Anda di halaman 1dari 3

Brunei ancam vonis mati bagi LGBT!

Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah.

Beberapa waktu lalu negara kecil di asia tenggara yang amat terkenal dengan
kemakmurannya yaitu Brunei Darussalam dengan tujuan menerapkan sistem hukum islam
secara menyeluruh di negara tersebut, yang mengakibatkan pro dan kontra dari banyak
pihak. Sultan Hassan Bolkiyah selaku pemimpin negara tersebut, sontak menjadi sorotan
mata dunia belakangan ini, bukan karena pengaruhnya di dunia internasional namun karna
keputusannya tersebut.
Hal demikian menuai protes besar-besaran dari barat pegiat HAM internasional terlebih lagi
Brunei secara resmi menetapkan status illegal pada LGBT dan bahkan membuat rencana
kedepannya untuk menghukum mati LGBT yang dinilai amat berlebihan dari banyak pihak .
“Brunei harus segera menghentikan rencananya untuk menerapkan hukuman kejam ini dan
merevisi hukum pidana sesuai dengan kewajiban hak asasi manusianya,”kata Rachel
Chhoa-Howarddilansir Sky News.
“ Beberapa potensi pelanggaran seharusnya tidak dianggap kejahatan sama sekali,
termasuk hubungan seksual konsensual antara orang dewasa dengan jenis kelamin yang
sama. Organisasi internasional harus segera mengutuk tindakan Brunei untuk menerapkan
hukuman kejam ini ke dalam praktik. ” Tambahnya.
Matthew Woolfe, pendiri kelompok HAM The Brunei Project, juga menyuarakan protes
keras yang serupa. "Kami mencoba untuk menekan pemerintah Brunei, tetapi menyadari
ada jangka waktu yang sangat singkat sampai undang-undang itu berlaku," kata kelompok
HAM yang berbasis di Australia tersebut. Dan kritikan juga datang dari Bintang Film & Politisi
Amerika Kritisi Aturan Hukum Baru di Brunei
Sehari sebelumnya sutradara, penulis, produser film televisi dan aktivis LGBT Dustin Lance
Black juga mengecam keputusan Brunei Darussalam dan mencuit ‘’jika Anda tetap menginap
atau sering menginap di Beverly Hills Hotel, berarti Anda ikut bersalah karena mendukung
keuangan para pembunuh ini,’’ dan menampilkan laporan tentang pemberlakuan hukuman
rajam dan cambuk itu, disertai tagar #BoycottBrunei.
Dalam kolom opini yang ditulis dan diterbitkan media Deadline, suami dari pengacara hak
asasi manusia Amal Clooney itu mengatakan bahwa hukuman mati yang bakal diterapkan
Brunei mulai awal April 2019 mendatang teramat sadis bagi manusia.

Hukuman tersebut berupa pelemparan batu dan cambukan bagi mereka yang tertangkap
basah melakukan hubungan seks sesama jenis. 
Dia menyerukan agar masyarakat bergabung dengannya segera untuk memboikot sembilan
hotel-tiga di Inggris, dua di Amerika Serikat, dua di Prancis dan dua di Italia.
Tapi Sultan Hassanal merespons kritikan tersebut dalam pers nya dengan mengatakan
bahwa, “Ini adalah urusan negeri kami.”
Sultan kemudian tidak menyangkal bahwa masing-masing orang mempunyai perspektif yang
berbeda. Secara gamblang sultan mengatakan, “Ketika Barat membolehkan gay, lesbi,
alkohol, seks bebas, dan sebagainya di negara mereka, kami tak pernah mempersoalkannya.
Lalu mengapa mereka mempersoalakan urusan di negara kami?”
Walaupun kritik keras bertubi tubi menghujani Sultan Brunei namun beliau tetap bersikukuh
bahwa hal demikian memang harus di lakukan. Meski begitu, pemerintah meminta orang-
orang tidak terlalu panik dan menganggap hukum Islam itu kejam. Sebab, penerapan hukum
berlaku jika orang berbuat salah.
Selain itu, hukuman yang ekstrem seperti rajam harus melalui pembuktian yang detail di
pengadilan. Brunei Darussalam, bekas wilayah koloni Inggris dengan populasi sekitar 400.000 jiwa,
adalah negara pertama di Asia Timur yang mengadopsi komponen kriminal syariah di tingkat
nasional.

Homoseksualitas ilegal di Brunei dan dapat dihukum hingga 10 tahun penjara. Namun,
hukum baru akan menjadikan Brunei Darussalam negara Asia pertama yang membuat LGBT
di Brunei dapat dihukum mati. Selain itu, pemerintah Brunei Darussalam menandatangani
Konvensi PBB tentang Penyiksaan tahun 2015. Tapi mereka belum meratifikasinya. Namun demikian,
mereka sudah menandatangani. Itu sudah jadi alasan bahwa mereka harus menjunjung prinsip-
prinsip konvensi.

Apakah rakyat Brunei Darussalam meminta hukum lebih ketat?


Saya rasa tidak ada dorongan dari dalam masyarakat sendiri untuk hukum ini, dan ini
diputuskan oleh pemerintah tanpa konsultasi dengan rakyat. Tentu banyak orang di Brunei
Darussalam yang tidak menginginkan hukum ini dan khawatir dengan implementasinya.
Sebenarnya tak jelas mengapa pemerintah menilai negara butuh hukum-hukum ini.

Anda mungkin juga menyukai