Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


JUVENILLE DIABETES

DISUSUN OLEH :

CINDI WULANDARI 2026010032.P

KELAS KONVERSI KEPERAWATAN SEMESTER I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “ Askep Keperawatan Pada Anak
dengan Juvenille Diabetes”dengan baik tanpa hambatan. Dengan selesainya
makalah ini disusun, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada yang Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Walaupun makalah ini telah
selesai,namun karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki,sehingga
makalah ini jauh dari sempurna,sehingga besar harapan kami untuk menerima
saran dan kritik yang bersifat konstruktif.

Kami mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada


manfaatnya bagi pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.

Curup, 01 Mei 2021


Penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i

KATAPENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Tujuan ......................................................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Patofisiologi Juvenille Diabetes...............................................................


2.2 Pathway/WOC (Web Of Caution) Juvenille Diabetes..............................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................................


5.2 Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes mellitus DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat
terjadinya gangguan > 6,5 %. Penanda ini harus sesuai standar National
Glycogemoglobin Standardization Program (NSPG) pada laboratorium
yang bersertifikasi dan terstandar dengan assay Diabetes Control and
Complications Trial (DCCT) (Miranda, 2020). DM tipe I disebabkan karena
hilangnya kemampuan mensekresi insulin akibat kerusakan autoimun
selektif terhadap sel beta pancreas, tipe ini merupakan tipe diabetes
poligenik yang berhubungan dengan banyak gen (Diah, 2017).

Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)


menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes.
Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di
dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan
rendah-menengah.

Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak


dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga
terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa
umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin
sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin. Insiden
diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada
anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari
semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1.
Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan
hanya sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan
karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien
sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul
secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak
segera ditolong dengan suntikan insulin.

World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai


diabetes jika ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi
dan poliuri ) dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang
tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang
normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit
kencing manis.
Penanganan DM tipe I harus dimulai dari diagnosis dini, pemberian
terapi insulin yang sesuai dan tata laksana komprehensif yang juga
mencakup edukasi, nutrisi dan aktivitas fisik (Aman B, 2019). Keadaan
ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya
dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes.

1.2 Tujuan
Dengan pembuatan makalah ini kami berharap komponen
kesehatan khususnya perawat agar lebih mengetahui dan memahami tentang
hal-hal yang berkaitan dengan Juvenille Diabetes yang prevalensinya cukup
tinggi, sehingga pada akhirnya dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun
klien dan keluarganya.
1.3 Manfaat

a. Untuk mengetahui patofisiologi Juvenille Diabetes


b. Untuk mengetahui Pathway/WOC (Web Of Caution) Juvenille Diabetes
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis dengan Juvenille
Diabetes
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan
yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga
mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus,
seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang
dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang
mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas
dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi
virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-
gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya
predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel
pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah
autoregresi.

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang


berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini
muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang
mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak
ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur
metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air
dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen
menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan
proses pembuatan glukosa dari asam amino, laktat, dan gliserol yang
dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol).
Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak,
dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipogenesis
namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL ginjal tidak dapat
mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa
menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria.
Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin, terutama natrium,
klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan
air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation) pasien
merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja
tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non
obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak
pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme
yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi,
glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua
stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin
eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan
menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.
2.2 Pathway/WOC (Web Of Caution) Juvenille Diabetes

Reaksi autoimun

Sel pancreas hancur

Definisi insulin

hiperglikemia Katabolisme protein meningkat liposis


meningkat

fleksibilitas darah merah pembata san diet penurunan BB

pelepasan O2 intake tidak adekuat resiko nutrisi


kurang

hipoksia perifer poliuria deficit volume cairan

nyeri perfusi jaringan perifer tidak efektif


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik,
pola kegiatan sehari-hari. fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat
atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama  
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

Data Subjektif yg mungkin timbul :


1. Klien mengeluh sering kesemutan. Klien mengeluh sering
kesemutan.
2. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari.
3. Klien mengeluh sering merasa haus.
4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan
(polifagia)
5. Klien mengeluh merasa lemah.
6. Klien mengeluh pandangannya kabur Klien mengeluh
pandangannya kabur.
Data Objektif :
1. Klien tampak lemas.
2. Terjadi penurunan berat badan
3. Tonus otot menurun
4. Terjadi atropi otot
5. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6. Tampak adanya luka ganggren
7. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam

c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon
verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi
yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya
pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang
meningkat/tinggi/ hipertensi.
1. Pulse rate Pulse rate
2. Respiratory rate Respiratory rate
3. Suhu Suhu

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak
adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan
cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, nopati, kekaburan
pandangan.
2. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru. Palpasi : kulit
teraba kering, tonus otot menurun.
3. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah. Auskultasi :
adanya peningkatan tekanan darah.

Pemeriksaan penunjang :

1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Glukosa darah :


meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
5. Natrium : mungkin normal, meingkat, atau menurun
6. Kalsium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
7. Fosfor: lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat: kadarnyameningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis,
ISK baru)
9. Gas Darah Arteri : Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan
biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
10. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ;
leukositosis: hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap
stress atau infeksi.
11. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
12. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
13. Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada
( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang, sekunder terhadap pembentukan antibody
( autoantibody).
14. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
15. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas
mungkin meningkat.
16. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah keluarga yang menderita seperti penyakit klien
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum
obatnya, apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.

Hal-hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien


dengan diabetes mellitus:

1. Aktivitas/istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun
2. sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah
3. Integritas ego
stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria), diare
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi /Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak) tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan kadar gllukosa dalam darah/urin tinggi
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan pasien menurun walaupun intake
makanan adekuat
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
3.3 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSIS KEPERAWATAN LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi


D.0027 Ketidakstabilan kadar L.05022 Setelah dilakukan intervensi I. 03115 Manajemen hiperglikemia
glukosa darah keperawatan selama 3 x 24 Observasi
berhubungan dengan jam kestabilan kadar glukosa - Identifikasi penyebab
hiperglikemia ditandai darah meningkat dengan hiperglikemia
dengan kadar gllukosa kriteria hasil : - Identifikasi situasi yang
dalam darah/urin tinggi kestabilan kadar glukosa menyebabkan kebutuhan
darah insulin meningkat
1. Mengantuk menurun - Monitor tanda dan gejala
2. Pusing menurun hiperglikemia
3. Lelah / lesu menurun - Monitor intake dan ouput
4. Gemetar menurun cairan
5. Berkeringat menurun - Monitor kadar glukosa darah
6. Rasa haus menurun Terapeutik
7. Kadar glukosa dalam - Berikan asupan cairan oral
darah membaik Edukasi
8. Kadar glukosa dalam - Ajarkan pengelolaan diabetes
urine membaik Kolaborasi
- Konsultasi pemberian
insulin
D.0019 Defisit nutrisi L.03030 Setelah dilakukan intervensi I.03119 Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
ketidakmampuan jam status nutrisi membaik - Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrient dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan kalori
ditandai dengan berat Status nutrisi dan jenis nutrient
badan pasien menurun 1. Porsi makanan yang - Monitor berat badan
walaupun intake makanan dihabiskan meningkat Terapeutik
adekuat 2. Verbalisasi keinginan - Fasilitasi menentukan
untuk meningkatkan pedoman diet
nutrisi - Edukasi
3. Perasaan cepat kenyang - Anjurkan diet yang
menurun diprogramkan
4. Berat badan membaik Kolaborasi
5. Indeks masa tubuh - Kolaborasi dengan ahli gizi
(IMT) membaik untuk menentukan jumlah
6. Frekuensi makan kalori dan jenis nutrient
membaik yang dibutuhkan
7. Nafsu makan membaik

D.0142 Resiko infeksi L.14128 Setelah dilakukan intervensi I.14539 Pencegahan infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
penyakit kronis jam kontrol resiko meningkat - Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : infeksi
Kontrol resiko Terapeutik
1. Kemampuan - Berikan perawatan kulit
menghindari faktor pada area edema
resiko meningkat - Cuci tangan sebelum dan
2. Kemampuan mengubah sesudah kontak dengan
perilaku meningkat pasien
3. Kemampuan modifikasi - Pertahankan teknik aseptik
gaya hidup meningat
4. Penggunaan fasilitas Edukasi :
kesehatan meningkat - Jelaskan tanda dan gejala
5. Imunisasi meningkat infeksi
- Ajarkan cara cuci tangan
dengan benar

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
imunisasi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak
dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga
terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa
umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin
sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan bagi pasien Juvenille
Diabetes dengan tepat sehingga dapat meminimalkan komplikasi. Selain itu,
mahasiswa keperawatan juga diharapkan dapat memberikan edukasi baik
kepada pasien maupun keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Aman B Pulungan, Diadra Annisa, Sirma Inada (2019). Diabetes Melitus Tipe I
Pada Anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana.

Diah Hermayanti, Erlin Nursiloningrum (2017). Hiperglikemia pada Anak.

Miranda Adelita, Karina Sugih Arto, Melda Deliana (2020). Kontrol Metabolik
pada Diabetes Melitus Tipe I.

PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
(2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai