KTI
10
NIM.P1337420517049
2020
STUDI LITERATUR :ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
POST ORIF (Open Reduction Internal Fixation) FRAKTUR
EKSTERMITAS BAWAH DENGAN FOKUS STUDI
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
5
KTI
10
15
NIM. P13374201517049
2020
II
25
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
5 NIM : P1337420517049
Menanyakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis adalah benar benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti ada dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
10 ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
15
20
III
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan kasus oleh Aji Bayu Utomo NIM P1337420517049 dengan judul
Studi Hambatan Mobilitas Fisik ini telah diperiksa dan disetujui penguji untuk
diuji.
10
Pembimbing I Pembimbing II
15
IV
LEMBAR PENGESAHAN
Hasil Laporan Kasus oleh Aji Bayu Utomo NIM P1337420517049 dengan
judul Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Klien Post ORIF (Open
Dewan Penguji
Mengetahui,
20
KATA PENGANTAR
Ridho Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Studi
5 Literatur Asuhan Keperawatan Pada Klien Post ORIF (Open Reduction Internal
Fisik. Penulis dalam membuat laporan kasus banyak menghadapi masalah dan
hambatan. Berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak maka
4. Bapak Bambang Sarwono, SKp., M. Kes.Epid dan Bapak Dwi Ari Murti
Kasus
20 6. Bapak dan Ibu Dosen beserta para Staf progam Studi Keperawatan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan dan kritikan untuk
kebaikan penulisan karya tulis ilmiah pada masa mendatang sangat penulis
5 harapkan.
10
Penulis
15
20
VII
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
5 LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................5
D. Manfaat Penulisan............................................................................................5
1. Pengertian......................................................................................................7
3. Dampak..........................................................................................................9
4. Cara Mengidentifikasi.................................................................................11
20 5. Cara Pengelolaan.........................................................................................12
B. Konsep Fraktur...............................................................................................14
1. Pengertian...................................................................................................14
VIII
2. Etiologi .......................................................................................................14
3. Manifestasi Klinis.......................................................................................14
4. Klasifikasi Fraktur......................................................................................15
7. Penatalaksanaan...........................................................................................20
1. Proses...........................................................................................................22
2. Faktor Penyebab..........................................................................................23
1. Tindakan Keperawatan................................................................................24
A. Desain Penelitian............................................................................................28
B. Datebase jurnal...............................................................................................28
D. Kata Kunci......................................................................................................29
F. Kriteria Pencarian...........................................................................................30
A. HASIL...........................................................................................................34
20 B. Pembahasan...................................................................................................45
A. KESIMPULAN.................................................................................................53
IX
B. SARAN.............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
Lampiran ....................................................................................................................
10
15
20
X
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Derajat Kekuatan Otot...........................................................................11
10
15
XI
BAB I
PENDAHULUAN
5 jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar
10 di tahun 2017 mencapai 103.228 kali dan tercatat sejumlah 30.058 orang
mengalami luka berat sedangkan di tahun 2016 angka kecelakaan jauh lebih
kasus fraktur pada bulan Januari hingga Oktober 2018 sebanyak 508 kasus
Hasil wawancara dengan klien didapat keluhan klien merasa takut melakukan
latihan gerak karena sakit dan juga tidak adanya penyuluhan mengenai
dan fiksasi yang sempurna sehingga klien bedah dapat melakukan mobilisasi
dengan segera. Dampak yang ditimbulkan pasca bedah ORIF pada umumnya
5 signifikan ada pengaruh positif dari ambulasi dini pada klien post operasi
fraktur ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) terhadap lama
hari rawat, yaitu lama hari rawat lebih pendek 2 hari dibanding dengan klien
post operasi fraktur ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) yang
pemulihan kekuatan otot klien dan diperjelas dengan penelitian Prima (2014)
gerak yang dilakukan secara teratur yakni 5 hari dengan frekuensi 2x sehari
otot pada klien yang mengalami gangguan atau keterbatasan fungsi motorik.
klien pasca ORIF ekstremitas bawah hari ke satu. Disarankan perawat sebagai
20 khususnya pada klien dengan fraktur ekstremitas bawah pasca ORIF yang
Klien yang memulai latihan aktif lebih awal setelah bedah ORIF dapat
meningkatkan rentang gerak aktif total yang lebih besar 6 minggu pasca
operasi dari pada jika latihan tertunda. Melakukan mobilisasi sedini mungkin
10 serta banyaknya kasus di atas penulis tertarik untuk menelaah studi literatur
Temanggung.
B. Rumusan Masalah
dengan hambatan mobilitas fisik akibat dari post ORIF Fraktur ekstremitas
bawah?
20
5
C. Tujuan Penulisan
orif fraktur ekstremitas bawah dengan fokus studi hambatan mobilitas fisik.
D. Manfaat Penulisan
10 2. Bagi penulis
20
BAB II
TINJAUAN TEORI
adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
arti tidak saja kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi penurunan
a. Gaya hidup
6
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
8
seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit
bawah.
c. Kebudayaan
15 d. Tingkat energi
5 sebagai berikut:
a. Sistem Integumen
b. Sistem Kardiovaskuler
c. Sistem Respirasi
d. Sistem Pencernaan
e. Sistem Muskoloskeletal
f. Psikososial
menurut Riyadi & Widuri (2015) seperti dijelaskan pada Tabel 2.1
berikut ini :
Tingkat Kategori
Aktivitas/ mobilitas
Tingkat 0 Mandiri
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat bantu
Tingkat 2 Memerlukan bantuan dan pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan perawatan
Tingkat 4 Sangat tergantung atau tidak dapat
berpartisipasi dalam perawatan
keluar dan amati respon klien apakah bisa mengikuti perintah yang
Namun otot akan kembali seperti semula jika klien dapat melakukan
dan otot klien. Menurut Potter dan Perry (2010) latihan rentang gerak
10
B. Konsep Fraktur
14
1. Pengertian
ditentukan jenis dan luasnya trauma, keadaan tulang itu sendiri serta
2. Etiologi Fraktur
a. Trauma
tulang belakang.
c. Degenerasi
3. Manifestasi klinis
fragmen tulang.
fraktur.
4. Klasifikasi Fraktur
penampang tulang.
5 mekanisme trauma
pada ekstremitas.
keduanya.
pada ligamen.
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium
18
penyembuhan tulang yakni :
poliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
tergantung frakturnya.
20 osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
5 fraktur menyatu.
d. Stadium empat-konsolidasi
celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini
e. Stadium lima-remodeling
Suddart, 2013)
1) Reduksi tertutup
penyembuhan tulang)
2) Reduksi terbuka
Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku,
benar sembuh.
fragmen.
femur.
Muttaqin (2010).
penyembuhan.
menggeser kaki
2) Setelah 6-10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring kiri dan
untuk duduk
Tulang bersifat rapuh tetapi mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma baik secara langsung
23
maupun tidak langsung pada tulang yang mengakibatkan rusak atau
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
2. Faktor penyebab
Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
20 secara mandiri dan terarah. Menurut Riyadi & Widuri (2015) penyebab
a. Intoleran aktivitas
5 g. Kaku sendi
i. Gangguan muskuloskeletal
j. Gangguan neuromuskular
k. Nyeri
Ekstremitas Bawah
15 suatu gangguan pada kaki dan pergelangan kaki yang meliputi tulang tibia,
fibula, maleolus, kalkaneus, metatarsal, falang kaki dan jaringan lunak pada
20 1. Membantu ADL
2. Ambulasi
15 tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi klien akan semakin
membuat seseorang lemah, tidak kokoh dan gemetar saat bangun dari
turun dari tempat tidur dan melatih klien berjalan dengan kruk (Kozier,
2010),
26
3. Kolaborasi dengan Fisioterapi melatih Rentang Gerak (Range Of
Motion-ROM)
dilakukan seperti tabel 2.3. dimana pada hambatan mobilitas fisik post
20
27
4. Latihan berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan .
a. Tongkat
b. Kruk
c. Welker
d. Kursi Roda
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
10 kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur
15 penelitian yang dirumuskan. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji dan
keperawatan post orif fraktur ekstremitas bawah dengan fokus studi hambatan
mobilitas fisik.
20
B. Databese Jurnal
dokumen penulis. Artikel penelitian dan laporan KTI dirujuk dari database jurnal
google scholar dan repository dalam 10 tahun terakhir sesuai dengan kriteria
5 inklusi yaitu Asuhan keperawatan post orif fraktur ekstremitas bawah dengan
10 D. Kata Kunci
Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel penelitian yaitu “fraktur
2. Intervensi utama yang ditelaah pada penelusuran ilmiah ini adalah Asuhan
20
F. Kriteria Pencarian
Kriteria Inklusi
Jangka artikel penelitian terpubliksasi dan
Waktu terindeks di jurnal nasional dan internasional periode tahun
2015-2020
Bahasa Bahasa Indonesia
Subjek Masyarakat
Jenis jurnal Original artiikel penelitian (bukan riview penelitian)
Tersedia full text
Tema isi Tema pengaruh Asuhan Keperawatan Post Orif Fraktur
jurnal Ekstremitas bawah dengan Fokus studi hambatan mobilitas
fisik
Metode Arrtikel dengan metode studi kasus deskriptif
penelitian
5 G. Analisis Jurnal
Analisis jurnal merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis jurnal
dalamnya.
G. Analisa jurnal
Analisa data yaitu kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode atau tanda dan
mengkategorikan data sehingga diperoleh suatu kasus berdasarkan factor masalah yang ingin dijawab dalam suatu
penelitian (Sujarweni, 2014).
5 3.1 Tabel Analisa Jurnal
No Nama Judul Tahun Jenis respon Analisa
Peneliti penelitian den
1 Marrista Adwi Asuhan 2016 Case study / 2 klien Pengkajian kedua klien didapatkan, bahwa klien 1 mengalami fraktur
femur 1/3 distal sedangkan klien 2 mengalami fraktur femur 1/3
D,Alik Septian Keperawatan repository penderit
medial. Hasil pemeriksaan fisik didapat pada klien 1 dan 2 bahwa
M,Sestu Retno pada pasien post a kakinya kaku dan tidak dapat menggerakkan kakinya sendiri karena
nyeri. Klien I dengan skala nyeri 4 dan klien II dengan skala 6,
D.A operasi fraktur fraktur
Kemudian didapatkan juga pada pemeriksaan fisik terdapat perbedaan
femur dengan ekstrem antara kedua klien, klien 1 pada femur sebelah kiri tidak terpasang
drainase sedangkan klien 2 pada femur sebelah kanan terpasang drainase.
hambatan itas
Diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
mobilitas fisik bawah nyeri .Intervensi menggunakan NANDA NIC-NOC (2015) yang berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi, yaitu 1) Kaji kemampuan pasien dalam
di paviliun
mobilisasi, 2) Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi dan jelaskan
Asoka RSUD pentingnya mobilisasi,3) Lakukan latihan ROM pasif dan ROM aktif
pada ektremitas yang sakit dan yang tidak sakit :H–1 ; fleksi dan ekstensi
Jombang
jari – jari kaki,infersi dan efersi kaki, serta fleksi dan ekstensi
pergelangan kaki ; H – 2 :dilakukan rotasi pangkal paha, abduksi dan
adduksi pangkal paha; H – 3 : fleksi dan ekstensi lutut serta menjuntaikan
kaki, 4) Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan, 5) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADL, 6) Tempatkan dalam posisi telentang
secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan
fraktur tungkai bawah, 7) Bantu/ dorong perawatan diri/ kebersihan
(contoh: mandi, mencukur),8) Berikan diet tinggi protein, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Pertahankan penurunan kandungan protein
sampai setelah defekasi pertama, 9) Kolaborasi : Konsultasikan dengan
Fisioterapi tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan. Pada
evaluasi di dapatkan hasil bahwa klien 1 dan klien 2 menunjukkan
peningkatan dalam beraktifitas sesuai dengan kriteria hasil walaupun
bertahap dan dengan bantuan perawat/ keluarga. Pada klien 1 dapat
belajar menggunakan kruk pada hari ke 2 dengan skala kekuatan otot 4,
sedangkan pada klien 2 sesuai dengan teori, smapai hari ke – 3 klien
dapat menjuntaikan kaki disalah satu sisi tempat tidur dengan skala
kekuatan otot 3.
2 Dina Nur Asuhan 2018 Case study / 2 klien Pengkajian pada pasien 1 (Sdr. N) dan pasien 2 (Tn. C) pada tanggal
Kamis, 29 Maret 2018 pukul 14.00 WIB.Didapatkan data Sdr. N
Afifah Keperawatan repository dengan
mengatakan badannya masih terasa kaku, masih sulit untuk
Pada Pasien fraktur digerakkan karena masih nyeri. P: mengatakan nyeri merubah
posisi, Q: mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri pada kaki
Post Operasi femur
kirinya, S: skala nyeri 7, T: nyeri terus-menerus, sedangkan pada Tn. C
Fraktur dengan mengatakan hanya dapat melakukan sedikit pergerakkan karna nyeri, P:
mengatakan nyeri saat bergerak. Q: mengatakan nyeri seperti ditusuk-
fokus studi
tusuk, R: nyeri pada tangan kirinya, S: skala nyeri 6, T: nyeri terus-
gangguan menerus. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data Subyektif yang
didapatkan pada Sdr. N mengeluh badannya masih terasa kaku, masih
mobilitas fsik di
sulit untuk digerakkan karena masih nyeri, P: mengatakan nyeri saat
Ruang Wijaya merubah posisi, Q: mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk, R: nyeri
pada kaki kirinya, S: skala nyeri 7, T: nyeri terus-menerus. Semntara itu
Kusuma RSUD
pada Tn. C juga mengeluh badannya hanya dapat melakukan sedikit
Kraton pergerakkan karna nyeri, P: mengatakan nyeri saat bergerak, Q:
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri pada tangan kirinya, S:
Kabupaten
skala nyeri 6, T: nyeri terus-menerus. Berdasarkan data obyektif yang
Pekalongan didapatkan pada Sdr. N aktivitasnya memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan alat dengan score tingkat mobilitas = 3, sedangkan pada
Tn. C aktivitasnya memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dengan
score tingkat mobilitas = 2. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada
Sdr.N dan Tn. C dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan penulis untuk mencapai
tujuan keperawatan yang sudah di tetapkan tersebut adalah ubah posisi
secara periodik sesuai keadaan pasien (latih pasien bergerak miring
kanan dan kiri setiap 2 jam), bantu latihan rentang gerak aktif dan pasif
pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan pasien,
berikan motivasi dan dukungan pada pasien dalam memenuhi kebutuhan
mobilisasinya, observasi kemampuan mobilitas fisik pasien Implementasi
keperawatan pada Sdr. N dan Tn. C sesuai dengan rencana tindakan,
dan tujuan yang telah disusun. Dilakukan selama 3 hari dimulai tanggal
29 Maret 2018 sampai 31 Maret 2018. Tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik pada Sdr. N dan Tn. C
adalah membantu pasien untuk miring kanan dan kiri, memberikan
therapy injeksi cefotaxime 1g, gentamicin 80mg, ketorolac 30mg,
ranitidine 50mg, memberikan motivasi dan dukungan pada pasien
dalam memenuhi kebutuhan mobilisasinya, membantu latihan rentang
gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai
keadaan pasien, mengukur TTV pasien, dan mengobservasi kemampuan
mobilitas fisik pasien. Evaluasi Keperawatan Setelah melakukan
tindakan keperawatan selama tiga hari, maka penulis melakukan
evaluasi terhadap Sdr. N dan Tn. C. Pada evaluasi akhir yang penulis
lakukan terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan untuk
diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik dengan nyeri, pada Sdr.
N data subyektif yang di dapatkan adalah Sdr. N mengatakan kaki
kirinya sudah dapat digerakkan, sudah dapat duduk, namun masih belum
bisa berjalan, data obyektif tampak pada ekstremitas yang sakit pasien
dapat menggerakkan kakinya untuk bergeser kanan-kiri, mengangkatnya
sedikit, jari-jarinya dapat melakukan fleksi dan ekstensi, pangkal paha
dapat melakukan rotasi, abduksi, dan adduksi, pada ekstremitas yang
sehat dapat melakukan gerakkan abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
pronasi, supinasi, pasien sudah dapat duduk, pasien belum mampu untuk
berjalan, dan pasien masih membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitasnya, dengan tingkat kemampuan aktivitas 2. Pada
Tn. C mengatakan sudah dapat berjalan sambil menggerakan jari- jari
dan telapak tangannya, data obyektif tampak pada ekstremitas yang
sakit pasien dapat menggerakkan jari- jari tangannya dengan fleksi,
ekstensi, dan hiperekstensi, telapak tangannya dapat melakukan fleksi
dan ekstensi, pada ekstremitas yang sehat dapat melakukan gerakkan
abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi, pasien dapat duduk
dan berjalan, dan aktivitasnya masih membutuhkan bantuan
keluarganya, seperti berpakaian, dengan tingkat kemampuan aktivitas 2.
Pada Sdr. N masalah gangguan mobilitas fisik pasien belum teratasi,
karena Sdr. N belum mampu untuk menunjukan melakukan
aktivitasnya dan dalam melakukan aktivitasnya Sdr. N masih
membutuhkan bantuan dari orang lain, planning lanjutkan intervensi
mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada ekstremitas yang
sakit maupun yang sehat sesuai keadaan pasien, melatih pasien
untuk duduk dan berjalan. Pada Tn. C masalah gangguan mobilitas fisik
pasien teratasi, karena pasien sudah mampu menunjukkan melakukan
aktivitasnya sendiri seperti berjalan, planning hentikan intervensi. Kedua
pasien Sdr. N dan Tn. C mendapatkan tindakan, pengobatan, dan
perawatan yang sama, namun pada fraktur ekstremitas atas lebih cepat
dalam meningkatkan kekuatan/fungsi ekstremitas yang sakit dan
menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya dibandingkan
dengan fraktur ekstremitas bawah, karena pada ekstremitas bawah
digunakan untuk menopang tubuh sehingga proses pemulihan mobilitas
fisik pasien membutuhkan waktu yang lebih lama.
3 Bactiar Danies Asuhan 2019 Study case / 2 Pasien pengkajian data pada Pasien 1 mengatakan penyebab dari cederanya
Keperawatan karena jatuh dari motor kurang lebih seminggu yang lalu. Sedangkan
Wara,Mugi repository Fraktur
pada Klien Post Pasien 2 karena mengalami kecelakaan motor satu bulan yang lalu.
Hartoyo, Operasi ORIF Femur Untuk kasus Pasien 1 dan Pasien 2 yaitu mengalami benturan dan
Fraktur Femur terjatuh dari kecelakaan motor. Kedua pasien mengatakan merasakan
MN,Nina
dengan Fokus nyeri, tidak dapat digerakkan dan mengalami memar serta bengkak pada
Indriyawati, Studi Hambatan kaki yang sakit saat pertama kali datang di IGD. Pada pengkajian
Mobilitas Fisik keperawatan sekarang, dokter menganjurkan Pasien 1 untuk dilakukan
Di RSUD Sunan tindakan operasi ORIF dengan diagnose fraktur femur 1/3 distal dextra.
Kalijaga Demak Sedangkan Pasien 2 dilakukan operasi ORIF dengan diagnose fraktur
femur 1/3 proksimal sinistra.Dalam pengkajian pola fungsi Gordon
mobilitas dan aktivitas ditemukan bahwa kedua pasien tersebut
memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas dan pengawasan dari
orang lain, karena pasien mengalami keterbatasan untuk bergerak
terutama pada ekstremitas bawah dan untuk mencegah kontrakur pada
area fraktur, maka didapatkan skor untuk aktivitas 2 dari rentang 0-4.
Data tersebut merupakan kunci untuk dapat dilakukan tindakan
keperawatan mobilisasi ROM (Range Of Motion).Diagnosa keperawatan
pada Tn. Y dan Tn. D yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot sekunder terhadap tindakan
pembedahan. Masalah yang dirumuskan didasarkan atas pernyataan
kedua pasien yang mengatakan tidak dapat mengangkat kaki kanan untuk
Pasien 1 dan kiri untuk Pasien 2 post operasi ORIF fraktur femur. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
hambatan mobilitas fisik, dengan kriteria hasil; pasien dapat mengikuti
program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, kekuatan otot meningkat
dari skor 1 menjadi 4, Pasien mampu menunjukkan tingkatan mobilitas
dalam setiap tindakan.Evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilakukan 3 x24 jam kepada Pasien 1 dan Pasien 2 didapatkan data kedua
pasien dapat menggerakkan kakinya, tetapi hasil yang lain didapatkan
adalah Pasien 1 dua hari cepat pulang dan pulih dibandingkan Pasien 2
yang kurang dalam melakukan mobilitas fisik dengan Range Of Motion
(ROM) karena takut. Pasien 1 yang melakukan mobilisasi ROM lebih
cepat menunjukkan perubahan yang baik seperti edema berkurang,
penilaian kekuatan otot mendapatkan skor 3 daripada Pasien 2 yang
mendapatkan penilaian kekuatan otot dengan skor 2.
4 Thomas Aji Asuhan 2019 Study case / 2 Klien Pengkajian dilakukan pada tanggal 10-13 Februari 2019. Dari hasil
pengkajian yang dilakukan oleh penulis didapatkan data pada kedua klien
,Supratman, keperawatan repository dengan
mengatakan kesulitan menggerakkan tungkai kaki atau eksternitas bawah
Mugi Hartoyo, pada pasien Post di karenakan prosedure operasi ORIF yang dilakukan pada kedua klien.
Tn. A mengatakan kesulitan menggerakkan kaki kanan dan bengkak
MN,DR. dengan closed Orif
pada tungka i sebelah kanan. Tn.K mengatakan sedikit kesulitan
Sudirman, Fraktur cruris frakur menggerakkan kaki kanan dan bengkak minimal pada tungkai sebelah
Kiri. Diagnosa Berdasarkan data subjektif dan objektif, diagnosa
MN3 1/3 medial ekstrem
dengan fokus itas keperawatan kedua klien adalah kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan prosedur operasi, immobilisasi, terapi restruktif Tindakan
studi kerusakan bawah
Keperawatan tindakan yang dilakukan pada Tn. A dan Tn. K adalah
mobilitas fisik latihan gerak range of motion Aktif dan pasif pada eksternitas bawah
sedini mungkin setelah operasi orif atau pemasangan implant, monitor
dibangsal bedah
tanda vital, pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapiutik,berikan
Rumah Sakit penyangga kaki ,ajarkan penggunan kruk untuk latihan berjalan ,ubah
posisi secara periodik sesuai keadaan klien,kolaborasi pelaksanaan
umum Daerah
fisioterapi sesuai indikasi evaluasi kemampuan mobilitas klien dan
KRMT program mobilisasi Evaluasi Keperawatan Pada evaluasi dihari ketiga,
kedua klien didapatkan hasil masalah kerusakkan mobilitas fisik dapat
Wongsonegoro
teratasi dan intervensi dihentikan. Hasil pemberian tindakan latihan gerak
Semarang range of motion / ROM aktif dan pasifpada eksternitas bawah sedini
mungkin setelah operasi ORIF pada kasus closed fraktur cruris 1/3
medial dapat meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan
kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan,
mencegah kekakuan pada sendi, merangsang sirkulasi darah, mencegah
kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
5 Sari Fadilah, Asuhan 2018 Study case / 2 Klien pengkajian didapatkan kedua klien dengan diagnosa hambatan mobilitas
Bambang keperawatan fisik namun memiliki faktor pencetus yang berbeda. Didapatkan ada
repository dengan
Sarwono, Dwi Post Orif (Open perbedaan rentang usia terjadinya fraktur dimana klien II jauh lebih
Ari murti Reduction Post dewasa dibandingkan dengan klien I. Klien I mengalami fraktur akibat
Widigdo, Heru Internal dipancal oleh tukang pijet sedangkan klien II disebabkan karena
Orif
Supriyatno Fixation) kecelakaan lalu lintas. Klien I memiliki ambang nyeri yang lebih besar
Fraktur Femur frakur dibandingkan dengan klien II yang disebabkan karena faktor usia Pada
dengan fokus pemeriksaan fisik kedua klien setelah dilakukan pengkajian
ekstrem
Hambatan didapatkan hasil bahwa yang mengalami gangguan hanya pada
Mobilitas Fisik itas ekstermitas bawah saja yang diakibatkan oleh adanya pembedahan.
(Studi Kasus di Sedangkan pada pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa hasil dari
bawah
RSUD Tidar foto rontgen pada kedua klien setelah dilakukan pembedahan
Kota Madelang kedudukannya baik, hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan
pembedahan kedua klien tidak mengalami gangguan atau baik-baik saja.
Pada pemeriksaan laboratorium kedua klien didapatkan bahwa
leukositnya mengalami peningkatkan yang mungkin disebabkan karena
adanya trauma yang dialami oleh kedua klien.Dalam laporan kasus
karya tulis ilmiah ini dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
(dengan faktor pencetus yaitu nyeri).Perencanaan dibuat sesuai dengan
kriteria hasil yang ditetapkan yaitu klien mampu melakukan ROM aktif
secara teratur, pergerakan keseimbangan tidak terganggu, gerakan otot
tidak terganggu, gerakan sendi tidak terganggu,bergerak dengan mudah
tidak terganggu, cara berjalan tidak terganggu, ambulasi berjalan dengan
langkah yang efektif tidak terganggu, berjalan dengan pelan tidak
terganggu, keluarga memberikan dukungan (support system) kepada
klien untuk selalu melakukan mobilisasi.Implementasi dilaksanakan
klien I(14-16 Januari 2018) sedangkan pada klien II (15-17 Januari 2018)
yaitu dengan mengkaji lokasi adanya nyeri dan ketidaknyamanan selama
pergerakan atau aktivitas dan respon dari kedua klien memiliki
perbedaaan skala nyeri klien I (skala 8-3), klien II (skala 7-2).
Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tujuan dan manfaat
melakukan latihan sendi, respon kedua klien yaitu memahami tentang
apa yang telah disampaikan. Melakukan latihan ROM Pasif dan
dilanjutkan dengan ROM Aktif (anjurkan klien merubah posisi
sesering mungkin, ajarkan klien melakukan latihan mobilisasi secara
bertahap dengan melatih klien menggerakkan jari-jari kaki, persendian
lutut dan paha), respon klien I pada hari terakhir adalah mampu duduk
namun masih dibantu oleh oranglain dan bertahan sampai 6 menit saja,
mampu berdiri dengan dibantu oleh oranglain bertahan selama 4 menit
dan nyeri saat berdiri sudah berkurang dengan skala mobilitas klien
adalah 2 (klien memerlukan bantuan sepenuhnya dari oranglain) untuk
beraktivitas dengan angka kekuatan otot 3 (mampu menahan gravitasi),
respon klien II pada hari terakhir yaitu klien nampak dapat berjalan
dengan menggunakan alat bantu kruk kira-kira 10 meter dengan
kekuatan otot 4 (mampu menahan beban ringan)
6 Muhammad Asuhan 2019 Study case / 2 Klien Pengkajian pada klien I dan klien II diperoleh data subjektif : klien
Farkhani, mengatakan kaki sebelah kanan sulit untuk digerakkan, sehabis
Keperawatan repository dengan
Bambang dilakukan tindakan operasi. Data objektif klien tampak membatasi
Sarwono, Klien Post Orif Post pergerakan , data subjektif dan objektif didapat oleh kedua klien dapat
Sunarmi disimpulkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik .Rencana
Fraktur Tungkai Orif
,Sunarko tindakan keperawatan monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri
Bawah dengan frakur dan ketidaknyamanan selama pergerakan atau aktivitas, jelaskan pada
klien dan keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi, lakukan
Fokus studi ekstrem
latihan Rom Aktif dan Rom pasif sesuai indikasi terencana konsultasikan
Hambatan itas pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi terapkan/sediakan alat
abntu (kruk) , bantu pasien berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu
Mobilitas Fisik bawah
.Evaluasi keperawatan ada 2 masalah yaitu Tn.W belumteratasi dengan
(Studi Kasus di hasil klien belum mampu berjalan menggunakan alat bantu kruk hanya
dapat berdiri dibantu orang lain dikarenakan masih terasa nyeri dengan
RSUD Tidar
skala 2 sedangkan didapatkan hasil masalah Tn S teratasi dengan hasil
Kota Magelang) klien dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu yaitu kruk.
7 Author : PENGARUH 2014 Desain Populas 1. Sebagian besar lama hari rawat dari 15 responden post operasi fraktur
Yunanik Esmi ROM i dalam ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) yang tidak
penelitian
Dwi Lestari EXERCISE peneliti dilaksanakan ROM Exercise dini adalah 6 hari yaitu 6 responden (40%).
DINI PADA yang an
PASIEN POST Semua 2. Sebagian besar lama hari rawat dari 15 responden post operasi fraktur
digunakan ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) yang dilaksanakan
OPERASI pasien
FRAKTUR dalam post ROM Exercise dini adalah 4 hari yaitu 10 responden (67%).
EKSTREMITA operasi
penelitian ini 3. Dari hasil penelitian didapatkan besarnya nilai signifikansi
S BAWAH fraktur
(FRAKTUR Pra- ekstrem (nilai probabilitas) sebesar 0,000 < α = 0.05, yang artinya ada pengaruh
FEMUR DAN itas
Eksperimen positif dari ROM Exercise dini pada pasien post operasi fraktur
FRAKTUR bawah
CRURIS) dengan (fraktur ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) terhadap lama hari
TERHADAP femur
Perbandingan rawat, yaitu lama hari rawat lebih pendek 2 hari dibanding dengan
LAMA HARI
RAWAT DI Kelompok
RUANG Statis(Static & pasien post operasi fraktur ekstremitas
BEDAH RSUD
Group fraktur
GAMBIRAN
KOTA KEDIRI Comparasion) cruris)
dengan yang di
observasi yang rawat di
dilakukan Ruang
Postest Only Bedah
Control Group RSUD
Design yaitu Gambir
peneliti an Kota
mengukur Kediri
pengaruh yaitu
perlakuan sebanya
(intervensi) k 37
pada pasien i
kelompok
eksperimen
dengan cara
membandingk
an kelompok
tersebut
dengan
kelompok
kontrol
1. Alur Proses Seleksi Artikel
Duplikasi dihapus : 28
21 judul/artikel terskrinning
10 judul/artikel direview
Review
Dihapus : 5
Duplikasi : 9
1 artikel dan 6 laporan KTI
lengkap dikaji sesuai kriteria
inklusi dan kualitas
15 Keriteria inklusi dan assesmen
kualitas Dieksklusi : 0
20
BAB IV
fokus studi hambatan mobiilitas fisik. Dari Hasil analisis didapatkan jurnal
terkait yang mendukung dalam study literature review. Berikut ringkasan artikel
1. Pengkajian
femur 1/3 distal sedangkan klien 2 mengalami fraktur femur 1/3 medial.
10 Hasil pemeriksaan fisik didapat pada klien 1 dan 2 bahwa kakinya kaku dan
tidak dapat menggerakkan kakinya sendiri karena nyeri. Klien I dengan skala
pemeriksaan fisik terdapat perbedaan antara kedua klien, klien 1 pada femur
sebelah kiri tidak terpasang drainase sedangkan klien 2 pada femur sebelah
dengan pasien 1 (Sdr. N) dan pasien 2 (Tn.C) pada tanggal Kamis, 29 Maret
2018 pukul 14.00 WIB. Didapatkan data Sdr.N mengatakan badannya masih
terasa kaku, masih sulit untuk digerakkan karena masih nyeri.P: mengatakan
5 N mengeluh badannya masih terasa kaku, masih sulit untuk digerakkan karena
terus-menerus. Semntara itu pada Tn. C juga mengeluh badannya hanya dapat
orang lain, dan alat dengan score tingkat mobilitas = 3,sedangkan pada Tn. C
15 tingkat mobilitas = 2.
Pasien 1 mengatakan penyebab dari cederanya karena jatuh dari motor kurang
motor satu bulan yang lalu. Untuk kasus Pasien 1 dan Pasien 2 yaitu
dilakukan tindakan operasi ORIF dengan diagnose fraktur femur 1/3 distal
5 fraktur femur 1/3 proksimal sinistra. Dalam pengkajian pola fungsi Gordon
bantuan dalam melakukan aktivitas dan pengawasan dari orang lain, karena
bawah dan untuk mencegah kontrakur pada area fraktur, maka didapatkan
dilakukan pada tanggal 10-13 Februari 2019. Dari hasil pengkajian yang
15 prosedure operasi ORIF yang dilakukan pada kedua klien. Tn. A mengatakan
20 maka didapatkan ada perbedaan rentang usia terjadinya fraktur dimana klien
kecelakaan lalu lintas. Klien I memiliki ambang nyeri yang lebih besar
5 bahwa yang mengalami gangguan hanya pada ekstermitas bawah saja yang
penunjang didapatkan bahwa hasil dari foto rontgen pada kedua klien
klien I dan klien II diperoleh data subjektif : klien mengatakan kaki sebelah
mobilitas fisik.
20 pada jurnal study case ini mengatakan bahwa klien mengalami fraktur
2. Diagnosa Keperawatan
intervensi pada masalah hambatan mobilitas fisik dari 6 artikel study case
yaitu :
a) latihan gerak range of motion Aktif dan pasif pada eksternitas bawah
15 mobilitas
positif ROM Exercise dini pada pasien post operasi fraktur ekstremitas
bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) terhadap lama hari rawat. Hal ini
20 Wara (2019), Sari Fadilah (2018), Marrista Adwi (2016) yang menggunakan
tindakan yang telah disusun yaitu :6 artikel study case atau KTI yaitu :
mobilisasi,3) melakukan latihan ROM pasif dan ROM aktif pada ektremitas
yang sakit dan yang tidak sakit :H–1 ; fleksi dan ekstensi jari – jari kaki,infersi
rotasi pangkal paha, abduksi dan adduksi pangkal paha; H – 3 : fleksi dan
sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan, 5) mendampingi dan
15 menempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi
kebutuhan.
Penelitian yang dilakukan dina nur afifah (2018) Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik pada Sdr. N dan
Tn. C adalah membantu pasien untuk miring kanan dan kiri, memberikan
pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan pasien,
10 pada Tn. A dan Tn. K adalah latihan gerak range of motion Aktif dan pasif
pada eksternitas bawah sedini mungkin setelah operasi orif atau pemasangan
tindakan yang dilakukan pada Tn. A dan Tn. K adalah latihan gerak range of
motion aktif dan pasif pada eksternitas bawah sedini mungkin setelah
5 Januari 2018) sedangkan pada klien II (15-17 Januari 2018) yaitu dengan
aktivitas dan respon dari kedua klien memiliki perbedaaan skala nyeri klien
I (skala 8-3), klien II (skala 7-2). Menjelaskan kepada klien dan keluarga
mengenai tujuan dan manfaat melakukan latihan sendi, respon kedua klien
ROM Pasif dan dilanjutkan dengan ROM Aktif (anjurkan klien merubah
dan paha), respon klien I pada hari terakhir adalah mampu duduk namun
15 masih dibantu oleh oranglain dan bertahan sampai 6 menit saja, mampu
berdiri dengan dibantu oleh oranglain bertahan selama 4 menit dan nyeri saat
angka kekuatan otot 3 (mampu menahan gravitasi), respon klien II pada hari
20 terakhir yaitu klien nampak dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu
5 keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi, lakukan latihan Rom
Aktif dan Rom pasif sesuai indikasi terencana konsultasikan pada ahli terapi
5. Evaluasi
didapatkan hasil masalah Ny. N teratasi dengan hasil klien sudah mampu
hasil masalah Ny. S teratasi sebagian dengan hasil klien belum dapat berjalan
implementasi (tindakan) keperawatan yang baik, respon yang baik dari pasien
terhadap tindakan yang telah diberikan, namun hasil penelitian ini mungkin
misalnya kelas III dengan VIP jelas hasilnya akan berbeda, mungkin dari segi
operasi, immobilisasi, terapi restriktif post operasi ORIF fraktur cruris 1/3
ROM ekternitas bawah secara aktif dan pasif pada kedua pasien di berikan
sesuai SOP yang berlaku, kedua pasien kooperatif dan menjalankan prosedure
ROM yang di berikan oleh perawatdengan baik, kedua pasien tampak rileks,
dan menjalankan latihan berjalan menggunakan kruk dengan baik. Tn. A dan
10 Tn. K dengan umur yang relatif sama di atas 50 tahun dapat dikatakan
fisik kedua pasien dapat teratasi dengan baik sehingga intervensi pada kedua
20 didapatkan data kedua pasien dapat menggerakkan kakinya, tetapi hasil yang
lain didapatkan adalah Pasien 1 dua hari cepat pulang dan pulih dibandingkan
Pasien 2 yang kurang dalam melakukan mobilitas fisik dengan Range Of
Motion (ROM) karena takut. Pasien 1 yang melakukan mobilisasi ROM lebih
Penelitian Dina nur afifah (2018) Pada evaluasi akhir yang penulis
lakukan terhadap pada Sdr. N data subyektif yang di dapatkan adalah Sdr. N
mengatakan kaki kirinya sudah dapat digerakkan, sudah dapat duduk, namun
masih belum bisa berjalan, data obyektif tampak pada ekstremitas yang sakit
pangkal paha dapat melakukan rotasi, abduksi, dan adduksi, pada ekstremitas
pronasi, supinasi, pasien sudah dapat duduk, pasien belum mampu untuk
15 berjalan, dan pasien masih membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan
sudah dapat berjalan sambil menggerakan jarijari dan telapak tangannya, data
20 dapat melakukan fleksi dan ekstensi, pada ekstremitas yang sehat dapat
2. Pada Sdr. N masalah gangguan mobilitas fisik pasien belum teratasi, karena
pasif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan 5 pasien,
melatih pasien untuk duduk dan berjalan. Pada Tn. C masalah gangguan
perawatan yang sama, namun pada fraktur ekstremitas atas lebih cepat dalam
walaupun bertahap dan dengan bantuan perawat/ keluarga. Pada klien 1 dapat
belajar menggunakan kruk pada hari ke 2 dengan skala kekuatan otot 4,
sedangkan pada klien 2 sesuai dengan teori, smapai hari ke – 3 klien dapat
menjuntaikan kaki disalah satu sisi tempat tidur dengan skala kekuatan otot 3.
5 keperawatan ada 2 masalah yaitu Tn. W belum teratasi dengan hasil klien
belum mampu berjalan menggunakan alat bantu kruk hanya dapat berdiri
dibantu dengan orang lain, dikarenakan masih terasa nyeri dengan skala 2
sedangkan didapatkan hasil masalah Tn. S teratasi dengan hasil klien dapat
hasil walaupun bertahap dan dengan bantuan perawat/ keluarga dan berdampak pada
cara menggunakan kruk pada pasien kekurangan tidak dilakukan monitor vital
ada motivasi klien diharapkan mampu mengkaji faktor pendukung tidak hanya
dari klien namun juga dibutuhkan dukungan dari keluarga (support system)
selama perawatan dirumah untuk melakukan ambulasi dini serta ROM pada
10 klien dengan post ORIF fraktur femur agar dapat mengurangi edema pada
gangguan mobilitas fisik klien, tidak hanya terbatas pada kliennya saja namun
20 juga menjelaskan kepada keluarga klien agar dapat membantu klien selama
C. Batasan Penelitian
ilmiah ini adalah sulitnya penyusunan laporan penelitian yang awalnya berupa
penyusunan studi literature. Artikel jurnal dan laporan KTI tentang fraktur
10 D. Pembahasan
1. Pengkajian
didapat pada klien 1 dan 2 bahwa kakinya kaku dan tidak dapat
menggerakkan kakinya sendiri karena nyeri. kemudian pada Penelitian
badannya masih terasa kaku, masih sulit untuk digerakkan karena masih
10 semakin tinggi tingkat nyeri maka semakin sulit untuk klien melakukan
mobilitas, jadi antara teori dan fakta yang ada di lapangan tidak ada
dirasakan oleh pasien yang mengalami pembedahan, bisa dari skala yang
kedua klien ada perbedaan rentang usia terjadinya fraktur dimana klien II
karena faktor usia, berdasarkan hasil penelitian oleh Lisa dan Ruhyana
(2015) menyatakan bahwa usia dewasa muda memiliki rata-rata dan
yang terdapat pada artikel study case ini mengatakan bahwa klien
15 2. Diagnosa Keperawatan
literatur lain yang terdapat pada penelitian study case ini mengatakan
pada pergerakkan fisik tubuh atau satu lebih ekstremitas secara mandiri
5 dan terarah. Teori ini didukung oleh data yang merupakan batasan
serta hambatan kemampuan untuk miring kiri dan kanan Diagnosa ini
4. Tindakan keperawatan
tindakan keperawatan yang berbeda antar klien yaitu pada penelitian yang
20 mobilisasi, melakukan latihan ROM pasif dan ROM aktif pada ektremitas
yang sakit dan yang tidak sakit, memonitor vital sign sebelum/ sesudah
latihan dan lihat respon pasien saat latihan, mendampingi dan bantu
dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan
kebutuhan.
dan Tn. C adalah membantu pasien untuk miring kanan dan kiri,
pembedahan adalah hal yang normal, nyeri yang dirasakan pasien bedah
pada Tn. A dan Tn. K adalah latihan gerak range of motion aktif dan pasif
pada eksternitas bawah sedini mungkin setelah operasi orif atau
kruk untuk latihan berjalan, ubah posisi secara periodik sesuai keadaan
yang dilakukan pada Tn. A dan Tn. K adalah latihan gerak range of
motion aktif dan pasif pada eksternitas bawah sedini mungkin setelah
ditingkatkan dengan cara full weight bearing (FWB) yaitu pasien berjalan
atau aktivitas dan respon dari kedua klien memiliki perbedaaan skala
nyeri klien I (skala 8-3), klien II (skala 7-2). Menjelaskan kepada klien
pada hari terakhir adalah mampu duduk namun masih dibantu oleh orang
lain dan bertahan sampai 6 menit saja, mampu berdiri dengan dibantu oleh
oranglain bertahan selama 4 menit dan nyeri saat berdiri sudah berkurang
otot 3 (mampu menahan gravitasi), respon klien II pada hari terakhir yaitu
klien nampak dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu kruk kira-
Rom Aktif dan Rom pasif sesuai indikasi terencana konsultasikan pada
Farkhani (2019) , Dina (2018), Syam (2019), Bactiar (2019), Sari Fadilah
10 latihan Ambulasi dan ROM exercise pada klien post orif. Pada klien
gerakan sendi, latihan rentang gerak yang dilakukan secara teratur yakni 5
maupun pasif. ROM aktif adalah latihan gerak yang dilakukan oleh klien
sendiri dan tanpa bantuan perawat. Sedangkan latihan ROM pasif adalah
5 tubuh karena klien tidak mampu bergerak dengan mandiri. Latihan ROM
ekstremitas bawah akan lebih berfokus pada latihan panggul sampai jari
kaki. Klien perlu dilakukan ROM setiap hari agar mencapai kemajuan
10 secara aktif dan merupakan kegiatan penting pada periode post operasi
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu kepada
15 penilaian, tahapan, dan perbaikan (Deswani, 2009). Pada tahap evaluasi, penulis dapat
diberikan .Secara teori evaluasi menurut (Wahid, 2013) yakni klien melaporkan
sejalan dengan Penelitian Sari Fadilah (2019) Pada evaluasi dihasilkan kedua
klien didapatkan hasil masalah Ny. N teratasi dengan hasil klien sudah mampu
hasil masalah Ny. S teratasi sebagian dengan hasil klien belum dapat berjalan
5 nyeri dengan skala 2 .sedangkan Menurut penelitian Thomas aji (2019) Pada
10 Pada prosedur ROM ekternitas bawah secara aktif dan pasif pada kedua pasien
di berikan sesuai SOP yang berlaku, kedua pasien kooperatif dan menjalankan
prosedure ROM yang di berikan oleh perawat dengan baik, kedua pasien
15 mobilitas fisik kedua pasien dapat teratasi dengan baik sehingga intervensi
tetapi hasil yang lain didapatkan adalah Pasien 1 dua hari cepat pulang dan
Penelitian Dina nur afifah (2018) Pada evaluasi akhir yang penulis
5 lakukan terhadap pada Sdr. N data subyektif yang di dapatkan adalah Sdr. N
mengatakan kaki kirinya sudah dapat digerakkan, sudah dapat duduk, namun
masih belum bisa berjalan, data obyektif tampak pada ekstremitas yang sakit
10 pangkal paha dapat melakukan rotasi, abduksi, dan adduksi, pada ekstremitas
pronasi, supinasi, pasien sudah dapat duduk, pasien belum mampu untuk
berjalan, dan pasien masih membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan
15 sudah dapat berjalan sambil menggerakan jarijari dan telapak tangannya, data
dapat melakukan fleksi dan ekstensi, pada ekstremitas yang sehat dapat
5 pasif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan 5 pasien,
melatih pasien untuk duduk dan berjalan. Pada Tn. C masalah gangguan
10 perawatan yang sama, namun pada fraktur ekstremitas atas lebih cepat dalam
walaupun bertahap dan dengan bantuan perawat/ keluarga. Pada klien 1 dapat
menjuntaikan kaki disalah satu sisi tempat tidur dengan skala kekuatan otot 3.
keperawatan ada 2 masalah yaitu Tn. W belum teratasi dengan hasil klien
5 belum mampu berjalan menggunakan alat bantu kruk hanya dapat berdiri
dibantu dengan orang lain, dikarenakan masih terasa nyeri dengan skala 2
sedangkan didapatkan hasil masalah Tn. S teratasi dengan hasil klien dapat
hasil walaupun bertahap dan dengan bantuan perawat/ keluarga dan berdampak pada
anggota gerak yang mengalami fraktur hal ini sesuai teori ( Lukman dan
kecacatan pada anggota gerak yang mengalami fraktur, untuk itu diharuskan
(2019) , Dina (2018) ,(2019),Sari Fadilah (2018), Marrista Adwi (2016) dapat
5 intervensi latihan Ambulasi dan ROM exercise pada klien post orif Latihan ini
10 BAB V
A. KESIMPULAN
Farkhani (2019), Dina (2018) Yunanik Esmi Dwi Lestari (2014),Bactiar Danies
sebagai berikut:
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
terganggu.
Rencana tindakan keperawatan yang dirumuskan diantaranya:
5 4. Tindakan Keperawatan
ROM pasif aktif untuk mencegah adanya kekakuan pada sendi, kolaborasi
dengan ahli terapis dengan mengajarkan klien latihan ambulasi agar dapat
10 5. Evaluasi
15
20
B. SARAN
berikut :
1. Praktisi keperawanan
Bagi rumah sakit literatur karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan
10 sebagai salah satu sumber serta dijadikan protab untuk mengatasi masalah
tidak hanya dari klien namun juga dibutuhkan dukungan dari keluarga
pada klien dengan post ORIF fraktur agar dapat mengurangi edema pada
20
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku
1.Jakarta:Salemba Medika.
Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. (Devi
Yulianti,penerjemah).Jakarta:EGC.
Bulechek, Gloria., Butcher, Howard., Dochterman, Joanne & Wagner, Cheryl. (2013).
Esmi,D.L.Y.(2014). Pengaruh ROM exercise dini pada klien post operasi fraktur
ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris ) terhadap lama hari rawat di
ruang bedah rsud gambiran kota kediri.Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 3 No.1
15 November 2014.
Gusty, Reni Prima & Armayanti. (2014). Pemberian Latihan Gerak Terhadap
Fleksibilitas Sendi Anggota Gerak Bawah klien Fraktur Femur Terpasang Fiksasi
No.1,Oktober 2014.
2018-2010.Jakarta : EGC
Heriana, Pelapina. (2014). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang:Bina Rupa
Aksara Publiser.
EGC. 7.
EGC
Lukman & Ningsih, Nurna. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Lukman & Nuna Ningsih (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Maimurahman, H., & Fitria, C. N. (2012). Keefektifan Range of motion (ROM) Terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke. Jurnal Akper PKU Muhammadiyah.
15 Moor head, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Muttaqin, Arif. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
25 Fitriani,penerjemah).Jakarta:Salemba Medika
Purwanti, Ririn dan Purwaningsih, Wahyu. (2013) Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Aktif Terhadap Kekuatan Otot Pada klien Post Operasi Fraktur Humerus Di
Rekam Medis RSUD Kabupaten Temanggung. (2019). Rekapitulasi klien Rawat Inap
Roasdahl, caroline bunker. 2014. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Ed. 10. Vol. 4. Jakarta:
EGC.
terhadap terjadinya stiffnes pada klien post fraktur di IRJ Orthopedi dan
Smeltzer, Susan C. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12.
Jakarta : EGC
Jakarta:BPS RI
25
5
LAMPIRAN
10
15 Lampiran 1
NASKAH PUBLIKASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI ORIF
FRAKTUR DENGAN FOKUS STUDI GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD KRATON KABUPATEN
5 PEKALONGAN
Dina Nur Afifah
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Pekalongan
Jl. Perintis Kemerdekaan, Kota Pekalongan
Abstrak
10 Fraktur merupakan keadaan dimana kontinuitas tulang mengalami kerusakan, baik tulang rawan
epifisis maupun tulang rawan sendi yang biasanya melibatkan kerusakan vascular dan jaringan
sekitar yang ditandai dengan nyeri, pembengkakkan, dan tenderness. Fraktur yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari adalah fraktur pada ekstremitas. Fraktur ekstremitas mencangkup
fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tungkai atas, tungkai bawah, tangan dan kaki.
15 Salah satu cara untuk menangani masalah frktur adalah dengan tindakan ORIF (Open Reduction
Internal Fixation), dimana tindakan ORIF adalah tindakan pemasangan suatu benda untuk
mempertahankan posiis fraktur, sehingga dapat membantu proses penyembbuhan. Sering
kali dengan keluhan nyeri di daerah operasi pasien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun
dengan alasan takut jaitan lepas pasien tidak berani untuk merubah posisi, dari permasalahan
20 tersebut maka pasien dapat mengalami gangguan pemenuhan mobilitas fisik. Oleh karena itu
mobilisasi dini merupakan tindakan yang harus segera dilakukan pada pasien pasca operasi
dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun dari tempat tidur, berdiri
dan mulai berjalan, sehingga pasien tidak mengalami komplikasi yang tidak diinginkan.
Kata Kunci : Fraktur, Orif, Mobilitas Fisik.
25 Abstract
[ENGLISH TITLE: NURSING CARE IN POST OPERATIVE PATIENTS ORIF FRACTURE
WHICH IS FOCUS STUDIES OF IMPAIRED PHYSICAL MOBILITY IN WIJAYA KUSUMA
ROOM RSUD KRATON PEKALONGAN REGENCY] Fracture is a condition in which bone continuity
is damaged, both epiphyseal cartilage and joint cartilage usually involves vascular damage and surrounding
30 tissue characterized by pain, swelling, and tenderness. Fractures that often occur in everyday life are fractures
of the extremities. Fractures of the extremities include fractures of the upper arm, forearm, upper limb, lower
leg, hands and feet. One way to deal with fracture problems is by the ORIF (Open Reduction Internal
Fixation) action, where the action of ORIF is the act of mounting an object to maintain the fracture posiis, so
it can help the healing process. Often with pain complaints in the surgery area the patient does not want to
35 mobilize or the reason is afraid of loose connection the patient does not dare to change the position, from the
problem then the patient can experience impaired fulfillment of physical mobility. Therefore early
mobilization is an immediate action in postoperative patients starting from waking and sitting on the bed until
the patient gets out of bed, stands up and starts walking, so that the patient does not experience any unwanted
complications.
40 Keywords: Fracture, Orif, Physical Mobility.
Lampiran 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
FEMUR DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI PAVILIUN ASOKA RSUD
5 JOMBANG
Nursing Care In Patients Post Operation Of Fracture Of Femur With Physical
Mobility
Barriers In Asoka’s Provincial Hospital Pavilion
Jombang
1) 2)
10 Marrista Adwi D , Alik Septian M , Sestu Retno
3)
D.A Program Studi D3 Keperawatan STIKES
Pemkab Jombang Email : maristaadwid@gmail.com
ABSTRAK
15 Pendahuluan : Fraktur femur dapat terjadi karena adanya benturan baik langsung maupun tidak lang
sung. Penatalaksanaan fraktur femur dilakukan pembedahan Open Reduction Internal Fiksation
(ORIF), yang dimana akan menimbulkan permasalahan impairment diantaranya adanya nyeri yang
mempengaruhi keterbatasan lingkup gerak sendi pasien. Tujuan karya tulis ilmiah ini yaitu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien post op fraktur femur dengan hambatan mobilitas fisik di Paviliun
20 Asoka RSUD Jombang. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi
kasus. Peneilitian ini dilakukan mulai tanggal 15 – 18 Juni 2016 di Paviliun Asoka RSUD Jombang.
Partisipan berjumlah dua pasien dengan usia 37 tahun dan 29 tahun dengan masalah keperawatan yang
sama, yaitu hambatan mobilitas fisik post operasi fraktur femur. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan
25 bahwa kedua pasien mengalami kesulitan dalam bergerak. Salah satu upaya pengembalian rentang
gerak pasien dapat dilakukan Range Of Motion (ROM) dengan melatih gerak aktif dan pasif pasien.
Dan setelah dilakukan terapi latihan ROM selama 3 hari dengan 6 kali latihan. Didapatkan hasil berupa
pasien 1 dapat menunjukkan peningkatan mobilitas hingga menggunakan kruk pada hari ke-2 post
operasi sedangkan pasien II menunjukkan peningkatan mobilitas tapi tidak sampai menggunakan kruk
30 sampai hari ke-3 post operasi.Namun dari hasil yang didapat, bahwa kedua pasien menunjukkan
peningkatan mobilitas. Pembahasan : Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan yaitu Range Of Motion yang dimana
melatih gerak pasif dan gerak aktif pada pasien dapat membantu mengurangi permasalahan yang
timbul akibat post operasi fraktur femur.
35 Kata kunci : Post operasi, fraktur femur, mobilitas fisik
40
30
Lampiran 3
35 ABSTRAK
30
Lampiran 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
SEMARANG
Email : tms.as129@gmail.com
Abstrak
Latar belakang – Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan
tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh yang disebabkan oleh tekanan fisik.Fraktur
cruris 1/3 Medial (tibia-fibula) merupakan salah satu kasus kegawatan, dimana pada awal
akan memberikan implikasi pada berbagai masalah keperawatan pada pasien, dengan
5 masalah kerusakan mobilitas fisik post ORIF closed fraktur 1/3 medial. Latihan range of
motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Sehingga kesembuhan dan mobilitas
pasien dapat tercapai dengan baik Tujuan - penulisan ini adalah untuk mengetahui
10 gambaran penatalaksanaan Asuhan keperawatan kerusakan mobilitas fisik pada klien
dengan post ORIF close fraktur cruris (tibia-fibula) 1/3 medial . Penulisan karya tulisi
lmiah ini mengambil kasus di bangsal bedah RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang
pada tanggal 10 Februari 2019. Metode - yang diambil adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi documenter, latihan rentang gerak aktif dan pasif dan studi
15 kepustakaan. Hasil- dari karya tulis ilmiah ini post ORIF close fraktur cruris 1/3 medial
dengan focus studi kerusakan mobilitas fisik merupakan salah satu masalah keperawatan
yang harus mendapat perhatian dari perawat dan petugas medis, dalam hal latihan rentang
gerak atau ROM pasca operasi dilakukan sedini mungkin secara pasif dan aktif,
diharapkan pasien dapat melakukan sendiri secara aktif masalah mobilitas fisik pasien
20 teratasi dengan baik. Latihan rentang gerak tercapai dan komplikasi tidak terjadi.
Email : muhammadfarkhani93@gmail.com
ABSTRAK
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2009 yang mencatat lebih dari
10 jutaan orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaann yang menyebabkan fraktur.
Fraktur adalah suatu kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan juga disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
yang ditentukan jenis luasnya trauma. Terjadinya fraktur harus dilakukan pembedahan
ORIF (Open reduction internal fixation ) yang dapat memberikan dampak yang
15 ditimbulkan yaitu hambatan mobilitas fisik dan harus segera ditangani. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan fraktur
dan harus dilakukan pembedahan ORIF. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien post ORIF fraktur tungkai bawah dengan
hambatan mobilitas fisik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sample
20 yang diambil berjumlah 2 orang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan
dilakukanya tindakan perawatan 3x24 jam hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan
beberapa kriteria.
Kata Kunci : ORIF (Open reduction internal fixation ), Fraktur, Mobilitas fisik
25 ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization in 2009 ya ng recorded over millions o
rang died due to the incidence of accidents n which causes a fracture. Fracture is a
condition of discontinuity of bone and / or cartilage continuity which is generally caused
by force and also caused by trauma or physical force determined by the type of trauma .
30 Fractures should be surgically ORIF (open reduction internal fi xation) which may impact
on the caused are physically impaired mobility and must be addressed. This research is
motivated by the number of cases of traffic accidents that cause fractures and ORIF
surgery .The purpose of this study was to describe nursing care in post ORIF clients with
lower limb fractures with physical mobility constraints.The research method used is
35 descriptive. The samples taken were 2 people. From the results of the study, it was found
that with 3x24 hour treatment measures the obstacles to physical mobility can be
overcome by several criteria.
Keywords : ORIF ( Open reduction internal fixation ), Fracture, Physical mobility
10
Sari Fadilah1 , Bambang Sarwono2 , Dwi Ari murti Widigdo3 , Heru Supriyatno4
20 ABSTRAK
Fraktur merupakan suatu kondisi teputusnya tulang secara komplit maupun inkomplit
yang disebabkan karena adanya benturan keras yang datang dari luar, sedangkan femur
merupakan bagian tulang terpanjang yang ada didalam tubuh manusia. Dapat terjadi mulai
dari proksimal hingga distal. Sehingga dapat diartikan bahwa fraktur femur atau patah
25 tulang paha adalah rusaknya jaringan tulang pada bagian pangkal paha yang disebabkan
oleh adanya trauma langsung atau trauma tidak langsung yang apabila tidak segera
ditangani dapat mengakibatkan gangguan mobilitas fisik. Pada gangguan mobilitas fisik
apabila tidak segera ditangani maka dapat meyebabkan kekakuan sendi secara permanen.
Respon yang ditunjukan klien akan berbeda satu sama lain. Tujuan dari penelitian ini
30 adalah mencari gambaran tentang pengelolaan asuhan keperawatan klien dengan masalah
keperawatan pada fraktur femur dengan focus studi hambatan mobilitas fisik di RSUD
Tidar Kota Magelang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
menggambarkan kasus kelolaan secara sistematis dengan dua responden. Hasil dari
penelitian didapatkan selama 3x24 jam adalah masalah teratasi sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan namun dari membandingkan antara kedua klien hasil implementasi yang
dilakukan memiliki respon yang berbeda-beda. Mengingat pentingnya untuk kesembuhan
5 pergerakan klien kembali maka perawat perlu mengajarkan pasien untuk ROM pasif
maupun ROM aktif.
ABSTRAC
10 Fracture is a complete and incomplete condition of bone loss caused by a violent impact
coming from outside, while the femur is the longest part of the bone in the human body.
Can happen start from proximal to distal. So that can be interpreted that fracture of femur
or broken the thigh bone is damaged bone tissue in the groin caused by direct trauma or
indirect trauma which, if not addressed immediately can lead to impaired physical
15 mobility. On impaired physical mobility if not immediately handled then it can cause joint
stiffness permanently. That response indicated clients will be different from each other.
The purpose of this research is to search an overview of the management of a client's
nursing care with nursing problems on fracture of the femur with focus of study of
physical mobility barriers at RSUD Tidar Kota Magelang. The method used is descriptive
20 method that describes case of management systematically with two respondents. The
results of the study were obtained for 3x24 hours is an issue resolved in accordance with
established criteria but from comparing between the two clients the results of the
implementation carried out have different responses. Given the importance of healing the
movement of the client back then the nurse needs to. teaches patients for both passive
25 ROM and active ROM.
30 Lampiran 6
Syam Sahara
Email : syamsahara.mgl2016@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
bergerak secara bebas tanpa adanya gangguan pada tubuh yang lain serta dapat memenuhi
5 kebutuhan sehari-harinya dan mampu memenuhi peran yang diembannya. Sedangkan
istilah lain dari gangguan mobilitas fisik yaitu immobilisasi merupakan suatu keadaan
dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya akibat keterbatasan
fisik yang dialaminya. Faktor-faktor yang mempengaruhi immobilisai yaitu gaya hidup
misalnya: dampak dari perilaku atau kebiasaan sehari-hari, proses penyakit misalnya:
10 fraktur, kebudayaan, energi misalnya: seseorang yang mempunyai cukup energi untuk
melakukan aktivitas, usia. Tujuan: Mengetahui pengaruh ambulasi dini terhadap
penyembuhan tulang yang mengalami fraktur. Metode: Penelitian ini menggunakan
teknik studi pendahuluan dan studi kasus dengan membandingkan dua subjek penelitian
mengenai proses perawatannya. Hasil: Dari kedua subjek penelitian didapatkan hasil yang
15 berbeda mengenai perawatannya dan respon pasien terhadap perawatan yang diberikan
juga berbeda. Kesimpulan: Adanya perbedaan selama proses perawatan dilakukan
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia, pengalaman masa lampau yang terkait begitu
juga motivasi pasien untuk cepat sembuh.
20
25
30
Menurut Potter & Perry (2010) latihan rentang gerak dapat dilakukan dengan :
1. Pinggul
Lakukan gerakan fleksi (gerakkan kaki ke depan dan ke atas), ekstensi (kembalikan ke
tubuh), abduksi (gerakkan kaki ke samping menjauhi tubuh), adduksi (gerakkan kaki ke
belakang menuju posisi tengah dan melewati posisi tengah jika memungkinkan), rotasi
internal (balikkan kaki dan tungkai bawah menjauhi tungkai bawah yang lain), rotasi
eksternal (balikkan kaki dan tungkai bawah yang lain), dan lakukan sirkumdiksi
2. Lutut
Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi dengan menggerakkan tumit kearah belakang paha
kemudian dikembalikan
15
Meminta klien untuk melakukan gerakan dorsal fleksi (gerakkan kaki sehingga ibu jari
menghadap ke atas), dan plantar fleksi (gerakkan kaki sehingga ibu jari menghadap ke
bawah).
4. Kaki
5 Lakukan gerkan inversi (balikkan telapak kaki ke tengah), dan eversi (balikkan telapak
kaki ke samping).
Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi dengan melengkungkan ibu
10 jari ke bawah lalu luruskan kembali. Lakukan juga gerakan abduksi dan adduksi dengan
Nama klien :
5 Nomer RM :
Diagnosa :
Tanggal Pelaksanaan :
B. PERSIAPAN:
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
2. Menyiapkan posisi nyaman klien dan meminta klien
melemaskan ekstremitas yang akan diperiksa.
3. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon.
1. Pemeriksa meminta klien untuk menggerakkan bagian
ekstrimitas dan pemeriksa menahan gerakan tersebut.
2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas dan minta klien
5 untuk menahannya.
Skala kekuatan otot:
5 = normal, ROM bebas, bisa menahan gravitasi, bisa
mengangkat beban berat, bisa mengikuti perintah
4 = bisa menahan gravitasi, bisa mengangkat beban ringan, ada
10 tahanan ringan, bisa mengikuti perintah
3 = bisa menahan gravitasi, tanpa tahanan
2 = tidak bisa menahan gravitasi, ada gerakan sendi dan otot
(gerakan meremas), lemas
1 = tidak bisa menahan gravitasi, ada gerakan otot saja (gerakan
15 jari)
0 = tidak ada gerakan
D. DOKUMENTASI DAN TERMINASI
1. Mencatat hasil pengukuran di lembar pengkajian.
2. Menginformasikan kepada klien mengenai hasil pengukuran.
20 3. Memposisikan klien dengan posisi nyaman.
25
Peneliti
30
A. IDENTITAS
1. Nama : Aji Bayu Utomo
2. NIM : P1337420517049
3. Hobi : Bersepeda
4. Tanggal Lahir : 28 April1998
5. Tempat Lahir : Demak
6. Alamat : Jln.Semboja Indah Rt.02/Rw.07 Bintoro
7. Telepon/ Email : bayuaji939@gmail.com
10
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan SD di SDN Bintoro 1 Lulusan 2010
15 2. Pendidikan SMP di SMP Negeri 3 Demak Lulusan 2013
3. Pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Demak Lulusan 2016
20
30
Aji Bayu Utomo
NIM. P1337420517049