Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dengue Fever

1. Definisi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) dengue fever adalah suatu penyakit yang disebab

kan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Ae

des Aegypti. Dengue fever menurut Nelwan (2012) adalah penyakit infeksi virus dengan v

ector Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.

Dengue Fever adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albovirus

dan Aedes Aeygti) (Ngastiyah, 2014). Sedangkan menurut Hidayat (2012) dengue

fever merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan

arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengue fever

merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan dapat

menyebabkan perdarahan. Dengue Fever adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai

lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemorargic.

2. Etiologi

Menurut Nugroho dan Scorviani (2010) penyebab dengue fever adalah infeksi oleh vir

us dengue dari beberapa jenis virus yang masuk ke dalam darah melalui gigitan oleh nya

muk aedes yang menggigit pada siang hari. Sedangkan menurut Pudjiadi (2010) penyebab
penyakit dengue fever adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut sampai saat ini

telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

DEN-3 merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan kasus berat, diikuti serotipe

DEN-2.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) manifestasi klinis yang terjadi pada dengue fever:

a. Demam tinggi selama 5-7 hari.

b. Ingusan, batuk, mata merah.

c. Sakit kepala, sakit di daerah sekitar mata, sakit pada tulang belakang, sakit

diseluruh persendian dan otot.

Sedangkan menurut Nugroho dan Scorviani (2010) manifestasi klinis untuk dengue

fever adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit seperti ptechie, ekhimosis, hematoma.

b. Epitaksis, hematemesis, melena, hematuri.

c. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

d. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, g

elisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

4. Patofisiologi

Virus Dengue akan masuk dan menginfeksi ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita

mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal- pegal diseluruh tubuh, ruam atau

bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang

mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati

(hepatomegali) dan pembesaran limpa (spenomegali). Verimia juga dapat mengakibatkan

hipertermia, akibat dari hipertermi yaitu ketidakseimbangan potensial membran ATPASE


(sebuah protein dalam krista mitokondria untuk menggerakkan reaksi endergonik dan

memerlukan energi yang banyak dalam sel, sehingga difusi NA + dan K+). Kejang akan

muncul karena difusi natrium dan kalium, dari kejang tersebut risiko cidera pada anak

akan muncul dan suplai darah ke otak menurun. Suplai darah ke otak menurun akan

memunculkan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral (Sodikin, 2012).

Virus dengue akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus

antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Aktivasi sistem

komplement berfungsi untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai

faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan terjadi kebocoran plasma

sehingga kehilangan banyak plasma melalui dinding endotel. Nilai hematokrit meningkat

bersama dengan hilangnya plasma melalui dinding pembuluh darah, dan dengan hilangnya

plasma klien mengalami asidosis metabolik dan terjadi resiko syok hypovolemik. Maka

virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoreksia

jaringan sehingga akan memunculkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Suriadi,

2010).

Terjadinya trombositopenia, menurunya fungsi trombosit dan menurunnya faktor

koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan

hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada dengue fever yang akan

menimbulkan perdarahan. Terjadinya perdarahan akan mengakibatkan risiko jaringan

tidak efektif dan terjadi hipoksia jaringan dengan terjadinya hipoksia jaringan mengalami

asidosis metabolik dan mengakibatkan resiko syok (hipovolemik). Hal yang menentukan

beratnya penyakit dengue fever adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah, menurunya volume plasma, terjadi hipotensi, trombositopenia dan diatesis

hemoragic, renjatan terjadi secara akut (Nurarif, 2015).


5. Pathway

Arbovirus (melalui gigitan nyamuk)

Infeksi Virus Dengue

Viremia Kompleks virus antibodi Destruksi trombosit

Terjadi proses inflamasi Aktivasi Komplemen Trombositopenia

MK. Hipertermia
Anti Histamin dilepaskan Perdarahan

Ketidakseimbangan potensial Permeabilitas membrane Risiko jaringan tidak


efektif
meningkat
membrane ATPASE

Difusi Na+ dan K+ Kebocoran Plasma Hipoksia Jaringan

Asidosis Metabolik
Kejang

Anoreksia Jaringan MK. Risiko Syok (hipovolemik)


Suplai darah
ke otak menurun

MK. Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer

MK. Risiko ketidakefektifan perfusi


jaringan cerebral

Gambar 2.1 Pathway Dengue Fever Dikembangkan dari Suriadi (2010), Nuarif (2015),
Sodikin(2012 )).

6. Komponen Darah

a. Sel Darah Merah (eritrosit) : yaitu sel darah yang berbentuk seperti cakram kecil

bikonkaf, cekung kedua sisinya, sehingga terlihat seperti dua bulan sabit jika dilihat

dari samping. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah, sel

darah merah ini terbentuk dari sumsum tulang dan setiap sel darah merah yang matang

mengandung 200-300 juta hemoglobin (Tarwoto dkk, 2009 dan Evelyn, 2011).

b. Hemoglobin : protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.

Normalnya dalam darah pada laki-laki 15.5g/dl dan pada wanita 14.0g/dl. Rata-rata

konsentrasi hemoglobin ( MCHC= Mean Cell Concentration of Haemolobin) pada sel

darah merah 32g/dl. Fungsi hemoglobin yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-

paru ke jaringan-jaringan (Tarwoto dkk, 2009 dan Evelyn, 2011).

c. Sel Darah Putih (leukosit) : Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit

5000-10.000 sel per mm3, sedangkan leukosit sendiri terdiri dari 2 kategori yaitu yang

bergranulosit dan yang agranulosit. Granulosit yaitu dalam sel darah putih terdapat
granula, granula ini mampu mengikat warna contohnya, pada eosinofil mempunyai

granula berwarna merah terang, basofil berwarna biru dan netrofil berwarna ungu

pucat. Sedangkan pada agranulosit yaitu bagian sel darah putih dimana mempunyai inti

sel satu lobus dan sitoplasma tidak granula (Tarwoto dkk, 2009 dan Evelyn, 2011).

d. Trombosit : yaitu sel yang tak berinti, yang berbentuk seperti cakram dan dengan

diameter 2-5um, yang berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak mengakariosit

yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada keadaan normal trombosit terdapat sekitar

150.000-300.000/ul darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau

8 hari. Peranan trombosit ini sangat penting dalam proses penggumpalan darah

(Tarwoto dkk, 2009 dan Evelyn, 2011).

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nugroho dan Scorviani (2010) pemeriksaan penunjang untuk dengue fever

sebagai berikut:

a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit dibuktikan dengan peningkatan 20%

atau lebih), trombositopenia (umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8

nilai normal trombosit 100.000/mm3 atau kurang).

b. Serologi (mendeteksi infeksi virus dengue): uji HI (hemoaglutination inhibition t

est).

c. Rontgen thoraks : effuse pleura.

8. Penatalaksanaan

Menurut Nugroho dan Scorviani (2010) penatalaksanaan untuk dengue fever sebagai

berikut:

a. Minum banyak 1,5-2 liter/24jam dengan air teh, gula, atau susu.

b. Antipiretik jika terdapat demam.

c. Antikonvulsan jika terdapat kejang.


d. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan min

um dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

Sedangkan menurut Marni (2016) penatalaksanaan untuk dengue fever adalah :

a. Memberikan cairan oral 1-2 liter untuk mengatasi dehidrasi

b. Kompres hangat untuk pasien demam tinggi

c. Antipiretik dari golongan asetominofen (paracetamol)

B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan menurut Ridha (2014) merupakan masalah perubahan dalam ukuran

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur

dengan berat (gram, kilogram), ukuran panjang dalam cm dan meter. Perkembangan

merupakan bertambanya kemampuan (skill/ketrampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pemantangan.

Perkembangan adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus pada berbagai

segi dan saling keterkaitan, dan terjadi perubahan pada individu semasa hidupnya.

Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses mal nutrisi dan pembelajaran. Pertumbuhan

adalah suatu peningkatan ukuran fisik, keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur (Suriadi

dan Yuliani, 2010).

Faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembangan anak (Ridha,

2014):

1. Faktor herediter

Herediter/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk dirubah ataupun

dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses

tumbang anak. Misalnya, anak keturunan eropa akan lenih tinggi dan lebih besar jika
dibandingkan dengan keturunan Asia termasuk Indonesia, pertumbuhan postur tubuh

wanita akan berbeda dengan laki-laki.

2. Faktor lingkungan

a. Lingkungan internal

Hal yang mempengaruhi diantaranya adalah hormon dan emosi, ada tiga hormon

yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon Somatotropin merupakan

hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa

pertumbuhan, kekurangan hormon ini akan menyebabkan gigantisme. Hormon

Tiroid mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan

menyebabkan Kreatinisme dan hormon Gonadotropin yang berfungsi untuk

merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan

esterogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur,

kekurangan hormon ini akan menyebabkan terlambatnya perkembangan seks.

b. Lingkungan eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi diantaranya adalah

kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga, status nutrisi, olahraga, dan porsi anak

dalam keluarga.

3. Faktor Pelayanan Kesehatan

Dengan adanya pelayanan kesehatan yang memadai di sekitar lingkungan, diharapkan

tumbang anak dapat dipantau.


Berikut ini tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menurut (Ridha, 2014 ) dan

(Terri,2012) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1
Pertumbuhan dan Perkembangan infant/bayi, umur 0-12 tahun
Umur Fisik Motorik Sensoris Sosialisasi
Umur 1 Berat badan Bayi berusaha Mata mengikuti Bayi sudah
bulan akan meningkat untuk mengangkat sinar ke tengah mulai
150-200 gr/mg, kepala dengan tersenyum
tinggi badan dibantu oleh orang pada orang
meningkat 2,5 tua, tumbuh yang ada
cm/bulan, ditengkurapkan, disekitarnya
lingkar kepala kepala menoleh ke
meningkat 1,5 kiri kanan, reflek
cm/bulan. menghisap,
Besarnya menelan,
kenaikan seperti menggenggam
ini akan sudah mulai positif
berlangsung
sampai bayi
umur 6 bulan
Umur 2- Fontanel Mengangkat kepala, Sudah bisa Mulai tertawa
3 bulan posterior sudah dada dan berusaha mengikuti arah pada
menutup untuk menahanya sinar ke tepi, seseorang ,
sendiri dengan koordinasi ke senang jika
tangan, atas dan ke tertawa keras,
memasukkan bawah mulai menangis
tangan ke mulut, mendengarkan sudah mulai
mulai berusaha suara yang kurang
untuk meraih didengarnya
benda-benda yang
menarik yang ada
disekitarnya, bisa
didudukan dengan
posisi punggung
disokong mulai asik
bermain-main
sendiri dengan
tangan dan jarinya
Tabel 2.1(Lanjutan)
Umur Fisik Motorik Sensoris Sosialisasi
Umur 4- Berat badan Jika didudukan Sudah bisa Senang jika
5 bulan menjadi dua kali kepala sudah bisa mengenal berinteraksi
dari berat badan seimbang dan orang-orang dengan orang
lahir ngeces punggung sudah yang sering lain walaupun
karena tidak mulai kuat, bila berada belum pernah
adanya ditengkurapkan didekatnya, dilihatnya.dike
koordinasi sudah bisa mulai akomodasi mata nalnya , sudah
menelan saliva miring dan kepala positif bisa
sudah bisa tegak mengeluarkan
lurus, reflek suara pertanda
primitif sudah tidak senang
mulai hilang, bila
berusaha meraih mainan/benda
benda sekitar miliknya
ditanganya diambil orang
lain.
Umur 6- Berat badan Bayi sudah bisa - Sudah dapat
7 bulan meningkat 90- membalikkan badan membedakan
150 gram/ sendiri, orang yang
minggu, tinggi memindahkan dikenalnya
badan anggota badan dari dengan yang
meningkat 1,25 tangan yang satu ke tidak
cm/bulan, tangan yang lainya, dikenalnya,
mengambil mainan jika bersama
dengan tanganya, dengan orang
senang yang belum
memasukkan kaki dikenalnya
ke mulut, sudah bayi akan
mulai bisa merasa cemas,
memasukkan sudah dapat
makanan ke mulut menyebut atau
sendiri mengeluarkan
suara
em..em..em
bayi biasanya
cepat
menangis

Tabel
2.1(Lanjutan)
Umur Fisik Motorik Sensoris Sosialisasi
Umur 8- Sudah bisa - Bayi tertarik Bayi
9 duduk dengan dengan benda mengalami
sendirinya, benda kecil stranger
Bulan koordinasi yang ada anxiety/meras
tangan ke mulut disekitarnya a cemas
sangat sering, terhadap hal-
bayi mulai hal yang
tengkurap belum
sendiri dan dikenalnya
mulai belajar atau orang
untuk asing
merangkak,
sudah bisa
mengambil
benda dengan
menggunakan
jari-jari
Umur Berat badan 3 Sudah mulai belajar Visual acuty 20- Emosi psotif,
10-12 kali berat badan berdiri tetapi tidak 50 positif sudah cemburu,
bulan waktu lahir, gigi bertahan lama, dapat marah, lebih
bagian atas dan belajar berjalan membedakan senang pad
bawah sudah dengan bantuan, bentuk alingkungan
tumbuh sudah bisa berdiri yang sudah
dan duduk sendiri, diketahuinya,
mulai belajar akan merasa takut
dengan pada situasi
menggunakan asing, mulai
tangan, sudah bisa mengerti akan
bermain cilukba perintah
mulai senang sederhana,
mencoret coret sudah
kertas mengertu
namanya
sendiri, sudah
bisa menyebut
mama, papa
(sumber: Ridha, 2014 dan Terry, 2012)

Tabel 2.2
Pertumbuhan danPerkembangan toddler (battita): umur 15-36 bulan
Umur Motorik kasar Motorik halus

Umur 15 Berjalan secara mandiri Makan sendiri dengan makanan jari


bulan menggunakan jari telunjuk untuk
menunjuk

Umur 18 Memanjat tangga dengan bantuan, Menguasai meraih, menggemgam


bulan menarik mainan sambil berjalan dan melepaskan : tumpukan balok,
meletakkan benda dalam lubang.
Membalik halaman buku (satu per
satudengan buku papan, banyak
jika buku kertas). Melepaskan
sepatu dan kasus kaki, menumpuk
empat kubus.

Umur 24 Berlari, menendang bola, dapat Membangun menara enam atau


bulan berdiri dengan hanya menjejakkan tujuh kubus, tangan kanan atau
ujung jari saja (berjinjit), kiri, mengimitasi gerakan sirkuler
membawa beberapa mainan, atau dan vertikal, menulis dengan
mainan besar sambil berjalan, tergesa-gesa dan melukis, mulai
memanjat keatas dan ke bawah dari memutar tombol, memasukkan pin
furnitur tanpa bantuan bulat ke dalam lubang.

Umur 36 Memanjat dengan baik, mengayuh Membuka baju sendiri, menyalin


bulan sepeda roda tiga, berlari dengan lingkaran, membangun menara 9
mudah, berjalan naik dan turun atau 10 kubus, memegang pensil
tangga dengan baik bergantian, dalam posisi menulis, memasang
membungkuk dengan mudah tanpa atau melepaskan penutup, kacang,
terjatuh baut, dan membalikkan satu
halaman buku pada satu waktu.

(sumber: Ridha, 2014 dan Terry, 2012)

Tabel 2.3
Pertumbuhan dan Perkembangan pra sekolah
Umur Motorik kasar Motorik halus Sosial Pertumbuh
emosional an fisik

Usia 4 Berjalan berjinjit, Sudah bisa - -


tahun melompat lompat menggunakan
dengan satu kaki gunting dengan
menangkap bola dan lancar, sudah bisa
melemparkan menggambar kotak,
dari atas kepala menggambar garis
vertical maupun
horizontal, belajar
membuka dan
memasang kancing
baju

Tabel 2.3 (lanjutan)

Usia 5 Berjalan mundur Menulis dengan Bermain Berat


tahun sambil berjinjit sudah angka-angka, menulis sendiri mulai badan
dapat menangkap dan dengan huruf, berkurang, meningkat
melempar bola menulis dengan kata- sering 2,5
dengan baik, sudah kata, belajar menulis berkumpul kg/tahun,
dapat melompat nama, belajar dengan tinggi
dengan kaki secara mengikat tali sepatu teman badan
gantian sebaya meningkat
interaksi 6,75-7,5
sosials cm.tahun
selama
bermain
meningkat,
sudah siap
untuk
menggunaka
n alat-alat
bermain

(sumber: Ridha, 2014 dan Terry, 2012)

Tabel 2.4
Pertumbuhan dan Perkembangan usia sekolah
Motorik Sosial emosional Pertumbuhann fisik

Lebih mampu Mencari lingkungan ynag Berat badan meningkat 2-3


menggunakan otot-otot lebih luas sehingga kg/tahun, tinggi badan
kasar daripada cenderung sering pergi dari
daripada otot-otot rumah hanya untuk bermain meningkat 6-7cm/tahun
halus. Misalnya loncat dengan teman, saat ini
tali, badminton, bola sekolah sangat berperan
volley, pada akhir untuk membentuk pribadi
masa sekolah motorik anak disekolah anak harus
halus lebih berkurang berinteraksi dengan orang
anak laki-laki lebih lain selain keluarganya,
aktif daripada anak sehingga peranan guru
perempuan sangatlah besar

(sumber: Ridha, 2014 dan Terry, 2012)

Tabel 2.5
Pertumbuhan dan Perkembangan remaja (Adolescent)
Pertumbuhan fisik Sosial emosional

Merupakan tahap pertumbuhan yang sangat Kemampuan akan sosialisasi meningkat, relasi dengan
pesat, tinggi badan 25% berat badan 50% teman waniota/pria akan tetapi lebih penting dengan
semua sistem tubuh berubah dan yang paling teman yang sejenis, penampilan fisik remaja sangat
banyak adalah sistem endokrin, bagian- penting karena mereka supaya diterima oleh kawan
bagian tubuh tertentru memanjang, misalnya dan disamping itu pua persepsi terhadap badanya akan
tangan, kaki, proporsi tubuh memanjang mempengaruhi konsep dirinya, peranan orang
tua/keluarga sudah tidak begitu penting tetapi sudah
mulai beralih pad ateman sebaya

(Sumber: Ridha, 2014 dan Terry, 2012)

C. Asuhan keperawatan dengan dengue fever

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama, umur (pada dengue fever paling sering menyerang anak-anak dengan usia kuran

g dari 15 tahun), jenis kelamin (lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak

perempuan), alamat, pendidikan, nama orang tua, Pendidikan orang tua, dan pekerjaan

orang tua (Ambarwati dan Nita, 2015).

b. Keluhan Utama
Alasan/ keluhan yang menonjol pada pasien dengue fever untuk datang ke Rumah Sakit

adalah panas tinggi dan anak lemah (Ambarwati dan Nita, 2015).

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat Penyakit sekarang didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara har

i ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan anoreksia, di

are/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan

bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi, melena ata

u hematemesis (Ambarwati dan Nita, 2015).

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita pada dengue fever anak bisa mengalami seranga

n ulangan dengue fever dengan riwayat virus yang lain (Ambarwati dan Nita, 2015).

e. Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi biasanya terjadi pada anak yang kekebalan tubuhnya mengalami

penurunan akan lebih mudah terjangkit dengue fever dibandingkan dengan anak yang

mempunyai kekebalan baik kemungkinan komplikasi dapat dihindarkan (Nursalam,

2013).

f. Riwayat Gizi

Status gizi anak yang menderita dengue fever dapat bervariasi. Semua anak dengan stat

us gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak

yang menderita dengue fever sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu maka

n menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi y

ang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status giz

inya menjadi kurang (Ambarwati dan Nita, 2015).

g. Kondisi lingkungan
Lingkungan yang menyebabkan terjadi banyak nya penyakit dengue fever biasanya kur

ang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar) (Nursalam,

2013).

h. Pola kebiasaan

Menurut Ambarwati dan Nita (2015) sebagai berikut:

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi jenis makanan harus lunak karena adanya

perdarahan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun karena pada dengue

fever kadang mengalami rasa mual yang menyebabkan tidak ada nafsu makan.

2) Eliminasi alvi (buang air besar), kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) biasanya kencing akan sedikit karena pasien akan

mengalami sedikit minum.

4) Tidur dan istirahat anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyer

i otot dan persendian karena terjadinya veremia sehingga kuantitas dan kualitas tidur

maupun istirahatanya kurang.

5) Kebersihan, upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cender

ung kurang, terutama untuk membersihkan (tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti).

6) Perilaku dan tanggapan bila keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga ke

sehatan.

i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut

sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) dengue fever, keadaan fisik anak adal

ah sebagai berikut:

1) Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan n

adi lemah.

2) Grade II: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan

petekie, perdarahan gusi dan telingan, serta nadi lemah dan tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah dan tidak t

eratur, serta tensi menurun.

4) Garde IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,

pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringan, dan kulit tampak biru.

j.Sistem integument

1) Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, muncul keringat dingin dan lembab.

2) Kuku sianosis/ tidak.

3) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis, hidung

kadang mengalami perdarahan (epistaksis), pada grade II, III, IV. Pada mulut didapa

tkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri tekan. Sementar

a tenggorokan mengalami hyperemia pharing dna terjadi perdarahan telingan (pada g

rade II,III,IV).

4) Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya al

iran yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rates, ronchi, yang biasa

nya terdapat pada grade III dan IV.

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.

6) Ekstermitas akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

k. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien dengue fever menurut Ambarwati dan Nita (2015) aka

n dijumpai:

1) Hb dan PVC meningkat (>20%).

2) Trombositopenia (<100.000/ml).

3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis).

4) Ig. D. dengue positif.


5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan:

Hipoproteinemia, hipokloremia, dan hyponatremia.

6) Urine dan pH darah mungkin meningkat.

7) Asidosis metabolik: pCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.

8) SGCT/SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemia (0007)

1) Definisi: Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena

kegagalan termoregulasi.

2) Batasan Karakteristik:

a) Postur Abnormal

b) Apnea

c) Koma

d) Kulit Kemerahan

e) Hipotensi

f) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu

g) Gelisah

h) Letargi

i) Kejang

j) Kulit terasa hangat

k) Stupor

l) Takikardia

m)Takipnea

n) Vasodilatasi

3) Faktor yang berhubungan:


a) Dehidrasi

b) Pakaian yang tidak sesuai

c) Aktivitas berlebihan

4) Populasi Berisiko:

a) Pemajanan suhu lingkungan tinggi

5) Kondisi Terkait

a) Penurunan perspiras

b) Penyakit

c) Peningkatan laju metabolisme

d) Agens farmaseutika

e) Sepsis

f) Trauma

(Herdman dan Kamitsuru, 2018)

3. Perencanaan

a. Hipertermia

1) Hasil NOC (Nursing Outcomes Classification):

0800: Termoregulasi

a) Tidak merasa merinding saat dingin

b) Tidak berkeringat saat panas

c) Tidak menggigil saat dingin

d) Tingkat pernafasan tidak terganggu

e) Kenyamanan suhu tidak terganggu

f) Tidak ada peningkatan suhu kulit

g) Tidak hipertermia

h) Tidak sakit kepala


i) Tidak sakit otot

j) Tidak ada sifat lekas merah

k) Tidak ada perubahan warna kulit

l) Tidak dehidrasi

2) Hasil NIC (Nursing Interventions Classification):

3740: Perawatan Demam

Aktivitas-aktivitas:

a) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.

Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui keadaan umum

pasien dan menentukan intervensi yang tepat (Tirta, 2019).

b) Monitor warna kulit dan suhu.

Memonitor perubahan warna kulit dan suhu merupakan indikasi untuk

mengetahui tingkat keparahan demam (Deliwan, 2017)

c) Monitor asupan dan keluaran atau IWL (Input water loss).

Asupan dan pengeluaran cairan yang cukup akan menjaga kelembaban sel,

sehingga tubuh tidak mudah rusak akibat suhu tubuh yang tinggi (Riyadi dan

Sukarmin, 2013).

d) Beri obat dan cairan IV.

Pemberian obat dan cairan sangat penting saat klien mengalami suhu tinggi

untuk mempengaruhi penurunan suhu tubuh dan mengantisipasi kekurangan

cairan (Deliwan, 2017).

e) Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam

Pada saat dikompres hangat, panas tubuh akan berpindah ke media yang

digunakan untuk mengompres karena suhu tubuh relatif lebih tinggi (Riyadi dan

Sukarmin, 2013).
f) Berikan oksigen yang sesuai kebutuhan

Oksigen tabung mempunyai tekanan yang lebih tinggi dari oksigen lingkungan

sehingga mudah untuk masuk ke dalam paru-paru (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

g) Tingkatkan sirkulasi udara

Meningkatkan jumlah udara yang masuk dan mencegah hipoksemua jaringan

(Riyadi dan Sukarmin, 2013).

h) Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering

Melembabkan mukosa bibir dan hidung yang kering perlu dilakukan untuk

menghindari terjadi pecah-pecah karena sebagai tanda awal dehidrasi (Tasya,

2017 ).

3900: Pengaturan Suhu

Aktivitas-aktivitas

a) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan

Peningkatan suhu tubuh yang melebihi 39oC dapat berisiko terjadinya kerusakan

saraf pusat karena akan meningkatkan neurotransmitter yang dapat

meningkatkan eksitasi neuron (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

b) Monitor suhu bayi baru lahir sampai stabil

Memonitor suhu bayi dilakukan sebagai acunan tindakan pelaksanaan (Candra,

2012)

c) Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai kebutuhan

Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui keadaan umum

pasien dan menentukan intervensi yang tepat (Tirta, 2019).

d) Monitor suhu dan warna kulit

Memonitor perubahan warna kulit dan suhu merupakan indikasi untuk

mengetahui tingkat keparahan demam (Deliwan, 2017).


e) Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia.

Karena pengaturan dihipotalamus belum teratur untuk itu selalu di pantau tanda

dan gejala hipotermi dan hipertermi.

f) Tingkatkan intake cairan dan motivasi adekuat.

Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan yang hilang dan mencegah

dehidrasi yang mungkin terjadi (Lastri, 2014 ).

h) Sesuaikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Antipiretik akan mempengaruhi ambang panas pada hipotalamus dan juga akan

mempengaruhi penurunan neurotransmitter seperti prostaglandin yang

berkontribusi timbulnya nyeri saat demam (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

Anda mungkin juga menyukai