Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Afan

Nim : 2201843872

Analisa Kasus Bankers Trust vs. Mayora Indah (LCIA, 14 Desember 1999

perkara ini bermula dengan adanya transaksi derivatif (derivatif adalah sebuah kontrak
bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari
produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan" (underlying
product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku
pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai
disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok.
pertukaran mata uang dan bunga (currency and interest swaps) antara pihak Bank Bankers
Trust dengan PT Jakarta International Hotels and Development selaku Konsumen dan
Mayora Indah selaku konsumen dibawah suatu perjanjian dengan nama, International
Swaps and Derivatives Association Master Agreement (“ISDA”) yang diperjanjikan antara
kedua belah pihak dengan menggunakan pilihan hukum inggris.

Kasus ini dituju karna adanya krisis ekonomi pada tahun 1998 yang berdampak pada
penurunan nilai rupiah secara drastis pihak konsumen pada akhirnya tidak dapat melakukan
kewajibannya untuk melakukan pembayaran dibawah perjanjian.

Ketika kasus masih berada dalam tahap negosiasi, konsumen menggugat pihak Bank di PN
Jaksel tetap menerima gugatan Mayora (walaupun ada klausul arbitrase didalamnya) untuk
membatalkan perjanjian ISDA dengan dasar bahwa perjanjian tersebut bertentangan
dengan ketertiban umum. (Kasus ini menurut saya adalah salah satu contoh dimana
pengadilan menentang lembaga arbitrase). kemudian pihak bank di satu sisi membawa
perkara ini ke London Court of International Arbitration (“LCIA”) untuk menyelesaikan
sengketa yang muncul di bawah Perjanjian ISDA ini. LCIA kemudian memenangkan pihak
Bank serta kemudian didaftarkan oleh ihak Bank ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk
pelaksanaannya.

Sementara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan pihak Konsumen. Pihak Bank
kemudian mengajukan pembelaan menyatakan pihak PN Jaksel salah kompetensi karna
tidak memiliki jurisdiksi untuk memutuskan perkara ini, karena ada poin dalam Perjanjian
ISDA, penyelesaian sengketa yang muncul dari Perjanjian ini akan serahkan kepada badan
arbitrase internasional LCIA.

Pihak Pengadilan mengatakan bahwa klausula tersebut tidak tercantum dalam Perjanjian
ISDA oleh karena itu tidak mengikat kepada para pihak, dimana pada kenyataannya, para
pihak yang bersengketa telah sepakat dalam Perjanjian tersebut. Pihak Bank kemudian
mengajukan banding kepada keputusan Pengadilan tinggi dan pada saat yang bersamaan
memohon pelaksanaan putusan arbitrase kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pihak
Bank menyatakan bahwa keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidaklah mengikat
hingga putusan tersebut adalah bersifat tetap dan putusan arbitrase tersebut adalah final
dan mengikat dan juga mengatakan bahwa putusan tersebut adalah untuk dilaksanakan dan
tidak perlu diperiksa ulang. Adanya kontradiksi penjatuhan putusan oleh Pengadilan Negeri,
LCIA membawa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berkeinginan untuk memutuskan
pelaksanaan terhadap putusan arbitrase yang dijatuhkan oleh LCIA. Pihak Bank kemudian
mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung terhadap putusan Jakarta Pusat tersebut,
Pada intinya terhadap perkara yang sudah memiliki klausul arbitrase tidak bisa diajukan ke
pengadilan negeri, dan untuk perkara yang sudah dijatuhkan putusan arbitrasenya tidak bisa
diajukan lagi ke pengadilan, kecuali apabila ada perbuatan melawan hukum, sehingga pihak
yang dirugikan bisa menggugat ke pengadilan negeri atas dasar perbuatan melawan hukum
dalam hal pengambilan putusan arbitrase yang tidak berdasar itikad baik

Anda mungkin juga menyukai