Anda di halaman 1dari 6

Muhammad afan

2201843872/ LA65

Alternative Dispute Resolution Final Exam

1. Yang dimaksud dengan mediasi sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung


N0. 1 Tahun 2016 Pasal 1 ayat 1 dan 2, adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh mediator, Mediator adalah hakim atau pihak lain yang
memiliki sertifikat mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak
dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian. Sedangkan, definisi dari mediator adalah hakim atau pihak
lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu
Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan
sebuah penyelesaian

2. Tujuh Tahapan atau proses mediasi beserta penjelasan :

A. Memulai Proses Mediasi

- Mediator memperkenalkan diri dan para pihak


- Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan masalah
melalui mediasi
- Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator
- Menjelaskan prosedur mediasi
- Menjelaskan pengertian kaukus
- Menjelaskan parameter kerahasiaan
- Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi Menjelaskan aturan perilaku
dalam proses perundingan
- Memberikan kesempatan kepada Para pihak untuk Bertanya dan
menjawabnya
B. Memutuskan Masalah dan Menyusun Agenda
Mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan, menyepakati subtopik
permasalahan yang akan dibahas dan menentukan urutan subtopik yang akan
dibahas dalam proses perundingan menyusun agenda perundingan 3.

C. Mengungkapkan Kepentingan Tersembunyi

Yang mana dapat dilakukan dengan dua cara:

- CARA LANGSUNG : mengemukakan pertanyan langsung kepada para pihak


- CARA TIDAK LANGSUNG : mendengarkan atau merumuskan kembali
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para pihak

D. Membangkitkan Pilihan Penyelesaian Sengketa

Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran yang
posisonal tetapi harus bersikap terbuka dan mencari alternatif penyelesaian
pemecahan masalah secara bersama

E. Menganalisa Pilihan Penyelesaian Sengketa

Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika menerima atau
menolak suatu pemecahan masalah, yang mana mediator mengingatkan para pihak
agar bersikap realistis dan tidak mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk
akal

F. Proses Tawar Menawar Akhir

Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka dan bersedia
memberi konsesi satu sama lainnya

Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran yang dapat


dipergunakan untuk menguji dapat atau tidak tercapainya penyelesaian masalah

G. Mencapai Kesepakatan Formal

Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan


kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para pihak untuk
melaksanakan bunyi kesepakatan dan mengakhiri sengketa

Adapun tugas-tugas mediator ;


- Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para
pihakuntuk dibahas dan disepakati.
- Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam
proses mediasi.
- Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan
terpisah selama proses mediasi berlangsung.
- Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali
kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik
bagi para pihak.
dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah menerima anjuran
tertulis.

3.. Bagan Proses Mediasi ( Ketenagakerjaan)


4. Menurut UU No. 30 Tahun 1999, yang dimaksud dengan Arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat seccara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa, sedangkan yang didefinisikan sebagai
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga
arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang
diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

5. Pendaftaran dan Permohonan Arbitrase

Seperti yang disampaikan sebelumnya, kesepakatan penyelesaian sengketa


melalui arbitrase harus disetujui dua belah pihak. Sebelum berkas
permohonan dimasukkan, Pemohon harus lebih dulu memberitahukan
Termohon bahwa sengketa akan diselesaikan melalui jalur arbitrase. Surat
pemberitahuan ini wajib diberikan secara tertulis dan memuat lengkap
informasi seperti yang tertuang pada Undang-Undang No. 39 Tentang
Arbitrase pasal 8 ayat 1 dan 2, yakni:• Nama dan alamat lengkap Pemohon
dan Termohon;

o Penunjukan klausula arbitrase yang berlaku;


o Perjanjian yang menjadi sengketa;
o Dasar tuntutan;
o Jumlah yang dituntut (apabila ada);
o Cara penyelesaian sengketa yang dikehendaki; dan
o Perjanjian tentang jumlah arbiter (atau jika tidak memiliki perjanjian
ini, Pemohon dapat mengajukan jumlah arbiter yang dikehendaki dan
harus dalam jumlah yang ganjil.
6. Keterkaitan UU NO. 13 TAHUN 2003, UU NO. 2 TAHUN 2004, DAN
UU NO. 30 TAHUN 1999

Pasal 1 ayat (22) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan ketentuan
Pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2004 tentang Perselisihan Hubungan Industrial
disebutkan definisi perselisihan hubungan industrial yaitu :

“Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan


pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh
atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.”

Pasal 136 ayat 2 UU No. 13/2003 mengatur tentang Penyelesaian sengketa hubungan
industrial yang mencari keadilan di luar pengadilan melalui konsiliasi dan arbitrase,
yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 136 ayat (2) UU No. 13/2003 yang berbunyi :

“Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat
pekerja/ serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui
prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang-
undang.”

Penyelesaian melalui arbitrase juga terdapat dalam ketentuan Pasal 1 angka 15 UU


No. 2/2004 yang berbunyi :

“Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbitrase adalah


penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/
serikat buruh hanya dalam satu perusahan, di luar Pengadilan Hubungan Industrial
melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan
bersifat final.”
Sehingga, sesuai dengan penjabaran 3 ketentuan diatas, dapat disimpulkan keterkaitan
diantara ketiganya adalah pengaturan penyelesaian sengketa melalui jalur arbitrase
telah diatur, namun khusus untuk UU No. 30/99, penyelesaian sengketa melalui
arbitrase hanya dibatasi khusus di bidang perdagangan saja.

Anda mungkin juga menyukai