Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332246608

KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA KAWASAN TAMAN WISATA


ALAM TELUK YOUTEFA

Article · April 2019

CITATIONS READS

0 1,446

1 author:

Alfred Benjamin Alfons


University of Science and Technology, Jayapura
12 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

ANALISIS KEBUTUHAN TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA DI DISTRIK SENTANI KABUPATEN JAYAPURA View project

Pendampingan Masyarakat Kelurahan Yabansai dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga View project

All content following this page was uploaded by Alfred Benjamin Alfons on 06 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

KAJIAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA


KAWASAN TAMAN WISATA ALAM TELUK YOUTEFA
Alfred Benjamin Alfons
Staf Pengajar Pada Program Studi Teknik Lingkungan USTJ
Email : alfred_alfons@yahoo.com

ABSTRAK

Taman Wisata Alam Teluk Youtefa merupakan kawasan konservasi yang memiliki panorama alam
yang sangat indah dengan dilengkapi oleh garis pantai yang luas, vegetasi hutan mangrove, hutan
dataran rendah serta keindahan dasar laut yang sangat berpotensi jika dikelola dengan baik dapat
mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya.Namun fakta yang
terjadi di lapangan sampai saat ini, pola pengelolaan kawasan ini yang masih bersifat parsial dan
tidak terencana dengan baik menjadi salah satu penyebabterjadinya permasalahan lingkungan di
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.Penelitian ini bertujuan untukmengetahui berbagai permasalahan
lingkungan yang terjadi di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dan faktor–faktor yang menyebabkan
timbulnya permasalahan lingkungan tersebut, sehingga dapat disusun strategi pengelolaan
lingkungan yang tepat terhadap kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dengan menggunakan
metode analisis deskriptif, analisis deskriptif komparatif dan analisis kuantitatif.Hasil dari analisis ini
diketahui bahwa permasalahan lingkungan yang terjadi di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa antara
lainabrasi pantai, kerusakan hutan mangrove, kerusakan hutan, persampahan, pencemaran air,
kerusakan terumbu karang dan pencemaran udara. Strategi pengelolaan lingkungan yang dapat
diterapkan terdiri dari dua macam yaitu secara teknis seperti pembuatan bangunan pemecah ombak,
reboisasi hutan dan hutan mangrove, pembangunan TPS dan bangunan penyaring sampah serta
penggunaan metode 3R dalam penanganan sampah serta pembangunan IPAL dan saluran air
buangannya. Sedangkan strategi pengelolaan lingkungan secara non teknis yaitu memberikan
penyuluhan serta bantuan modal usaha bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Wisata Alam
Teluk Youtefa.

Kata kunci :pengelolaan lingkungan, analisis deskriptif, analisis deskriptif komparatif, analisis
kuantitatif

I. PENDAHULUAN dieksploitasi dengan berbagai bentuk dan cara


Bangsa Indonesia merupakan salah satu tanpa memikirkan dampak yang akan
negara di dunia yang terkenal akan kekayaan ditimbulkan pada masa mendatang. Hal–hal
alam dan keanekaragaman hayatinya, baik itu tersebut di atas, jika dibiarkan dan terus
yang berada di darat, di perairan, maupun berlanjut dikuatirkan pada suatu saat akan
yang berada di udara yang harus dipelihara, berdampak langsung terhadap merosotnya
dilestarikan, dilindungi serta dimanfaatkan kekayaan alam serta keanekaragaman hayati
dengan sebaik mungkin bagi kepentingan dan di tanah Papua dan juga dapat mengakibatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia itu menurunnya daya dukung lingkungan
sendiri. Papua sebagai salah satu wilayah dari terhadap kehidupan ekosisten yang terdapat
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di sekitarnya.
memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman Berdasarkan uraian di atas, maka
hayati yang sangat melimpah dan masih diperlukan suatu cara dalam mengelola
belum termanfaatkan secara baik, merupakan kekayaan alam serta keanekaragaman hayati
aset negara yang sangat berharga bagi yang ada di Papua. Salah satunya dengan
generasi yang akan datang. Namun, yang penetapan kawasan konservasi guna
terjadi dewasa ini seiring dengan menekan dampak negatif yang dapat
perkembangan ilmu pengetahuan dan ditimbulkan oleh pemanfaatan sumber daya
teknologi juga laju pertumbuhan serta alam di wilayah Papua. Adapun beberapa
pembangunan daerah yang semakin pesat, pembagian dalam kawasan konservasi yang
juga didorong oleh upaya masyarakat dalam meliputi Taman Nasional (TN), Cagar Alam
hal pemenuhan kebutuhan hidupnya maka (CA), Suaka Margasatwa (SM), dan Taman
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati di Wisata Alam (TWA). Salah satu kawasan
wilayah Papua semakin sering dikuras dan konservasi yang terdapat di wilayah Papua

Volume 8 No.1 Januari 2018 - 1


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

yaitu Taman Wisata Alam Teluk Youtefa yang pasar yang berada di sekitar kawasan sampai
terletak di wilayah administrasi Kota Jayapura. pada pengeboman ikan yang dilakukan oleh
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa merupakan nelayan lokal.
kawasan konservasi yang memiliki panorama
alam yang sangat indah dengan dilengkapi Fungsi Taman Wisata Alam sebagai
oleh garis pantai yang luas, vegetasi hutan pusat pengelolaan lingkungan dan
mangrove, hutan dataran rendah serta pengembangan wawasan bagi masyarakat
keindahan dasar laut yang sangat berpotensi terkait dengan pentingnya dan memelihara
jika dikelola dengan baik dapat mendatangkan lingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu
banyak manfaat bagi masyarakat yang kajian untuk mengetahui berbagai
bermukim di sekitarnya. permasalahan lingkungan yang terjadi di
Teluk Youtefa pertama kali ditunjuk Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dan faktor–
sebagai Taman Wisata berdasarkan Surat faktor yang menyebabkan timbulnya
Keputusan Menteri Pertanian Nomor permasalahan lingkungan tersebut, sehingga
372/Kpts/Um/1978 tanggal 9 Juni 1978 dapat dibuat perencanaan yang tepat
dengan luas areal 1.650 ha. Teluk Youtefa terhadap kawasan Taman Wisata Alam Teluk
kemudian ditetapkan sebagai Taman Wisata Youtefa yang memadai agar pengelolaan
Alam dengan Surat Keputusan Menteri lingkungan lebih terarah dan mampu
Kehutanan Nomor 714/Kpts-II/1996 tanggal 11 memberikan kontribusi bagi pemerintah
November 1996 dengan luas areal 1.675 ha daerah dan masyarakat di sekitar kawasan
(BKSDA, 2007). Namun fakta yang terjadi di tersebut.
lapangan sangatlah memprihatinkan dimana
sampai saat ini, kawasan ini belum II. METODOLOGI
memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan Penelitian ini membahas mengenai
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan penyusunan strategi pengelolaan lingkungan
pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana pada Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
fungsinya sebagai Taman Wisata Alam.Pola berdasarkan hasil identifikasi permasalahan
pengelolaan kawasan ini yang masih bersifat lingkungan dan faktor penyebabnya.Metode
parsial dan tidak terencana dengan baik juga yang digunakan dalam penelitian ini
menjadi salah satu permasalahan yang turut adalahmetode kualitatif berupa deskripsi
menyebabkan Taman Wisata Alam Teluk dandeskripsi komparatif serta metode
Youtefa tidak dapat berfungsi secara nyata. kuantitatifdengan pendekatan deskripsi studi
Selain itu, permasalahan lain yang sering kasus.Studi kasus dalam konteks ini adalah
terjadi di kawasan Taman Wisata Alam Teluk terkaitstrategipengelolaan lingkungan yang
Youtefa ini ialah penebangan hutan mangrove, dijumpai dilokasi penelitian, dimana lokasi
penebangan dan pembakaran hutan untuk penelitian merupakan wilayah atau kawasan
pembangunan dan perladangan, penimbunan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.Lokasi
daerah resapan air, pencemaran air dan tanah yang menjadi objek penelitian ini ditunjukkan
oleh persampahan maupun limbah domestik pada Gambar 1.
dari perumahan, perkantoran, pertokoan,

2 – Vol. 8 No. 1 Januari 2018


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

Gambar 1.Lokasi Taman Wisata Alam Teluk Youtefa

 Kebutuhan Data eksisting dan pola pengelolaan


Untuk mencapai tujuan penelitianyaitu lingkungan di Taman Wisata Alam Teluk
perencanaan strategi pengelolaan Youtefa, permasalahan lingkungan serta
lingkungan pada Taman Wisata Alam Teluk foktor–faktor yang menyebabkan
Youtefa, maka dibutuhkan data terjadinya permasalahan lingkungan di
yangnantinya akan digunakan sebagai Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
bahanatau dasar untuk proses tersebut.
menganalisisdan menyusun rencana  Metode Pengumpulan Data
pengelolaan tersebut. Data yang dibutuhkan Menurut Bungin (2005), pengumpulan
dalampenelitian ini terdiri dari data data merupakan prosedur yang sistematis
primermaupun data sekunder. dan standar untuk memperolehdata yang
a) Data Sekundermenurut Bungin (2005) diperlukan, dimanametode
merupakan datayang diperoleh dari pengumpulandata adalah bagian instrumen
sumber ke dua atau sumber sekunder pengumpulandata yang menentukan
dari data yang kita butuhkan.Data berhasil atautidaknya suatu penelitian.
sekunder yang dibutuhkan Bungin (2005) juga membedakan beberapa
dalampenelitian ini diantaranya adalah metode pengumpulandata primer sebagai
datajumlah penduduk, data tingkat berikut :
pendidikan,dan sebaran penduduk di a) Metode observasi adalah pengamatan
wilayah Taman Wisata Alam Teluk kegiatan keseharian manusia
Youtefa, serta Peta Kawasan Taman denganmenggunakan pancaindra mata
Wisata Alam Teluk Youtefa, di samping sebagaialat bantu utamanya selain panca
kajian–kajian lainnya yang berkaitan indralainnya seperti telinga, penciuman,
dengan lokasi ini. mulutdan kulit.
b) Data primer adalah data yangberasal dari b) Wawancara sistematik adalahwawancara
sumber asli atau pertama,dan data ini yang dilakukan denganterlebih dahulu
tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi pewawancaramempersiapkan pedoman
ataupun dalam bentuk file–file(Sarwono, tertulistentang apa yang hendak
2006). Senada denganSarwono, Bungin ditanyakankepada responden.Bentuk
(2005)mengasumsikan data primer wawancara yang digunakandalam
adalah datayang diperoleh secara penelitian ini adalah wawancaraantar
langsung darisumber pertama di lokasi individu, yaitu antar peneliti
penelitian atauobjek penelitian.Data denganinforman.
sekunder yang dibutuhkan dalam
penelitian ini diantaranya adalah kondisi

Volume 8 No.1 Januari 2018 - 3


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

Pengambilan data sekunder menurut yang turun di sepanjang tahun.Iklim di


Suwono (2006), dapatdilakukan dengan Teluk Youtefa sangat dipengaruhi oleh tiga
beberapa cara, yaitu: faktor berikut, yaitu :
a) Pencarian secaramanual, dilakukan pada a) Temperatur udara (21°C - 31°C)
instansi terkait(sumber data) secara b) Kelembaban Udara (77% - 82%)
efektif dapatdilakukan dengan melihat c) Curah Hujan, sangat dipengaruhi oleh
buku indeks,daftar pustaka, referensi, topografi setempat yaitu Pegunungan
dan literatur yangsesuai dengan Cycloops bagian barat dan di bagian
persoalan yang akan diteliti, timur Samudera Pasifik, sehingga
b) Pencarian secara online, pencarian hembusan angin dari timur yang
datadengan memanfaatkan teknologi mengandung uap air sangat
internet. berpengaruh terhadap daerah tersebut.
Sedangkan rata–rata curah hujan di
 Teknik Analisis Data sepanjang tahunnya adalah 1.500 -
Beberapa teknik analisis yang 2.500 mm dengan rata–rata hari hujan
digunakan dalampenelitian ini, yaitu : 148 – 175 hari dalam setahun (BPS,
a) Analisis Deskriptif 2012).
Dalam analisis ini akan 3. Kondisi Topografi Dan Tanah
diuraikanpermasalahan pengelolaan Topografi wilayah kawasan Taman
lingkungandan faktor–faktor Wisata Alam Teluk Youtefa umumnya
penyebabnya pada Taman Wisata Alam adalah perbukitan di sebelah selatan dan
Teluk Youtefa. timur, dan hamparan dataran di sebelah
b) Analisis Deskriptif Komparatif tengah dan utaranya.Ketinggian tempat
Pada tahap analisis ini akan daerah perbukitan berkisar antara 223 m
dilakukankomparasi antara pengelolaan sampai 317 m dari permukaan
lingkungan yang ideal yang sesuai laut.Sedangkan ketinggian hamparan yang
denganperaturan perundang-undangan datar sampai landai, umumnya bervariasi
terkaitdan kondisi pengelolaan dari garis pantai hingga pada 75 m dari
lingkungan eksisting pada Taman Wisata permukaan laut (BKSDA, 2007).
Alam Teluk Youtefa. Pada tahap ini juga Pesisir pantai Teluk Youtefa umumnya
akandilakukan analisa mengenai memiliki tebing yang terjal, sedangkan
perencanaanstrategi pengelolaan sepanjang Tanjung Marine, Tanjung
lingkungan yang berangkat dari konsep– Kaswari sampai pesisir pantai Teluk Yos
konsep pengelolaan lingkunganyang Sudarso hampir seluruhnya memilki
telahberhasil diterapkan di berbagai hamparan yang landai dan berpasir putih
daerah dan juga berdasarkanstandar yang ditumbuhi oleh pohon kelapa dan
pengelolaan lingkungan yang ada saat pohon bakau. Kecuali di ujung Tanjung
ini. Marine merupakan bukit batu karang.
Relief dasar laut di Teluk Youtefa
III. HASIL DAN PEMBAHASAN bervariasi, namun sebagian besar lautnya
A. Kondisi Eksisting Taman Wisata Alam merupakan lautan dangkal, dimana pada
Teluk Youtefa waktu air laut surut sebagian besar dasar
1. Letak Geografis laut di kawasan ini akan nampak di
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa permukaan air. Bagian laut yang agak
terletak pada wilayah administrasi Distrik dalam terdapat di pantai Pegunungan Mher
Jayapura Selatan dan Distrik Abepura, dan Tanjung Tiahnuh yang kedalamannya
Kotamadya Jayapura, Provinsi sekitar 11 – 39 meter (Agustina, 2005).
Papua.Secara geografis kawasan Taman Murdani (2004) juga menyebutkan
Wisata Alam Teluk Youtefa terletak antara bahwa tanah di areal perbukitan yang
02034’32” – 02038’25” LS, dan 140041’11” – memiliki kelerengan 25% umumnya
140044’25” BT (BKSDA, 2007). berjenis latosol yakni seluas 856 ha
2. Iklim (24%).Sisanya adalah tanah organosol-
Umumnya cuaca dan pola iklim pada aluvial terutama pada daerah datar yakni
suatu daerah dipengaruhi oleh topografi seluas 2.691 ha (76%).
dari kawasan tersebut.Kawasan Teluk 4. Demografi
Youtefa memiliki iklim tropis basah yang Dalam kawasan Taman Wisata Alam
diakibatkan oleh pengaruh angin pasang Teluk Youtefa terdapat tiga kampung yang
dan angin musim tenggara serta hujan telah ada sebelum wilayah ini ditetapkan

4 – Vol. 8 No. 1 Januari 2018


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

sebagai wilayah konservasi, yaitu Kampung 140030’ – 140029’ BT dan 2031’ – 2037’
Tobati (Distrik Jayapura Selatan), Kampung LS.Penduduk yang mendiami kampung
Enggros (Distrik Abepura), dan Kampung ini berjumlah 1.333 yang terdiri dari
Nafri (Distrik Abepura). 705laki–laki dan 628 perempuan.Pada
a) Kampung Tobati (Tobatji) umumnya penduduk Nafri hidup dari
Kampung Tobati dengan luas wilayah hasil berladangan dan
0,3 km2, terbagi dalam 1 RW dan 2 RT. berkebunan.Kegiatan perladangan
Letak Kampung Tobati secara tersebut dilakukan pada tanah datar
geografis pada posisi 140044’ BT dan juga pada lereng–lereng gunung dan
2036’ LS. Kampung Tobati dihuni oleh perbukitan yang ada. Dalam
269 penduduk yang terdiri dari 152 pengelolaan sumber pangan yang ada,
laki–laki dan 117 perempuan.Mata mereka masih menggunakan cara–cara
pencaharian sebagian besar penduduk tradisional, demikian pula sistem
adalah nelayan, selain itu ada juga berkebun/berladang mereka masih
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri menggunakan cara tebang dan bakar
Sipil, TNI/POLRI, swasta, berdagang sebelum ditanami. Hasil dari
dan ada pula yang bertindak sebagai berkebun/berladang tersebut umumnya
Peramu sumber daya alam yang dikonsumsi sendiri.Selain berkebun,
terdapat di dalam Kawasan Taman mereka juga ada yang berprofesi
Wisata Alam Teluk Youtefa.Suku–suku sebagai Pegawai Negeri Sipil,
yang merupakan penduduk asli TNI/POLRI, nelayan, swasta atau
kampung ini adalah Suku Hamadi dan pedagang, pemburu dan ada pula yang
Ireuw yang merupakan Suku Utama bermata pencaharian sebagai penokok
serta Suku yang merupakan Golongan sagu.Di kampung Nafri terdapat 13
Bawah antara lain Suku Haai, Dawir, suku antara lain Awi, Nero, Fingkreuw,
Asor, Hababuk, Injama, Afaar, Mano, Tjoe, Uyo, Awi, Taniau, Merahabia,
dan Itaar. Mramra, Khai, Hanuebi, Wmiau dan
Sibri.
5. Potensi Kawasan
b) Kampung Enggros (Injros) Suatu kawasan ditetapkan sebagai
Kampung Enggros dengan luas wilayah Taman Wisata Alam apabila mempunyai
adalah 19,05 km2, terbagi dalam 1 RW daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa
dan 2 RT. Secara geografis kampung atau ekosistem, gejala alam serta formasi
ini terletak pada 140045’ BT dan 2037’ geologi yang menarik, mempunyai luas
LS. Jumlah penduduk di Kampung yang cukup untuk menjamin kelestarian
Enggros adalah 366 orang yang terdiri potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan
dari 181 laki–laki dan 185 bagi pariwisata dan rekreasi alam serta
perempuan.Mata pencaharian kondisi lingkungannya mendukung upaya
sebagian besar penduduk adalah pengembangan pariwisata alam (BKSDA,
nelayan, selain itu ada pula yang 2007).Teluk Youtefa merupakan salah satu
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, kawasan yang telah ditetapkan sebagai
TNI/POLRI, swasta atau berdagang kawasan Taman Wisata Alam karena
serta ada pula yang menggantungkan dianggap memenuhi kriteria–kriteria
kehidupannya pada hasil meramu tersebut di atas. Berikut ini merupakan
sumber daya alam yang berada di potensi yang dimiliki oleh Taman Wisata
kawasan Taman Wisata Alam Teluk Alam Teluk Youtefa, antara lain (Agustina,
Youtefa.Masyarakat Kampung Enggros 2005) :
terdiri dari beberapa suku antara lain a) Potensi Pariwisata
Drunyi dan Sanyi (Suku Utama) serta Dalam bidang pariwisata, terdapat
Merauje, Hababuk, Haai, Itaar, Semra, beberapa objek wisata yang dimiliki
Samai, Hanasbei, Iwo Hamadi dan oleh kawasan ini, yakni :
Feeb yang terbagi dalam dua kelompok  Wisata Pantai, objek wisata yang
kekerabatan yaitu Rumbeici (Keluarga termasuk di dalamnya antara lain
Batih/Marga Kecil) dan Metuweici Pantai Hamadi, Tanjung Marine,
(Klen/Marga Besar). Tanjung Kaswari, dan Pulau Metu–
c) Kampung Nafri Debi.
Kampung Nafri dengan luas ± 15.450,5  Wisata Religius, yang termasuk
ha, secara geografis terletak antara dalam objek wilayah ini ialah Pulau

Volume 8 No.1 Januari 2018 - 5


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

Metu–Debi, Gunung Mher (Mermok), ditemukan vegetasi hutan hujan tropis


Pulau Ismokh (Inje Moch), Yasuk, seperti jenis pohon Merbau (Intsia
dan Nampto. bijuga), Matoa (Pometia pinnata),
 Wisata Sejarah, Taman Wisata Alam Beringin (Ficus benyamina), Kayu Susu
Teluk Youtefa dapat digolongkan (Alstonia shcolaris), Ketapang
sebagai tempat wisata sejarah (Terminalia cattapa), jenis pandan–
karena terdapat situs–situs pandanan (Pandanus sp), Pohon
peninggalan zaman perang, hal ini Pinang, Tumbuhan Perdu, serta
dikarenakan dulunya kawasan ini beberapa jenis paku–pakuan, jenis
merupakan lokasi pendaratan palem (Arthocarpus comunis) dan jenis
Tentara Sekutu dan Tentara Jepang. anggrek seperti Dendrobium spp,
Objek–objek wisata yang dapat Gramathophyllum spp, Paphiopedilum
dikunjungi antara lain : Pantai spp, dan Bulbophyllum spp.
Hamadi (yang sekarang telah c) Fauna
dijadikan Pangkalan Angkatan Laut Pada kawasan Taman Wisata Alam
RI), Pulau Metu – Debi, Tanjung Vim, Teluk Youtefa terdapat beberapa jenis
dan Tugu Peringatan Pendaratan satwa dari kelompok aves antara lain
Tentara Jepang. Alap–alap (Haliastur Indus), Nuri Merah
 Wisata Pendidikan, adapun lokasi Kepala Hitam (Lorius lory), Kakatua
yang dapat dijadikan sebagai tempat Jambul Kuning (Cacatua galerita), Raja
wisata pendidikan di Taman Wisata Udang, Rangkong (Buceros bicornis),
Alam Teluk Youtefa yaitu Hutan Nuri Ekor Panjang (Alisterus
Mangrove yang menyebar di seluruh chloropterus), Burung Elang, Burung
kawasan ini serta Hutan Dataran Bangau dan beberapa jenis burung
Rendah Skyline. laut.Jenis–jenis reptil seperti Morelia
 Wisata Pemancingan, selain lokasi– viridis, Liasis sp, Ular Boa (Candoia
lokasi yang telah disebutkan di atas, aspera dan Candoia carinata), Biawak
ada pula wisata pemancingan yang (Varanus sp), Kadal (Mabauyasp dan
juga menjadi daya tarik dari kawasan Tiliqua sp), Tokek (Gecko gecko) dan
ini karena keanekaragaman ikannya. sebagainya.Jenis–jenis serangga yaitu
Lokasi wisata pemancingan meliputi laba–laba, kumbang dan kupu–
Tempat Pemancingan Abe Pantai, kupu.Beberapa jenis katak (Bufo sp
Tanjung Resyuk, Tanjung Vim, Selat dan Rana sp).Sedangkan jenis
Tobati, dan Tanjung Marine. mamalia yaitu Tikus (Melomys
b) Flora moncktoni, Rattus sordidus), Kelelawar
Pada hamparan datar dengan (Pteropus conspicillatus, Dobsomia
ketinggian tidak melebihi 75 m dari minor, Malloglossus minimus, dll), Kus–
permukaan laut, dengan jenis tanah kus (Phalanger sp) dan Kera Ekor
organosol-aluvial, tepatnya di Panjang (Macaca fascicularis) yang
sepanjang pantai Tanjung Marine dan merupakan satwa eksotik.Beberapa
Tanjung Kaswari yang menghadap ke jenis ikan komersil yang ada di Teluk
Teluk Youtefa didominasi oleh vegetasi Youtefa adalah Ikan Bolanak
bakau–bakauan (Rizophora apiculata, (Valamungil speigreli), Ikan Kombong
Rizophora stylosa, dan Bruguiera sp). (Rastralinger kanarguta), Cumi–cumi
Khusus di tepi pantai barat Teluk (Sepia sp), Ikan Merah (Lutjanus
Youtefa, setelah bakau–bakauan juga malabarucus), Ikan Kakap (Lutjanus
dijumpai adanya pohon conifer dari argentimuculatus, Latjanus altifrontalis),
jenis cemara pantai (Casuarina Ikan Kerapu (Epinechulus tanvina),
marine). Sedangkan di seberang Ikan Bubara (Caranx sexfasciatus),
Tanjung Marine dan Tanjung Kaswari jenis–jenis ikan hias, Ikan Lele, Udang
bagian utara yang menghadap ke Teluk (Artemia sp), beberapa jenis karang
Yos Sudarso didominasi oleh pohon serta biota laut lainnya.
kelapa (Cocos nucifera) dan juga B. Permasalahan Lingkungan Yang Terjadi
terdapat ketapang (Terminalia cattapa), Pada Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
Pandanus sp, bintangur (Callophyllum Berdasarkan hasil survey dan observasi
inophyllum), Baringtonia asiatica dan kondisi eksisting Taman Wisata Alam Teluk
Xylocarpus sp.Pada areal perbukitan Youtefa, diketahui bahwaposisi dari Taman
dengan jenis tanah latosol, banyak Wisata Alam Teluk Youtefa yang terletak di

6 – Vol. 8 No. 1 Januari 2018


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

tengah–tengah Kota Jayapura seringkali air juga disebabkan oleh penjualan hak
menimbulkan berbagai permasalahan yang ulayat tanah oleh masyarakat adat,
cukup kompleks yang tentunya diperlukan penimbunan untuk keperluan
perhatian khusus dalam hal pengawasan, pembangunan, pembuangan sampah
pengamanan, dan pengelolaan agar padat serta minimnya pengawasan dari
kawasan konservasi ini dapat terus terjaga Balai Besar KSDA Papua I sebagai
keindahan dan kelestariannya. Adapun pihak yang mengelola kawasan
beberapa permasalahan lingkungan yang konservasi ini. Hal–hal tersebut di atas
dapat teridentifikasi dalam kawasan Taman merupakan faktor–faktor yang
Wisata Alam Teluk Youtefa, antara lain: mempengaruhi terjadinya kerusakan ini.
1. Abrasi Pantai Data mengenai luas vegetasi mangrove
2. Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
3. Kerusakan Hutan ditunjukkan pada Tabel 2 berikut :
4. Persampahan
Tabel 2. Hasil Pengukuran Luasan
5. Pencemaran Air
Vegetasi Mangrove diTWA Teluk
6. Kerusakan Terumbu Karang
Youtefa
7. Pencemaran Udara
C. Faktor-Faktor Penyebab Permasalahan Luas Luas
Lingkungan Di Teluk Youtefa vegetasi vegetasi Total luas
Setelah melakukan proses mangrove mangrove vegetasi
pengidentifikasian terhadap jenis–jenis yang belum yang sudah mangrove
permasalahan lingkungan yang terjadi di rusak rusak (A+B)
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa, maka (A) (B)
dapat disimpulkan beberapa faktor 310,45 ha 41,92 ha 352,37 ha
penyebab terjadinya kerusakan lingkungan Sumber: Alfons, 2006
di kawasan ini, meliputi:
1. Abrasi Pantai 3. Kerusakan Hutan
Faktor yang umumnya mempengaruhi Terdapat beberapa faktor yang
terjadinya abrasi pantai yaitu struktur mempengaruhi terjadinya kerusakan
dari tanah di kawasan tersebut dan arus hutan di Taman Wisata Alam Teluk
air laut atau pantai itu sendiri. Selain Youtefa maupun pada kawasan
faktor–faktor di atas, pada kawasan ini penyangga di sekitarnya antara lain
pengrusakan terumbu karang juga pengalih-fungsian lahan dari yang
menjadi salah satu faktor yang semula berupa hutan pada lereng–
mengakibatkan terjadinya abrasi pantai lereng perbukitan mulai dari Skyline
di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. sampai pada tanah datar di daerah Nafri
Berikut ini merupakan data Abrasi Pantai diubah menjadi area perladangan, dan
Di Pantai Hamadi yang ditunjukkan pada yang sangat memprihatinkan adalah
Tabel 1 : cara masyarakat dalam membuka
ladangnya, yaitu dengan cara
Tabel 1.Hasil Pengukuran Abrasi Pantai menebang kemudian membakar hutan
di TWA Teluk Youtefa yang akan dijadikan lokasi
Jarak rata–rata Panjang lokasi yang perladangannya. Selain itu, penebangan
Lokasi dari titik abrasi terkena hutan juga dilakukan dalam rangka
ke garis pantai abrasi/pengikisan pembangunan perumahan seperti yang
Pantai terjadi di daerah Abe Pantai, Entrop dan
8,96 m 144 m Hamadi, pembangunan Pasar Youtefa,
Hamadi
serta untuk kepentingan transportasi
Sumber: Alfons, 2006
contohnya dalam hal pembuatan jalan
2. Kerusakan Hutan Mangrove lingkar serta rencana pembangunan
Luasan vegetasi mangrove pada jembatan layang Hamadi–Holtekamp.
beberapa tahun belakangan ini Dan satu lagi faktor yang tidak kalah
dirasakan semakin berkurang.Hal ini pentingnya adalah minimnya
dikarenakan penebangan hutan pengawasan dari pihak pengelola
mangrove untuk dimanfaatkan oleh kawasan.Luas kerusakan hutan/lahan
masyarakat. Kerusakan hutan mangrove kritis yang terdapat di kawasan Taman
yang berdampak pada berkurangnya Wisata Alam Teluk Youtefa yaitu seluas
vegetasi mangrove dan daerah resapan ± 35 ha (Alfons, 2006).

Volume 8 No.1 Januari 2018 - 7


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

4. Persampahan Faktor paling dominan yang


Salah satu permasalahan yang terjadi di menyebabkan terjadinya pencemaran
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa ialah pada perairan Taman Wisata Alam
banyak terdapat tumpukan–tumpukan Teluk Youtefa adalah sedimentasi dan
sampah di dalam lokasi kawasan kekeruhan air yang diakibatkan oleh
konservasi ini yang pada umumnya terjadinya erosi pada daerah perbukitan
terjadi akibat kurangnya kesadaran yang kemudian lumpurnya ikut terbawa
masyarakat dalam membuang oleh aliran air dan dari aktivitas
sampah.Selain itu, volume sampah di penimbunan. Selain itu limbah domestik
kawasan ini juga dipengaruhi oleh masyarakat di dalam dan di sekitar
sampah dari aktivitas pasar (Pasar kawasan yang biasanya bersumber dari
Youtefa dan Pasar Hamadi) yang berbagai aktivitas masyarakat, seperti
berada di sekitar kawasan, aktivitas limbah rumah tangga, perkantoran,
pariwisata dan pemancingan.Hal ini pasar, pertokoan, dan bengkel–bengkel
bertambah rumit jika terjadi air pasang, serta sampah–sampah yang dibuang
karena sampah yang terbawa oleh aliran (khususnya jenis sampah organik) baik
sungai/kali yang bermuara di Teluk pada badan sungai/kali maupun
Youtefa semakin banyak dan diperparah langsung ke perairan Teluk Youtefa pun
dengan potongan–potongan kayu dari turut mempengaruhi kualitas air di
industri pengolahan kayu di Muara Tami perairan Teluk Youtefa. Hasil
pun ikut terbawa oleh arus air laut. pemeriksaan sampel air di Perairan
5. Pencemaran Air Teluk Youtefa ditunjukkan pada Tabel 3
berikut ini :
Tabel 3.Hasil Pengukuran Kualitas Air di TWA Teluk Youtefa
Lokasi
Standar
No. Parameter Satuan Muara Tanjung Perairan Mangrove
Maksimum
Kasuari Enggros Yasoni
Parameter Fisika
1. Kecerahan M Coral>5 6,5 5,0 4,0
2. Suhu ˚C Alami 29,7 29,5 29,2
Pemeriksaan Kimia Anorganik
1. Ph - 7 – 8,5 6,84 6,78 6,73
2. BOD mg/l 20 5,4 1,8 3,6
3. DO mg/l >5 6,5 7,3 7,8
4. Salinitas ‰ - 30 19 28
Sumber: Alfons, 2006 hanya berupa debu yang berasal dari
aktivitas penimbunan kawasan yang
6. Kerusakan Terumbu Karang umumnya menggunakan karang. Selain
Kerusakan pada terumbu karang dan penimbunan, faktor alam yang dalam
biota–biota laut lainnya yang terjadi di hal ini adalah angin juga turut
perairan Taman Wisata Alam Teluk mempengaruhi tingginya kadar debu di
Youtefa diakibatkan oleh cara daerah tersebut. Hasil pengukuran
penangkapan ikan yang dilakukan oleh kadar debu/partikel di wilayah Entrop
nelayan lokal, yaitu dengan ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini :
menggunakan bom ikan dan pada Tabel 4.Hasil Pengukuran Kadar Debu
musim–musim tertentu (air pasang) dan di TWA Teluk Youtefa
juga menggunakan Soma (sejenis Kadar
pukat) untuk menangkap ikan. Selain Standar Baku
Debu/Partikel
Pengukuran Mutu
itu, pencemaran yang mulai terjadi di (mg/m3/24 jam)
perairan Teluk Youtefa juga turut Debu/Partikel
Tahap I TahapII
mempengaruhi terjadinya kerusakan 1 325 390
pada terumbu karang di Taman Wisata 350
2 358 415
Alam Teluk Youtefa. (mg/m3/24 jam)
3 355 409
7. Pencemaran Udara
Sumber: Alfons, 2006
Pencemaran udara yang terjadi di
kawasan ini khususnya di daerah Entrop

8 – Vol. 8 No. 1 Januari 2018


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

D. Strategi Pengelolaan Lingkungan Pada sebab itu, dengan menghentikan


Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. penimbunan tersebut diharapkan
Seiring dengan semakin kompleksnya vegetasi mangrove yang masih ada
permasalahan kerusakan lingkungan yang di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
terjadi di Taman Wisata Alam Teluk dapat terus dipertahankan.
Youtefa, maka sangatlah diperlukan  Penyuluhan Kepada Masyarakat
strategi pengelolaan lingkungan yang tepat Dengan melakukan penyuluhan
untuk menanggulangi permasalahan– kepada masyarakat, diharapkan
permasalahan tersebut. Adapun strategi– kesadaran masyarakat dalam hal
strategi pengelolaan lingkungan yang pemanfaatan potensi mangrove yang
sekiranya dapat diterapkan dalam rangka diimbangi dengan peran serta
penanggulangan permasalahan lingkungan masyarakat dalam pelestarian
yang terjadi di kawasan Taman Wisata vegetasi mangrove di Taman Wisata
Alam Teluk Youtefa, antara lain : Alam Teluk Youtefa.Kegiatan ini juga
bertujuan untuk menciptakan
1. Abrasi Pantai koordinasi yang baik antara
Untuk menghadapi permasalahan ini, masyarakat adat dengan pemerintah
langkah–langkah yang dapat diambil daerah dalam hal aksi jual–beli tanah
yaitu : adat yang ada di dalam kawasan
 Pembuatan Bangunan Pemecah konservasi ini.
Ombak  Peningkatan Pengawasan Oleh
Salah satu faktor yang dapat Pengelola Kawasan
menyebabkan terjadinya abrasi Dengan banyaknya terjadi
pantai adalah kekuatan arus air laut permasalahan di dalam kawasan
atau ombak, oleh karena itu dengan konservasi ini, maka peningkatan
adanya bangunan ini diharapkan pengawasan oleh Polisi Kehutanan
dapat memperlemah kekuaran arus perlu dilakukan guna mencegah
air laut di sekitar pantai yang berada terjadinya peningkatan kerusakan
di dalam kawasan konservasi ini. hutan mangrove di kawasan Taman
 Pelestarian Terumbu Karang Wisata Alam Teluk Youtefa.
Langkah ini sangatlah penting untuk 3. Kerusakan Hutan
dilakukan, mengingat fungsi dari Umumnya kerusakan hutan yang terjadi
terumbu karang yang dapat bertindak di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
sebagai penahan gelombang air laut. disebabkan oleh minimnya pemahaman
2. Kerusakan Hutan Mangrove masyarakat akan fungsi hutan serta
Berkurangnya vegetasi mangrove kurangnya koordinasi yang baik antara
sangatlah vital dalam pengaruhnya instansi terkait yaitu pihak pengelola
terhadap berbagai kerusakan kawasan dan pihak pengembangan
lingkungan yang terjadi di Taman wilayah. Langkah–langkah yang dapat
Wisata Alam Teluk Youtefa.Oleh karena dilakukan untuk mengatasi
itu, langkah–langkah penanggulangan permasalahan ini adalah :
untuk mengatasi berkurangnya vegetasi  Penyuluhan Kepada Masyarakat
mangrove sangat perlu untuk dilakukan. Melalui kegiatan ini, diharapkan
Langkah–langkah yang dapat dilakukan masyarakat mendapat pengetahuan
adalah : dan masukan mengenai fungsi hutan
 Pemugaran Terhadap Vegetasi dan dampak yang ditimbulkan oleh
Mangrove pengrusakan hutan yang
Langkah yang paling efektif dalam dilakukannya.Sehingga kedepannya
menanggulangi masalah ini adalah masyarakatpun dapat mengambil
dengan melakukan pemugaran atau bagian dalam upaya pelestarian dan
penanaman kembali pohon bakau perlindungan hutan di Taman Wisata
pada lokasi–lokasi yang dianggap Alam Teluk Youtefa.
telah mengalami kerusakan  Peningkatan Koordinasi Antara
vegetasinya. Stakeholders
 Penghentian Aktivitas Penimbunan Dengan menciptakan koordinasi
Aktivitas penimbunan yang terjadi di yang baik antara stakeholders dalam
dalam kawasan biasanya diawali menangani masalah kerusakan hutan
dengan menebang hutan mangrove ini, maka diharapkan tingkat
pada lokasi yang akan ditimbun. Oleh kerusakan hutan dapat dicegah dan
Volume 8 No.1 Januari 2018 - 9
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

kelestarian sumber daya alam di oleh pengangkutan sampah yang


Taman Wisata Alam Teluk Youtefa lancar.
dapat terwujud.  Pembuatan Bangunan Penyaring
 Peningkatan Pengawasan Oleh Sampah (Screening), yaitu suatu
Pengelola Kawasan bangunan yang dibuat pada saluran–
Dengan meningkatkan pengawasan saluran pembuangan yang terdiri dari
oleh Polisi Kehutanan, diharapkan batangan–batangan besi yang
kerusakan hutan yang semakin berbentuk lurus atau melengkung
sering terjadi di dalam kawasan ini dan biasanya dipasang pada tingkat
dapat dicegah dan kelestarian hutan kemiringan 750–900dengan tujuan
di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa untuk memisahkan potongan–
yang juga dapat berfungsi sebagai potongan kayu, plastik, dan jenis–
paru–paru kota dapat terwujud. jenis sampah lainnya yang terbawa
4. Persampahan oleh saluran–saluran air atau dalam
Umumnya pengelolaan masalah hal ini adalah sungai/kali yang
persampahan terbagi menjadi dua, yaitu bermuara di Teluk Youtefa.
secara Teknis (terlibat langsung melalui  Penyuluhan Kepada Masyarakat
tindakan) dan Non Teknis (mencakup Cara ini dilakukan dalam rangka
segala yang berhubungan dengan memberi pengetahuan serta
perencanaan, proses, kontrol dan masukan kepada masyarakat tentang
evaluasi), dimana dalam hal ini metode dampak yang akan terjadi akibat
pengelolaan sampah yang dapat pembuangan sampah yang mereka
digunakan antara lain : hasilkan, sehingga dapat
 Pengelolaan Sampah Dengan menimbulkan kesadaran masyarakat
Metode 3R (Reduce, Reuse and akan pentingnya membuang sampah
Recycling), yaitu metode pengelolaan pada tempatnya dan pengolahan
sampah dengan mengurangi volume terhadap sampah yang mereka
sampah sejak dari sumbernya hasilkan serta menjaga kelestarian
dengan cara memotong, menggiling, dan kestabilan lingkungan.
dan lain sebagainya (Reduse), 5. Pencemaran Air
menggunakan kembali segala Pencemaran yang terjadi pada perairan
sesuatu yang masih dapat dipakai Taman Wisata Alam Teluk Youtefa
dengan tujuan yang sama dan sesuai umumnya bersumber dari persampahan
dengan kegunaan awalnya (Reuse) dan limbah domestik yang dihasilkan
dan didaur ulang untuk menjadi dari aktifitas masyarakat yang bermukim
barang dengan kegunaan yang baru di dalam maupun di sekitar kawasan
(Recycling). konservasi ini. Adapun langkah–langkah
 Pembuatan Kompos (Composting), yang dapat diambil dalam rangka
yaitu suatu cara baik itu secara alami mengatasi permasalahan ini, yakni :
maupun buatan (sengaja dilakukan  Sistem On-Site Treatment, yaitu
oleh manusia) untuk mengubah pengolahan limbah domestik/rumah
sampah menjadi pupuk melalui tangga baik air limbah toilet (kakus)
proses pembusukan. Dalam hal ini maupun air limbah non toilet (mandi,
sangat diperlukan bantuan dari cuci, dapur) yang dilakukan dengan
mikroorganisme yang bertindak unit pengolahan air limbah di tempat
sebagai pengurai sampah–sampah dan kemudian air olahan tersebut
tersebut, dan sampah yang biasa dibuang pada saluran–saluran
diuraikan dalam proses ini ialah jenis umum. Sistem ini biasanya dipakai
sampah organik (dapat teruraikan). pada wilayah–wilayah dengan
 Pengadaan Tempat Penampungan kepadatan penduduk rendah (<100
Sementara (TPS), upaya pengadaan orang per hektar) dan wilayah–
TPS atau kontainer sampah ini wilayah dengan kepadatan penduduk
dilakukan pada tempat–tempat yang sedang (antara 100 – 300 orang per
disinyalir sebagai titik–titik hektar). Sistem ini dapat
penampungan sampah dari diaplikasikan untuk tiap–tiap rumah
masyarakat yang berada di dalam tangga ataupun semi-komunal yakni
kawasan. Langkah ini perlu diikuti beberapa rumah menggunakan satu
unit pengolahan air limbah. Sistem ini

10 – Vol. 8 No. 1 Januari 2018


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

selain dapat digunakan untuk karang dan biota laut di perairan


pengolahan air limbah rumah tangga, Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
dapat pula diterapkan pada  Pemberian Bantuan Kepada
perkantoran (skala kecil sampai Masyarakat.
besar), pemukiman kumuh, Bantuan ini dapat berupa modal awal
Puskesmas, Rumah Sakit, air limbah untuk membuat usaha, membuatkan
organik untuk industri kecil (Industri tambak atau keramba sebagai
makanan, tahu–tempe) serta tempat pembudidayaan ikan,
pengolahan limbah MCK. maupun memberikan bibit ikan
 Sistem Riolisasi (Sewerage System), maupun ternak lainnya yang dapat
yaitu sistem pengolahan air limbah digunakan masyarakat sebagai
domestik yang diperuntukan pada usaha.Sehingga kedepannya
suatu wilayah dengan kepadatan diharapkan penggunaan pukat
penduduk lebih dari 300 orang per maupun bom dalam menangkap ikan
hektar. Pengolahan jenis ini dapat dihilangkan serta dapat
dilakukan secara terpusat dengan mencegah terjadinya kerusakan
mengalirkan air limbah dari suatu lingkungan di perairan Taman Wisata
kawasan pada satu Instalasi Alam Teluk Youtefa.
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang 7. Pencemaran Udara
kemudian air limbah tersebut diolah Upaya–upaya yang dapat dilakukan
hingga aman bagi lingkungan. untuk menghadapi permasalahan
Setelah itu barulah air limbah pencemaran udara yang dalam hal ini
tersebut dapat dibuang pada berupa debu khususnya di wilayah
saluran–saluran pembuangan atau Entrop adalah :
badan sungai/kali.  Menghentikan Aktivitas Penimbunan
 Pembuatan Bangunan Penyaring Selain berdampak pada
Sampah (Screening), yaitu suatu berkurangnya daerah resapan air,
bangunan yang dibuat dari penimbunan juga menjadi salah satu
batangan–batangan besi yang faktor penyebab tingginya
berbentuk lurus atau melengkung konsentrasi debu di Taman Wisata
dan biasanya dipasang pada tingkat Alam Teluk Youtefa khususnya di
kemiringan 750 – 900 dengan tujuan wilayah Entrop.Oleh karena itu,
untuk memisahkan sampah yang dengan menghentikan kegiatan
terbawa oleh saluran–saluran air penimbunan tersebut diharapkan
atau dalam hal ini adalah sungai/kali dapat menekan atau membatasi
yang bermuara di Teluk Youtefa. tingkat penyebaran dan konsentrasi
6. Kerusakan Terumbu Karang debu di wilayah tersebut.
Langkah–langkah yang dapat dilakukan  Pembuatan Trotoar Di Sisi–Sisi Jalan
untuk menanggulangi permasalahan ini, Dengan adanya trotoar, diharapkan
antara lain : tanah yang mengandung debu dapat
 Penyuluhan Kepada Masyarakat tertutup oleh trotoar dan debu–debu
Kegiatan ini bertujuan memberikan yang tertiup angin dapat tertahan
masukan mengenai dampak negatif pula oleh trotoar tersebut.
yang dapat ditimbulkan oleh cara  Penanaman Pohon Di Sisi–Sisi Jalan
penangkapan ikan nelayan lokal Maksud dari upaya ini hampir sama
yang terkadang menggunakan bom dengan pembuatan trotoar, yaitu
dan pukat. Sehingga untuk masa menahan debu yang beterbangan
yang akan datang penggunaan bom akibat tiupan angin serta dapat
dan pukat dapat diminimalisasi atau meminimalisasi kadar pencemaran
bahkan dihentikan. Selain udara yang lainnya.
itu,masyarakat juga diberi
pemahaman agar dapat IV. KESIMPULAN
menghentikan segala aktivitas yang Kerusakan lingkungan yang dapat
dapat menimbulkan sedimentasi dan teridentifikasi pada kawasan Taman Wisata
kekeruhan air (penimbunan kawasan Alam Teluk Youtefa yaitu terdiri dari Abrasi
dan penebangan hutan di lahan atas) Pantai, Kerusakan Hutan Mangrove,
guna terwujudnya lingkungan yang Kerusakan Hutan, Masalah Persampahan,
terjaga kestabilan dan Pencemaran Air, Kerusakan Terumbu Karang
kelestariannya, khususnya terumbu dan Pencemaran Udara.
Volume 8 No.1 Januari 2018 - 11
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

Ada dua faktor utama yang Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
menyebabkan terjadinya kerusakan 714/Kpts-II/1996 Tentang Penetapan
lingkungan di Taman Wisata Alam Teluk Kelompok Hutan Teluk Youtefa Yang
Youtefa, yaitu faktor alam seperti angin Terletak Di Kabupaten Daerah Tingkat II
(Pencemaran Udara), kekuatan gelombang Jayapura, Propinsi Daerah Tingkat I
dan struktur tanah (Abrasi Pantai), serta Irian Jaya, Seluas 1.675 (seribu Enam
kerusakan akibat berbagai aktivitas Ratus Tujuh Puluh Lima) Hektar
masyarakat di sekitar kawasan, seperti Sebagai Kawasan Hutan Tetap Dengan
penimbunan kawasan, penebangan hutan Fungsi Hutan Wisata.
mangrove, penebangan dan pengalih-fungsian
hutan, penggunaan bom dan pukat untuk
menangkap ikan, serta kebiasaan membuang
sampah dan limbah domestik oleh masyarakat
di dalam kawasan Taman Wisata Alam Teluk
Youtefa.
Berbagai permasalahan yang timbul di
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa jika
dibiarkan berlarut–larut dapat mendatangkan
dampak negatif terhadap lingkungan.Oleh
karena itu diperlukan strategi pengelolaan
lingkungan yang tepat untuk di terapkan di
lokasi tersebut.Strategi pengelolaan
lingkungan yang dapat diterapkan dari dua
macam yaitu secara teknis seperti pembuatan
bangunan pemecah ombak, reboisasi hutan
dan hutan mangrove, pembangunan TPS dan
bangunan penyaring sampah serta
penggunaan metode 3R dalam penanganan
sampah serta pembangunan IPAL dan saluran
air buangannya. Sedangkan strategi
pengelolaan lingkungan secara non teknis
yaitu memberikan penyuluhan serta bantuan
modal usaha bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R. (2005) : Interpretasi Trayek
Wisata Taman Wisata Alam Teluk
Youtefa. BKSDA Papua I. Jayapura.
Alfons, A. B. (2006) : Identifikasi
Permasalahan Kerusakan Lingkungan
Di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.
Teknik Lingkungan USTJ. Jayapura.
BKSDA, (2007) : Master Plan Pengelolaan
Lingkungan Teluk Youtefa. BKSDA
Papua I. Jayapura
BPS, (2012) : Kota Jayapura Dalam Angka
Tahun 2011 BPS Kota Jayapura.
Bungin, H.M. B.(2005) :Metodologi penelitian
kuantitatif. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta
Murdani, N. H. (2004) : Kondisi dan
Permasalahan Taman Wisata Alam
Teluk Youtefa. BKSDA Papua I.
Jayapura.
Sarwono, J. (2006). MetodePenelitian
Kuantitatif DanKualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

12 – Vol. 8 No. 1 Januari 2018

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai