Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN KECEMASAN

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa 1 dengan dosen
pengampu Heni Purnama, MNS

Disusun oleh :

Anita Hidayat Putri 218090

Aprilia Sucianti 218091

Hendi Wardani 217111

Nadia Khofifah 218108

R. Sofwan Muzzaki S 218144

Tasya Tasharofa 218122

Verawati Senjaya 218124

Winia Novianti 218126

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Kecemasan dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala
kerendahan hati, perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan setulus hati dalam proses
penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan dan kami terima dengan
senang hati.

Bandung, 15 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3

2.1 KECEMASAN / ANXIETAS..........................................................................................3

2.1.1 Definisi.......................................................................................................................3

2.2.2 Penggolongan Anxietas.............................................................................................3

2.2.3 Faktor Predisposisi.....................................................................................................6

2.2.4 Bentuk Gangguan Anxietas.......................................................................................7

2.2.5 Gejala Umum Anxietas..............................................................................................8

2.2.6 Gambaran Klinis........................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................10

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Kecemasan / Anxietas.................................10

3.1.1 Pengkajian................................................................................................................10

3.1.2 Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Rencana Keperawatan.........................12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

4.2 Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah


penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi
sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada
kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa
termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional.
Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi (Sosrosumihardjo, tahun ), Sp.K.J.,
dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi
pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus
berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya
jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan).
Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan,
depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada
tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah
penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Sedangkan
selebihnya tidak tertangani.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini
ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization)
badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius
masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat
beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy,
keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu
mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk.
1
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985
yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi
Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa
menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat.
Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah
bangsa.
Dengan adanya permasalahan tersebut, kami tertarik untuk membuat makalah
yang berjudul “Askep pada Klien dengan Gangguan Kecemasan.

1.2 Rumusan Masalah


Diharapkan mahasiswa atau perawat dapat melakukanbagaimanakah asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan kecemasan.

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa atau perawat mampu memahami konsep tentang kecemasan
2. Mahasiswa malakukan pengkajian.
3. Mahasiswa atau perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan.
4. Mahasiswa atau perawat dapat membuat intervensi keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI/PUSTAKA

2.1 KECEMASAN / ANXIETAS

2.1.1 Definisi
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. 
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF)  “Anenvous condition of unrest”
( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL). (Harold, 2012). Anxietas adalah perasaan
tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang
mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang
individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN).

2.2.2 Penggolongan Anxietas


1. Anxietas Ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan
masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan
berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.

a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung

3
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri

2. Anxietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada


sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya,
seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan
merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat
badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan
persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal
yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.

a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi

4
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira

3. Ansietas Berat

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika
individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran
rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-
yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau
menjadi beku atau tidak  dapat melakukan sesuatu.

a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat

5
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas

2.2.3 Faktor Predisposisi


1. Teori Psikoanalitik

Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan
SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang , sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID
dan Super Ego.

2. Teori Interpersonal

6
Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan
individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
anxietas yang berat.

3. Teori Perilaku

Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu


kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang
berlebihan akan menunjukkan kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan
masa dewasanya.

2.2.4 Bentuk Gangguan Anxietas


1. Gangguan Panik

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan
meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan
emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.  Diagnosis gangguan panik
ditegakkan ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak
diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu
bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang
makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan
serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau
gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik
mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan. Sisanya
mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada
di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon
hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik.
Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.

Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan
gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan
panic

7
2.2.5 Gejala Umum Anxietas
1. Gejala psikologik

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala fisik

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,


ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di
lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik
seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik
nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo;
tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada
perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan
dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak
spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua
terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat
saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman
penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup
gawat.

3. Gejala penyerta

Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia,


pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan
gangguan panik.  Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama
hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada
orang tanpa gangguan mental.

8
2.2.6 Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan,
kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha
untuk  mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan
panik.  Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan
cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu
perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu
menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia,
palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari
bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.

Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia


akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus
ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

9
BAB III

PEMBAHASANASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Kecemasan / Anxietas

3.1.1 Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang
dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

10
b. Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian:
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
meliputi:
a) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis
dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping
sebagai pertahanan melawan kecemasan.

1. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
2. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
3. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun
isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun,
mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung.
4. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
d. Kaji penilaian terhadap stressor
e. Kaji sumber dan mekanisme koping

11
f. Rentang perhatian menurun
g. Gelisah, iritabilitas
h. Kontrol impuls buruk
i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
j. Deficit lapangan persepsi
k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

3.1.2 Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Rencana Keperawatan


1. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
KRITERIA HASIL :
a. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
b. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
c. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
d. Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.
INTERVENSI :
a. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara
ritmik.
b. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
c. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
d. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan  telah terlatih.
e. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas.

2. Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.


KRITERIA HASIL :
a. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
b. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
c. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.
INTERVENSI :

12
a. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang
hangat, ,menjadi pendengar yang baik.
b. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
c. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topik yang
ringan.
d. Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap stres.

3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.


KRITERIA HASIL :
a. Klien memiliki koping terhadap ancaman.
b. Strategi koping positif.
c. Untuk mengetahui sebab biologis.
d. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
INTERVENSI :
a. Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
b. Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
c. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
d. Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab
biologis.
e. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.

4. Ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.


KRITERIA HASIL :
a. Meningkatkan kesadaran diri klien.
b. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
c. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
INTERVENSI :                                    
a. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan
klien.

13
b. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi
interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.
c. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang
ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan
perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak
tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai
dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang
bagi seseorang tertentu.  Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang
air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.

4.2 Saran
Makalah ini disusun dengan menggunakan pedoman dari berbagai sumber
dengan harapan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Makalah dapat
bermanfaat lebih baik apabila pembaca juga menggunakan referensi yang lain
sehingga pembaca mengetahui kelemahan dan kelebihan dari makalah ini dan
makalah tersebut dapat menjadi salah satu acuan untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien krisis dan kecemasan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://tamoy.com/list/kasus-askep-kecemasan-pada-pasien-jiwa

http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/respon-cemas-dan-gangguan-
kecemasan_04.html

http://www.scribd.com/doc/34869031/STUDI-KASUS-Anak-Dengan-Gangguan-Kecemasan

iii

Anda mungkin juga menyukai