Anda di halaman 1dari 3

AUDIOMETRI NADA MURNI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


16.02.01 00 1/3
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Plt. Direktur RSUD. Haji Makassar

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 18 Januari 2016
dr. Arman Bausat, Sp.B, Sp.OT (K) Spine
Pangkat : Pembina Utama Muda
NIP : 19630224 199010 1 001

Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk


mengukur sensivitas pendengaran dengan alat audiometer yang
menggunakan nada murni (pure tone).
PENGERTIAN
Ambang nada murni diukur dengan intensitas minimum yang dapat
didengar selama satu atau dua detik melalui antaran udara ataupun
hantaran tulang. Frekwensi yang dipakai berkisar antara 125 – 8000
Hz dan diberikan secara bertingkat (Feldman dan Grimes, 1997).

TUJUAN Sebagai acuan dalam menerapkan langkah - langkah untuk


mendapatkan data lengkap dalam menegakkan diagnosa

Berdasarkan SK Direktur RSUD. Haji Makassar, Nomor :


KEBIJAKAN 211/TU/RSUD/I/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Rawat
Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan.

1. Syarat pemeriksaan Audiometri nada murni :


a. Orang yang diperiksa : kooperatif, tidak sakit, mengerti instruksi,
bunyi di telinga, bebas bising min. 12 - 14 jam
b. Alat audiometer terkalibrasi
c. Pemeriksa : mengerti cara penggunaan, sabar dan telaten
d. Ruangan pemeriksaan : kedap suara maksimal 40 dBA SPL
2. Prosedur pemeriksaan Audiometri nada murni :
a. Instruksi jelas dan dimengerti : angkat tangan/ telunjuk,
mengatakan ada/ tidak ada, menekan tombol jika dengar bunyi
b. Memasang headphone : benar, tepat, nyaman
c. Pasien duduk di kursi, hadap 300 dari pemeriksa (tidak dapat
PROSEDUR melihat)
d. Pemberian sinyal 1 - 2 detik
3. Langkah - langkah Pemeriksaan Audiometri nada murni adalah :
a. Periksa telinga yang lebih baik
b. 2. Mulai pada 1000 Hz
c. 3. Berikan bunyi selama 1 detik
d. 4. Mulai 40 dB(normal), 60 dB (mild)
e. 5. Kalau tidak ada respon naikkan intensitas 20 dB
f. 6. Pakai “turun 10 dB, naik 5 dB”
g. 7. Ambang dengar ditentukan 50 % respon yang benar (2 dari 4,
3 dari 6)
h. Selanjutnya frek. 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, 8000
AUDIOMETRI NADA MURNI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


16.02.01 00 2/3

Hz, kembali ke 1000 Hz kemudian periksa frek. 500 Hz dan 250


Hz (untuk hantaran udara). Frekuensi 1000, 2000,4000 dan 500
Hz (untuk hantaran tulang)
i. Bila ada perbedaan 20 dB atau lebih antara 2 frekuensi, cek
pada frek. ½ oktaf (hindari standing wave
j. Hal yang sama dilakukan untuk telinga lainnya
4. Masking dilakukan apabila :
a. Curiga bahwa pasien kemungkinan mendengar pada telinga
yang tidak diperiksa (Non Test Ear = NTE)
b. Ada keraguan tentang kemungkinan terjadi cross-hearing
c. Jangan dilakukan masking bila ada alasan kuat untuk tidak
melakukan seperti pada pasien yang bingung
5. Cara melakukan masking untuk hantaran udara :
a. Kriteria kapan dibutuhkan masking berdasarkan min. IA (35-50
dB tergantung pada frekuensi
b. Bila selisih ambang dengar hantaran udara pada telinga yang
diperiksa dengan ambang hantaran tulang telinga yang tidak
diperiksa lebih atau sama dengan min. IA, maka kita , atauperlu
berikan masking
c. Masking awal yang diberikan sebesar 30 dB di atas ambang
dengar telinga yang tidak diperiksa
d. Bila tidak terjadi perubahan ambang dengar pada telinga yang
diperiksa, maka ini adalah ambang dengar yang sebenarnya
dan tidak diperlukan masking lagi
e. Namun bila terjadi perubahan ambang dengat pada telinga
yang diperiksa sebesar 15 dB atau lebih setelah diberikan
masking tambahan, maka perlu diberikan masking tambahan
lagi (yang kedua) sebesar 20 dB
f. Bila tidak didapatkan lagi peningkatan ambang dengar sebesar
15 dB atau lebih, atau tidak ada respon lagi setelah batas
kemampuan audiometer, maka kita sudah mendapatkan
informasi yang sesuai
Nilai Interaural Attenuation menurut frekuensi dan jenis transduser
Frekuensi Supra – Aural (TDH-49) (dB)
250 40
500 40
1000 40
2000 45
4000 50
8000 50

Kriteria setelah diberikan masking awal


Perubahan dB dengan 30 dB SL Kebutuhan masking tambahan
EML
0-10 dB Sangat tidak perlu
15 dB Mungkin tidak perlu
20 dB Mungkin perlu sangat Perlu
>25 dB
AUDIOMETRI NADA MURNI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


16.02.01 00 3/3

Kriteria setelah diberikan masking tambahan


Perubahan dB dengan 20 dB SL Kebutuhan masking tambahan
EML
0-5 dB Sangat tidak perlu
10 dB Mungkin tidak perlu
15 dB Mungkin perlu
>20 dB Sangat perlu

6. Cara melakukan masking untuk hantaran tulang


a. Kriteria masking hantaran tulang apabila ada A-B gap pada
telinga yang sedang diperiksa
b. Masking awal adalah 20 dB di atas ambang dengar hantaran
udara telinga yang tidak diperiksa. Min IA untuk hantaran tulang
bernilai nol
c. Efek oklusi diberikan bila tidak ada A-B gap pada telinga yang
tidak ada A-B gap pada telinga yang tidak diperiksa sebesar 15
dB untuk frekunsi 250 dan 500 Hz dan sebesar 10 dB untuk
frekuensi 1000 Hz. Untuk frekuensi 2000 dan 4000 Hz tidak
diperlukan efek oklusi
d. Bila telinga yang tidak diperiksa ada A-B gap, maka tidak
diperlukan tambahan efek oklusi
e. Bila tidak terjadi perubahan ambang dengat pada telinga yang
diperiksa setelah menggunakan masking yang sesuai maka
didapatkan ambang dengar yang sebenarnya, dan tidak
diperlukan tambahan masking lagi
f. Namun bila ada perubaha ambang dengar sebesar 15 dB atau
lebih, maka diperlukan masking tambahan
g. Masking tambahan yang diberikan sebesar 20 dB di atas level
masking sebelumnya
h. Bila tidak terjadi perubahan ambang dengar pada telinga yang
tidak diperiksa, maka didapatkan ambang dengar yang
sebenarnya dan masking tidak diperlukan lagi
i. Namun bila terjadi perubahan 15 dB atau lebih ketika dilakukan
masking tambahan, maka diperlukan masking tambahan lagi
(yang kedua) sebesar 20 dB.
j. Tambahan efek oklusi hanya satu kal
UNIT TERKAIT Dokter Spesialis THT

Anda mungkin juga menyukai