LAPORAN PENELITIAN
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA DENPASAR
TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG
IZIN GANGGUAN
TIM PENYUSUN
2015
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Setiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah
daerah dalam implementasi kebijakan dalam kaitannya dengan
perizinan daerah merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan
kegiatan pengelolaan pelayanan publik.
Perubahan paradigma baru dalam kaitannya dengan pelayanan
perizinan, telah memunculkan optimisme baru best practices dalam
penataan dan pengelolaan perizinan yang lebih tertib, akuntabel, dan
transparan kedepannya. Pengelolaan aset negara yang profesional dan
modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi
diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan
keuangan daerah dari pemerintah daerah lain, masyarakat /stake-
holder.
Dalam kaitannya dengan kewenangan pembentukan Peraturan
Daerah di Propinsi Bali khususnya di Kota Denpasar, Kota Denpasar
telah membentuk Peraturan Daerah No 15 tahun 2011 tentang
Retribusi Izin Gangguan (selanjutnya disebut Perda Izin 2005).
B. Identifikasi Masalah
Kajian hukum perundang-undangan atau kajian terhadap suatu
pengaturan menyangkut penormaan materi muatan dan prosedur
pembentukan. Kajian ini fokus pada upaya penyusunan naskah
akademik rancangan peraturan walikota oleh karena itu berada pada
isu penormaan materi muatan atau perumusan materi muatan sebagai
suatu aturan yang mengandung norma hukum.
Isu perumusan aturan melingkupi beberapa sub isu yakni:
Penetapan
1. Tarif Retribusi
2. Tata Cara Pemungutan
3. Tata Cara Pembayaran, Penempatan Tempat Pembayaran,
Anggsuran, Penundaan Pembayaran
4. Keringanan, Pengurangan Dan Pembebasan
Kajian Akademik Rancangan Peraturan Walikota Denpasar
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor.15 Tahun 2011 tentang
2
Izin Gangguan
Tim Peneliti Pusat Perancangan Hukum
Fakultas Hukum Universitas Udayana PPH
D. Metode
Dalam penyusunan Peraturan Walikota tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Izin Gangguan
menggunakan metode penelitian hukum (legal research), dalam artian
menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder serta
didukung dengan bahan hukum informatif. Bahan-bahan hukum ini
dianalisis secara hermeneutika hukum.
1. Pendekatan.
Penelitian Hukum mengenal beberapa metode pendekatan yaitu
pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan
konsep (conceptual approach), pendekatan analitis (analytical approach),
pendekatan perbandingan (comparative approach), pendekatan historis
(historical approach), pendekatan filsafat (philosophical approach),dan
pendekatan kasus (case approach)1. Dalam penelitian ini digunakan
beberapa cara pendekatan untuk menganalisa permasalahan. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute
approach), dan pendekatan konsep hukum (analytical and conceptual
approach), dan analytical approach.
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisa Kajian Akademik
Rancangan Peraturan Walikota Denpasar tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Izin Gangguan
gangguan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach),
pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan analitis
(analytical approach), pendekatan histories (historical approach),
pendekatan filsafat (philosophical approach), dan pendekatan kasus
(case approach)2.
Pendekatan perundang-undangan (statute approach), dilakukan
dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang bersangkut
paut dengan retribusi izin gangguan, antara lain Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 dan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor
15 tahun 2011 tentang Retribusi Izin Gangguan.
Pendekatan konsep hukum (conceptual approach) dilakukan
dengan menelaah pendapat para ahli berkaitan dengan konsep yang
4. Analisis.
Terhadap bahan-bahan hukum yang terkumpul dilakukan
interpretasi secara Hermeneutikal yaitu berdasarkan pemahanan tata
bahasa (gramatikal) yakni berdasarkan makna kata dalam konteks
kalimatnya, aturan hukum dipahami dalam konteks latar belakang
sejarah pembentukannya (historikal) dalam kaitannya dengan tujuan
yang mau diwujudkannya (teleologikal) yang mentukan isi hukum
positif itu (untuk menemukan ratio legis-nya) serta dalam konteks
hubungannya dengan aturan hukum positif yang lainnya (sistimatikal)
dan secara kontekstual merujuk pada faktor-faktor kenyataan
kemasyarakatan dan kenyataan ekonomi (sosiologikal) dengan mengacu
pandangan hidup, serta nilai-nilai cultural dan kemanusiaan
fundamental (philosopical) dalam proyeksi ke masa depan
(futurelogikal)3
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
Bandung, h. 29.
Kajian Akademik Rancangan Peraturan Walikota Denpasar
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor.15 Tahun 2011 tentang
7
Izin Gangguan
Tim Peneliti Pusat Perancangan Hukum
Fakultas Hukum Universitas Udayana PPH
Yogyakarta, h. 35
Kajian Akademik Rancangan Peraturan Walikota Denpasar
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor.15 Tahun 2011 tentang
8
Izin Gangguan
Tim Peneliti Pusat Perancangan Hukum
Fakultas Hukum Universitas Udayana PPH
2007), h. 56.
10 Kesit Bambang Prakosa, Pajak dan Retribusi Daerah, (UII Press, Yogyakarta,
2003), h.35.
11 Kesit Bambang Prakosa, ibid h 35.
13 Ibid h. 238-309.
g. keterbukaan.
Asas-asas materiil pembentukan peraturan perundang-undangan
yang baik diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU P3 (khususnya
berkenaan dengan Perda diatur dalam Pasal 138 ayat (1) dan ayat (2)
UU Pemda), yakni: materi muatan Peraturan Perundang-undangan
mengandung asas:
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhineka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Selain asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu
dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan. Mengenai asas-asas materiil
yang lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan
tertentu dijelaskan dalam Penjelasan UU Pembentukan Peraturan
perundang-undangan yang dimaksud dengan asas sesuai dengan
bidang hukum masing-masing antara lain:
a. dalam Hukum Pidana misalnya asas legalitas, asas tiada
hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan
asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata misalnya dalam hukum perjanjian antara
lain asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.
setiap wajib retribusi dan dikenakan untuk setiap objek retribusi). Agar
mendapatkan rumusan norma hukum retribusi yang sesuai dengan
aspirasi keadilan yang berkembang dalam masyarakat, maka harus
diadakan konsultasi publik.
Kedua, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
Berdasarkan asas ini materi muatan Peraturan Daerah tentang
retribusi tidak berisi ketentuan-ketentuan yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang antara lain agama, suku, ras, golongan,
gender, atau status sosial. Inti dari kesamaan adalah keadilan, yang
menjamin perlakuan yang sama, sesuai hak dan kewajibannya.16
Ketiga, ketertiban dan kepastian hukum. Agar Peraturan Daerah
tentang retribusi dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan adanya kepastian hukum. Jaminan kepastian hukum
mempunyai dua arti. Pertama, kepastian hukum dalam arti kepastian
pelaksanaannya, yakni bahwa hukum yang diundangkan dilaksanakan
dengan pasti oleh negara. Kedua, kepastian hukum dalam arti
kepastian orientasi, yakni hukum harus sedemikian jelas sehingga
masyarakat dan pemerintah serta hakim dapat berpedoman padanya.
Masing-masing pihak dapat mengetahui tentang hak dan
kewajibannya.17 Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan kepastian
hukum adalah kepastian hukum dalam arti kepastian orientasi. Ini
berarti yakni norma hukum retribusi harus sedemikian jelas sehingga
masyarakat dan pemerintah serta hakim dapat berpedoman padanya.
Terutama masyarakat dapat dengan jelas mengetahui hak dan
kewajiban dalam kaitannya dengan retribusi. Termasuk di sini, adalah
h. 79-80.
Kajian Akademik Rancangan Peraturan Walikota Denpasar
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor.15 Tahun 2011 tentang
18
Izin Gangguan
Tim Peneliti Pusat Perancangan Hukum
Fakultas Hukum Universitas Udayana PPH
19 Anggito Abimanyu, et.al., Op. Cit., h. 32. Tjip Ismail, “Optimalisasi Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah”, dalam
Orpha Jane, et.al., eds., Prosiding Workshop Internasional Implementasi Desentralisasi
Fiskal sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam Membiayai Pembangunan
Daerah, (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, 2002), h. 115-143. Tjip Ismail, Pengaturan Pajak Daerah Di Indonesia,
Edisi Kedua, (Yellow Printing, Jakarta, 2007) ,h. 197-202.
20 Tim Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, t.t.,h. 13-14.
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
filosofis atau h berlakunya secara filosofis adalah kaidah hukum bersangkutan sesuai
dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi, misalnya Pancasila,
masyarakat adil dan makmur, dan seterusnya. Lihat Soerjono Soekanto dan Purnadi
Purbacaraka, Perih Kaedah Hukum, (Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989),
h. 92.
26 Pendapat tersebut dikemukakan ketika UUD 1945 belum diubah. Meski
demikian pendapat tersebut masih relevan ketika UUD 1945 sudah mengalami
perubahan keempat kalinya.
Kajian Akademik Rancangan Peraturan Walikota Denpasar
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor.15 Tahun 2011 tentang
34
Izin Gangguan
Tim Peneliti Pusat Perancangan Hukum
Fakultas Hukum Universitas Udayana PPH
BAB V
JANGKAUAN ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
Wija Atmaja, 1995, ”Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah Tingkat II
(Kasus Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan Kotamadya Daerah Tingkat II
Denpasar), Tesis Magister, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung,
h. 14
Kajian Akademik Rancangan Peraturan Walikota Denpasar
tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor.15 Tahun 2011 tentang
39
Izin Gangguan
Tim Peneliti Pusat Perancangan Hukum
Fakultas Hukum Universitas Udayana PPH
BAB V
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan pada adanya pendelegasian kewenangan dari
Peraturan daerah No 15 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan
menunjukkan adanya dasar hukum pembentukan Peraturan Walikoa
tentang Retribusi Izin Gangguan .
Dalam rangka pembentukan Peraturan Walikota tentang
Retribusi Izin Gangguan terdapat lima isu hukum yang perlu dikaji
untuk mendapatkan bahan hukum adalah:
1) Tarif
2) Tata Cara Pemungutan
3) Tata cara pembayaran, penempatan tempat pembayaran,
anggsuran, penundaan pembayaran
4) Keringanan, pengurangan dan pembebasan
5) Tata Cara Penagihan
6) Penghapusan piutang yang kadaluwarsa
Lima hal tersebut dikaji dalam perspektif penelitian hukum
(legal research), dalam artian menggunakan bahan hukum dan
dianalisis secara hermeneutika hukum, yakni memahami,
menginterpretasi, danmenerapkan suatu norma hukum secara bolak-
balik antara keseluruhan dan bagian. Landasan filosofis pengaturan
Retribusi Izin Gangguan adalah bahwa Retribusi Izin Gangguan
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
pelaksanaan pemerintahan daerah danmeningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga perlu pengaturan Retribusi Izin Gangguan
6.2 Saran
Rekomendasi yang dapat diajukan dalam rangka pembentukan
Peraturan Walikota Denpasar tentang Retribusi Izin Gangguan, yang
diawali dengan penyusunan konsep awal rancangannya, adalah:
1. Menyiapkan perangkat hukum dalam bentuk pengaturan tentang
retribusi izin gangguan
2. Agar diselenggarakan proses konsultasi publik sehingga
masyarakat dapat memberikan masukan dan dapat segera
mengetahui tentang perangkat pengaturan tentang izin gangguan
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abimanyu, Anggito, et.al., 2005, Evaluasi Pelaksanaan UU Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pusat
Pengkajian Ekonomi dan Keuangan Badan Pengkajian Ekonomi,
Keuangan, dan Kerjasama Internasional Departemen Keuangan
RI, Jakarta.
Fiedmann, W., 1990, Teori & Filsafat Hukum: Idealisme Filosofis &
Problema Keadilan (Susunan II), diterjemahkan oleh Mohamad
Arifin (dari judul asli: Legal Theory), Penerbit CV Rajawali.
Jakarta. Gadamer, Hans-Georg, 2004, Kebenaran dan Metode:
Pengantar Filsafat Hermeneutika, terjemahan Ahmad Sahidah
(judul asli: Truth and Method, The Seabury Press, New York,
1975), Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press,
Yogyakarta.
Soedargo, R., 1964, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, N.V. Eresco,
Bandung.
Tim Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, t.t., Pedoman Nasional Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Departemen Keuangan RI, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan