARC-070. Hal 70-74.
Fan, X.H., He, L., dan Zhou, D.Q. 1990. A Study of High Chromium Cast Iron on
Abrasion Resistance and Impact Fatigue Resistance. Paper presented at
the International Conference on Wear of Materials, USA. Elsevier
Sequola. Wear 138. Hal 47-60.
Farge, Jean C., Fortin, Robert., dan Joli, Mont. 1982. Low Alloy White Cast Iron.
United StatesPatent.4,338,128. Noranda Mines Limited. Toronto. Canada
Hal 1-4.
Habibi, Firdaus. 2010. Karakterisasi Sifat Fisis Dan Mekanis Grinding Ball Impor
Diameter 40 mm yang digunakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal 22.
Heine, Richard W., Loper, Carl R., dan Rosenthal, Philip C. 1896. Principles of
Metal Casting second edition. Mc Graw-Hill Book Company. New York.
Hal 492-497.
Hermawandi dan Hidayat, Asrul. 2005. Analisa Perubahan Struktur Akibat Heat
Treatment pada Logam ST, FC dan Ni-Hard 4. Jurnal Teknik Vol 7.
Jurusan Teknik Perancangan Mekanik. Politeknik Manufaktur Timah. Hal
57-62.
Izciler, M dan Celik, H. 2000. Two and Three Body Abrasive Wear Behavior of
different Heat-Treated Boron Alloyed High Chromium Cast Iron Grinding
Balls. Journal of Materials Processing Technology 105. Elsevier Science
B.V. Hal 237-245.
Kadhim, Mohammad J., Abood, Adnan N., dan Yaseen, Rabiha S. 2011. The Role
of Manganese on Microstructure of High Chromium White Cast Iron.
Modern Applied Science Vol 5. ISSN 1913-1844. E-ISSN 1913-1852. Hal
179-185.
Liu, Wenyan., Qu, Jingxin., dan Lin, Fuyan. 1997. A Study of Bainitic Nodular
Cast Iron for Grinding Balls. Elsevier Science B.V. All rights reserved.
Wear 205. Hal 97-100.
Maraveas, C., Wang, Y.C,. Swailes, T., dan Sotiriadis, G. 2015. An Experimental
Investigation of Mechanical Properties or Strutural Cast Iron at Ekevated
Termperatures and After Cooling Down. Fire Safety Journal 71. Elsevier
Ltd. All rights reserved. Hal 340-352.
Mohammadnezhad, M., Javaheri, V., Shamanian. M., Naseri, M., dan Bahrami,
M. 2013. Effects of Vanadium Addition on Microstructure, Mechanical
Properties and Wear Resistance of Ni-Hard 4 White Cast Iron. Materials
and Design 49. Elsevier Science B.V. All rights reserved. Hal 888-893.
Nurfanani, Ach. 2013. Perbandingan Media Pendingin Oli Sae 5w Dan Air
Garam Pada Proses Quenching Grinding Ball 40 mm terhadap Kekerasan
dan Ketahanan Aus di PT. Semen Indonesia(Persero) Tbk (Skripsi).
Jurusan Teknik Mesin. Universitas Jember. Hal 37-41, 45.
Nurjaman, Fajar., Suharno, Bambang., Astuti, Widi., dan Aryati, Myrna. 2012.
Karakteristik Grinding Ball Impor Asal India dan Cina. Prosiding Seminar
Nasional Material dan Metalugi (SENAMM V). Hal 78-84.
Paxton, Harold W. 1991. Materials of Engineering. United States Steel Professor
Emeritus, Carnegie Mellon University. Hal 13.
Prasetyo, Budi A dan Prasetiyo, Puguh. 2011. Peningkatan Kadar Nikel (Ni) dan
Besi (Fe) dari Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Jenis Saprolit untuk
Bahan Baku Nickel Containing Pig Iron (NCPI/NPI). Majalah Metalurgi,
Vol 26. No ISSN 0126-3188. Hal 123-129.
Rajan, T.V., Sharma. C.P., dan Sharma, Ashok. 1997. Heat Treatment Principles
and Techniques. Revised Edition. Prentice Hall of India Private Limited.
New Delhi-110001. Hal 40-301.
Romaeni, Imaniar. 2016. Pembuatan Bola Gerus dari Besi Tuang Putih paduan
Krom Tinggi (Skripsi). Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal 40-52.
Rosenbreg, Samuel J. 1968. Nickel and Its Alloys. Institute for Materials Research
National Bureau of Standards. Washington, D.C. 20234. Hal 110.
Septianto, Bayu A. dan Setiyorini, Yuli. 2013. Pengaruh Media Pendingin pada
Heat Treatment terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Friction
Wedge AISI 1340. Jurnal Teknik Pomits Vol 2 No. 2 ISSN 2337-3539. Hal
342-347.
Shofi, Achmad., Astuti, Widi., dan Nurjaman, Fajar. 2013. Karakteristik Struktur
Mikro dan Sifat Mekanik Besi Tuang Putih Paduan Krom Tinggi Hasil
Thermal Hardening untuk Aplikasi Grinding Ball. Majalah Metalurgi
Vol.28. ISSN 0216-3188 Hal 177-184.
Singh, Ramesh. 2009. Materials Selectiom and Design. Gulf Interstate
Engineering. Houston, Texas. Hal 58.
Smallman, R.E. dan Bishop, R.J. 1995. Modern Physical Metallurgy and
Materials Engineering. Science, process, applications. Sixth Edition.
Butterworth-Heinemann. Oxford Auckland Boston Johannesburg
Melbourne New Delhi. Hal 304.
Standar Industri Indonesia (SII). 1983. Bola Pelumat Logam Ferro. SII-0789-83
(SNI-1069).
Sujiono, E.H., Diantoro, M., dan Samnur. 2014. Karakteristik Sifat Fisis Batuan
Nikel di Sorowako Sulawesi Selatan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
Vol. 10 No 2. Hal 163-167.
Sun, Yufu., Hu, Sumeng., Xiao, Zhiyun., You, Sansan., Zhao, Jingyu., dan Lv,
Yezhe. 2012. Effect of Nickel on Low-Temperature Impact Toughness and
Corrosion Resistance of High-Ductility Ductile Iron. Materials and Design
41. Elsevier Science B.V. All rights reserved. Hal 37-42.
Zulhan, Zulfiadi., Yusuf., Sata, Andi. Y., Solichin., Astuti, Widi., Sibarani,
David., Ralang, M Dye N., dan Bagoes R A, Indra. 2012. Permodelan
Proses Pembuatan Nickel Pig Iron (NPI) dengan Blast Furnace untuk
Menentukan Kebutuhan Kokas, Komposisi Produk dan Terak serta
Kapasitas Pabrik sebagai Fungsi dari Kandungan Nikel Di Bijih dan
Volume Blast Furnace. The third Indonesian Process Metallurgy
Conference (IPM III). Hal 1-10.