Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Kecamtan Cimahi Tengah, Kota Cimahi Jawa Barat.
secara geografis lokasi penelitian berada antara 107º31’30” BT – 107º 33’30” BT dan
6 º52’00”LS - 6 º54’00” LS dengan luas wilayah 10.12 km2 dengan batas – batas
sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat
Timur : Kecamatan Sukasri, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Andir Kota
Bandung
Selatan : Kecamatan Margaasih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten
Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung
Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan
Ngamrah Kabupaten Bandung Barat
Secara geografis, Kecamatan Cimahi Tengah sebagai salah satu Kecamatan di
Kota Cimahi yang letaknya diampit 2 kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Selatan
dan Kecamatan Cimahi Utara. Kecamatan Cimahi Tengah sangat strategis karena
terletak di jalur kegiatan ekonomi regional dan sebagai kota inti Bandung Raya yang
berdampingan dengan ibu kota Jawa Barat yang sangat dinamis. Kecamatan Cimahi
Tengah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sentra kegiatan pelayanan jasa
yang berbasis pada sumber daya manusia. Lihat gambar 3.1 Peta Administrasi
Kecamatan Cimahi Tengah.

1.2. Metode Penelitian


Sebuah penelitian diperlukan pemilihan metode yang tepat, pemilihan metode
yang tepat akan memudahkan peneliti dalam proses penelitiannya. Surakhmad (1982,
hlm.131) mengatakan metode penelitian merupakan cara untuk mencapai suatu
tujuan seperti untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik tertentu untuk
Rizka Bahari, 2016
Evaluasi Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kecamatan Cimahi Tengah 32
33

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey.
Menurut Tika (2005, hlm.6) “ Metode Survey, yaitu suatu metode penelitian yang
bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variable, unit atau
individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau
sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa
yang diteliti”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dirasa cocok untuk mengkaji
permasalahan kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Cimahi Tengah secara
detail, karena penulis melakukan ground check terhadap data Sekunder yang
diperoleh langsung secara aktual sehingga teruji kebenarannya.

1.3. Populasi dan Sampel


1.3.1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2013, hlm. 61) merupakan wilayah generalisasi
yang memiliki karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Sumaatmaja (1998, hlm.
12) mengatakan populasi adalah keseluruhan gejala individu, kasus dan masalah yang
diteliti yang ada di daerah penelitian dan menjadi objek penelitian. Populasi biasanya
meliputi populasi wilayah atau populasi manusia, namun populasi yang akan diambil
dalam setiap penelitian berbeda tergantung jenis penelitian atau apa yang akan
ditelitinya.
Berdasarkan penelitian diatas populasi adalah seluruh penduduk atau wilayah
yang mempunyai karakteristik berbeda, kemudian dapat mewakili penelitian tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah yaitu seluruh Kelurahan
yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah meliputi Kelurahan Baros, Kelurahan
Cigugur Tengah, Kelurahan Cimahi, Kelurahan Karangmekar, Kelurahan Padasuka
dan Kelurahan Setiamanah. Dengan luas 10,12 km2. Adapun luas wilayah Kecamatan
Cimahi Tengah dapat dilihat pada table 3.1.
34

Table 3.1
Luas Wilayah Kecamatan Cimahi Tengah
No Kelurahan Luas Wilayah (Ha)
1. Baros 225,00
2. Cigugur Tengah 235,13
3. Cimahi 84,00
4. Karangmekar 131.10
5. Padasuka 198,00
6. Setiaamanah 137,00
Sumber : Database Kependudukan Kota Cimahi Tahun 2015
1.3.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013, hlm 62) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi” sedangkan menurut Arikunto (2006,
hlm.131), “Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti”. Teknik sampling
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Sampel Penduduk
Sampel penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kepala
keluarga yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah .
b. Sampel Wilayah
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh permukiman yang
ada di Kecamatan Cimahi Tengah. Lihat gambar 3.2
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random
sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan pada cara berfikir bahwa makin banyak
anggota sub populasi makin besar pula rentangan variasinya dibandingkan dengan
jumlah anggota populasi yang sedikit. Yunus dalam Ardi (2012, hlm. 53)
Sebagian besar data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
Sekunder sehingga data yang diperoleh harus cek kebenarannya dilapangan. Sampel
penduduk diambil dengan menggunakan rumus Slovin, Umar (2008, hlm.108)
sebagai berikut.
Keterangan :
n : Jumlah elemen atau anggota sampel
N: Jumlah elemen atau anggota populasi.
Gambar 3.2
Peta Sampel Blok Permukiman Kecamatan Cimahi Tengah
34
Keterangan :
n : Jumlah elemen atau anggota sampel
N : Jumlah elemen atau anggota populasi

n=N/(1+N.e²)

E : Error level (tingkat kesalahan) (catatan : umumnya digunakan 1% atau 0,01, 5 %


atau 0,05 dan 10 % atau 0,1) (catatan dapat dipilih oleh peneliti).

Sampel Penduduk ini diambil dari jumlah Kepala Keluarga yang ada di
Kecamatan Cimahi Tengah adalah 52.022 orang dan presisi yang ditetapkan atau
tingkat signifikasi 0,1 atau 10 %. Dengan persentase Karakteristik :

N = 52.022 / (1+52.022 x 0,1²)

n = 100 orang/ kepala keluarga

Berdsarkan perhitungan diatas maka sampel penduduk yang didapat adalah 100
orang atau kepala keluarga. Kemudian agar proporsional pembagian sampel di setiap
kelurahan maka menurut Sugiono dalam Ridwan (2010. Hlm.66) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut :
NI
ni = xn
N

Keterangan :
ni = Jumlah sampel menurut stratum
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
N = Jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan perhitungan diatas setiap kelurahan akan terwakili sampel kepala


keluarga. Jumlah sempel kepala keluarga dari setiap kelurahanya akan terpaparkan
dalam tabel 3.2

35
36

Tabel 3.2
Jumlah Sampel
No Kelurahan Jumlah Sampel
1 Baros x 100 = 14

2 Cigugur Tengah x 100 = 29

3 Cimahi x 100 = 8

4 Karangmekar x 100 = 11

5 Padasuka x 100 = 23

6 Setiamanah x 100 = 15

Jumlah 100 orang /Kepala Keluarga

1.4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


Keruangan, sesuai dengan fungsinya dalam pendekatan keruangan mempelajari
tentang perbedaan lokasi yang memiliki sifat atau karakteristik yang penting dalam
suatu wilayah, sehingga karakteristik atau masalah tersebut dapat dikaji. Peneliti
mengambil kesimpulan bahwa dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Kualitas
Lingkungan Permukiman di Kota Cimahi” sangat erat kaitannya dengan pendekatan
keruangan karena meliputi region atau wilayah yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan wilayah lainnya akan tetapi memiliki keterkaitan antar ruang.

1.5. Variable Penelitian

Menurut Sugiono (2011, hlm. 3), “variable penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya”. Variable
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada ketetapan atau
peraturan Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi tentang meningkatkan kualitas
37

lingkungan permukiman dan penanganan kawasan kumuh Kota Cimahi. Lihat table
3.3

Tabel 3.3
Variabel Penelitian
Indikator Variabel Penelitian
 Kepadatan bangunan
 Ukuran bangunan
 Tata letak bangunan / pola bangunan
 Aksesibilitas
 Lokasi Permukiman Kualitas Lingkungan

 Sanitasi Permukiman

 Ketersediaan air bersih


 Persampahan
 Kepadatan penduduk
 Fasilitas umum

1.6. Definisi Oprasional


Dalam penelitian ini penulis perlu memberikan batasan tentang definisi
oprasional diantaranya yaitu :
1. Permukiman
Permukiman menurut Undang – undang Nomer 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pasal 1 ayat (5), permukiman adalah bagian
dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan
fungsi lain kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Masih dalam undang- undang
yang sama pasal 1 ayat (3), permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaa maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
38

Berdasarkan pemaparan diatas permukiman adalah sebuah lingkungan tempat


tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, utilitas umum dan sebainya
yang mendukung penghidupan.

2. Kualitas Lingkungan Permukiman


Kualitas lingkungan permukiman kota yang baik akan memperhatikan
kelengkapan sarana dan prasana pendukung seperti yang tercantum dalam Undang –
Udang Nomer 1 Tahun 2011 bahwa sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian
yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
social, budaya, dan ekonomi. Sedangkan prasarana adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat
tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
Berdasarkan pemaparan diatas kualitas lingkungan permukiman merupakan
sebuah keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi
kelangsungan hidup manusia disuatu wilayah, Biasanya kualitas lingkungan yang
baik memiliki sarana dan prasarana penujang kehidupan baik social, budaya maupun
ekonomi. Kualitas lingkungan permukiman yang di teliti dalam penelitian ini adalah :
a. Kepadatan bangunan
Kepadatan bangunan adalah jumlah rumah atau bangunan dalam satu blok
permukiman. Kepadatan bangunan dikatakan baik apabila :
 Kepadatan bangunan <40% ( 17 rumah /Ha) dapat dikatakan jarang
 Kepadatan bangunan 40-60% ( 25 rumah /Ha) dapat dikatakan sedang
 Kepadatan bangunan >60% (>50 rumah /Ha) dapat dikatan padat
b. Ukuran bangunan
Ukuran bangunan adalah sebuah ukuran yang menentukan kesejahteraan
penghuninya, klasifikasi ukuran bangunan sebagai berikut :
 >60% ukuran bangunan dalam blok 60m2 dikatakan baik
 30-50% ukuran bangunan dalam blok 30-60m2 dikatakan sedang
 50% ukuran bangunan dalam blok <30% m2 dikatakan buruk
39

c. Tata letak bangunan


Tata letak bangunan menentukan keteraturan bagunan seperti arah bangunan
mengikuti jalan atau tidak, klasifikasi tata letak bangunan sebagai berikut :
 >50 % bangunan teratur dikatan baik
 25-50% bangunan teratur dikatakan sedang
 <25% bangunan teratur dikatakan buruk
d. Aksesibilitas
Aksebilitas merupakan sebuah kemudahan suatu kendaraan untuk menjangkau
suatu lokasi perumahan atau permukiman, klasifikasi aksesibilitas dapat dilihat dari :
 >50% rata-rata lebar jalan 6 meter dikatakan baik
 25-50 % lebar jalan antara 3-6 meter dikatakan sedang
 Sebagian jalan kecil atau tidak Nampak pada citra dikatakan jelek
e. Lokasi permukiman
Lokasi permukiman merupakan sebuah lokasi yang menentukan kualitas lokasi
permukiman tersebut baik atau tidaknya biasanya dilihat dengan apakah jauh dari
sumber polusi udara atau suara, bencana,aksesibilitasnya.
 Dapat dikatakan baik jika jauh dari sumber polusi, bencana tetapi masih dekat
dengan fasilitas kota ( terminal. Stasiun,pabrik,dll)
 Dapat dikatakan sedang jika ada kemungkiman terpengaruh polusi dan bencana,
terkena dampak secara tidak langsung, agak jauh dari fasilitas kota
 Dapat dikatakan buruk jika dekat dengan sumber polusi baik udara, suara, listrik
bertegangan tinggi dan sumber bencana ( sungai dan gunung api).
f. Ketersediaan air bersih
Ketersediaan air bersih merupakan syarat yang terpenting dalam menentukan
kualitas permukimansuatu permukiman yang layak dan sehat.
 >75% jumlah penduduk terlayani oleh PDAM, Artesisi, Sumur Dangkal ,
Sumur Masyarakat, dan Born Capteri
40

 55-65% jumlah penduduk terlayani oleh PDAM, Artesisi, Sumur Dangkal ,


Sumur Masyarakat, dan Born Capteri
 35-45% jumlah penduduk terlayani oleh PDAM, Artesisi, Sumur Dangkal ,
Sumur Masyarakat, dan Born Capteri
g. Fasilitas umum
Fasilitas umum merupakan penunjang dari suatu permukiman dan dapat dikatan
baik jika lingkungan permukiman tersebut dilengkapi dengan fasilitas umum. Fasilits
umum biasanya terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pusat
perbelanjaan atau perniagaan dll.
h. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disutu daerah persatuan luas.
Kepadatan penduduk disuatu daerah bias dihitung dengan rumus :

Kepadatan penduduk

i. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik
di bidang kesehatan masyarakat dengan cara menyehatkan ligkungan hidup manusia
terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air dan udara.
j. Persampahan
Persampahan disini maksdunya adalah seberapa besar masyarakat dapat
menangani sampah dilingkungan tempat tinggalnya dan apakah masyarakat terlayani
dengan keberadaan TPA dan TPS disekitar lingkungan tempat tinggalnya.

1.7. Intstrumen Penelitian


1.7.1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian evaluasi kualitas lingkungan permukiman
ini yaitu :
a. Komputer Accer Aspire V-5431, digunakan untuk mengolah data yan
diperlukan dalam proses penelitian.
41

b. Software Arcgis digunakan untuk membuat peta guna melengkapi hasil


penelitian secara detail.
c. alat tulis, berfungsi untuk menulis intrumen penelitian
d. GPS. Berfungsi untuk menunjukan koordinat pada daerah penelitian untuk
memudahkan dalam pengolahan data.
e. Kamera Asus ZE550 ML, digunakan untuk mendokumentasikan dan
merekam, sekaligus sebagai bukti pada saat survey lapangan.
f. Printer, digunakan untuk proses output hasil penelitian.

1.7.2. Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Pedoman observasi
b. Peta rupa bumi (RBI) Cimahi lembar 1209-313 tahun 2001 skala 1 :25.000
tahun dan Peta Rupa Bumi (RBI) skala 1:25.000 lebar 1209- 311 (Bandung)
tahun 2011.
c. Citra google eart 2016
d. Data Badan Pusat Statistik Kota Cimahi
e. Data parameter –parameter Dinas Pekerjaan Umum.

1.8. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan dalam sebuah
penelitian untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang
diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut :
a. Observasi lapangan
Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas lingkungan
permukiman secara langsung, sehingga dapat dikaitkan dengan parameter –parameter
penelitian penelitian lainnya.
b. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab dengan warga sekitar
Kecamatan Cimahi Tengah khususnya kepala keluarga terkait karakteristik
42

responden, lokasi permukiman, persampahan, ketersediaan air bersih, fasilitas umum,


dan sanitasi di sekitar permukiman.
c. Studi Literatur
Studi literature bertujuan memperloleh data dan informasi baik berupa jurnal,
buku, makalah yang berkaitan dengan penelitian kualitas lingkungan permukiman
agar dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data sekunder tentang
masalah penelitian untuk pengambilan bukti berupa table , dokumen, peta dari
berbagai instansi pemerintah, serta peta hasil interpretasi Citra Google Eart. Studi
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data kepadatan bangunan, ukuran
bangunan, aksesibilitas, tata letak atau pola bangunan, dan kepadatan penduduk.

1.9. Kisi – Kisi Instrumen


Tebel 3.4
Kisi – kisi Instrumen Penelitian
No. Variabel Indikator No Item Bentuk Sasaran
Instrumen
1. Ukuran bangunan C 11 Wawancara
dan Data
Sekunder
2. Lokasi C 12 –
permukiman C 14
3. Ketersediaan air C 15 Wawancara
Kualitas bersih
4. Lingkungan Sanitasi C 16 – Kondisi
Permukiman di C 18 Dilapangan
5. Kota Cimahi fasilitas umum C 19 –
C 24
6. Persampahan C 25 – C27
7. Aksesibilitas
8. Kepadatan
bangunan Data
9. Tata letak / Pola sekunder
bangunan
10. Dinas
Kepadatan kependudukan
penduduk dan Catatan
Sipil Kota
Cimahi
Sumber : Analisis Peneliti Tahun 2016
43

1.10. Teknik Analisis Data


1. Analisis Harkat dan Skoring
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
pengharkatan dan skoring (berjenjang tertimpang) pada setiap parameternya, adapun
pengharkatan atau skoring pada masing – masing parameter sebagai berikut :
a. Kepadatan bangunan
Kepadatan bangunan merupakan hasil melalui perhitungan rumah pada setiap
satuan pemetaan (blok permukiman) yang telah dibatasi sebelumnya. Kepadatan
bangunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan jumlah rumah
dengan luas permukiman. Adapun rumus yang digunakan pada setiap satuan
pemetaannya yaitu :

n n n n x %

Selanjutnya setelah mendapatkan hasil perhitungan kepadatan bangunan,


diklasifikasikan ke dalam klasifikasi kepadatan bangunan seperti dapat dilihat pada
tabel 3.5
Tabel 3.5
Klasifikasi Kepadatan Bangunan
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Jarang Kepadatan <20% 3
(17 rumah/Ha) 3
Kepadatan Sedang Kepadatan 30-40% 2
bangunan ( 25 rumah/Ha)
Padat Kepadatan >40 % 1
( <50 rumah/Ha)
Sumber : Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Cimahi,2015
Harkat diberikan berdasarkan tingkat kepadatan bangunan, semakin besar
nilainya maka semakin besar kualitas lingkungan permukimannya, namun jika
nilainya semakin kecil sebalikya kuliatas lingkungan permukiman tersebut tidak baik.
Sedagkan bobot diberikan untuk menunjukan parameter tersebut berpegaruh teradap
44

kualitas lingkungan permukiman, jika bobot semakin besar maka kualitas lingkungan
permukiman tersebut bagus atau baik.

b. Ukuran bangunan
Ukuran bangunan merupakan ukuran rumah yang berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan penghuninya.
Adapun klasifikasi ukuran bangunan yang digunakan dapat dilihat pada tabel
3.6
Table 3.6
Pengharkatan Parameter Ukuran Bangunan
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Luas >60% ukuran bangunan dalam 3
blok 60m2
Ukuran Sedang 30-50 % ukuran bangunan 2
Bangunan dalam blok 30 – 60 m2 1
Sempit 50 % ukuran bangunan dalam 1
blok <30% m2
Sumer : Howart dkk dalam Ardi (2012, hlm. 59)

Harkat masing – masing diberikan berdasarkan tingkat ukuran bangunan, jika


harkat semakin besar maka klasifikasinya pun baik terhadap kualitas lingkungan
permukiman, namun jika harkat tersebut kecil hal tersebut menandakan tingkat
kualitas permukiman tidak baik, sedangakan nilai bobot diberikan untuk setiap
parameternya agar dapat menunjukan seberapa berpengarunya terhadap kualitas
lingkungan permukiman kota. Jika bobot semakin besar maka semakin
berpengaruhnya terhadap kualitas lingkungan permukiman.

c. Tata letak atau pola bangunan


Tata letak atau pola bangunan merupakan keteraturan letak antara bangunan
dengan kondisi alam. Klasifiasi tata letak atau pola bangunan ditunjukan dengan
adanya pola jalan lingkungan yang teratur, sedang, tidak teratur, bagunan
perumahannya mengahadap ke jalan atau memiliki akses yang baik, sedang, dan pola
45

bangunan perumahan pada permukiman tersebut secra teratur, sedang, dan tidak
teratur, Lihat tabel 3.7
Table 3.7
Pengharkatan Parameter Tata Letak atau Pola bangunan
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Tata letak / Teratur >50 % banguna teratur 3
Pola Sedang 40-50 % bangunan teratur 2 2
Bangunan Tidak <40% bangunan teratur 1
teratut
Sumber : Horward dkk dalam Ardi (2012,hlm.60)

Harkat masing-masing klasifikasi diberikan berdasarkan tingkatan Tata Letak/


Pola Bangunan, semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut pun baik terhadap
kualitas lingkungan permukiman kota, namun sebaliknya nilai terkecil tidak baik
terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Sedangkan bobot diberikan secara
menyeluruh untuk satu parameter, nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter
tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Ardi
(2012,hlm.60)

d. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan jalan masuk untuk transportasi,
biasanya ditunjukan dengan lokasi perumahan atau permukiman. Lihat table 3.8
Tabel 3.8
Pengharkatan Parameter Aksesibilitas
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Baik Jalan penghubung lingkungan 3
tampak jelas pada Citra landsat,
>50% rata- rata lebar jalan 6
Aksesibilitas meter
Sedang 25 – 35-% lebar jalan antara 3 – 2 2
6 meter, tampak sebagian pada
citra landsat
Jelek Jaringan jalan sebagian besar 1
tidak tampak jelas pada citra
landsat
Sumber : Horwad, dkk dalam Ardi (2012,hlm. 60)
46

Harkat diberikan berdasarkan tingkatan aksesibilitas, semakin besar nilainya


maka klasifikasi tersebut baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota. Jika
sebaliknya nilai terkecil tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman kota.
Sedangkan bobot diberikan secara menyeluruh untuk parameter, nilai bobot besar
menunjukan bahwa parameter tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan permukiman kota.

e. Lokasi Permukiman
Lokasi Permukiman mempunyai banyak penafsiran, namun lokasi permukiman
dalam penelitian ini adalah lokasi relative permukiman yang bebas dari polusi (udara
dan suara) dan bencana (banjir dan tegangan listrik tinggi). jika lokasi permukiman
bebas dari polusi dan bencana maka dapat dikatakan lokasi permukiman tersebut
mempunyai kualitas lingkungan permukiman yang baik. Adapaun klasifikasi lokasi
permukiman berdasarkan parameternya dapat dilihat pada table 3.9
Tabel 3.9
Pengharkatan Parameter Lokasi Permukiman
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Baik Jauh dari sumber polusi
(udara dan suara) dan 3
bencana (banjir, dan
listrik tegangan tinggi)
Lokasi tetapi masih dekat 2
Permukiman dengan fasilitas kota.
Sedang Ada kemungkinan
terpengaruh polusi dan 2
bencana, terkena dampak
secara tidak langsung,
agak jauh dari fasilitas
kota.
Jelek Dekat dengan sumber
polusi (udara dan suara) 1
dan bencana (banjir,
listrik bertegangan
tinggi)
Sumber : Dinas PU Kota Cimahi Tahun 2006 dengan modifikasi
47

Harkat masing-masing klasifikasi diberikan berdasarkan tingkatan Lokasi


Permukiman, semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut pun baik terhadap
kualitas lingkungan permukiman kota, namun sebaliknya nilai terkecil tidak baik
terhadap kualitas lingkungn permukiman kota. Sedangkan bobot diberikan secara
menyeluruh untuk satu parameter, nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter
tersebut semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman kota.

f. Sanitasi
Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan, namun yang di maksud sanitasi dalam
penelitian ini adalah kepemilikan sarana Mck, septictank, dan lingkungan
permukiman dengan drainase yang baik. Jika setiap satuan blok permukiman
dilengkapi dengan sarana tersebut maka dapat dikatakan mempunyai kualitas
lingkungan permukiman yang baik dari segi sanitasi. Untuk lebih jelas lihat tabel 3.10
Tabel 3.10
Pengharkatan Parameter Sanitasi
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Baik >85% rumah tangga memiliki
sarana MCK, septic tank, 3
drainase baik.
Sanitasi Sedang 60-85% rumah tangga memiliki 3
sarana MCK, sedikit Septictank 2
drainase
Jelek <60% rumah tangga memiliki
sarana MCK, tidak ada 1
septicktank.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi dengan modifikasi

g. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan penyebaran penduduk di suatu wilayah atau
Negara , apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak, dilihat jumlah
penduduk per Ha dari block permukiman. Klasifikasinya dapat dilihat pada tabel 3.11
48

Tabel 3.11
Pengharkatan Parameter Kepadatan Penduduk
Variable Klasifikasi Kriteria Harkat Bobot
Tidak Padat Jumlah penduduk 0-50
jiwa/km2 4
Kepadatan Cukup padat Jumlah penduduk 51-
Penduduk 250 jiwa/km2 3 1
Padat Jumlah penduduk 251 –
400 jiwa/km2 2
Sangat Padat Jumlah penduduk < 400
jiwa/km2 1
Sumber : UU No. 56 Tahun 1960
h. Fasilitas umum
Fasilitas umum merupakan penunjang dari suatu permukiman dan dapat dikatan
baik jika lingkungan permukiman tersebut dilengkapi dengan fasilitas umum. Fasilits
umum biasanya terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pusat
perbelanjaan atau perniagaan dll. Klasifikasi tersebut dapt dilihat pada tabel 3.12
Tabel 3.12
Pengharkatan Parameter Fasilitas Umum ( Pendidikan)
Variabel Kriteria Kelas Harkat Bobot
Fasilitas SMA S/d Baik 3
umum Perguruan Tinggi 3
(Pendidikan) SMP S/d SMA Sedang 2
TK/SD Buruk 1
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum 2001 dengan modifikasi

Tabel 3.13
Pengharkatan Parameter Fasilitas Umum ( Sarana Kesehatan)
Varibel Kriteria Kelas Harkat Bobot

Fasilitas Terdapat puskesmas, balai pengobatan, bidan, Baik


umum dan rumah sakit umum 3
(Kesehatan) Terdapat Puskesmas dan balai pengobatan Sedang 2 3
Terdapat Puskesmas Buruk 1

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum 2011 dengan modifikasi


49

Table 3.14
Pengharkatan Parameter Fasilitas Umum ( Sarana Niaga)
Variable Kriteria Kelas Harkat Bobot
Tersedia pasar dan dapat mencukupi
kebutuhan primer dan sekunder dan Baik 3
Fasilitas aksesibilitas mudah dijangkau
umum Tersedia pasar dapat mencukupi kebutuhan
(sarana niaga) sekunder namun aksesibilitas dapat Sedang 2 2
dijangkau
Tersedia pasar namun belum memenuhi
kebutuhan dan aksesibilitas sulit dijangkau Buruk 1
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum 2001 dengan modifikasi
Klasifikasi diberikan berdasarkan kondisi ketersediaan fasilitas umum di
daerah penelitian , semakin besar nilainya maka klasifikasi tersebut pun baik
terhadap kualitas lingkungan permukiman. Sebaliknya jika nilai terkecil tidak baik
terhadap kualitas lingkungan permukiman. Sedangkan bobot diberikan menyeluruh
untuk satu parameter , nilai bobot besar menunjukan bahwa parameter tersebut
semakin berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman.
i. Ketersediaan Air Bersih
Ketersediaan air bersih merupaka hal yang harus dipertimbangkan dalam suatu
pemilihan lokasi permukiman karena memperngaruhi hajat orang banyak dan
merupakan hal yang utama. Klasifikasi tersebut dpat dilihat pada tabel 3.15
Tabel 3.15
Pengharkatan Parameter Ketersediaan Air Bersih
Variabel Kriteria Kelas Harkat Bobot
>75% jumlah penduduk Sangat 3
terlayani oleh PDAM, Artesisi, baik
Sumur Dangkal , Sumur
Masyarakat, dan Born Capteri
55-65% jumlah penduduk Sedang 2
Ketersediaan terlayani oleh PDAM, Artesisi, 2
Air Bersih Sumur Dangkal , Sumur
Masyarakat, dan Born Capteri
50

Lanjutan Tabel 3.15

35-45% jumlah penduduk Buruk 1


terlayani oleh PDAM, Artesisi,
Sumur Dangkal , Sumur
Masyarakat, dan Born Capteri
Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 1990 dengan modifikasi

j. Persampahan
Tabel 3.16
Pengharkatan Parameter Persampahan
Variable Kriteria Kelas Harkat Bobot
>65% dari jumlah penduduk terlayani 3
oleh sistem DK/PDK, dam tidak ada Baik
pembuangan sampah secara liar
25-45 % dari jumlah penduduk terlayani 2
Sampah oleh sistem DK/PDK, dan terdapat Sedang 2
pembuangan sampah secara liar
<25% dari jumlah penduduk terlayani
oleh sistem DK/PDK, dan terdapat Buruk 1
pembuangan sampah liar
Sumber : Dinas Perkerjaan Umum tahun 2001 dengan modifikasi
Berdasarkan parameter - parameter yang telah dijelaskan diatass untuk kualitas
lingkungan permukiman, maka hasil skor dikali bobot diklasifikasikan menjadi tiga
kelas klasifikasi yaitu baik, sedang, dan buruk. Kualitas lingkungan permukiman ini
dapat digunakan untuk menentukan indek kualitas lingkungan permukiman di suatu
wilayah. Untuk menghitung interval kela kualitas lingkungan permukiman yaitu
sebagai berikut :

N N Keterangan :
Ni
Ni : Nilai Interval
Ni = Nmak : Nilai Maksimum

Ni Nmin : Nilai Minimum


= 50 / 3
n Kelas : Jumlah Kelas
= 16,6
36

Maka kualitas lingkungan permukiman dibagi tiga kelas klasifikasi, lihat table 3.17
Tabel 3.17
Klasifikasi Kelas Kualitas Lingkungan Permukiman untuk Parameter (Kepadatan
bangunan, ukuran bangunan, Pola bangunan, Lokasi permukiman, Sanitasi,
Persampahan, Fasiliras umum, dan Ketersediaan air bersih)

No Tingkat Penilaian Skor


1. Buruk 25 – 41,6
2. Sedang 41,6 – 58,2
3. Baik 58,2 – 74,8

Tabel 3.18
Klasifikasi Kelas Kuliatas Lingkungan Permukiman
Berdasarkan Parameter Kepadatan Penduduk
No Tingkat Penilaian Skor
1 Baik 3-4
2 Sedang 2-3
3 Buruk 1-2

2. Analisis Tetangga Terdekat


Penelitian ini menggunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighbor statistic).
Dalam menggunakan analisis tatangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah berikut :
a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki.
b. Mengubah pola penyebaran fenomena yang diselidiki menjadi pola penyebaran titik.
c. Memberikan nomor urut untuk mempermudah analisis.
d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara titik satu dengan titik lain
yang merupakan tetangga terdekatnya dan mencatat ukuran jarak ini.
e. Menghitung besarnya parameter tetangga terdekat (nearest neighbor statistic).
Pengeyasuian pola-pola ini menggunakan skala tetangga terdekat yang diungkapkan ke
dalam nearest neighbor statistic. Bintarto (1991, hlm. 75) dengan menggunakan formula
sebagai berikut :

T=

T = indeks penyebaran tetangga terdekat


37

Ju = Jarak Rata- Rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetngga yang terdekat.
Ju = N

J = Jumlah Jarak
N = jumlah titik
Jh = jarak rata- rata yang diperoleh apabila semua titik mempunyai pola random.
=

P = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas
wilayah dalam km2 (A)

Setelah didapatkan nilai tetangga terdekat ( T) maka parameter yang didapat


menunjukan nilai tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
, T=0 T = 1,0 T = 2,15

T=0 T = 1,0 T = 2,15

Mengelompok Acak Seragam


(Clustered) (Random) (Uniform)

Gambar 3.3
Jenis Pola Persebaran Perumahan Menurut Bintarto dan Surastopo
38

k. Kerangka Pemikiran

Kota Cimahi

Pertumbuhan Penduduk

Kebutuhan Permukiman

Standar Kualitas Data Lapangan


Lingkungan Permukiman

Analisis Data :

1. Analisis
tetangga terdekat
2. Harkat dan
bobot

Hasil

Rekomendasi dan
Saran

Anda mungkin juga menyukai