Anda di halaman 1dari 2

TEKNOLOGI TERINTEGRASI MENDUKUNG INDUSTRI PERTAHANAN

Ketika saya kuliah di Universitas PGRI Semarang saya mulai berhadapan


dengan dunia alat peraga dibidang fisika. Saya menyelesaikan studi selama 4 tahun
dan lulus pada 24 Agustus 2016. Selama 2 tahun saya bekerja di salah satu
produsen alat peraga IPA dan fisika di Semarang, saya membantu membuat
rancang bangun sistem alat peraga yang kompatibel, reliabel dan berdaya saing
guna untuk memenuhi kebutuhan alat peraga IPA dan Fisika di berbagai sekolah
baik jenjang SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Saya yang saat itu
berkecimpung di dunia industri alat peraga merasakan betul persaingan antar
produsen alat peraga. Secara garis besar persaingan yang terjadi didasari oleh
kemajuan teknologi alat peraga yang dimiliki oleh masing-masing produk.
Kaitannya dengan pertahanan, secara tersirat beriringan dengan
pembangunan fondasi yang kuat untuk menjaga kelestarian dan mencegah
keruntuhan suatu negara. Kelestarian disini adalah capaian keberlangsungan dari
sesuatu yang dipertahankan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan bagi bangsa dan
negara. Seiring kemajuan zaman, negara berlomba-lomba untuk menjadi yang
terdepan dalam teknologi karena memang diyakini bahwa kemajuan teknologi
adalah salah satu fondasi pertahanan suatu negara. Dalam perkembangannya,
negara yang berteknologi terdepan akan memiliki pertahanan yang kuat khususnya
dalam bidang industri pertahanan. Dalam dunia industri, khususnya industri
pengadaan alat berkaitan erat dengan kemajuan teknologi yang diterapkan dalam
alat tersebut sehingga secara tidak langsung industri yang memiliki teknologi
terdepan itulah industri yang patut untuk dipertimbangkan. Sejak dikeluarkannya UU
No 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, ranah industri pertahanan di
Indonesia mulai dikembangkan untuk mencapai kemandirian baik dari segi produksi
alat utama sistem senjata (alutsista) maupun pencapaian teknologi pertahanan yang
mendukung industri pertahanan itu sendiri.
Kebijakan pertahanan keamanan hendaknya diarahkan untuk meningkatkan
penguasaan kapabilitas IPTEK pertahanan keamanan di kalangan industri nasional
melalui regulasi kelembagaan dan penanganan pendanaan yang khusus. Perlu juga
meningkatkan pemahaman, penguasaan IPTEK, dan rekayasa untuk implikasi
pertahanan keamanan nasional untuk mencapai keunggulan dalam hal teknologi
yang berbasis riset, melalui roadmap rancangan strategis pertahanan (strategic
defence review) yang terpadu serta mengikuti pemenuhan standardisasi sarana
pertahanan (ranahan) pangsa pasar dunia yang kompetitif. Untuk memajukan
teknologi dalam ranah Industri pertahanan di Indonesia pemerintah dapat
melibatkan perguruan tinggi, profesional dan institusi penelitian dan pengembangan
sebagai perancang yang dapat menjembatani persyaratan teknis alutsista tertentu
yang diinginkan pengguna/TNI dengan perkembangan teknologi terkait dengan
alutsista tersebut, sehingga dapat memberi masukan yang positif kepada Industri
pertahanan (produsen) dalam proses pembuatannya.
Industri di Indonesia sebagian besar merupakan industri dengan lisensi,
Berbeda dengan di negara maju yang sebagian industrinya merupakan industri
berbasis R&D (research and development) atau menemukan serta mengembangkan
teknologi. Di negara maju dengan industri berbasis R&D barang-barang yang
diproduksi merupakan hasil-hasil implementasi hasil riset yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga R&D baik yang dimiliki perusahaan itu sendiri maupun
pemerintah. Di Indonesia kebutuhan R&D telah dipenuhi oleh perusahaan-
perusahaan induk yang memberi lisensi. Sehingga perhatian industri terhadap hasil
riset dari lembaga riset di Indonesia sangat rendah. Hasil-hasil riset di Indonesia
kurang menjadi kebutuhan yang mendesak bagi industri. Maka dari itu perlu adanya
mediator yang menjembatani antara hasil riset dan para pelaku industri khusunya di
bidang pertahanan.

Secara garis besar Indonesia sedang membutuhkan konstribusi yang


terkonsentrasi di bidang industri pertahanan dengan mengkolaborasikan industri
nasional di bidang pertahanan (PT.PAL, PT. PINDAT, PT. DI dsb.) dengan para
pelaku riset yang di bidang pertahanan baik dari perguruan tinggi, profesional,
LPNK-Ristek yang harus memiliki kapasitas dalam penguasaan teknologi. Dengan
demikian, diharapkan adanya kesinambungan antara pelaku baik industri maupun
hasil riset itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai