BAB I
PENDAHULUAN
Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu Trier dan bahasa Inggris Triage
kemudian diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir yaitu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan
suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling
efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di IGD setiap tahunnya
(Pusponegoro, 2010).
di dapatkan rerata waktu tanggap di IGD RS. Cipto Mangunkusumo kurang lebih
delapan menit. Adapun di RSUD Curup didapatkan rerata waktu tanggap baik kasus
bedah maupun non bedah di Instalasi Gawat Darurat RSUD Curup adalah 10 menit.
Waktu maksimal standar pelayanan yang dikenal dengan istilah Response Time
(waktu tanggap) yaitu maksimal lima menit. Dalam Response Time (waktu tanggap)
ada tiga faktor penting yaitu keyakinan, kecepatan dan pelayanan (Umah dan Rizikiyah
2015, p. 108). Waktu tanggap pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan
sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-
komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi,
dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila
waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada. Salah satu
indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah
kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik
pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap
sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan
untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam
perjalanan hingga pertolongan rumah sakit.
3
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah :
“Bagaimana Gambaran Response Time (Waktu Tanggap) Penanganan Pasien di IGD
RSUD Curup Rejang Lebong Tahun 2020?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran Response Time (waktu tanggap) penanganan trauma di IGD
RSUD Curup Rejang Lebong Tahun 2020.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui gambaran tenaga medis yang dibutuhkan pada Response Time (waktu
tanggap) penanganan trauma di IGD RSUD Curup Rejang Lebong Tahun 2020.
2. Mengetahui gambaran fasilitas medis di IGD pada Response Time (waktu tanggap)
penanganan trauma di IGD RSUD Curup Rejang Lebong Tahun 2020.
3. Mengetahui gambaran kinerja tenaga dokter pada Response Time (waktu tanggap)
IGD RSUD Curup Rejang Lebong Tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan
yang bertugas di IGD RSUD Curup Rejang Lebong Tahun 2020 sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dalam penanganan pasien gawat darurat.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan
untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan Response Time (waktu
tanggap) penanganan pasien di IGD RSUD Curup.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada di
lapangan serta untuk menambah wawasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun area-area yang ada di dalam kegiatan pelayanan kesehatan bagi pasien di IGD
adalah :
1. Area administratif.
2. Reception/Triage/Waiting.
3. Resuscitation area.
4. Area perawat akut (pasien yang tidak menggunakan ambulan).
5. Area konsultasi.
6. Staff work station.
7. Area khusus.
8. Pelayanan penunjang.
9. Tempat peralatan yang bersifat mobile.
10. Ruang alat kebersihan.
5
Adapun kriteria dari petugas yang berada di ruangan IGD sebagai berikut di bawah ini:
1. Ada dokter terlatih sebagai kepala instalasi atau Unit Gawat Darurat yang
bertanggung jawab atas pelayanan di instalasi atau Unit Gawat Darurat.
2. Ada perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan gawat darurat.
3. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan
hidup dasar (Basic Life Support).
4. Ada program penanggulangan korban masal, bencana (Disaster Plan) terhadap
kejadian di dalam Rumah Sakit ataupun diluar Rumah Sakit.
5. Semua staff atau pegawai harus manyadari atau mengetahui kebijakan dan tujuan
dari unit. Pengertian, meliputi kesadaran sopan santun, keleluasaan pribadi
(privasi), waktu tunggu, bahasa, perbedaan rasial atau suku, kepentingan konsultasi
dan bantuan sosial serta bantuan keagamaan.
6. Ada ketentuan tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur) rekam
medik.
7. Semua pasien yang masuk harus melalui triase.
8. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah atau
berpengalaman.
9. Triase sangat penting untuk penilaian kegawat daruratan pasien dan pemberian
pertolongan atau terapi sesuai dengan derajat kegawat daruratan yang dihadapi.
10. Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan pengawasan
penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat
darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke Rumah Sakit lainnya. Gawat Darurat
adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba dalam keadaaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam jiwanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat
atau mati) bila tidak mendapat pertolongan segera.
6
Oleh karena definisi gawat darurat tersebut, maka Instalasi Gawat Darurat
merupakan salah satu bagian dari sebuah Rumah Sakit yang memegang peranan
penting. Hal tersebut jugalah yang membuat dalam sebuah IGD harus tersedia fasilitas
dan segala aspek yang dapat menunjang seluruh pasien gawat darurat yang datang,
terutama IGD dalam sebuah Rumah Sakit yang ramai akan pasien yang datang untuk
mendapatkan penanganan segera. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan
pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan
resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Memberikan pelayanan sebagai Memberikan pelayanan sebagai Memberikan pelayanan sebagai Memberikan pelayanan sebagai
berikut : berikut : berikut : berikut :
1. Diagnosis dan penanganan : 1. Diagnosis dan penanganan : 1. Diagnosis dan penanganan : 1. Diagnosis dan penanganan :
Permasalahan pada A, B, C Permasalahan pada A, B, C Permasalahan pada : Permasalahan pada :
dengan alat-alat yang lebih dengan alat-alat yang lebih A : Jalan nafas (Airway A : Jalan nafas (Airway
lengkap termasuk ventilator. lengkap termasuk ventilator. Problem) Problem)
2. Penilaian disability, 2. Penilaian disability, B : Pernafasan (Breathing B : Pernafasan (Breathing
penggunaan obat, EKG, penggunaan obat, EKG, Problem) Problem)
defibrilasi,. defibrilasi,. C : Sirkulasi Pembuluh Darah C : Sirkulasi Pembuluh Darah
3. Observasi HCU/R. 3. Observasi HCU/R. (Circulation Problem) (Circulation Problem)
Resusitasi-ICU. Resusitasi-ICU. 2. Penilaian Disability, 2. Melakukan stabilisasi dan
4. Bedah Cito. 4. Bedah Cito. Penggunaan obat, EKG, evakuasi
defibrilasi (Observasi HCU),
bedah Cito
9
1
Dokter Subspesialis Semua jenis on call - - -
14
Semua besar + Anestesi
1
on site Bedah, Obgyn, Anak,
1 Bedah, Obgyn, Anak,
Dokter Spesialis Penyakit Dalam on site (dr -
1
(dr Spesialis kain on Penyakit Dalam on call
Spesialis on call)
call)
Perawat (+Pelatihan
On site 24 Jam On site 24 Jam On site 24 Jam On site 24 Jam
Emergency Nursing)
sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan
untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam
perjalanan hingga pertolongan Rumah Sakit. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah
waktu tanggap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit mempunyai tugas menyelenggarakan
pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan
darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan cermat
untuk mencegah kematian dan kecacatan (Soetrisno, 2013).
Setiap klasifikasi tersebut memiliki kode warna tersendiri. Kasus gawat darurat
dilambangkan merah, kasus darurat tidak gawat diberikan warna kuning, kasus non
gawat darurat diberikan warna hijau, dan kasus mati diwarnai hitam. Pasien dengan
label merah merupakan prioritas utama. Bila terjadi kesalahan triase dari paramedis
akan berakibat fatal untuk penanganan kedepannya. Selain faktor internal diatas,
terdapat juga faktor eskternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Hal-hal inilah
yang mempengaruhi kinerja tenaga medis dan paramedis yang akan mempengaruhi
Respon Time (waktu tanggap) di IGD.
17
E. Triage / Triase
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan
dan sumber daya yang ada. Triase berasal dari bahasa prancis Trier bahasa inggris Triage
dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus
memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan
gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep
pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan
sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukan perawatan di IGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010). Triage adalah
suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan
tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
b. Spot Check
Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data
subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah
satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu “gawat darurat”, “mendesak”, atau
“ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien
ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi
ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
c. Comprehensive
Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan
perawat dalam menjalankan peran triage. Data dasar yang diperoleh meliputi
pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta
informasi subjektif dan objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan
pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus
dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit (Iyer, 2004).
Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien
yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
22
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi),
jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010).
Klasifikasi Keterangan
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan
hebat.
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya : pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya.
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya
laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis
media dan lainnya.
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya.
23
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan
kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :
a. Nyeri hebat
b. Perdarahan aktif
c. Stupor / mengantuk
d. Disorientasi
e. Gangguan emosi
f. Dispnea saat istirahat
g. Diaforesis yang ekstrem
h. Sianosis
6. Proses Triage
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Perawat triage harus mulai
memperkenalkan diri, menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian cepat
kemudian pengkajian berlanjut di ruang tindakan. Pengumpulan data subjektif dan objektif
harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk
pengkajian perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien
di area pengobatan yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian
jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien
pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh
perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi
keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan
pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika
pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani
terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif
sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian
dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer).
25
9) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat
diperbolehkan untuk pulang.
10) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
(Rowles, 2007).
b. Wawancara Triase
Pemberian salam dan sapaan yang dilakukan oleh seorang perawat triase dapat
menentukan kesan pengalaman berkunjung pasien selama di IGD. Meskipun perawat
berpengalaman melihat penyakit yang diderita pasien hanya cidera minor, pasien dapat
menjadi stres dan melihat melihat cedera ynag dialaminya sebagai suatu kondisi krisis.
Perawat harus netral dan berempati. Perawat triase harus memiliki keterampilan
interpersonal yang kuat, menganggapi dengan bijaksana setiap pertanyaan dan dapat
menghilangkan kecemasan pasien dengan informasi dan kepastian. Mengumpulkan
informasi vital sangat penting untuk membuat keputusan triase yang tepat. Tujuan dari
wawancara triase adalah untuk menentukan keluahan utama, memperoleh gambaran
tentang tanda dan gejala yang relevan, melakukan pemeriksaan dan menetapkan level
kegawatan pasien.
c. Dokumentasi Triase
Dokumen triase harus jelas, ringkas, dan mendukung kriteria level kegawatan.
Setiap Rumah Sakit harus memiliki kebijakan triase yang mencakup persyaratan
dokumentasi. Biasanya terdapat tempat spesifik pada lembar pemantauan/monitoring
pasien untuk mencatat hasil triase. Bagian pencatatan ini biasanya terdiri dari kotak
dengan daftar tilik, atau hanya bagian kosong untuk catatan naratif. Saat ini banyak
IGD yang menggunakan sistem dokumentasi terkomputerisasi. Setiap IGD perlu
memutuskan apakah penilaian seperti, hambatan belajar, kebutuhan gizi, atau
kekerasan dalam rumah tangga akan dilakukan pada proses triase atau dilakukan saat
pasien masuk area perawatan IGD. Pendokumentasian adalah pekerjaan
mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
27
Permulaan intervensi (misal. balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur diagnostik
seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram (EKG), atau Gas Darah Arteri (GDA))
(ENA, 2005).
28
S : data subjektif
O : data objektif
A : analisa data yang mendasari penentuan diagnosa keperawatan
P : rencana keperawatan
I : implementasi, termasuk di dalamnya tes diagnostik
E : evaluasi / pengkajian kembali keadaan / respon pasien terhadap pengobatan dan
perawatan yang diberikan (ENA, 2005).
29
BAB III
ANALISA DATA
Rumus :
4. Definisi SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah bentuk perencanaan strategi bisnis yang diambil
dari empat sisi utamanya. SWOT terdiri dari Strength (Kekuatan), Weakness
(Kelemahan), Opportunity (Kesempatan/Peluang) dan Threat (Ancaman).
7. Analisa SWOT
Berdasarkan hasil Analisis yang sudah dilakukan di Ruang IGD Rumah Sakit Umum
Curup dari tanggal 15 – 20 Februari 2021 , didapatkan hasil analisa SWOT sebagai
berikut :
Tabel 3.3 (Analisis SWOT Kajian Situasional Ruang IGD RSUD Curup)
M1 (MAN)
Kekuatan (S)
1. Sebagian perawat sudah
mengikuti pelatihan seperti
0,3 2 0,6
BTCLS, ACLS, Resusitas
Neonatus, Manajemen
nyeri , K3RS, , PPGD,
ENBL
2. Seluruh perawat ruang IGD
sudah mempunyai STR. 0,3 2 0,6
TOTAL 1,8
Kelemahan (W)
1. 77, 8% perawat masih 0,2 2 0,4
berlatar belakang
pendidikan D3
Keperawatan.
2. Jenjang karir perawat 0,2 1 0,2
belum sesuai
35
TOTAL 1,2
Peluang (O)
1. RS memberikan kebijakan 0,3 2 0,6
untuk memberikan
kesempatan tugas belajar
dan pelatihan bagi perawat
ruangan.
2. Adanya mahasiswa Ners
Keperawatan yang praktik 0,3 3 0,9
manajemen Keperawatan di O-T
Ruang IGD
(1,5-0,8= 0,7)
TOTAL 1,5
Ancaman (T)
1. Persaingan antar RS yang 0,3 3 0,9
semakin kuat dalam
menuju rumah sakit
internasional.
TOTAL 0,9
M2 (MATERIAL)
Kekuatan (S)
1. Akreditasi RS Tipe B 0,2 2 0,4
2. SOP lengkap sesuai
0,3 3 0,9
dengan 10 tindakan
terbanyak yang dilakukan
di IGD
3. Menjadi Rumah Sakit
0,2 2 0,4 S-W
Rujukan
(1,7-1=0,7)
TOTAL 1,7
Kelemahan (W)
1. Alat kesehatan yang sudah 0,1 2 0,2
ada tapi jumlahnya tidak
36
TOTAL 1
Peluang (O)
1. Lokasi RS yang 0,5 3 1,5
berada ditengah
perbatasan
kabupaten
TOTAL 1,5
O-T
Ancaman (T)
(1,5-0,4= 1,1)
1. Persaingan antar RS yang 0,2 2 0,4
semakin kuat dalam
menuju rumah sakit
rujukan
TOTAL 0,4
M3 (METHODE)
Kekuatan
1. RSUD Curup memiliki
visi, misi, dan motto, yang
diterapkan pada seluruh
bidang yang terkait dalam 0,4 4 1,6
pelaksanaan pelayanan
kesehatan
2. Sudah ada format untuk
pendokumentasian asuhan 0,2 3 0,6
keperawatan
3. Timbang terima sudah
berjalan rutin dilakukan 0,1 3 0,3
4. Supervisi sudah maksimal 0,2 2 0,4
dilakukan scara rutin
37
TOTAL 3,1
Kelemahan
1. Pre dan post conference 0,2 1 0,2
belum berjalan secara
optimal
2. Kepatuhan penggunaan
APD saat melakukan 0,2 2 0,4
tindakan invasif belum
optimal
3. Timbang terima belum 0,2 1 0,2
dilakukan berdasarkan
SBAR
4. Perawat jarang melakukan
double check pada saat 0,1 2 0,2
pemberian tindakan medis
lainnya.
TOTAL 1
Peluang (O)
1. Adanya mahasiswa Ners 0,3 4 1,2
yang praktek manajemen
keperawatan di instalasi
gawat darurat.
2. Dengan perkembangan 0,3 3 0,9
iptek dapat mendukung dan
meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap pasien
dengan melanjutkan O-T
jenjang pendidikan yang (3-1=2)
lebih tinggi bagi tenaga
kesehatan ruangan
3. Dengan adanya SOP yang
tersedia di instalasi gawat 0,3 3 0,9
darurat dapat menjadi
acuan dalam memberikan
pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal
TOTAL 3
38
Ancaman (T)
1. Tuntutan masyarakat 0,3 2 0,6
terhadap peningkatan
pelayanan kesehatan
2. Persaingan dari RS / klinik 0,2 2 0,4
lain
TOTAL 1
M4 (MONEY)
Kekuatan (S)
1. Selain gaji pokok, pegawai 0,2 3 0,6
RSUD Curup juga
mendapat upah insentif
2. Dana peralatan kesehatan S-W
dan prasarana penunjang 0,1 2 0,2 (1,8- 0,6= 1,2)
diperoleh dari dana BLUD
yang sudah dianggarkan
3. Adanya alokasi dana untuk
pelatihan yang diadakan
0,1 2 0,2
oleh Rumah Sakit bagi
perawat diruangan dari
bidang keperawatan
4. Adanya tunjangan hari
raya (THR) bagi PNS dan 0,2 4 0,8
Karyawan BLUD
TOTAL 1,8
Kelemahan (W)
1. Sistem gaji pegawai non- 0,3 1 0,3
PNS di ruangan belum
sesuai dengan UMR
2. Sistem pembayaran gaji
belum ada rincian terhadap 0,3 1 0,3
karyawan BLUD
TOTAL 0,6
Peluang (O)
1. Adanya program BPJS 0,3 2 0,6 O-T
yang dapat diikuti oleh
(0,8-0,4= 0,4)
semua warga Indonesia
39
Ancaman (T)
1. Rumah sakit sekitar telah 0,2 2 0,4
memberlakukan gaji diatas
UMR
TOTAL 0,4
M5 (MARKETING)
Kekuatan (S)
1. Bentuk pemasaran /
marketing yang dilakukan 0.4 4 1.6
oleh bidang Promkes
RSUD yakni melalui media
cetak dan elektronik.
2. Pendaftaran pasien rawat 0.3 3 0.9
jalan bisa secara online.
3. Ruang IGD mempunyai 0.2 3 0.6
media informasi di bagian
luar ruangan berupa: 1 buah
banner tentang persyaratan
pelayanan pasien IGD, 1
buah banner tentang
penggolongan triase pasien S-W
IGD, 1 buah kotak saran, 3 (3,3- 2,1= 1,2)
buah poster yakni tentang
hak dan kewajiban pasien,
standar pelayanan IGD, dan
alur pelayanan IGD.
4. Bagian dalam ruangan IGD 0.1 2 0.2
terdapat 1 buah tempat
leaflet dan berisikan leaflet,
stiker dilarang memotret di
ruang bedah dan nonbedah.
TOTAL 3,3
40
Kelemahan (W)
0.4 4 1.6
1. Bidang promosi kesehatan
tidak menjadwalkan secara
khusus program
penyuluhan kesehatan di
ruang IGD.
2. Promosi kesehatan di ruang
0.3 3 0.9
IGD hanya mengharapkan
pada pemberi asuhan
(dokter, perawat dan bidan)
secara individual
3. Letak tempat leaflet kurang
0.3 2 0.6
strategis
TOTAL 2,1
Peluang (O)
0.4 3 1.2
1. Adanya mahasiswa
keperawatan yang sedang
praktek belajar di ruang
IGD RSUD Curup
2. Ada kerjasama antara pihak
0.7 4 2.8
RSUD Curup dengan
pemilik stasiun radio dan O-T
mediadi kota Curup yang
(4,0-1,0= 3,0)
biasa digunakan dalam
promosi kesehatan.
TOTAL 4,0
Ancaman (T)
1.0 1 1.0
1. Adanya rumah sakit
dan klinik lain.
TOTAL 1,0
41
Opportunity
Y (+)
Kuadran III Kuadran I
4
Market
3 1.2 – 3,0
2,5
Method
2 e
Material
1,5 2.1 – 2,
0.7 – 1,7
1 Money
Man
0,5 1,2– 0,4
X (- ) 0.6 – 0,7 X (+)
Kuadran IV
Kuadran II
Y (-)
Threat
42
B. Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil analisa SWOT yang sudah dilakukan, didapatkan prioritas masalah
manajemen unit secara umum dari Ruang IGD RSUD Curup.
Tabel 3.2 (Prioritas Masalah Manajemen Unit Secara Umum Dari Ruang IGD RSUD
Curup)
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil masalah yang paling menonjol dari ruangan
IGD adalah pada M5, sedangkan menurut prioritasnya, masalah manajemen dalam
1. M5 Market : 4,2
2. M3 Methode : 4,1
3. M2 Material : 2.4
4. M4 Money : 1,5
5. M1 Man : 1,3
43
1. M5: Market
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M5 (Marketing) berada
pada Kuadran I (Strategi Agresif) yang artinya dalam pelaksanaan manajemen
strategi, ruang IGD RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(Kekuatan – Peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal pada setiap kesempatan
yang ada.
2. M3: Methode
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M3 (Methode) berada
pada Kuadran I (Strategi Agresif) yang artinya dalam pelaksanaan manajemen
strategi, ruangan IGD RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO
(Kekuatan – Peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
3. M4: Money
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M4 (Money) berada pada
Kuadran I (Strategi Agresif) yang artinya dalam pelaksanaan manajemen strategi,
ruang IGD RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan –
Peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik
keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal. Kekuatan utama yang dimiiki
Ruang IGD adalah Selain gaji pokok, pegawai IGD juga mendapat upah insentif,
Tunjangan hari raya.
4. M1 : Man
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M1 (Man) berada pada
Kuadran I (Strategi Agresif) yang artinya dalam pelaksanaan manajemen strategi,
ruang IGD RSUD Kota Bandung dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan –
Peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik
keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
44
5. M2 : Material
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M2 (Material) berada
pada Kuadran I (Strategi Agresif) yang artinya dalam pelaksanaan manajemen
strategi, ruang IGD dapat menggunakan strategi SO (Kekuatan – Peluang), yaitu
dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari
peluang di lingkungan eksternal seperti lokasi RS yang berada ditengah kota dan
menjadi salah satu Rumah Sakit rujukan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter. Edisi 7. Komisi Trauma “IKABI”
2004.
Manuaba TW. Tindak bedah organ dan sistem organ payudara. In: R.
Sjamsuhidayat, Jong WD, editor. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2005.
p. 388- 401.
Permana HP. 2007. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Update on 26th January
2012, available at Indikator Kinerja RS-Hanna Subanegara.pdf.
Sleekr. 2017. Pengertian, Manfaat, dan Contoh Analisis SWOT Untuk Bisnis
UKM. Update on 21 February 2021., avalaible at https://sleekr.co/blog/analisis-swot-
untuk-bisnis-ukm/amp/
49
Kesimpulan
Level IV
Memberikan pelayanan sebagai berikut :
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A, B, C dengan alat- alat yang lebih
lengkap termasuk ventilator
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/R. Resusitasi –ICU
4. Bedah Cito
Level III
Memberikan pelayanan sebagai berikut :
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A, B, C dengan alat- alat yang lebih
lengkap termasuk ventilator
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/R. Resusitasi –ICU
4. Bedah Cito
Level II
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A: Jalan nafas (Airway problem) B:
Pernafasan (Breathing problem) dan C: Sirkulasi pembuluh darah (Circulation
problem)
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Bedah Cito
Level I
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A: Jalan nafas (Airway problem) B:
Pernafasan (Breathing problem) dan C: Sirkulasi pembuluh darah (Circulation
problem)
2. Melakukan Stabilisasi dan evakuasi
50
1
Dokter Subspesialis Semua jenis on call - - -
14
Semua besar + Anestesi
1
on site Bedah, Obgyn, Anak,
1 Bedah, Obgyn, Anak,
Dokter Spesialis Penyakit Dalam on site (dr -
1
(dr Spesialis kain on Penyakit Dalam on call
Spesialis on call)
call)
Perawat (+Pelatihan
On site 24 Jam On site 24 Jam On site 24 Jam On site 24 Jam
Emergency Nursing)
Definisi
1. Pasien Gawat Darurat : adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien Gawat Tidak Darurat : adalah pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
3. Pasien Darurat Tidak Gawat : adalah pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba,
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badanya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat : adalah pasien yang datang dalam keadaan baik
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya pasien dengan Ulcus
tropicum.
5. Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor
yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik,
mental, sosial).
1. Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti nafas dan henti jantung
2. Penanganan serangan jantung / payah jantung, sesak nafas
3. Penanganan akut abdomen
4. Resusitasi cairan akibat dehidrasi / penanggulangan shock
5. Penanggulangan pendarahan saluran cerna
6. Penanggulangan penyakit stroke
7. Penanggulangan trauma / kecelakaan
8. Penanggulangan patah tulang, kelainan muskuloskeletal
9. Penanggulangan intotoksikasi obat / bahan lain
10. Penanganan penyakit akut lainnya
11. Pembedaan minor
12. Penanggulangan bencana alam
13. Penanganan keracunan massal
53
Tenaga Medis
Fasilitas
IGD RS. Usada Insani memiliki sarana serta prasarana yang memadahi, berkapasitas
11 tempat tidur yaitu :
1. Ventilator Ambulatory
2. Peralatan Resusitasi
3. Rung tindakan medical
4. Ruang observasi
5. Ruang tindakan bedah minor
6. Ruang tunggu yang nyaman
7. Ambulans
8. IGD RS. Usada Insani menerima pasien yang berobat baik pasien umum, asuransi
dan pasien jaminan perusahaan
54
Definisi Trauma
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini
memberikan gambaran superfisial dari respon fisik terhadap cedera. Trauma juga
mempunyai dampak psikologis dan sosial dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas
seseorang. Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur di bawah 35
tahun. Di Indonesia, trauma merupakan penyebab kematian nomor empat, tetapi pada
kelompok umur 15-25 tahun, merupakan penyebab kematian utama.
Trauma dpat didefinisikan sebagai cedera pada tubuh akibat pemajanan akut tubuh
kesuatu bentuk energi atau akibat ketiadaan suatu bahan esensial misalnya oksigen dan panas
(Shechy,1989). Walaupun jaringan memiliki elastisitas untuk menyerap energi, namun
apabila kemampuan tersebut terlampaui maka akan terjadi cedera. Cedera dapat terbatas
pada satu organ atau sistem, misalnya pada kecelakaan lalu lintas yang banyak
mengakibatkan cedera pada kepala, dada, perut, dan tulang.
Tidak seperti penyakit progresif, trauma adalah suatu kejadian akut. Dalam
beberapa detik, kondisi pasien trauma dapat bergeser dari keseimbangan relatif menjadi stres
fisiologis yang berat. Derajat stres bergantung pada faktor-faktor misalnya keparahan cedera
yang dialami, efektivitas usaha resusitasi, usia dan patofisiologi yang sudah ada sebelumnya
(Richardson & Rodriguez, 1987). Anak, lansia, dan pasien yang sudah mengidap penyakit
lain dapat meninggal akibat stres dalam waktu yang lebih cepat dan memiliki resiko
mengalami komplikasi yang lebih besar. Di pihak lain tubuh anak yang lebih besar dan orang
dewasa muda yang sehat dapat melakukan kompensasi lebih lama sehingga deteksi cedera
yang samar menjadi lebih sulit.