Anda di halaman 1dari 121

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN


NYERI AKUT DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH
KERJA UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat guna memperoleh sebutan Ahli


Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

Oleh:
ACHMAD TEGAR AFFANDI
NIM: 151711913004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN


NYERI AKUT DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH
KERJA UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat guna memperoleh sebutan Ahli


Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

Oleh:
ACHMAD TEGAR AFFANDI
NIM: 151711913004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KARTU TANDA MAHASISWA

KTM BOLAK

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR

Laporan Tugas Akhir Ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri,


Dan Semua Sumber Baik Yang Dikutip Maupun Dirujuk
Telah Saya Nyatakan Dengan Benar.

Surabaya
Tanggal : 25 Mei 2020

Materai 6000
Tanda Tan

Nama : ACHMAD TEGAR AFFANDI


NIM : 151711913004

iii
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN
NYERI AKUT DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (AM.Kep) dalam


Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Oleh:
ACHMAD TEGAR AFFANDI
NIM: 151711913004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUARABAYA
2020

iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPORAN
TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN


NYERI AKUT DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

ACHMAD TEGAR AFFANDI


NIM: 151711913004

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DISETUJUI PADA


TANGGAL:

Oleh:

Pembimbing Ketua:

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si


NIP. 1963 0806 1991 03 1002

Pembimbing Pendamping:

Iswatun, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 19720331 199403 2 004

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si


NIP. 1963 0806 1991 03 1002

v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Laporan Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Achmad Tegar Affandi
NIM : 151711913004
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri Akut
Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Turi Lamongan

Laporan Tugas Akhir ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji
pada Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Pada Tanggal

Panitia Penguji Laporan Tugas Akhir:

Ketua Penguji : Khotibul Ummam, S.Kep., Ns., ……………….


M.Kes

Anggota 1 : Iswatun, S.Kep., Ns., M.Kes ………………..

Anggota 2 : Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si ……………….

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si


NIP. 1963 0806 1991 03 1002

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

Studi. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan Tugas Akhir

Studi yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN

NYERI AKUT DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA UPT

PUSKESMAS TURI LAMONGAN”, ini merupakan salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan upaya penulis untuk

mengekspresikan kemampuan dalam mengetahui seluk-beluk tentang topik

Keperawatan Gerontik, pada klien lansua yang mengalami gangguan nyeri akibat

osteoartritis, sehingga perawat mempunyai kemampuan untuk melaksanakan

asuhan keperawatan yang semakin kompleks.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Muhammad Nasih, SE., M.T.,

Ak., CMA, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan

menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan.

2. Dekan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Prof. Dr.H. Widi Hidayat,

SE.,AK.,CMA yang telah menyetujui Laporan Tugas Akhir ini menjadi syarat

kelulusan saya.

3. Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si, selaku koordinator Program Studi

vii
Diploma III Keperawatan sekaligus pembimbing Laporan Tugas Akhir yang

telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penulisan Laporan Tugas

Akhir, dan membimbing penuh dengan kesabaran.

4. Ibu Iswatun, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Laporan Tugas Akhir ini,

hingga sampai selesai dengan penuh ketekunan dan ketelitiannya.

5. Edy Sasmito, S.Kep., Ns selaku kepala Puskesmas Turi Lamongan yang telah

memberikan kesempatan untuk melaksanakan penyusunan Laporan Tugas

Akhir ini.

6. Seluruh Dosen dan Tenaga Kependidikan Program Studi Diploma III

Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, yang telah banyak

membantu saya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir tersebut.

7. Seluruh teman se-Angkatan di Program Studi Diploma III Keperawatan

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, yang secara langsung maupun tidak

telah bantu saya untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Partisipan yang rela menjadi subyek penelitian studi kasus ini, sehingga saya

dapat menyelesaiakan Laporan Tugas Akhir ini.

Proses pengelolaan laporan tugas akhir ini melalui studi kasus klien lansia

yang mengalami nyeri akibat osteoarthritis, yang cukup rumit, karena melibat

keluarga dengan latar belakang budaya, pendidikan dan keyakinannya, maka

tidaklah mengherankan bila laporan tugas akhir ini perlu perbaikan disana sini.

Laporan Tugas Akhir tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi

Lamongan yang nantinya dapat di aplikasikan pada masyarakat, yang selama ini

viii
belum mendapat tempat prioritas oleh kalangan perawat sendiri, maupun

pemerintah. Namun kami berharap Laporan Tugas Akhir ini bisa dimanfaatkan

oleh siapa saja, termasuk para perawat yang sedang mengambil pendidikan.

Perlu kami tekankan bahwa upaya pembuatan Laporan Tugas Akhir ini

cukup optimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih banyak kekurangan,

kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi

penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Semoga Laporan Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan teknologi keperawatan dalam

menuntaskan permasalahan keperawatan dan kesehatan.

Lamongan, 27 Mei 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...................................................................... i


KARTU TANDA MAHASISWA.................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR................... iii
LAPORAN TUGAS AKHIR........................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR.............................. v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN LAPORAN TUGAS AKHIR.................. vi
UCAPAN TERIMAH KASIH......................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii
ABSTRAK........................................................................................................ xiv
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia............................................................................. 7
2.2 Konsep Osteoartritis.................................................................... 14
2.3 Anatomi Fisiologi Sendi Lutut.................................................... 18
2.4 Patogenesis Osteoartritis............................................................. 23
2.5 Patobiologi Osteoartritis.............................................................. 24
2.6 Manifestasi Klinis Osteoartritis................................................... 26
2.7 Patofisiologi Keperawatan Osteoartritis...................................... 28
2.8 Penatalaksanaan Osteoartritis...................................................... 29
2.9 Asuhan Keperawatan................................................................... 30
2.10 Konsep Dasar Nyeri Akut.......................................................... 40
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 43
3.2 Subyek Penelitian........................................................................ 43
3.3 Definisi Operasional.................................................................... 43
3.4 Instrumen Penelitian.................................................................... 44
3.5 Metode Pengamblan Data............................................................ 45
3.6 Pengolahan dan Analisa Data...................................................... 47
3.7 Etik Penelitian............................................................................. 49
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kasus.................................................................................. 51
4.2 Pembahasan Kasus...................................................................... 78
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan...................................................................................... 84
5.2. Saran............................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 87
LAMPIRAN.................................................................................................... 90

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Osteoartritis.......................................................... 15


Tabel 4.1 Pengkajian SPMSQ (Short Portable Mental Status
Qusioner) pada Ny. R yang Megalami Osteoartritis dengan
Nyeri Akut di UPT Puskesmas Turi Lamogan Tahun 2019
................................................................................................
................................................................................................
57
Tabel 4.2 Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Esam) pada Ny.
“R” yang Megalami Osteoartritis dengan Nyeri Akut di
UPT Puskesmas Turi Lamogan Tahun 2019
................................................................................................
................................................................................................
58
Tabel 4.3 Tabel Indeks KATZ

63
Tabel 4.4 Tabel Indeks BARTHEL

64
Tabel 4.5 Pengkajian Tingkat Depresi Lasia

64
Tabel 4.6 Pengkajian Fungsi Sosial Pada Lansia

66
Tabel 4.7 Analisa Data Asuhan Keperawatan Gerontik Klien
Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT
Puskesmas Turi Lamongan Tahun 2019
................................................................................................
................................................................................................
67
Tabel 4.8 Perumusan Diagnosa Asuhan Keperawatan Gerontik Klien
Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT
Puskesmas Turi Lamongan Tahun 2019
................................................................................................
................................................................................................
68
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis
Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi
Lamongan Tahun 2019

xi
................................................................................................
................................................................................................
68
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis
Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi
Lamongan Tahun 2019

71
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis
Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi
Lamongan Tahun 2019

75

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Tabel 2.1 Anatomi Sendi Lutut............................................................... 19


Tabel 2.2 Karakteristik Tulang Diarthorial pada Osteoartritis............... 23

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Borang Usulan Judul Tugas Akhir


Lampiran 2 : Borang Judul Tugas Akhir
Lampiran 3 : Borang Konsultasi Tugas Akhir
Lampiran 4 : Borang Perbaikan Tugas Akhir
Lampiran 5 : Borang Penilaian Ujian Tugas Akhir

xiv
ABSTRAK

Osteoartritis termasuk masalah kesehatan yang sering diderita lansia yang berusia
60 tahun keatas, lansia dengan nyeri osteoarthritis terjadi disfungsi sendi dan
otot sehingga mengalami keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan
keseimbangan otot. Sekitar 18% mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam
beraktifitas, dan kehilangan fungsi kapasitas kerja. WHO (2018) menyatakan
persentase Lansia diestimasikan sebesar 22% dari jumlah penduduk Dunia. Di
Indonesia, pada tahun 2020 mempunyai populasi lansia dengan usia 60 tahun ke
atas sebanyak 11.4%. Negara Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah
lansia yang tinggi dibandingkan dengan negara yang berada di kawasan Asia.
Penelitian ini bertujuan untuk tercapainya Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi
Lamongan.
Metode penelitian ini menggunakan studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Hasil studi kasus menunjuan adanya kesenjangan pada pemeriksaan fisik.
Diagnosa keperawatan menurut SDKI mengarah ke prioritas utama yaitu Nyeri
Akut (D.0077), prioritas tindakan keperawatan menurut SIKI yaitu Manajemen
Nyeri (I.08238) dengan luaran keperawatan menurut SLKI Tingkat nyeri menurun
(L.08066), evaluasi dari diagnosa prioritas utama yakni nyeri teratasi sebagian
kunjungan rumah yang kelima.
Kombinasi intervensi teknik distraksi relaksasi dan terapi non farmakologis
seperti pijatan memberikan pengaruh yang baik untuk mengurangi rasa nyeri dan
megurangi tegangan pada otot pada lansia dengan Osteoartritis.

Kata Kunci : Osteoartritis, Nyeri Akut, Lansia, Terapi Non Farmakologis dan
Teknik Distraksi Relaksasi

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan vokasional akan menghadapi tantangan yang cukup

kompleks, karena pertumbuhan populasi agregat lanjut usia (Lansia) sebagai

kelompok beresiko (at risk) terhadap masalah kesehatan cukup tinggi. Kondisi

kesehatan Lansia, sering diikuti dengan masalah multiple deseases seperti

osteoartritis, sehingga agregat Lansia ini menjadi kelompok yang rentan

(vulnerable) terhadap masalah kesehatan (Andersson & Chesney, 2008; Stanhope

& Lancaster, 2008).

WHO (2018) menyatakan persentase Lansia diestimasikan sebesar 22%

dari jumlah penduduk Dunia Jumlah lansia di Negara Jepang berusia 65 tahun ke

atas sebanyak 22.6%, di Negara China sebanyak 13%. Di Indonesia, pada tahun

2020 mempunyai populasi lansia dengan usia 60 tahun ke atas sebanyak 11.4%.

Negara Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah lansia yang tinggi

dibandingkan dengan negara yang berada di kawasan Asia (Kemenkes RI, 2016;

BPS, 2018; Bureau, 2010; Judith, 2010; Diniwati, 2011).

Pada tahun 2020 jumlah penduduk Lansia Indonesia secara absolut lebih

tinggi setelah Jepang (25.108.000 jiwa), yaitu mencapai 28.832.552 jiwa. Belanda

sebesar 2.801.000 jiwa, Australia 2.729.000 jiwa, dan Korea Selatan 4.052.000

jiwa. (Amir, 2007; Gangwisch, 2009; Zulkarnain, 2010; Babatsikou, 2010).

Jumlah Lansia diperkotaan 9.07% dan di pedesaan 10.27%. Kematian

Lansia perkotaan oleh karena penyakit degeneratif, sedangkan di pedesaan oleh

1
2

karena penyakit infeksi. Jumlah penduduk Lansia terbanyak adalah Jawa Timur

12.96% setelah DI Yogyakarta 14.50%. Namun jumlah riel penduduk lansia Jawa

Timur jauh lebh banyak dibandingkan Yogjakarta.

Lansia di Indonesia yang mengalami Osteoarthritis 27%. Osteoarthritis

(OA) merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai (60%) dibanding

dengan penyakit sendi lainnya seperti gout atau artritis reumatoid, Osteoarthritis

(sendi lutut) merupakan jenis OA yang paling sering ditemukan (60-70%)

sehingga pada penelitian ini dipilih penderita OA. Osteoarthritis akan

menyebabkan nyeri bersifat kronik serta menimbulkan gangguan pada aktivitas

sehari-hari. Jumlah penderita  Osteoartritis di Indonesia setiap tahun terus

bertambah. Populasi wanita Indonesia berusia di atas 65 tahun menderita penyakit

Osteoartritis sebanyak 12%, sedangkan laki-laki sebanyak 15 persen dari

populasinya. (Purnomo, 2017; Reza, 2018).

Jawa Timur mempunyai prevalensi penderita osteoarthritis yang cukup

tinggi yaitu sekitar 27%. Umumnya diderita oleh golongan umur 60 tahun keatas.

Di Lamongan penderita osteoarthritis belum diketahui datanya. Seseorang dengan

nyeri osteoarthritis terjadi disfungsi sendi dan otot sehingga mengalami

keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan keseimbangan otot. Sekitar 18%

mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam beraktifitas, dan kehilangan fungsi

kapasitas kerja (Reis et. al, 2014).

Komplikasi yang timbul bergantung pada lokasi sendi yang mengalami

OA dan bagaimana proses perbaikan yang terjadi selama dilakukan terapi.

Beberapa penyulit yang diakibatkan oleh berbagai patologi adalah efusi sinovial,
3

osteofit dan degenerasi jaringan sekitar sendi. Kerusakan sendi pada OA dapat

mengakibatkan malalignment dan subluksasi. Penyempitan celah sendi asimetris

mengakibatkan varus atau valgus. Fragmentasi permukaan sendi yang terjadi

berupa debris pada kavum sinovial atau osteochondral bodies yang tetap melekat

pada permukan sendi asalnya. Pada sendi lutut, efusi sinovial dapat menyebabkan

timbulnya kista Baker pada fosa poplitea [ CITATION Per14 \l 1057 ].

Peran perawat dalam kasus ini merupakan sebagai pengenal kesehatan

(health monitor). Perawat mampu membantu klien dan keluarga untuk mengenal

penyakit yang dialami klien, anjurkan untuk menciptakan lingkungan rumah yang

aman, berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti

masase frirage (pijat), pijatan scara umum akan membantu menyeimbangkan

energi dan mencegah penyakit, secara fisiologis pijatan merangsang dan mengatur

tubuh, memperbaiki aliran darah. Dengan mengendurkan ketegangan dan

membantu menurunkan emosi pijat juga mereleksasi dan menenangkan saraf serta

membantu menurunkan tekanan darah dan anjurkan klien berjalan dengan hati-

hati. Pemberi asuhan keperawatan, koordinator, sebagai fasilitator dengan cara

menjadikan pelayanan kesehatan mudah diajngkau dan sebagai pendidik

kesehatan tentang Osteoartritis untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menuju

sehat, serta sebagai penyuluh dan konsultan yang berperan dalam memberikan

asuhan keperawatan gerontik [ CITATION Ari15 \l 1057 ]

Maka dari itu penulis membuat Laporan Tugas Akhir berjudul “Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah


4

Kerja Upt Puskesmas Turi Lamongan”. Agar permasalahan keperawatan lansia

yang mengalami osteoarthritis dapat terselesaikan.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri Akut Dengan

Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi Lamongan yang sebenarnya,

yang harus dilakukan oleh seorang perawat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tercapainya Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri Akut

Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi Lamongan dengan

tepat.

1.3.2 Tujuan khusus

1). Teridentifikasi pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi

Lamongan.

2). Teridentifikasi diagnose keperawatan Asuhan Keperawatan Gerontik

Pada Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt

Puskesmas Turi Lamongan.

3). Teridentifikasi perencanaan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi

Lamongan.

4). Teridentifikasi implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi


5

Lamongan.

5). Teridentifikasi evaluasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri

Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi

Lamongan.

6). Terdapat dokumentasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri

Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi

Lamongan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Manfaat hasil Laporan Tugas Akhir yang berupa studi kasus tentang

Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di

Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi Lamongan ini bisa menambah perbendaharan

pada tingkat keilmuan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

lansia yang mengalami nyeri akut akibat osteoarthritis.

1.4.2 Manfaat praktis

1). Bagi klien / Subyek penelitian

Klien mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan nyeri akut pada lansia

yang mengalami osteoarthritis secara tepat.

2). Bagi perawat

Perawat dapat memaksimalkan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi

Lamongan, bersama keluarga.

3). Bagi institusi pemerintah


6

Institusi pemerintah dalam hal ini adalah Puskesmas Turi mendapatkan

manfaat cakupan asuhan keperawatan keluarga tentang keperawatan nyeri

akut pada lansia yang mengalami osteoarthritis.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas beberapa tentang konsep dasar yang berhubungan

dengan study kasus.

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Definis Lansia

Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan. Seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dapat dikatakan sebagai lansia, karena akibat faktor tertentu pemenuhan

kebutuhan dasar baik secara jasmani, rohani maupun sosial tidak dapat terpenuhi

(Nugroho, 2012; Yusuf et al, 2015).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,

dikatakan lanjut usia apabila seseorang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

(Kemenkes RI, 2017). Lansia bukan merupakan suatu penyakit namun merupakan

tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan terjadinya penurunan

kemampuan organ akibat proses menua. Menurut Efendi dan Makhfudi (2009)

keadaan lansia dapat ditandai oleh gagalnya seseorang dalam mempertahankan

keseimbangan terhadap stres fisiologis.

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut Efendi & Makhfudi (2009) mengusuilkan untuk membedakan

usia antara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. Menurut Depkes RI

(2013) klasifikasi lanjut usia dibagi menjadi:

1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

7
8

2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

4. Usia sebagai tua (very old) : diatas 90 tahun

Menurut Dewi (2012) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut:

1. Planasia (presenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-90 tahun.

2. Lansia, sesorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang nerusia 70 tahun atau lebih / sesorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.3 Teori Proses Menua

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu:

1. Teori Biologi

Teori biologi ini mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang (Maryam et al, 2008;

Yusuf et al, 2015). Berikut penjelasannya:

1) Teori genetik dan mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang dipogram

oleh moleku-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi, sebagai contoh adalah mutasi dari sel-sel kelamin ini terjadi penurunan

kemampuan fungsi sel. Pada teori biologi dikenal istilah ‘pemakaian dan
9

perusakan’ (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stres yang

menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah. Pada teori ini juga didapatkan

terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada

perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekuranagn gizi (Meiner &

Lueckenotte, 2006; Maryam et al, 2008; Yusuf et al, 2015).

2) Teori Stres

Teori stres mengungkapkan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-

sel yang biasanya digunakan oleh tubuh (Yusuf et al, 2015). Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai (Maryam et al,

2008).

3) Immunology Slow Theory

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan pada jaringan limfoid

mengakibatkan tidak adanya keseimbangan di dalam sel T sehingga produksi

intibodi dan kekebalan menurun (Maryam et al, 2008; Yusuf et al, 2015).

Penurunan fungsi tubuh membuat lansia rentan mengalmi penyakit baik

penyakit sistemik, kronis, maupun penyakit infeksi (Meiner & Lueckenotte,

2006).

4) Teori Rantai Silang

Teori rantai silang ini mengungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang

tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen (Maryam et al,

2008). Akibat proses rantai silang, molekul kolagen semakin kuat namun

kemampuan transportasi nutrisi dan pengeluaran produk sisa metabolisme dari


10

sel menurun, sehingga menurunkan fungsi struktur yang nampak pada kulit

dimana kulit menjadi kehilangan kekenyalan dan elastisitas (Meiner &

Lueckenotte, 2006).

5) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidadi oksigen bahan-bahan organik

seperti karbohidrat dan protein. Radikal ininmenyebabkan sel-sel tidak dapat

melakukan regenerasi (Yusuf et al, 2015; Maryam et al, 2008). Teori ini

merupakan oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat yang akan menghasilkan

radikal bebas yang akan menyerang dan merusak molekul lain (Ebersole &

Hess, 2010).

2. Teori Psikologi

Perubahan psikologis dapat dihubungkan dengan keakuratan mental dan

keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang

meliputi presepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut

menyebabkan lansia sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam et al, 2008).

Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi penurunan

kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga

terkadang muncul aksi atau reaksi yang berbeda pada stimulus yang ada (Yusuf et

al, 2015).

3. Teori Sosial

Teori sosial ini memiliki beberapa teori yang berkaitan dengan proses

penuaan, seperti:
11

1) Teori Interaksi Sosial

Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi

tertentu, yaitu dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pokok-pokok teori

interaksi sosial adalah berikut menurut Hardywinoto dan Setiabudi (1999) yang

dikutip dalam Maryam et al (2008):

(1) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing.

(2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan

waktu.

(3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus

mengeluarkan biaya.

(4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya

kerugian.

(5) Hanya interaksi ekonomis saja yang diperintahkan olehnya.

2) Teori Penarikan Diri

Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan

mengakibatkan lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di

sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial pada lansia menurun,

baik secara kualitas maupun kuantitas (Maryam et al, 2008). Pada lansia

sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu kehilangan peran (loss of

role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), dan

berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values)

[ CITATION Azi11 \l 1057 ]. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan


12

mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari dari

kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya (Maryam et al, 2008;

Yusuf et al, 2015).

3) Teori Aktivitas

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk (1972)

yang menyatakan bahw penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana

seorang lansia menyatakan bahwa seorang lansia merasakan kepuasan dalam

melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting

dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Pokok-pokok teori

aktivitas adalah moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan

keterlibatan sepenuhnya lansia di masyarakat serta kehilangan peran akan

menghilangkan kepuasan seorang lansia (Yusuf et al, 2015).

4) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambugan di dalam siklus

kehidupan lansia, sehingga pengalamn hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambaran kelak pada saat lanjut usia (Maryam et al, 2008; Yusuf

et al, 2015). Identitas pada lansia memudahkan dalam memlihara hubungan

dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga

dan hubungan interpersonal [ CITATION Azi11 \l 1057 ].

5) Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pada pentingnya mempelajari apa yang telah

dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Menurut Haighurst dan
13

Duval, terdapat tujuh tugas perkembangan selama hidup yang harus

dilaksanakan oleh lansia yaitu:

1) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.

2) Penyesuaian terhadap pension dan penurunan pendapatan.

3) Menemukan makna kehidupan.

4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

5) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.

6) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.

7) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia (Yusuf et al, 2015;

Maryam et al, 2008)

2.1.4 Perubahan Sistem Tubuh Lansia

Menurut Nugroho (2000) dikutip dalam Efendi & Makhfudi (2009)

menjelaskan bahwa ada 3 aspek yang terjadi perubahan pada lansia, yaitu:

1. Perubahan Fisik

Pada lansia perubahan fisik yang terjadi meliputi perubahan sel dan

beberapa sistem pada tubuh seperti sistem persyarafan, sistem pendengaran,

sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler hingga sistem integumen (Efendi &

Makhfudi, 2009). Lansia mengalami kerusakan pada sistem organ yang

mempengaruhi aktivitas hidupnya sehingga lansia menjadi ketergantungan

dengan orang lain karena adanya penurunan fungsi organ tersebut (Meiner &

Lueckenotte, 2006).

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan


14

fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan,

tingkat kecerdasan (intelligence quotient-I.Q.), dan kenangan (memory).

Kenangan dibagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam

sampai berhari-hari yang lalu) mencakup perubahan dan kenangan jangkan

pendek atau seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk (Efendi

& Makhfudi, 2009). Perubahan mental dapat mengakibatkan masalah kesehatan

jiwa seperti gangguan kecemasan, depresi, insomnia, dimensia, dan masalah

kesepian serta psikosis pada lansia (Depkes RI, 2013).

3. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami

pensiun. Berikut hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.

1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.

2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan atau posisi yang tinggi,

dan juga fasilitasnya.

3) Kehilangan teman atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.

5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of mortality)

(Efendi & Makhfudi, 2009)

2.2 Konsep Osteoarthritis

2.2.1 Definisi osteoarthritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berjalan

secara progesif lambat ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi dan struktur

sendi diarthrodial, yang disebabkan penggunaan tulang rawan yang berlebihan


15

dan menekan tulang rawan termasuk lutut, pinggul, jari dan daerah tulang

belakang bawah sehingga menyebabkan nyeri sendi dan gangguan mobilitas

(WHO, 1997; Soeroso et al, 2014).

Gangguan osteoartritis tersebut semakin parah dan dapat menimbulkan

kecacatan, yang ditandai dengan perubahan degeneratif pada tulang, tulag rawan,

menici, ligamen, dan jaringan sinovial. Bagian yang paling sering terkena

osteoartritis adalah vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki (Braunn et al,

2011; Soeroso et al, 2014; Buys and Elliot, 2014).

2.2.2 Klasifikasi osteoarthritis

Klasifikasi osteoartritis didasarkan pada etiologi dibagi menjadi dua, yaitu

osteoartritis primer (idiopatik) dan sekunder. Osteoartritis primer (idiopatik)

terjadi tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan

osteoartritis, sedangkan osteoartritis sekunder terjadi akibat trauma, infeksi, dan

pernah fraktur (Nurarif & Kusuma, 2015).

Tabel 2.1 Klasifikasi Osteoartritis


Primer (Idiopatik) Sekunder
Tangan: Nodus Heberden dan Trauma: Akut dan kronik (pekerjaan,
Bouchard (nodal), arthritis antarfalang olahraga).
etosif (non nadal), karpal-metakarpal
pertama.
16

Primer (Idiopatik) Sekunder


Kaki: Hallucks valgus, Hallucks Kongenital atau Perkembangan:
rigidus, jempol terkontraksi (jempol 1) Penyakit lokal: Legg-Calve-Perthes,
palu/cock-up), talonavikularis. dislokasi panggul konginetal, epifisis
selip.
2) Faktor mekanis: Panjang ekstremitas
bawah yang tidak sama, deformitas
valgus/varus, sindromn
hipermobilitas.
3) Displasia tulang: Displasia epifisis,
displasia spondiloaposif,
osteonikondistrofi.
Lutut: Kompartemen medial, Metabolik: Okronosis (alkaptonuria),
kompartemen, lateral, kompartemen Hemokromatosis, penyakit wilson,
patelofemoralis. penyakit gaucher.
Panggul: Eksentrik (suoperior), Endokrin: Akromegali,
kosentrik (aksial, medial), difus (koksa hiperparatioroidisme, Diabetes melitus,
senilis). kegemukan, hipertiroidisme.
Tulang Belakang: Sendi apofisalis, Penyakit Endapan Klasium:
antarvetebrata (diskus), spondilosis 1) Lokal: fraktur, nekrosis avaskuler,
(osteofit), ligamentosa (hiperostosis, infeksi, gout
penyakit foresteir, hiperostosis rangka 2) Difus: arthritis rematoid (peradangan),
idiopatik difus). penyakit paget, ostepetrosis,
osteokondritisis.
Tempat tunggal lainnya: Neuropatik (Sendi Charcot): Endemik,
Glenohumeralis, akromioklavikularis, kashin-beck, mseleni.
tibiotalar, temporomandibularis,
sakroiliaka.
Generalisata (OAG): Mencakup tiga Lain-lain: Hemoglobinopati, penyakit
atau lebih daerah peripheral (kecil), Casson, frosbite.
sentral (besar), dan tulang belakang.
(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.2.3 Etiologi osteoarthritis

Penyebab osteoartritis bersifat multifaktoral, terutama meningkat pada usia

diatas 50 tahun. Banyak klien memiliki lebih dari satu faktor resiko sehingga
17

berkembang menjadi osteoartritis (Juhakoski and Riike E, 2013; Buys and Elliot,

2014). Penyebab osteoartritis antara lain:

1. Usia

Faktor usia merupakan penyebab terkuat timbulnya osteoartritis.

Prevelensi dan berat osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya usia.

Osteoartritis lutut terjadi pada kurang dari 0,1% pada usia 25-34 tahun, dan

meningkat 10%-20% pada usia 65-74 tahun. Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi, akibat penurunan kelenturan

sendi dan tulang rawan dan penurunan fungsi kondrosit (Juhakoski and Riike E,

2013; Soeroso et al, 2014; Buys and Elliot, 2014).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin perempuan lebih sering dipandingkan laki laki terkena

osteoarthritis. Perempuan terbukti menderita osteoarthritis 31% dengan bukti

radiografi dibandingkan dengan laki-laki hanya sebesar 21%. Distribusi penderita

osteoartritis sendi pada usia dibawah 55 tahun, laki-laki dan perempuan sama,

namun di usia lanjut osteoartritis pinggul lebih sering terjadi pada laki-laki,

sedangkan osteoartritis sendi antar jari tangan, pangkal jempol, dan lutut sering

terjadi pada perempuan. Osteoartritis lutut simptomatik lebih sering terjadi pada

perempuan dibandingan dengan laki-laki (Felson, 1987; Buys and Elliott, 2014).

3. Faktor Genetik

Faktor keturunan mempunyai peran terhaap terjadinya osteoartritis. Pada

sendi jari tangan (Nodus Heberden) ibu dari wanita yang terkena osteoartritis,

akan beresiko 2 kali lebih sering mengalami osteoartritis dan anak-anak


18

perempuannya cenderung 3 kali lebih sering, dibandingkan degan ibu dan anak-

anak perempuan dari wanita tanpa osteoartritis (Soeroso et al, 2014).

Sinovitas yang terjadi seringkali dihubungkan dengan adanya mutasi

genetik. Gen tersebut adalah gen prolagen II atau gen-gen struktural lain untuk

unsur tulang rawan sendi seperti kolagen IX dan XII, protein pengikat atau

proteoglikan (Soeroso et al, 2014).

4. Ras

Pravelensi dan pola terkena sendi pada osteoartritis berbeda setiap sku

bangsa. Osteoartritis lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak

berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika-Amerika

memiliki risiko menderita osteoartritis lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita osteoartritis lutut lebih

tinggi dibandingkan ras kaukasia. Osteoartritis lebih sering ditemukan pada orang

Amerika asli dari pada orang berkulit putih. Populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang osteoartritis dibandingkan kulit putih (Maharani, 2007; Soeroso et al,

2014; Brandt, 2014).

5. Aktivitas Fisik yang Berat

Pekerjaan berat dengan pemakaian sendi secara terus-menerus dapat

berkaitan dengan peningkatan risiko osteoartritis. Seseorang yang memiliki

aktivitas minim sehari-hari juga berisiko mengalami osteoartritis lutut. Ketika

seseorang tidak melakukan gerakan, aliran cairan sendi akan berkurang. Hal ini

akan mengakibatkan proses degenratif menjadi berlebihan (Maharani, 2007;

Soeroso et al, 2014).


19

2.3 Anatomi Fisiologi Sendi Lutut

2.3.1 Anatomi sendi lutut

Sendi lutut adalah sendi yang paling besar di tubuh kita, dan salah satu

yang paling mudah mengalami cedera. Ia terbuat dari bagian bawah tulang paha

(femur), yang memutar pada bagian atas dari tulang kering (tibia), dan

tempurung lutut (patella), yang menggeser pada sebuah alur di ujung tulang paha.

Gambar 2.1: Anatomi Sendi Lutut

Stuktur sendi lutut sangat kompleks dengan berbagai macam jaringan di

sekitarnya. Sendi lutut adalah merupakan salah satu sendi besar yang menahan

axial loading cukup berat. Sendi lutut merupakan sendi sinovial “hinge type”

dengan pergerakan fleksi, ekstensi, dikombinasikan dengan pergeseran dan

berputar atau rotasi (Flandry & Hommel 2011; Ángel et al. 2012).

2.3.2 Fisiologi sendi lutut

Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka

yang dihubungkan dengan kapsul sendi, jaringan ikat fibrosa, ligament, tendon,
20

fascia, maupun otot. Sendi dibagi menjadi synarthrosis (tidak memiliki ruang

sendi) dan diarthrosis (memiliki ruang sendi). Diarthrosis merupakan sendi yang

memungkinkan terjadinya gerakan. Ciri- ciri diarthosis adalah: memiliki facies

articularis yang bersifat licin, facies articularis ditutupi oleh cartilage articularis

yang pada umumnya adalah kartilago hialin, dan mempunyai capsula articularis

yang membungkus persendian.

Ruangan di dalamnya disebut cavum articulare berisi cairan sinovial.

Sendi berguna menahan sejumlah beban substansial dari tulang saat melakukan

kegiatan. Otot bertindak untuk memindahkan atau menstabilkan tulang, baik

vertebra maupun ekstremitas dan menyebabkan rotasi pada aksis tubuh. Faktor

eksternal seperti tekanan dari luar diakibatkan dari beratnya barang yang dibawa

dan berat dari ekstremitas, gaya gravitasi, dan inersia dari gerakan juga

mempengaruhi gerakan dari sendi.

Gaya yang dihasilkan oleh otot harus lebih besar daripada faktor eksternal

tersebut. Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial yang berfungsi untuk

melumasi sendi dan membentuk lapisan film antara permukaan yang

berhubungan, sehingga memisahkan antar cartilage agar tidak saling bergesekan

dan dapat mendistribusikan beban yang diterima. Otot, meskipun bukan jaringan

dalam sendi berfungsi untuk menghasilkan kekuatan dalam menjaga postur dan

memindahkan ekstremitas, serta meengirimkan beban melalui tendon ke tulang.

Gerakan pada sendi terbagi menjadi osteokinetik dan arthrokinematik. Gerakan

osteokinetik adalah gerakan pada tulang, dimana gerakan tersebut diwakili oleh
21

perubahan sudut artikuler dan bersifat volunter. Gerakan ini terdiri dari fleksi,

ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi interna, dan rotasi eksterna.

Fleksi Merupakan gerakan menekuk antara tulang yang satu dengan yang

lain, menyebabkan kedua bagian mendekat. Biasanya terjadi pada permukaan

anterior tulang (kecuali pada lutut). Ekstensi Merupakan gerakan meluruskan/

menjauhkan satu tulang dengan yang lain. Gerakan ini biasanya digunakan untuk

mengembalikan bagian tubuh ke posisi anatomis setelah telah tertekuk.

Hiperekstensi adalah kelanjutan dari ekstensi di luar kemampuan secara anatomis.

Abduksi dan Adduksi Abduksi adalah gerakan menjauh dari garis tengah tubuh,

sedang adduksi adalah gerakan menuju garis tengah. Sendi bahu dan pinggul

dapat melakukan gerakan abduksi dan adduksi. Pada jari tengah pada tangan dan

kaki, titik acuan untuk gerakan ini adalah jari kedua. Abduksi horisontal dan

adduksi horizontal Gerakan bahu yang tidak bisa terjadi dalam posisi anatomi.

Bahu harus fleksi atau abduksi 90° sehingga lengan sejajar dengan bahu (dan

tegak lurus dengan tanah). Dari posisi ini, gerakan bahu ke belakang adalah

abduksi horizontal, dan gerakan bahu ke depan adalah adduksi horizontal. Deviasi

radial dan ulnaris Deviasi radial adalah istilah yang digunakan untuk merujuk

pada abduksi pergelangan ketika tangan bergerak ke lateral, atau ke arah sisi ibu

jari. Deviasi ulnaris adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada

pergelangan adduksi. Ketika tangan bergerak ke arah medial dari posisi anatomi

atau ke arah jari kelingking, gerakan tersebut adalah deviasi ulnaris. Sirkumduksi

Merupakan sebuah gerakan melingkar; kombinasi dari gerakan fleksi, abduksi,

ekstensi dan adduksi. Rotasi internal dan eksternal Rotasi adalah gerakan tulang di
22

sekitar sumbu longitudinal. Rotasi internal (rotasi medial) terjadi ketika

permukaan anterior melakukan rotasi ke arah dalam menuju garis tengah. Rotasi

eksternal (rotasi lateral) terjadi ketika permukaan anterior melakukan rotasi ke

arah luar, menjauhi garis tengah. Nilai normal ROM aktif sendi adalah:

1. Articulation humeral

1) Fleksi : (0-180)℃

2) Ekstensi : (0-60)℃

3) Abduksi : (0-180)℃

4) Adduksi : (0-60)℃

5) Rotasi internal : (0-90)℃

6) Rotasi external : (0-90)℃

2. Articulation cubital

1) Fleksi : (0-135)℃

2) Extensi : (0– 5)℃

3) Supinasi : (0-90)℃

4) Pronasi : (0-90)℃

3. Articulation radiocarpal

1) Fleksi : (0-80)℃

2) Extensi : (0- 70)℃

3) Fleksi ulnaris : (0-30)℃

4) Fleksi radialis : (0-20)℃


23

Gerakan arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi permukaan sendi,

gerakannya tidak bisa terlihat, dan tidak dibisa dikontrol. Gerakan ini merupakan

gerakan aksesori. Gerakan arthrokinematik terdiri dari gerakan:

1) Rolling Gerakan bergulir antara satu permukaan sendi dengan yang lain.

2) Gliding (menggeser) Gerakan linear sendi yang sejajar dengan permukaan

bidang sendi yang berdekatan

3) Spinning Merupakan gerakan berputar/ rotasi dengan sendi yang bergerak

terfiksir dengan permukaan lainnya sehingga tetap berhubungan dititik yang

sama. Gerakan pada sendi sebagian merupakan gabungan dari ketiga gerakan

tersebut.

2.4 Patogenesis Osteoarthritis

Osteoartritis ditandai dengan faktor kerusakan sendi dan struktur sendi

diarthodial yang ditandai oleh kerusakan progesif tulang rawan sendi, hilangnya

artikular hialin tulang rawan, penebalan tulang subkondral dan kapsul sendi,

renovasi tulang pembentukan osteofit, sinovitis ringan, dan perubahan lainnya

(Epstein et al, 2011).

Osteoartritis terbentuk pada dua keadaan, yaitu 1) Sifat kartilago sendi dan

tulang subkhondral normal, tetapi terjadi beban berlebihan terhadap sendi

sehingga jaringan rusak, 2)

Beban yang ada secara fisiologis

normal, tetapi sifat kartilago

sendi atau tulamg kurang baik

(Brandt, 2014). Penggunaan terus-menerus dari sendi mengakibatkan hilangnya


24

tulang rawan karena kntak dari tulang ke tulang yang pada akhirnya menyebabkan

terjadinya osteoartritis.

Gambar 2.2 karakteristik Tulang Diarthorial pada Osteoartritis


(Epstein et al, 2011)

Secara makroskopik, perubahan tulang rawan osteoartritis dapat dilihat

sebagai pelunakan atau kondromalasia, fibrilasi, erosi, kerusakan tulang rawan

dan kegagalan perbaikan tulang rawan, hilangnya lapisan tulang rawan, mikrosis

seluler, konfrosit kloning, dan duplikasi tidemark (Pearle et al, 2005). Pada

stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada bentuk normal, tetapi tulang

rawan melunak, intregitas tulang terputus, dan terbentuk celah vertikal (fibrilisasi)

yang dapat mengakibatkan remodeling dan hipertrofi tulang (Soeroso et al, 2014).

Pelunakan tulang rawan tersebut dikarenakan adanya peningkatan kadar

enzim protease, seperti matriks metalloproteinase (MMPs). Enzim protease

katabolik ini memiliki peran penting dalam inisiasi dan perkembangan

osteoartritis. Selanjutnya, ditandai dengan menongkatnya kadar air dan pelunakan

tulang rawan berat dan sendi. Hal tersebut dapat membentuk ilkus kartilago dalam

yang meluas ke tulang, sehingga terjadi kemampuan menahan stres mekanik

dengan cara perbaikan kartilainosa. Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi

sendi dan membatasi gerakan (Epstein et al, 2011; Brandt, 2014).


25

Pada tulang rawan sendi klien osteoartritis terjadi peningkatan aktivitas

fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinoltik. Hal ini menyebabkan

penumpukan thrombus dan lipid pada pembuluh darah subkondral yang

menyebabkan terjadinya iskemia dan nekros jaringan subkondral yang selanjutnya

akan mengakibatkan pelepasan prostaglandin dan interleukin yang menimbulakn

bone angina lewat subkhindral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel

yang dapat menghantarkan rasa sakit (Soeroso et al, 2014).

2.5 Patobiologi Osteoarthritis

Osteoartritis disebabkan oleh perubahan biomekanikal dan biokimia tulang

rawan yang terjadi oleh adanya penyebab multifaktorial antara lain karena faktor

umur, stres mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik,

obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan, dimana akan terjadi

ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis tulang rawan (Mandelbaum,

2005; Joewono, 2006)

Ketidakseimbangan ini menyebabkan pengeluaran enzim-enzim degradasi

dan pengeluaran kolagen yang mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan

sinovium (sinuvitis sekunder) akibat terjadinya perubahan matriks dan struktur.

Selain itu juga terjadi pembentukan osteofit sebagai suatu proses perbaikan untuk

membentuk kembali persendian sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi

yang progresif (Joewono, 2006; Kapoor, 2011).

Dua keluarga enzim yang penting dalam degradasi matriks, baik dalam

tulang rawan yang sehat ataupun pada osteoarthritis adalah metaloproteinase dan

aggrecanases. Metaloproteinase (stromelysin, collagenase, gelatinase) memecah


26

kolagen, gelatin, dan komponen protein lain dari matriks. Enzim ini disekresi oleh

sinovial sel dan khondrosit. Aggrecanases (ADAMTS) mendegradasi aggrecan.

Peningkatan degradasi aggrecans oleh enzim ADAMTS adalah salah satu indikasi

dari osteoarthritis awal, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

hilangnya struktur tulang rawan dan fungsi (Kenneth, 2005; Joewono, 2006;

Kapoor, 2011).

Pada tulang rawan yang sehat, aktivitas degradasi enzim diseimbangkan

dan diregulasi oleh faktor pertumbuhan dan inhibitor degradasi enzim. Faktor

pertumbuhan ini menginduksi khondrosit untuk mensistesis DNA dan protein

seperti kolagen dan proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah

insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormone, transforming growth factor b

(TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Tetapi pada keadaan inflamasi, sel

menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1 (Kenneth, 2005; Joewono, 2006;

Kapoor, 2011).

Tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP) dan plasminogen activator

inhibitor (PAI-1) adalah inhibitor-inhibitor enzim yang berfungsi untuk

mendegradasi collagenase dan aggrecanase. Pembentukan dan perkembangan

Osteoartritis sekarang dipercayai melibatkan keradangan bahkan pada tahap awal

penyakit. Keseimbangan aktivitas sendi terganggu melalui suatu degradative

cascade dan penyebab terpenting adalah IL- 1 dan TNF. Sekresi dari factor

inflamasi seperti sitokin merupakan mediator yang bisa menyebabkan

terganggunya proses metabolisme dan meningkatkan proses katabolik pada sendi.

IL-1 dan TNF yang diproduksi oleh khondrosit, sel mononeuklear, osteoblast dan
27

tisu sinovial menstimulasi sintesis dan sekresi metalloproteinase dan tissue

plasminogen activator serta mensupresi sintesis proteoglikan di dalam sendi

(Kenneth, 2005; Joewono, 2006; Kapoor, 2011).

2.6 Manifestasi Klinis Osteoarthritis

Persendiaan terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanya

hanya terjadi pagi hari, tetapi apabila dibiarkan bertambah buruk dan

menimbulkan rasa sakit setiap melakukan gerakan tertentu, terutama pada waktu

menopang berat badan, namun bisa membaik bila diistirahatkan. Pada beberapa

klien, nyeri sendi dapat timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk dikursi atau

di jok mobil dalam perjalanan jauh. Kaku sendi pada Osteoartritis tidak lebih dari

15-30 menit dan timbul istirahat beberapa saat misalnya setelah bangun tidur.

Adanya pembengkakan/peradangan pada persendiaan. Pembengkakan bisa

pada salah satu tulang sendi atau lebih. Hal ini disebabkan karena reaksi radang

yang menyebabkan pengumpulan cairan dalam ruang sendi, biasanya teraba panas

tanpa ada kemerahan.

Nyeri sendi terus-menerus atau hilang timbul, terutama apabila bergerak

atau menanggung beban. Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.

Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendiaan. Kesulitan menggunakan

persendiaan. Bunyi pada setiap persendiaan (krepitus). Gejala ini tidak

menimbulkan rasa nyeri, hanya rasa tidak nyaman pada setiap persendiaan

(umumnya tulang lutut). Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang

rawan yang semakin 9 rusak, tulang mulai berubah bentuk dan meradang,

menimbulakan rasa sakit yang amat sangat. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan
28

fisik dari osteoartritis dapat ditemukan ketegangan lokal dan pembengkakan

jaringan tulang atau jaringan lunak.

Krepitus tulang (sensasi tulang bergesekan dengan tulang, yang

ditimbulkan gerakan sendi) merupakan karakteristik osteoartritis. Pada perabaan

dapat dirasakan peningkatan suhu pada sendi. Otot-otot sekitar sendi yang atrofi

dapat terjadi karena tidak digunakan atau karena hambatan reflek dari kontraksi

otot. Pada tingkat lanjut osteoartritis, dapat terjadi deformitas berat (misal pada

osteoartritis lutut, kaki menjadi berbentuk O atau X), hipertrofi (pembesaran)

tulang, subluksasi, dan kehilangan pergerakan sendi Range of Motion, (ROM).

Pada saat melakukan gerakan aktif atau digerakkan secara pasif. Adapun

predileksi osteoartritis adalah pada sendi-sendi tertentu seperti carpometacarpal I,

matatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut (tersering) dan paha.

2.7 Patofisiologi Keperawatan Osteoarthritis

Osteoarthritis lutut diklasifikasikan sebagai primer (idiopatik) atau

sekunder. Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi OA primer dan OA

sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik adalah OA yang kausanya tidak

diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses

perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya

kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan dan imobilisasi yang lama.

Keseimbangan dinamis antara pembentukan terus menerus, berkelanjutan

dan pemecahan dari matriks kartilaginosa diatur oleh interaksi pengaruh anabolik

(misalnya, faktor pertumbuhan seperti insulin [IGF] I dan II) dan pengaruh
29

katabolik (misalnya, interleukin-1, tumor), faktor nekrosis [TNF] alfa, dan

proteinase).

OA dapat berkembang di setiap sendi sinovial dalam tubuh, tetapi

beberapa situs lebih umum daripada yang lain. Lokalisasi interjoint dan intrajoint

konsisten dengan konsep bahwa OA digerakkan secara mekanis. Di dalam

persendian, kerusakan persendian melokalisasi ke daerah-daerah yang dimuat

secara maksimal, dan persendian yang paling sering terkena (termasuk pinggul,

lutut, dan pangkal ibu jari) adalah yang tidak diadaptasi dengan baik untuk postur

tegak dan cengkeraman prehensile dan karenanya menderita secara mekanis

(Sakalausklene, G & Jaunisklene, D, 2010; Joem, W et al, 2010; Pratiwi, 2015).

2.8 Penatalaksanaan Osteoarthritis

Pengelolaan osteoartritis berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat

ringannya osteoartritis yang diderita. Penatalaksanaan osteoartritis terbagi atas 3

hal, yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)

1. Terapi Non-Farmakologis

1) Edukasi

Edukasi atau penjelasan kepada klien perlu dilakukan agar klien dapat

mengetahui cara memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana

agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiannya

tetap terpakai.

2) Terapi Fisik atau Rehabilitasi


30

Klien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini

dilakukan untuk melatih klien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan

melatih klien untuk melindungi sendi yang sakit.

3) Penurunan Berat Badan

Berat badan yang berlebih mrupakan faktor yang memperberat

osteoartritis. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak

berlebih dan diupayakann untuk melakukan penurunan berat badan apabila

berat badan berlebih.

2. Terapi Farmakologis

1) Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-

2(COX 2), dan Asetaminofen.

Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada osteoartritis lutut,

penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada

penggunaan Asetaminofen. Namun karena risiko toksistas obat AINS lebih

tinggi daripada Asetaminafen, Asetaminafen tetap menjadi obat pilihan

pertama dalam penanganan rasa nyeri pada osteoartritis. Cara lain untuk

megombinasikannya dengan menggunakan Inhibitor COX-2.

2) Chondroprotective Agent

Chondroprotectif Agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau

merangsang perbaikan dari kartilago pada klien osteoartritis. Obat-obatan

yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetaksin, asam hialurona,

kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya.

3. Terapi Pembedahan
31

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk

mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi

deformitas sendi yang menganggu aktivitas sehari-hari.

2.9 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan lanjut usia adalah suatu rangkaian kegiatan proses

keperawatan yang ditujukan kepada usia lanjut, meliputi kegiatan pengkajian,

dengan memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual,

menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan, membuat

perencanaan, melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi (Azizah,

2011).

2.9.1 Pengkajian

Pengkajian adalah peran penting perawat profesional, dan membutuhkan

pemahaman tentang proses keperawatan yang merupakan dasar pengembangan

diagnosis keperawatan (Herdman & Kamitsuru, 2015).

1. Identitas Klien

Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskoloskeletal

adalah usia, karena ada beberapa penyakit sistem muskoloskeletal banyak terjadi

pada Klien diatas usia 60 tahun (Reny, 2014).

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit

muskoloskeletal seperti osteoarhritis adalah Klien mengeluh nyeri pada


32

persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan

keterbatasan mobilitas (Reny, 2014).

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Lansia dengan Osteoartritis akan mengeluh nyeri sendi dan hambatan

gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan sejalan

dengan bertambahnya rasa nyeri. Disamping itu klien juga mengeluh nyeri

bertambah dengan aktivitas, membaik dengan istirahat, krepitasi atau rasa

gemeretak kadang-kadang dapat terdengar pada sendi yang sakit (Nurarif,

2015)

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Lansia mempunyai riwayat hipertensi, riwayat mengonsumsi obat-

obat steroid, dan riwayat mengonsumsi glukosa / karbohidrat berlebihan

(Reny, 2014)

4) Riwayat Keluarga

Adanya riwayat keluarga yang menderita Osteoartritis (Reny, 2014)

3. Status Fisiologis (Reny, 2014)

1) Postur tubuh belakang lansia, kemungkinan tegap, membungkuk

(kifosis), skoliosis dan lordosis.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital beserta status gizi yang meliputi suhu,

tekanan darah, nadi, respirasi, berat badan dan tinggi badan.

3) Pemeriksaan Head to Toe

(1) Kepala : Pada Osteoartritis biasanya rambut lebih tipis, tampak

beruban, dan kulit wajahnya tampak keriput.


33

(2) Mata : Biasanya mengalami gangguan visus (diplopia),

pandangankabur atau ganda, penurunan visus.

(3) Hidung : Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernafasan menjadi

lebih cepat akibat nyeri, epistaksis.

(4) Telinga : Mengalami tinnitus (telinga berdenging).

(5) Mulut : Kemungkinan klien mengalami mual, muntah, mukosa bibir

kering.

(6) Leher : Adanya hipertyroid yang berkontribusi terhadap

vasokontriksi pembuluh darah, nadi meningkat, padaarteri karotis,

jungularis.

(7) Thorax : Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan,

penggunaan otot bantu pernafasan, nyeri dada, terdapat nyeri tekan,

suara paru sonor, dan suara jantung pekak terdengar suara nafas

tambahan (ronchi, rales, wheezing).

(8) Abdomen : Mual, perut terasa penuh, kembung, kadang-kadang

timbul rasa sakit di ulu hati atau makanan terhenti di dalam dada,

sukar buang air besar, kadang menunjukkan keluhan diare.

(9) Genetalia : Terdapat kerusakan pada urat saraf sehingga penderita

sering ngompol (inkontinensia urine).

(10) Ekstremitas : Terjadi keterbatasan pergerakan dan immobilisasi

akibat nyeri sendi, penurunan reflek tendon, kelumpuhan di salah

satu sisi badan.

4) Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia (Reny, 2014)


34

(1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan : mengkaji kemampuan

lansia dalam melakukan aktifitas atau tindakan untuk menilai

kemampuan keseimbangan.

(2) Komponen gaya berjalan atau gerakan : mengkaji kemampuan lansia

dalam melakukan gaya berjalan dan gerakan untuk menilai

kemampuan lansia.

5) Pengkajian Psikososial (Reny, 2014)

Dilakukan melalui observasi dan wawancara yang meliputi pengkajian

fungsi kognitif, psikomotor serta kontrak dengan realita. Lansia dengan

Osteoartritis mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi

apabila pada klien yang mengalami komplikasi.

6) Status Mental (Reny, 2014)

(1) Tingkat krusakan intelektual

(2) Identifikasi aspek kognitif

7) Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan Reny, 2014)

(1) Pola pemenuhan kebutuhan sehari - hari :

1) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi: frekuensi makan, jumlah

makanan yang dihabiskan, makanan tambahan.

2) Pola pemenuhan cairan: frekuensi minum, jenis minuman.

3) Pola kebiasaan tidur: jumlah kebiasaan tidur, gangguan tidur

berupa, pnggunaan waktu luang ketika tidak tidur.

4) Pola eliminasi BAB: frekuensi BAB.


35

5) Pola eliminasi BAK: frekuensi BAK, warna urin, gangguan

BAK pola aktivitas, kegiatan produktif lansia yang sering

dilakukan.

6) Pola pemenuhan kebersihan diri: (mandi, memakai sabun atau

tidak, sikat gigi menggunakan pasta gigi atau tidak, kebiasaan

berganti pakaian bersih).

2.9.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat yang

menggambarkan kondisi klien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat

berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera (Wilkinson

& Ahern, 2011).

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), diagnosis yang muncul pada klien

Osteoartritis adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, kerusakan

inegritas struktur tulang

3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurngnya infornasi tentang

penyakit

2.9.3 Perencanaan
36

Intervensi keperawatan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk

kepentingan keperawatan bagi perawat yang menuliskan dan perawat lainnya

(Handayaningsih, 2009).

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut b/d Penurunan fungsi tulang

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x kunjungan

rumah, diharapkan tingkat myeri menurun dengan kriteria hasil (L.08066):

1) Keluhan nyri menurun (5)

2) Meringis menurun (5)

3) Sikap protektif menurun (5)

4) Gelisah menurun (5)

5) Kesulitan tidur menurun (5)

Intervensi menurut (PPNI, 2018)

Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi :

1) Identifikasi skala nyeri

2) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik :

1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

Edukasi :

1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri


37

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian obat analgesik

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi,

kerusakan inegritas struktur tulang

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x kunjungan

rumah, diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil (L.05042):

1) Pergrakan ektremitas kekuatan otot ROM meningkat (5)

2) Nyeri menurun (5)

3) Kaku sendi menurun (5)

4) Gerak terbatas menurun (5)

Intervensi menurut (PPNI, 2018)

Dukungan mobilisasi (I.05173)

Observasi :

1) Identifikasi adanya skala nyeri atau keluhan fisik lainnya

2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

Terapeutik :

1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur)

2) Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi :

1) Jelaskan tujuan dan prosdur mobilisasi

2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk ditempat

tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
38

3. Resiko cedera b/d penurunan fungsi tulang

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x kunjungan

rumah, diharapkan tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil (L.14136):

1) Kejadian cedera menurun (5)

2) Luka/lecet menurun (5)

3) Ketegangan otot menurun (5)

4) Ekspresi wajah kesakitan menurun (5)

Intrvensi menurut (PPNI, 2018)

Pencegahan cedera (I.14537)

Observasi :

1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera

Terapeutik :

1) Sediakan pencahayaan yang memadai

2) Sediakan alas kaki antislip

3) Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau

4) Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau

alat bantu jalan)

5) Diskusikan bersama keluarga yang dapat mendampingi klien

Edukasi :

1) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke klien dan keluarga

4. Defisit perawatan diri b/d penurunan fungsi tulang

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x kunjungan

rumah, diharapkan perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil (L.11103):


39

1) Kemampuan mandi meningkat (5)

2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat (5)

3) Kemampuan makan meningkat (5)

4) Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat (5)

Intervensi menurut (PPNI, 2018)

Dukungan perawatan diri (I.11348)

Observasi :

1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

2) Monitor tingkat kemandirian

Terapeutik :

1) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks, privasi)

2) Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)

3) Dampingi dalam me;akukan perawatan diri sampai mandiri

Edukasi :

1) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya infornasi tentang penyakit

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x kunjumgan

rumah, diharapkan tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil

(L.12111)

1) Perilaku sesuai anjuran meningkat (5)

2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat (5)

3) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat (5)

4) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun (5)


40

5) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun (5)

Intervensi menurut (PPNI, 2018)

Edukasi kesehatan (I.12383)

Observasi :

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik :

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalakan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

2) Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat

2.9.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang

diberikan kepada klien. Pencatatan ini mencangkup tindakan keperawatan yang

diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil

terhadap tindakan yang diberikan kepada klien (Huachean, 2014).

2.9.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses

keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak [ CITATION Nur11 \l 1057 ]. Melakukan evaluasi

keperawatan, menurut Nursalam (2011) meliputi:


41

1. Evaluasi proses (formatif), dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan

keperawatan yang dituliskan pada catatan perkembangan.

2. Evaluasi hasil (sumatif), dilakukan dengan cara membandingkan respons

klien dengan tujuan yang dietentukan

2.10 Konsep Dasar Nyeri Akut

2.10.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, unsur utama

yang harus ada disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak menyenangkan. Tanpa

unsur itu tidak dapat dikategorikan sebagai nyeri, walaupun sebaliknya, semua

yang tidak menyenangkan tidak dapat sebagai nyeri [CITATION Zak15 \l 1057 ].

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan, bersifat

sangat subjektif karena perasaan bebeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang didalamnya (Uliyah & Hidayat, 2014).

Nyeri merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan (Aprisunadi & Tim POKJA, 2017).

2.10.2 Etiologi Nyeri Akut

Menurut Aprisunadi & Tim POKJA (2017) dalam buku SDKI etiologi

nyeri akut adalah:

1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)


42

3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat

berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

2.10.3 Tanda dan Gejala Mayor

Menurut Aprisunadi & Tim POKJA (2017) dalam buku SDKI tanda dan

gejala mayor nyeri akut terbagi menjadi 2, yaitu: 1) Subjektif: mengeluh nyeri dan

2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi

menghindari nyeri, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.

2.10.4 Tanda dan Gejala Minor

Menurut Aprisunadi & Tim POKJA (2017) dalam buku SDKI tanda dan

gejala minor nyeri akut terbagi menjadi 1, yaitu: 1) Objektif: tekanan darah

meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,

menarik diri, berfokus pada diri itu sendiri, dan diaforesis.

2.10.5 Kondisi Klinis Terkait Nyeri Akut

Menurut Aprisunadi & Tim POKJA (2017) dalam buku SDKI kondisi

klinis terkait nyeri akut adalah: 1) Kondisi pembedahan, 2) Cedera traumatis, 3)

Infeksi, 4) Sindrom koroner akut, 5) Glaukoma, dan 6) Osteoartritis.


BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini akan disajiakan mengenai metode penelitian yang berisi tentang:

1) Jenis Penelitian, 2) Subyek Penelitian, 3) Definisi Operasional, 4) Instrumen

Penelitian, 5) Metode Pengambilan Data, 6) Pengelolaan dan Analisa Data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang besifat kualitatif. Penelitian yang

digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif

adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study).

Studi kasus termasuk dalam penelitian analisis deskriptif, yaitu penelitian yang

dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara

cermat dan tuntas (Nawawi, 2003: 1; Sutedi, 2009: 61).

3.2 Subyek Penelitian

Partisipan atau subjek penelitian adalah bagian dari populasi yang akan

dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang representative dan

merepresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi [ CITATION Her14 \l 1057 ].

Subyek penelitian ini adalah Ny. “R” berusia 63 tahun, yang tinggal di

Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, yang telah didiagnosa oleh

dokter Puskesmas Turi mengalami Osteoartritis dengan nyeri akut.

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Osteoarthritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berjalan

secara progesif lambat ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi dan struktur

43
44

sendi diarthrodial. Dilihat dari tanda yang muncul yaitu terjadi di lutut yang terasa

nyeri saat dibuat berjalan akibat kerusakan tulang rawan yang dialami Ny. “R” di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Turi Lamongan.

3.3.2 Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya berlangsung tidak lebih dari enam

bulan. Awalan gejalanya mendadak dan biasanya penyebab serta lokasinya sudah

diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan

yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri dengan dibantu

instrumen lain yaitu pedoman wawancara, observasi. Peneliti sebagai instrumen

utama karena hanya peneliti yang dapat bertindak sebagai alat ada dan responsif

terhadap realitas karena bersifat kompleks.

Dalam penelitian ini data yang diteliti berupa data tulisan yang diperkuat

dengan wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan triagulasi. Wawancara

adalah sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi sebuah

interaksi yang didalamnya terdapat pertukara atau berbagi aturan tanggung jawab,

perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Observasi dan pemeriksaan fisik

(physical examination) dalam pengkajian keperawatan di pergunakan untuk

memperoleh data objektif dari klien. Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk

menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasikan masalah kesehatan, dan

memperoleh data dasar guna menyususn rencana asuhan keperawatan. Teknik

pemeriksaan fisik ada empat teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
45

(IPPA). Studi dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat

berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan dokumenter (Herdiansyah, 2014;

Nursalam, 2011; Dharma, 2011).

3.5 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian [ CITATION Dha11 \l 1057 ].

3.5.1 Wawancara

Wawancara adalah sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran

atau berbagi sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukara atau berbagi

aturan tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Dalam

penelitian ini penelitin menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur, yaitu

wawancara yang dilakukan dengan kebebasan bagi pewawancara untuk

mengembangkan pertanyaan tanpa terkait oleh daftar pertanyaan. Pewawancara

dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan jawaban partisipan sebelumnya.

Meskipun pewawancara memiliki acuhan dalam bertanya yaitu tujuan penelitian,

tetapi pertanyaan yang diajukan kepada setiap partisipan mungkin saja berbeda

tingkat kedalamannya sesuai dengan respon partisipan. Sehingga metode ini

terlihat lebih fleksibel dan memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih

mendalam (Herdiansyah, 2014; Dharma, 2011).

Wawancara dilakukan kepada klien dan keluarga klien yang berada di

rumahnya selama kunjungan yang berisi tentang Osteoartritis dan Nyeri Akut.

Wawancara dengan klien bertujuan untuk menggali informasi terkait dengan


46

asuhan keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

Wawancara dengan keluarga klien dimaksudkan untuk menemukan informasi

yang tidak dapat didapatkan saat wawancara dengan klien. Saat wawancara

peneliti menggunakan alat bantu buku catatan dan bolpoin sebagai media untuk

mencatat pokok-pokok bahasan yang penting.

3.5.2 Observasi

Observasi dan pemeriksaan fisik (physical examination) dalam pengkajian

keperawatan di pergunakan untuk memperoleh data objektif dari klien. Tujuan

pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan status kesehatan klien,

mengidentifikasikan masalah kesehatan, dan memperoleh data dasar guna

menyususn rencana asuhan keperawatan. Teknik pemeriksaan fisik ada empat

teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (IPPA) [ CITATION Nur11 \l

1057 ].

Penjelasan mengenai teknik-teknik pemeriksaan fisik tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Inspeksi : proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi

dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan

penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data.

2) Palpasi : teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba. Tangan dan

jari-jari adalah instrument yang sensitif dan dapat digunakan untuk

mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan

ukuran.
47

3) Perkusi : teknik pemeriksaan dengan mengetuk – ngetuk jari perawat (sebagai

alat untuk menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian tubuh yang kiri dengan yang kanan.

4) Auskultasi : teknik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk

mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Auskultasi tidak dilakukan

pada klien yang mengalami Osteoartritis dengan Nyeri Akut.

3.5.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat

berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan dokumenter [ CITATION Dha11 \l

1057 ].

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Pegolahan data pada studi kasus menggunakan teknik non-statistik, yaitu

analisis kualitatif yang dapat dilakukan melalui cara naratif induktif yaitu

pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hasil-hasil observasi dan wawancara

khusus (Notoadmojo, 2012). Pengolahan data dilakukan dengan:

3.6.1 Memperpanjang Waktu Pengamatan atau Observasi

Memperpanjang masa pengamatan (Prologed Egagement).

Memungkinkan peningkatan drajat kepercayaan dan data yang di kumpulkan, bisa

mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari respondent terhadap

peneliti dan juga kepercayaan dari peneliti sendiri (Saryono & Anggraeni 2010).
48

Pada studi kasus ini peneliti melakukan observasi dalm waktu 3 hari untuk

menerapkan pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada klien Osteoartritis

dengan Nyeri Akut di Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan.

3.6.2 Sumber Informasi Tambahan Menggunakan Tiga Sumber Data

Triagulasi sumber data adalah menguji kreadibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber

(Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data dari klien dan

keluarga klien.

1. Klien

Klien yang dimaksud adalah Ny. “R” yang memberikan informasinya

tentang masalah kesehatan yang dialami klien dengan diagnose Osteoartritis.

2. Keluarga Klien

Keluarga klien yang tinggal dalam satu rumah memberikan informasi

tambahan tentang penyakit klien dan riwayat penyakit klien yang diderita klien

saat ini.

3. Petugas Kesehatan

Yang memberikan informasi tentang penyakit klien adalah bidan desa

yang berada di Pustu Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan

3.6.3 Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara
49

mengumpulkan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan [ CITATION Nur11 \l 1057 ].

Menurut Hidayat [CITATION Hid10 \n \t \l 1057 ] urutan dalam analisis

adalah:

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian. Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi, dan

Dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2) Mereduksi Data (Reduction)

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokan menjadi data subjektif

dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan nilai normal.

3) Penyajian Data

Penyajian data pada studi kasus ini dilakukan dalam bentuk tabel, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari responden (Sulistiyaningsih, 2011).

4) Kesimpulan (Conclusion)

Dari data yang di sajikan, kemudian data di bahas dan di bandingkan

dengan hasil hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan di lakukan dengan metode induksi. Data yang


50

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan

dan evaluasi

3.7 Etik Penelitian

Menurut Hidayat [CITATION Hid10 \n \t \l 1057 ] etik dalam suatu penelitian

adalah sebagai

berikut:

3.7.1 Informed Consent (Persetujuan Menjadi Responden)

Perjanjian kesepakatan antara peneliti dengan subjek peneliti ataupun

dengan informan penelitian merupakan suatu kesepakatan tertulis yang dibuat

oleh peneliti yang berisi tentang beberapa klausul yang berkaitan dengan

keterlibatan seseorang secara formal dalam suatu rangkaian penelitian yang

disertai dengan hak dan kewajiban selama penelitian berlangsung atau selama

periode waktu yang ditentukan.

Informed consent adalah sebuah rangkaian pernyataan yang disepakati dan

ditandatangani oleh subjek penelitian sebelum subjek berpartisipasi dalam

penelitian. Pernyataan ini harus secara eksplisit menyatakan bahwa peneliti akan

menjamin hak-hak dari subjek penelitian selama keterlibatan subjek dalam

penelitian yang dilakukan.

3.7.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
51

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Dalam karya tulis ini dilakukan prinsip anonim dengan nama inisial.

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Prinsip confidensialitas dan privasi diartikan sebagai suatu usaha

maksimal dari peniliti untuk menjaga kerahasiaan atribut dari subjek yang diteliti

untuk tetap dalam domain pribadi subjek dan bukan berubah menjadi domain

public atau umum. Atribut subjek yang dimaksud dapat berupa identitas subjek,

tempat tinggal subjek, ucapan atu pernyataan yang dikemukakan subjek, dan lain

sebagainya.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menyajikan hasil dan pembahasan stadi kasus Asuhan

Keperawatan Gerontik pada Klien Osteoartritis dengan Nyeri Akut di Wilayah

Kerja UPT Pukesmas Turi Lamongans yang meliputi tahap pengkajian, diagnose

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Hasil Kasus

Bab ini penulis menyajikan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien

Osteoartritis dengan Nyeri Akut di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Turi

Lamongan. Penulis mengambil kasus pada Ny. “R” mulai tanggal 09 Oktober

2019 – 13 Oktober 2019 melalui pendekatan proses keperawatan.

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

UPT Puskesmas Turi beralamatkan di Jalan Raya Lamongan Babat No.

543, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia (62216).

Puskesmas Turi mempunyai beberapa ruangan mulai dari IGD, Rawat Inap,

Loket, Poli Umum, Poli Lansia, Poli Gigi dan Mulut, Poli KIA, Poli KB, Poli TB,

Poli Jiwa, Laboratorium, Instalasi Gizi, Farmasi, dan Ruangan Kepala Puskesmas

beserta staff. Loket dibuka pukul 07:00 WIB mulai hari Senin sampai hari Sabtu,

pelayanan dimulai pukul 08:00 WIB sampai selesaidan batas maksimal loket

ditutup pukul 11:00 WIB. IGD dan Raat Inap buka setiap hari selama 24 jam.

Untuk Poli Jiwa buka setiap hari Senin an Kamis, sedangkan Poli KB buka setiap

hari Rabu.

51
53

Tempat tinggal klien terletak di Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten

Lamongan dengan jumlah penduduk 3.103 jiwa dengan batas utara yaitu Desa

Kemlagigede, sebelah timur yaitu Desa Tawangrejo, sebelah selatan yaitu Desa

Sukorejo, dan sebelah barat yaitu Desa Keben diantaranya adalah Sekolah Dasar,

Masjid, dan Balai Desa.

Desa turi + 3 km dari pusat Puskesmas Turi. Kondisi jalan menuju tempat tinggal

klien adalah jalan raya, jalan pedesaan dengan kondisi jalan beraspal.

4.1.2 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan mulai tanggal 09 Oktober 2019, jam 09:00 WIB

1. Identitas Klien

Nama: Ny. “R”, Alamat: Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabuoaten Lamogan,

Jenis Kelamin: Perepmpuan, Umur: 63 tahun, Status: Menikah, Suku: Jawa,

Tingkat Pendidikan: Tamat SD, Keluarga yang dapat dihubungi: Anak dan

Menantunya, Pekerjaan: Tidak bekerja.

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan yang dirasakan saat ini:

Klien mengatakan nyeri.

2) Keluhan yang dirasakan 3 bulan terakhir:

Klien mengatakan tiga bulan terakhir ini tidak mengalami keluhan.

3) Penyakit saat ini:

Klien mengatakan nyeri sendi pada lutut sebelah kanan, bila berjalan jauh

nyeri terasa dan bila dibuat duduk nyeri hilang. Sejak 1 minggu yang
54

lalu. Skala nyeri 5. Ny. R juga mengatakan hampir terjatuh pada saat

selesai mandi di kamar mandi dan pada saat bangun tidur.

4) Kejadian penyakit 3 bulan terakhir:

Klien mengatakan tiga bulan terkahir ini tidak mengalami kejadian

penyakit.

3. Status Fisiologis

Postur tulang belakang: Sedikit membungkuk

Tanda-Tanda Vital, Tekanan Darah: 130/90 mmHg, Nadi: 85 x/menit,

Respirasi Rate: 20 x/menit, Suhu: 36,7℃, Berat Badan: 65 Kg, Tinggi Badan:

151 Cm.

4. Pengkajian Head to Toe

1) Kepala

Rambur beruban, bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak rontok, tidak

ada lesi, distribusi merata, wajah tampak meringis saat berjalan jauh.

2) Mata

Konjungtiva merah muda, Sklera putih, tidak strabismus, penglihatan

menurun, tidak ada peradangan, tidak memiliki riwayat katarak, memakai

kacamata plus.

3) Hidung

Bentuk simteris, tidak ada peradangan, tidak ada sekret, penciuman tidak

terganggu.

4) Mulut dan Tenggorokan


55

Mulut bersih, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih dan

lengkap, tidak ada radang gusi, tidak mengalami sulit menguyah dan

menelan.

5) Telinga

Telinga bersih, tidak ada peradangan, tidak ada serumen, pendengaran

normal.

6) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada distended vena

jugularis, tidak ada kaku kuduk.

7) Dada (Thorax)

Bentuk dada normal, tidak ada retraksi, tidak ada whezing dan ronchi,

suara jantung S1 dan S2 normal, tidak ada ictus cordis.

8) Abdomen

Bentuk normal, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, terdapat bising

usus 25 x/menit.

9) Genetalia

Bersih, tidak terdapat hernia dan hemoroid.

10) Ekstremitas

Kekuatan otot 4, postur tubuh membungkuk (normal), rentan gerak tidak

terbatas, kekakuan sendi, tidak tremor, terdapat edema pada kaki sebelah

kiri karena hampir terjatuh, klien berjalan dengan hati-hati tanpa

menggunakan alat bantu berjalan.

5. Pengkajian Keseimbangan Lansia


56

1) Perubahan Posisi Atau Gerakan Keseimbangan

(1) Bangun dari kursi

Ny. “R” bangun dari duduk satu kali gerakan

(2) Duduk ke kursi

Ny. “R” duduk di tengah kursi dengan memegang lengan kursi

terlebih dahulu

(3) Menahan dorongan pada sternum

Ny. “R” bisa menahan dorongan pada sternum

(4) Menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan

Ny. “R” dapat menggerakan kaki dengan bebas

(5) Mata tertutup, sma seperti diatas

Ny. “R” bisa seimbang dengan mata tertutup

(6) Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, keadaan

tidak stabil

Ny. “R” tidak menggunakan obyek dukungan saat berjalan

(7) Gerakan menggapai sesuatu

Ny. “R” dapat bergerak untuk menggapain sesuatu

(8) Membungkuk

Ny. “R” mampu membungkuk untuk mengambil obyek benda

2) Komponen Gaya Berjalan Atau Gerakan

(1) Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan, apakah

klien dapat berjalan ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk

dukungan
57

Ny. “R” dapat berjalan tanpa memegang obyek dukungan dan

mampu berjala ke tempat yang ditentukan

(2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)

Ny. “R” melangkahkan kaki secara konsisten

(3) Kontinuitas langkah kaki

Ny. “R” tidak dapat mengangkat satu kaki karena nyeri sendi pada

lutut sebelah kanan

(4) Kesimetrisan langkah

Ny. “R” panjang langkahnya tidak sama karena nyeri sendi pada

lutut sebelah kanan

(5) Penyimpamgan jalur sat berjalan

Ny. “R” tidak menyimpang jalur pada saat berjalan

(6) Berhenti sebelum berbalik, jalan sempoyongan, memegang obyek

untuk dukungan

Ny. “R” tidak jalan sempoyongan dan tidak memegang obyek untuk

dukungan saat berjalan

6. Pengkajian Psikososial Lansia

1) Hubungan Dengan Orang Lain

Klien mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain dirumah, saling

membantu dan berkerjasama saat yang lain dalam kesulitan.

2) Kebiasaan Lansia Berinteraksi

Klien sering berkunjung kerumah tetangga, sering membantu ke tetangga

yang lain
58

3) Frekuensi Kunjungan Keluarga

Anak dan menantunya sering mengunjungi klien 2 kali dalam sebulan

4) Status Mental

Stabilisasi emosi:

(1) Emosi klien

5) Pengkajian Emosional Lansia

(1) Masalah Emosional

Pertanyaan tahap 1

1. Apakah klien mengalami susah tidur ? (tidak)

2. Ada masalah atau banyak pikiran ? (tidak)

3. Apakah psien murung atau menagis sendiri ? (tidak)

4. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? (tidak)

Pada pertanyaan di tahap 1 tidak ada jawaban YA, maka pada Ny. “R”

tidak terdapat gangguan emosional

(2) Tingkat Kerusakan Intelektual

Tabel 4.1 Pengkajian SPMSQ (Short Portable Mental Status Qusioner)


pada Ny. “R” yang Megalami Osteoartritis dengan Nyeri
Akut di UPT Puskesmas Turi Lamogan Tahun 2019
Benar Salah No Pertanyaan
√ 1 Tanggal berapa hari ini? 9-10-2020
√ 2 Hari apa sekarang? Rabu
√ 3 Apa nama tempat ini? Rumah
√ 4 Dimana alamat anda? Desa Turi
√ 5 Berapa umur anda? 63 tahun
√ 6 Kapan anda lahir? Tidak Tahu
√ 7 Siapa presiden Indonesia? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? Tidak tahu
√ 9 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun? Tidak Tahu
JUMLAH SALAH 3
Interprestasi : Fungsi intelektual utuh
59

Tabel 4.2 Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Esam) pada Ny. “R”
yang Megalami Osteoartritis dengan Nyeri Akut di UPT
Puskesmas Turi Lamogan Tahun 2019
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Max Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2019
Musim : Kemarau
Tanggal : 9 Oktober 2019
Hari : Rabu
Bulan : Oktober
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia
Provinsi : Jawa Timur
Kabupaten : Lamongan
Kecamatan : Turi
Desa : Turi
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian & 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari
kalkulsi 100 kemudian kurangi 7 samapai 5
tingkat.
Jawaban :
1. 93 √
2. 86 √
3. 79 √
4. 72 √
5. 65 √
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-2 (tiap poin nilai
1)
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
6 Bahasa 9 1 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut)
1. Kursi
2. Meja
5 Minta klien mengulangi kata berikut:
tidak ada, ada, jika, atau, tetapi.
Jawaban :
tidak ada, ada, jika, atau, tetapi
1 Minta klien mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3 langkah. Ambil
kertas di tangan anda, lipat dua, dan
taruh di lantai.
Jawaban :
1. Dilakukan
2. Dilakukan
3. Dilakukan
60

Perintahkan pada klien untk hal


berikut (bila kativitas sesuai perintah
1 nilai 1 poin) “tutp mata anda”
Perintahkan klien menulis kalimat dan
menyalin gambar
1
TOTAL 30 30
Kesimpulan : Ny. “R” tidak ada gangguan kognitif dalam MMSE

7. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan

Dapatkan data-data pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari :

1) Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

(1) Frekuensi makan

Klien makan 3 kali sehari

(2) Jumlah makanan yang dihabiskan

Klien menghabiskan 1 porsi makanan

(3) Makanan Tambahan

Klien kadang-kadang menghabiskan makanan tambahan

2) Pola Pemenuhan Kebutuhan Cairan

a) Frekuensi minum

Klien minum > 3 gelas sehari

b) Jenis minuman

Klien minum air putih, kopi, dan teh

3) Pola Kebiasaan Tidur

(1) Jumlah waktu tidur

Klien tidur sekama 4-6 jam dalam sehari

(2) Gangguan tidur


61

Klien memiliki kesulitan tidur karena sendi pada lutut sebelah kanan

trasa sakit

(3) Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur

Klien menggunakan waktu luang untuk bersantai

4) Pola Eliminisi Alvi

(1) Frekuensi BAB

Klien BAB 1 kali sehari

(2) Konsistensi

Konsistensi BAB lembek

(3) Gangguan BAB

Klien tidak memiliki gangguan BAB

5) Pola Eliminasi Urin

(1) Frekuensi BAK

Klien BAK 4-6 kali dalam sehari

(2) Warna urin

Warna urin kuning jernih

(3) Gangguan BAK

Klien tidak memiliki gangguan BAK

6) Pola Aktivitas

Klien produktif dalam membantu memasak di dapur

7) Pola Pemenuhan Kebersihan Diri

(1) Mandi

1. Frekuensi
62

Klien mandi 2 kali sehari

2. Penggunaan sabun mandi

Klien menggunakan sabun mandi

(2) Sikat gigi

1. Frekuensi

Klien sikat gigi 1 kali sehari

2. Penggunaan pasta gigi

Klien menggunakan pasta gigi

(3) Kebiasaan berganti pakaian bersih

Klien mengganti pakaian bersih > 2 kali sehari

(4) Keramas

1. Frekuensi

Klien keramasa 2 kali seminggu

2. Penggunaan shampo

Klien menggunakan shampo untuk keramas

8. Pengkajian Lingkungan

1) Pemukiman

(1) Luas bangunan : 20 x 10 m

(2) Bentuk bangunan : Rumah

(3) Jenis bangunan : Permanen

(4) Atap rumah : Gentintg

(5) Dinding : Tembok

(6) Lantai : Keramik


63

(7) Kebersiahn lantai : Bersih

(8) Ventilasi : 15% luas lantai

(9) Pencahayaan : Baik

(10) Pengaturan dan penatan perabot : Baik

(11) Kelengkapan alat rumah tangga : Lengkap

2) Sanitasi

(1) Penyediaan air bersih : Menggunakan Air PDAM

(2) Penyediaan air minum : Membeli air bermerek

(3) Pengelolaan jamban : Bersama

(4) Jenis jamban : Leher angsa

(5) Jarak jamban dengan sumber air : > 10 m

(6) Sarana pembuangan air limbah : Lancar

(7) Pengelolaan sampah : Dibakar

(8) Polusi udara : Rumah tangga

(9) Pengelolaan binatang pengerat : Tidak ada

3) Fasilitas

(1) Peternakan : Tidak ada

(2) Perikanan : Tidak ada

(3) Sarana olahraga : Tidak ada

(4) Sarana berkumpul : Ada, Luas ruangan 4 x 5 m

(5) Sarana hiburan : Ada, Jenis TV

(6) Sarana ibadah : Ada, Jenis Mushollah dan Masjid

4) Keamanan
64

(1) Sistem keamanan lingkungan : Ada, Jenis Hansip

(2) Penanggulanagn kebakaran : Ada, Jenis Masayarakat

(3) Penanggulangan bencana : Ada, Jenis Masayarakat

5) Transportasi

(1) Kondisi jalan menuju tempat tinggal lansia : Rata

(2) Jenis transportasi yang dimiliki : Sepeda Motor

(3) Kemampuan menjangkau transportasi umum : Dibantu

6) Komunikasi

(1) Sarana komunikasi : Ada, Jenis Terbuka

(2) Alat komunikasi yang digunakan : Handphone

(3) Cara penyebaran informasi : Langsung

9. Pengkajian Kemandirian Pada Aktivitas Sehari-Hari

1) Indeks KATZ

Penentuan tingkat kemandirian/ketergantungan berdasarkan kemandirian

melaksanakan 6 fungsi yaitu: 1) Makan, 2) BAB/BAK, 3) Berpindah, 4) Ke

kamar mandi, 5) Berpakaian, dan 6) mandi, dapat dilihat pada indeks tabel berikut

Tabel 4.3 Tabel Indeks KATZ


SKOR KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian,
dan mandi
B Kemandirian dalam semua kativitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua kativitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua kativitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua kativitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, dan satu fungsi tamabahan
F Kemandirian dalam semua kativitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada 6 fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya 2 fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
65

sebagai C, D, E atau F
Kesimpulan : Ny. R kemandirian penuh

2) Indeks BARTHEL

Penentuan tingkat kemandirian/ketergantungan dapat dilihat pada indeks di tabel

berikut

Tabel 4.4 Tabel Indeks BARTHEL


No Jenis Aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Total
1 Makan 5 10 9
2 Minum 5 10 10
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 5-10 15
dan sebaliknya
4 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 0 5 5
mencukur, toileting (Aktivitas dikamar
mandi
5 Mandi 5 10 10
6 Berjalan di jalan yang datar 5 15 15
7 Jika tidak mampu berjalan, lakukan dengan 0 5
kursi roda
8 Naik turun tangga 5 10
9 Berpakaian, termasuk mengenakan sepatu 5 10 10
(alas kaki)
10 Mengontrol defekas 5 10 10
11 Mengontrol berkemih 5 10 10
12 Olahraga/latihan 5 10 5
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10 10
Jumlah 94
Interpretasi:
0-60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantungan ringan √
130 : Mandiri

10. Pengkajian Tingkat Depresi Lansia

Table 4.5 Pengkajian Tingkat Depresi Lasia


No Skor Uraian
A Kesedihan
3 Saya sangat sedih di mana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
√ 0 Saya tidak merasa sedih
B Pesimisme
3 Saya sangat sedih/tidk bahagia di mana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
66

1 Saya merasa sedih atau galau


√ 0 Saya tidak merasa sedih
C Rasa Gagal
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
√ 0 Saya tidak merasa gagal
D Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak mendapat kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
√ 0 Saya tidak merasa tidak puas
E Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga
2 Saya sangat merasa bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
√ 0 Saya tidak benar-benar bersalah
F Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Say tidak suka dengan diri saya sendiri
√ 0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuih diri saya sendiri jika ada kesempatan
2 Saya mempuyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
√ 0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
H Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat sya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sdikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang minat pada orang lain dari pada sebelumnya
√ 0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keoutusan
√ 1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik
√ 0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan kerja sama sekali
2 Saya telah mendorong diri sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
√ 1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira0kira sebaik sebelumnya
L Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
67

2 Saya merasa lelah unyuk melakukan sesuatu


√ 1 saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih leleah daru yang biasanya
M Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai bafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
√ 0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
PENILAIAN
0-4 Depresi tidak ada atau minimal √
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
16 + Depresi berat

11. Pengkajian Fungsi Sosial Lansia

Tabel 4.6 Pengkajian Fungsi Sosial Pada Lansia


No Uraian Fungsi Skor
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- Adaptation 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu yang
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Partnership 2
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas bahwa cara keluarga (teman-teman) menerima dan Growth 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya Affection 2
mengekspresikan efek dan berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih, atau mencintai

5 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya dan saya Resolve 2
menyediakan waktu bersama-sama
Penilaian Total Skor 10
Pernyataan-pernyataan di atas, jika dijawab:
√ Selalu : Skor 2
Kadang-kadang : Skor 1
Hampir tidak pernah : Skor 0
Kesimpulan : Fungsi sosial pada Ny. R berfungsi dengan baik dengan
pernyaataan selalu dilakukan.

Lamongan, 09 Oktober 2019


Mahasiswa
Yang mengkaji
68

Achmad Tegar Affandi


Nim. 151711913004
69

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data Asuhan Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis


Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi Lamongan
Tahun 2019
NO ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds: Nyeri saat dibuat Nyeri akut
Ny. R mengatakan nyeri sendi jalan jauh (D.0077)
pada lutut sebelah kanan, nyeri
terasa saat dibuat jalan jauh
Do: Penurunan fungsi
1. Skala nyeri 5 tulang
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan
aktivitas Nyeri akut
4. Wajah Ny. R tampak
meringis dan kesakitan saat
berjalan jauh
5. Ny. R tampak kesulitan tidur
2 Ds: Penurunan fungsi Resiko cedera
Ny. R mengatakan pernah tulang (D.0136)
hampir jatuh pada saat selesai
mandi dan pada saat bangun
tidur Resiko cedera
Do:
1. Terdapat edema di kaki
sebelah kiri
2. Terdapat luka kecil akibat
hampir terjatuh di kamar
mandi
3. Klien tidak menggunakan
tongkat saat berjalan
4. Klien tidak menggunakan
alas kaki anti slip
70

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.8 Perumusan Diagnosa Asuhan Keperawatan Gerontik Klien


Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi
Lamongan Tahun 2019
N DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD
O KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
1 Nyeri akut berhubungan 09 Oktober 13 Oktober
dengan penurunan fugsi tulang 2019 2019
ditandai dengan klien
mengeluh nyeri sendi sebelah
kanan, tampak meringis
kesakitan, gelisah, tidak
mampu menuntaskan aktivitas
dan kesulitan tidur
2 Resiko cedera berhubngan 09 Oktober 13 Oktober
dengan penurunan fungsi 2020 2020
tulang ditandai dengan klien
mengatakan hampir terjatuh
pada sat selesai mandi dan
bangun tidur, kaki sebelah kiri
tampak edema dan terdapat
luka kecil
71

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi Lamongan
Tahun 2019
Tgl/Ja Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional Ttd
m
09-10- Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Untuk mengetahui skala
2019 berhubunga keperawatan selama 5x Observasi: nyeri
/09:00 n dengan kunjungan rumah, 1. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
penurunan diharapkan tingkat nyeri 2. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
fungsi menurun dengan kriteria dan memperingan nyeri 3. Untuk mengurangi nyeri
tulang hasil (L.08066): Terapeutik: yang dirasakan
(D.0077) 1. Keluhan nyeri 1. Berikan teknik non farmakologis untuk 4. Memberikan lingkungan
menurun (5) mengurangi rasa nyeri yang nyaman
2. Meringis menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat 5. Untuk mengetahui
(5) rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, penyebab nyeri
3. Kemampuan pencahayaan, kebisingan) 6. Agar klien tau tentang cara
menuntaskan Edukasi: mengatasi nyeri
aktivitas meningkat 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu 7. Untuk mempercepat proses
(5) nyeri penyembuhan
4. Gelisah menurun (5) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Kesulitan tidur Kolaborasi :
menurun (5) 1. Kolaborasi pemberian obat analgesik
72
73

4.1.6 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi Lamongan
Tahun 2019
Tgl/Ja Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional Ttd
m
09-10- Resiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan cedera (I.14537) 1. Untuk mengetahui area
2019 cedera keperawatan selama 5x Observasi : lingkungan yang
/09:00 berhubunga kunjungan rumah, 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
n dengan diharapkan tingkat berpotensi menyebabkan cedera cedera
penurunan cedera menurun dengan Terapeutik : 2. Untuk memudahkan klien
fungsi kriteria hasil (L.14136): 1. Sediakan pencahayaan yang memadai melihat didalam kegelapan
tulang 1. Kejadian cedera 2. Sediakan alas kaki antislip 3. Untuk mengurangi
(D.0136) menurun (5) 3. Pastikan barang-barang pribadi mudah terjadinya jatuh
2. Luka/lecet menurun dijangkau 4. Memudahkan klien
(5) 4. Diskusikan mengenai alat bantu mengambil barang-barang
3. Ketegangan otot mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau pribadinya
menurun (5) alat bantu jalan) 5. Memudahkan klien untuk
4. Ekspresi wajah 5. Diskusikan bersama keluarga yang berjalan
kesakitan menurun dapat mendampingi klien 6. Agar anggota keluarga
(5) Edukasi : bersedia mendampingi
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan klien saat beraktivitas
jatuh ke klien dan keluarga 7. Agar klien dan keluarga
mengerti tentang cara
mencegah terjdinya cedera
74
75

4.1.7 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi Lamongan
Tahun 2019
Diagnosa 09 Oktober 2019 10 Oktober 2019 11 Oktober 2019 12 Oktober 2019 13 Oktober 2019 Ttd
Keperawata Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
n
Nyeri akut 08.00 BHSP dengan 08.3 Mengobservasi 08.30 Mengobservasi 08.3 Mengobservasi 08.30 Mengobservasi
b/d klien dan 0 tanda-tanda vital tanda-tanda vital 0 tanda-tanda vital tanda-tanda vital
penurunan keluarga dengan Respon : Respon : Respon : Respon :
fungsi tulang menyapa dan TD : 120/80 TD : 120/85 TD : 120/70 TD : 110/80
memperkenalkan mmHg, Suhu : mmHg, Suhu : mmHg, Suhu : mmHg, Suhu :
diri 36,5◦c, Nadi : 36,6◦c, Nadi : 36◦c, Nadi : 36,3◦c, Nadi :
Respon : klien 84x/menit, RR : 83x/menit, RR : 82x/menit, RR : 80x/menit, RR :
dan keluarga 20x/menit 2x/menit 20x/menit 20x/menit
kooperatif
Mengkontrol 08.45 Mengkontrol Mengkontrol 08.45 Mengkontrol
08.15 Mengobservasi 08.4 lingkungan yang lingkungan yang 08.4 lingkungan yang lingkungan yang
tanda-tanda vital 5 memperberat rasa memperberat rasa 5 memperberat rasa memperberat
Respon : TD : nyeri nyeri nyeri rasa nyeri
130/90 mmHg, Respon : klien Respon : klien Respon : klien Respon : klien
Suhu : 36,7◦c, mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
Nadi : 85x/menit, ketika bangun ketika bangun ketika bangun ketika bangun
RR : 20x/menit tidur tidur tidur tidur

09.00 Melakukan Memberikan 09.25 Memberikan Memberikan 09.25 Memberikan


pengkajian pada teknik non teknik non teknik non teknik non
Ny. R 09.2 farmakologis farmakologis 09.2 farmakologis farmakologis
Respon : klien 5 untuk untuk 5 untuk untuk
dan keluarga mengurangi rasa mengurangi rasa mengurangi rasa mengurangi rasa
kooperatif nyeri nyeri nyeri nyeri
Respon : klien Respon : klien Respon : klien Respon : klien
09.15 Mengidentifikasi mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
76

Nyeri memijat lututnya memijat lututnya memijat lututnya memijat lututnya


Respon : klien jika terasa sakit jika terasa sakit jika terasa sakit jika terasa sakit
mengatakan nyeri atau nyeri atau nyeri atau nyeri atau nyeri
sendi pada lutut
sebelah kanan, Mengidentifikasi 09.55 Mengidentifikasi Mengidentifikasi 09.55 Mengidentifikas
bila berjalan jauh skala nyeri skala nyeri skala nyeri i skala nyeri
nyeri terasa dan Respon : klien Respon : klien Respon : klien Respon : klien
bila dibuat duduk 09.5 mengatakan nyeri mengatakan nyeri 09.5 mengatakan nyeri mengatakan
nyeri hilang. 5 sedikit berkurang sedikit berkurang 5 sedikit berkurang nyeri sedikit
Sejak 1 minggu dengan skala dengan skala dengan skala berkurang
yang lalu. Skala nyeri 4 nyeri 3 nyeri 3 dengan skala
nyeri 5 nyeri 2
Mengajarkan 10.00 Mengajarkan Mengajarkan
09.30 Mengidentifikasi teknik distraksi teknik distraksi teknik distraksi 10.00 Mengajarkan
faktor yang dan relaksasi dan relaksasi dan relaksasi teknik distraksi
memperberat dan Respon : klien Respon : klien Respon : klien dan relaksasi
memperingan 10.0 kooperatif kooperatif 10.0 kooperatif dan Respon : klien
nyeri 0 dengan dengan 0 masih didampingi kooperatif dan
Respon : bila didampingi oleh didampingi oleh oleh anggota sudah bisa
berjalan jauh anggota keluarga anggota keluarga keluarga klien melakukan
nyeri terasa dan klien klien sendiri
bila dibuat duduk
nyeri hilang

09.45 Mengajarkan
teknik distraksi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Respon : klien
kooperatif,
menarik nafas
panjang dan
dalam
77

Resiko 08.00 BHSP dengan 08.3 Mengidentifikasi 08.30 Mengidentifikasi 08.3 Mengidentifikasi 08.30 Mengidentifikasi
cedera b/d klien dan 0 area lingkungan area lingkungan 0 area lingkungan area lingkungan
penurunan keluarga dengan yang berpotensi yang berpotensi yang berpotensi yang berpotensi
fungsi tulang menyapa dan menyebabkan menyebabkan menyebabkan menyebabkan
(D.0136) memperkenalkan cedera cedera cedera cedera
diri Respon : klien Respon : klien Respon : klien Respon : klien
Respon : klien mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
dan keluarga selalu berhati- selalu berhati- selalu berhati-hati selalu berhati-
kooperatif hati saat ke hati saat ke saat ke kamar hati saat ke
kamar mandi kamar mandi mandi kamar mandi
08.15 Melakukan
pengkajian pada Menyediakan 08.45 Menyediakan Menyediakan 08.45 Menyediakan
Ny. R 08.4 alas kaki antislip alas kaki antislip 08.4 alas kaki antislip alas kaki antislip
Respon : klien 5 Respon : Respon : 5 Respon : Respon :
dan keluarga keluarga klien keluarga klien keluarga klien keluarga klien
kooperatif belum masih belum masih belum sudah
membelikan alas membelikan alas membelikan alas membelikan alas
09.00 Mengidentifikasi kaki antislip kaki antislip kaki antislip kaki antislip
area lingkungan
yang berpotensi Mendiskusikan 09.25 Mendiskusikan Mendiskusikan 09.25 Mendiskusikan
menyebabkan mengenai alat mengenai alat mengenai alat mengenai alat
cedera 09.2 bantu mobilitas bantu mobilitas 09.2 bantu mobilitas bantu mobilitas
Respon : klien 5 seperti tongkat seperti tongkat 5 seperti tongkat seperti tongkat
mengatakan Respon : klien Respon : klien Respon : klien Respon : klien
hampir terjatuh mengatakan tidak mengatakan tidak mengatakan tidak mengatakan
pada saat selesai memakai tongkat memakai tongkat memakai tongkat tidak memakai
mandi di kamar untuk alat bantu untuk alat bantu untuk alat bantu tongkat untuk
mandi dan berjalan berjalan berjalan alat bantu
bangun tidur berjalan
Mendiskusikan 09.55 Mendiskusikan Mendiskusikan
09.15 Menyediakan bersama dengan bersama dengan bersama dengan 09.55 Mendiskusikan
pencahayaan anggota keluarga anggota keluarga anggota keluarga bersama dengan
yang cukup 09.5 untuk untuk 09.5 untuk anggota
78

Respon : 5 mendampingi mendampingi 5 mendampingi keluarga untuk


keluarga klien aktivitas klien aktivitas klien aktivitas klien mendampingi
selalu membuka Respom : klien Respom : klien Respom : klien aktivitas klien
jendela untuk mengatakan mengatakan mengatakan Respom : klien
pencahayaan anggota keluarga anggota keluarga anggota keluarga mengatakan
pada siang hari bergantian untuk bergantian untuk bergantian untuk anggota
mendampingi mendampingi mendampingi keluarga
Memastikan saat beraktivitas saat beraktivitas saat beraktivitas bergantian untuk
09.30 barang-barang mendampingi
pribadi mudah saat beraktivitas
terjangkau
Respon :
keluarga klien
sudah meletakan
barang-barang
pribadi klien
ditempat yang
mudah
terjangkau oleh
klien

Mendiskusikan
09.45 bersama dengan
anggota keluarga
untuk
mendampingi
aktivitas klien
Respom : klien
mengatakan
selalu didampingi
keluarga saat
beraktivitas
79
80

Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi Lamongan Tahun
2019
Diagnosa 09 Oktober 2019 10 Oktober 2019 11 Oktober 2019 12 Oktober 2019 13 Oktober 2019 Ttd
Keperawata Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi
n
Nyeri akut S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan
b/d nyeri sendi lutut sebelah nyeri sendi lutut sebelah nyeri sendi lutut sebelah nyeri sendi lutut sebelah nyeri sendi lutut sebelah
penurunan kanan. Skala nyeri 5 kanan mulai menurun kanan mulai menurun kanan mulai menurun kanan menurun
fungsi tulang O: O: O: O: O:
1. Skala nyeri 5 1. Skala nyeri 4 1. Skala nyeri 3 1. Skala nyeri 3 1. Skala nyeri 2
2. Gelisah 2. Gelisah 2. Gelisah 2. Gelisah mulai 2. Gelisah menurun
3. Tidak mampu 3. Mulai mampu 3. Mulai mampu menurun 3. Mampu
menuntaskan menuntaskan menuntaskan 3. Mampu menuntaskan
aktivitas aktivitas tetapi aktivitas dengan menuntaskan aktivitas
4. Wajah tampak belum sepenuhnya sering aktivitas 4. Wajah sudah tidak
meringis dan 4. Wajah meringis dan 4. Wajah meringis 4. Wajah meringis meringis dan
kesakitan saat kesakitan saat dan kesakitan saat dan kesakitan saat kesakitan saat
berjalan jauh berjalan jauh mulai berjalan jauh mulai berjalan jauh berjalan jauh
5. Ny. R tampak menurun menurun menurun 5. Ny. R sudah tidak
kesulitan tidur 5. Ny. R kesulitan 5. Ny. R kesulitan 5. Ny. R sudah tidak kesulitan tidur
A : Masalah belum tidur mulai tidur mulai kesulitan tidur A : Masalah teratasi
teratasi menurun menurun A : Masalah teratasi sebagian
P : Berikan terapi non A : Masalah teratasi A : Masalah teratasi sebagian P : Berikan terapi non
farmakologi dan ajarkan sebagian sebagian P : Berikan terapi non farmakologi
teknik distraksi relaksasi P : Berikan terapi non P : Berikan terapi non farmakologi I : Memberikan teknik
I : Memberikan terapi non farmakologi farmakologi I : Memberikan teknik distraksi dan relaksasi
farmakologi dan I : Memberikan teknik I : Memberikan teknik distraksi dan relaksasi E : Skala nyeri 2
mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi distraksi dan relaksasi E : Skala nyeri 3 R : Berikan pijatan untuk
distraksi dan relaksasi E : Skala nyeri 4 E : Skala nyeri 3 R : Berikan pijatan untuk mengurangi rasa nyeri
E : Skala nyeri 5 R : Berikan pijatan untuk R : Berikan pijatan untuk mengurangi rasa nyeri
R : Dampingi klien saat mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa nyeri
81

beraktivitas
4.1.9 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Gerontik Klien Osteoartritis Dengan Nyeri Akut Di Wilayah UPT Puskesmas Turi Lamongan Tahun
2019
Diagnosa 09 Oktober 2019 10 Oktober 2019 11 Oktober 2019 12 Oktober 2019 13 Oktobr 2019 Ttd
Keperawatan Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi
Resiko cedera S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan S : Ny. R mengatakan
b/d hampir terjatuh pada saat berjalan dengan hati-hati berjalan dengan hati-hati berjalan dengan hati-hati brajalan dengan hati-hati
penurunan selesai mandi dan pada saat ke kamar pada saat ke kamar pada saat ke kamar pada saat ke kamar
fungsi tulang bangun tidur mandi mandi mandi mandi
O: O: O: O: O:
1. Terdapat edema di 1. Edema pada kaki 1. Edema pada kaki 1. Edema pada kaki Klien masih tidak
kaki sebelah kiri kiri belum sembuh kiri mulai sudah membaik menggunakan tongkat
2. Terdapat luka 2. Luka kecil pada menurun 2. Luka kecil pada untuk berjalan
kecil akibat kaki mulai 2. Luka kecil pada kaki sudah Klien sudah mengunakan
hampir terjatuh di membaik kaki mulai membaik alas kaki antislip
kamar mandi 3. Klien masih tidak membaik 3. Klien masih tidak A : Masalah teratasi
3. Klien tidak menggunakan 3. Klien masih tidak menggunakan sebagian
menggunakan tongkat pada saat menggunakan tongkat untuk P : Sediakan tongat
tongkat saat berjalan tongkat pada saat berjalan untuk berjalan
berjalan 4. Klien belum berjalan 4. Klien belum I : Mendiskusikan
4. Klien tidak menggunakan alas 4. Klien belum menggunakan alas bersama anggota
menggunakan alas kaki antislip menggunakan alas kaki antislip keluarga mengenai
kaki anti slip A : Masalah belum kaki antislip A : Masalah teratasi tongkat
A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian E :Klien belum
teratasi P : Sediakan alas kaki sebagian P : Sediakan alas kaki menggunakan tongkat
P : Sediakan alas kaki antislip dan tongkat P : Sediakan alas kaki antislip dan tongkat untk berjalan
antislip dan tongkat untuk alat bantu jalan antislip dan tongkat untuk alat bantu berjalan R : Dampingi klien saat
untuk alat bantu jalan I : Melakukan kompres untuk alat bantu berjalan I : Mendiskusikan beraktivitas
I : Melakukan kompres hangat pada kaki yang I : Melakukan kompres bersama anggota
hangat pada kaki yang terdapat edema pada kaki yang terdapat keluarga mengenai
terdapat edema dan E : Edema pada kaki edema tongkat
82

mengobati luka pada belum sembuh E : Edema pada kaki E : Klien belum
kaki R : Kompres hangat pada mulai menurun memakai sandal antislip
E : Terdapat edema dan kaki yang terkena edema R : Kompres hangat pada dan tongkat
luka di kaki kaki yang terkenan R : Dampingi klien saat
R : Dampingi klien saat edeam 2x sehari beraktivitas
beraktivitas
83

4.2 Pembahasan Kasus

4.2.1 Teridentifikasi Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Pada pengkajian identitas klien, berdasarkan kasus Osteoarthritis

Ny. R pada usia 63 tahun, sesuai tinjauan pustaka menurut Reny (2014)

osteoarthritis menyerang lansia pada usia 60 tahun keatas.

Keluhan utama tidak didapatkan kesenjangan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus dimana keluhan utma dirasakan oleh klien Ny.

R adalah Nyeri. Nyeri sendi pada lutut sebelah kanan, bila berjalan jauh

nyeri terasa dan bila dibuat duduk nyeri hilang. Sejak 1 minggu yang lalu.

Skala nyeri 5. Ny. R juga mengatakan hampir terjatuh pada saat selesai

mandi di kamar mandi dan pada saat bangun tidur, sedangkan pada

tinjauan pustaka menurut Reny (2014) pada klien Osteoarthritis adanya

nyeri pada persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang

menyebabkan keterbatasan mobilitas. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan didapatkan bahwa penderita Osteoarthritis yang banyak

dikeluhkan adalah Nyeri pada sendi.

Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan kesenjangan, riwayat

penyakit dahulu Ny. R tidak mempuyai riwayat hipertensi, tidak

mengkonsumsi obat-obatan steroid, dan tidak mengkonsumsi karbohidrat

berlebihan. Menurut Reny (2014) pada penderita lansia dengan

Osteoarthritis mempunyai riwayat hipertensi, riwayat mengkonsumsi obat-

obatan steroid, dan mengkonsumsi karbohidrat berelebihan. Berdasarkan


84

hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa tidak ada riwayat

penyakit sebelumnya.

Pada status fisiologis didapatkan postur tubuh Ny. R sedikit

membungkuk, pada pemeriksaan Tanda-Tanda Vital, Tekanan Darah:

130/90 mmHg, Nadi: 85 x/menit, Respirasi Rate: 20 x/menit, Suhu:

36,7℃, Berat Badan: 65 Kg, Tinggi Badan: 151 Cm, dan pada

pemeriksaan fisik didapatkan kepala rambur beruban, bersih, tidak ada

ketombe, dan rambut tidak rontok, mata penglihatan menurun, tidak ada

peradangan, tidak memiliki riwayat katarak, dan memakai kacamata plus,

hidung tidak ada peradangan, mulut dan tenggorokan mulut bersih, tidak

mengalami stomatitis, dan tidak mengalami kesulitan mengunyah dan

menelan, telinga bersih, leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

thorax tidak ada whezzing dan ronchi, abdomen tidak kembung, genetalia

bersih, dan pada ekstremitas dimana Ny. R mengalami adanya tanda-tanda

pembengkakan tulang akibat hampir terjatuh. Menurut Brandt (2014)

mengenai pemeriksaan osteoartritis ditemukan tanda pembengkakan

tulang atau jaringan lunak. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena pada saat mengkaji, klien

selesai melakukan aktivas dan didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital dalam batas normal. Pada klien terdapat pembekakan (edema) akibat

hampir terjatuh.

4.2.2 Teridentifikasi Diagnose Keperawatan Asuhan Keperawatan

Gerontik Pada Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.


85

Pada diagnosa Ny. R tidak didapatkan kesenjangan antara tinjauan

kasus dan tinjauan pustaka. Dalam tinjauan kasus pada Ny. R ditemukan 2

diagnosa keperawatan aktual, yaitu nyeri akut (D.0077) dan resiko cedera

(D.0136), sedangkan pada tinjauan pustaka menurut Nurarif & Kusuma

(2015) yang ditemukan 5 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut,

hambatan mobilitas fisik, resiko cedera, defisit perawatan diri, dan defisit

pengetahuan. Tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan

pustaka.

Pada asuhan keperawatan gerontik dengan kasus osteoarthritis

ditemukan 2 diagnosa keperawatan aktual dan penulis memprioritaskan

satu dari kedua diagnosa tersebut. Diagnosa yang sesuai antara tinjauan

kasus dan tinjauan pustaka ditemukan pada saat pengkajian data-data yang

sesuai dengan kondisi yang di alami klien dan sesuai dengan keluhan yang

dirasakan, saat pengkajian ditemukan keluhan utama nyeri sendi sebelah

kanan. Diagnosa diambil disesuaikan dengan keluhan klien yang paling

dirasakan yang lebih aktual nyeri: Nyeri Akut berhubungan dengan

Penurunan Fungsi Tulang ditandai dengan klien mengeluh nyeri sendi

sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu, skala nyeri 5, tampak meringis

kesakitan, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas dan kesulitan tidur.

4.2.3 Teridentifikasi Perencanaan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Pada perencanaan asuhan keperawatan gerontik penulis tidak

menemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.


86

Pada tinjauan kasus perencanaan direncanakan sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan 5 kali kunjungan rumah.

Pada tinjauan kasus, intervensi telah disusun sesuai dengan urutan

prioritas diagnosa, yaitu:

1) Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

2) Resiko cedera berhubugan dengan penurunan fungsi tulang

Pada tinjauan pustaka menurut SIKI (2018) diagnosa keperawatan

nyeri akut berhubungan dengan Osteoartritis, intervensi yang diberikan

yaitu 1) Identifikasi skala nyeri, 2) Identifikasi faktor yang memperberat

dan memperingan nyeri, 3) Berikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri, 4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), 5) Jelaskan

penyebab, periode dan pemicu nyeri, 6) Jelaskan strategi meredakan nyeri,

7) Kolaborasi pemberian obat analgesic, jika perlu. Intervensi antara

tinjauan pustaka dengan tijauan kasus tidak ditemukan kesenjangan,

karena penulisan intervensi disesuaikan secara teori.

4.2.4 Teridentifikasi Implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ketika dilaksanakan tindakan

keperawatan, implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di

buat sebelumnya. Implementasi pada diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan penurunan fungsi tulang sudah dilakukan sesuai intervensi dengan


87

5 kali kunjungan rumah.

Selama implementasi dilaksanakan penulis tidak menemukan

masalah yang dapat menghambat berjalannya implementasi dan kegiatan

yang telah direncanakan sebelumnya. Hal tersebut karena keluarga

kooperatif dan bersikap terbuka sehingga mempermudah penulis untuk

melakukan implementasi yang bertujuan untuk mengubah perilaku

kesehatan keluarga menjadi lebih baik dan menambah pengetahuan

keluarga tentang penyakit osteoarthritis. Klien dan keluarga langsung

melontarkan pertanyaan apabila kurang memahami tentang apa yang

sudah dijelaskan oleh petugas.

Menurut Hutachean (2014), pada tinjauan pustaka dijelaskan

implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang

diberikan kepada klien. Pencatatan ini mencangkup tindakan keperawatan

yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan

kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada klien

4.2.5 Teridentifikasi Evaluasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Pada tinjauan kasus evaluasi dilakukan dalam waktu 5x kunjungan

rumah didapatkan hasil evaluasi akhir tanggal 13 Oktober 2019 pukul

11:00 WIB. Evaluasi kunjungan rumah pertama masalah belum teratasi,

dikarenakan klien mengatakan nyeri sendi lutut sebelah kanan, skala nyeri

5. Evaluasi kunjungan rumah kedua masalah teratasi sebagian,

dikarenakan klien mengatakan nyeri sendi lutut sebelah kanan mulai


88

menurun, skala nyeri 4. Evaluasi kunjungan rumah ketiga masalah teratasi

sebgaian, dikarenakan klien mengatakan nyeri sendi lutut sebelah kanan

mulai menurun, skala nyeri 3. Evaluasi kunjungan rumah keempat

masalah teratasi sebagian, dikarenakan klien mengatakan nyeri sendi lutut

mulai menurun, skala nyeri 3. Dan evalausai kunjungan rumah yang

kelima masalah teratasi sebagian, dikarenakan klien mengatakan nyeri

sendi lutut sebelah kanan mulai menurun, skala nyeri 2.

Menurut Nursalam (2011) bahwa dalam evaluasi apabila masalah

sudah teratasi maka tindakan selanjutnya adalah memelihara,

mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan klien. Apabila

masalah tidak dapat terselesaikan maka harus dikaji kembali perlu

tidaknya tindakan perawatan dilanjutkan dan menyusun timbul masalah

baru, tindakan selanjutnya harus mengkaji kembali apakah tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan benar-benar sesuai dengan keadaan

yang telah ditentukan.

4.2.6 Terdapat Dokumentasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Penulis telah melakukan pendokumentasian studi kasus asuhan

keperawatan gerontik pada keluarga Tn. K dengan Nyeri Akut di wilayah

kerja UPT Puskesmas Turi Lamongan. Pendokumentasian dilakukan

selama 5x kunjungan rumah dimulai pada tanggal 09 Oktober 2019 sampai

13 Oktober 2019 demgam menggunakan instrumen penelitian berupa studi

kasus asuhan keperawatan gerontik yang terdiri dari pengkajian, analisa


89

data, rumusan diagnosa, intervensi keperawatan, implemetasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil proses

Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Osteoartritis dengan Nyeri Akut di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Turi Lamongan.

5.1 Simpulan

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan kasus

Osteoartritis mulai dari pengkajian samapi evaluasi, dapat disimpulkan:

5.1.1 Teridentifikasi Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Pelaksanaan pengkajian pada Ny. R terdapat kesenjangan antara tinjauan

kasus dan tinjauan pustaka. Dan didapatkan kesesuaian pada data subjektif dan

objektif sesuai dengan tinjauan kasus dan tinjauan pustaka yaitu pada riwayat

kesehatan keluahan yang dirasakan saat ini klien mengeluh nyeri.

5.1.2 Teridentifikasi Diagnose Keperawatan Asuhan Keperawatan

Gerontik Pada Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Pada kasus Ny. R ditemukan dua diagnosa aktual yang sesuai dengan

tinjauan pustaka berdasarkan Nanda Nic-Noc dan panduan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu Nyeri Akut dan Resiko Cedera dengan

prioritas utama Nyeri Akut.

5.1.3 Teridentifikasi Perencanaan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

84
91

Intervensi Keperawatan pada Ny. R disusun berdasarkan panduan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) dengan diagnosa prioritas utama Nyeri Akut.

5.1.4 Teridentifikasi Implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Tindakan keperawatan klien Osteoartritis dengan nyeri akut dilakukan

sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.

5.1.5 Teridentifikasi Evaluasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Evaluasi tidak didapatkan keberhasilan masalah keperawatan dari tindakan

yang telah dilakukan dengan 5 kali kunjungan rumah, tujuan tidak dapat tercapai

pada kunjugan rumah yang kelima dan didapatkan masalah teratasi sebagian.

5.1.6 Terdapat Dokumentasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis.

Penulis telah melakukan pendokumentasian Laporan Tugas Akhir Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn. K dengan Nyeri Akut di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Turi Lamongan mulai dari pengkajian pada tanggal 09 Oktober 2019,

diagnosa dan intervensi dibuat pada tanggal 09 Oktober 2019, implementasi

dilakukan pada tanggal 09 s/d 13 Oktober 2019 dan masalah teratasi sebagian

pada tanggal 13 Oktober 2019.

5.2 Saran

Berdasarka hasil kesimpulan mengenai uraian Asuhan Keperawawatan

Gerontik pada Klien Osteoartritis cengan Nyeri Akut maka penulis menyarankan:
92

5.2.1 Bagi Klien / Subyek Penelitian

Diharapkan klien untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas, memudahkan

klien untuk memenuhi kebutuhan, keluarga mampu mencipatakan lingkungan

yang aman dan nyaman bagi klien serta berikan bantuan yang adekuat, dan

letakan peralatan yang muda dijangkau oleh klien.

5.2.2 Bagi Perawat

Diharapakan dapat mengembangkan penelitian yang berguna untuk

memberikan sumbangan atau referensi terhadap profesi keperawatandalam

memberikan asuhan keperawtan gerontik dengan kasus Osteoartritis.

5.2.3 Bagi Institusi Pemerintah

Diharapkan Puskesmas Turi mendapatkan manfaat cakupan asuhan

keperawatan gerontik tentang keperawatan nyeri akut pada lansia yang mengalami

osteoarthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Aprisunadi & TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesi Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brandt, Kenneth D. (2014). Osteoarthritis in: Issebacher, Kurt J., Braunwald, E.,
Wilson, Jean D., Martin, Joseph B., Fauci, Anthony S., Kasper, Denis L.
In Harrison's Rheumatology (pp. 1886-1891). Philadephia: McGraw-Hill
Company Inc.

Braun, Hilari J., Gold, Garry E. (2011). Diagnosis of Osteoarthritis: imaging.


Bone, Vol 4C 1-11.

Buys, Lucinda M., Elliott, Marry E., Osteoarthritis in: Dipro, Joseph T., Buys,
Lucinda M., Elliott, Marry E., Talbert, RL., Yee, GC., Matzke, GR., Well,
BG., Posey, LM., . (2014). Pharmacoterapy a Pathophysiologic Approch
7th Ed. USA: McGraw-Hill Education.

B Mandelbaum, W David. Etiology and Pathophysiology of Osteoarthritis.


ORTHO Supersite Februari 1 2005

DB Kenneth. Harrison Principle of Internal Medicine 16 th edition. Chapter 312 :


Osteoartritis. Mc Graw Hills 2005. 2036-2045

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan, Panduan


Melaksanakan Dan Mererapkan Hasil Penelituan. Jakarta: Trans Info
Medika (TIM).

Epstein, BJ. (2011). Osteoarthritis in: Dipiro, JT., Gums, GJ., Hall, Karen., Burns,
Marie A., Wells, Barbara G., Schwinghammer, Terry L., Malone, Patrick
M., Kolesar, Jill M., Rotschafer, J. In Pharmacoterapy Principles and
Practice 8th Ed (pp. 879-890). New York: The McGraw-Hill Companies
Inc.

Ferry Efendi., Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunikasi: Teori dan


Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Herdiansyah, H. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.


Jakarta: Salemba Humanika.

93
Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books.

Joem, W. Michel, P. Klaus, U. Schulter-Brust, Peer Eysel. (2010). The


Epidemiology, Eiology, Diagnosis, and Treatment of Ostearthritis of The
Knee. Continuing Medical Education, 107(9).

Juhakoski, Riike E. (2013). Hip Osteoarthritis; Risk Factors and Effect of


Exercise Therapy. University of Estern Finland.

Kapoor, M. et al. Role of Pro-inflammatory Cytokines in Pathophysiology of


Osteoarthritis. Nat. Rev. Rheumatol. 7, 33–42 (2011)

Kemenkes RI. (2017). Analisa Data Lansia.

Maharani, Eka P. (2007). Faktor-Faktor Risiko Osteoarthritis Lutut. Tesis.


Universitas Diponegoro. Semarang.

Maryam, R et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika.

Meiner, S & Lueckenotte, A. (2006). Gerontology Nursing 3rd ed. American:


Elsevier.

Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik &Geriatri Ed 3rd. Jakarta: EGC.

Nurarif, A, H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta: MediAction.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan ktik Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.

Pearle, Andrew D., Warren, Russell F., Rodeo, Scott A. (2005). Basic Science of
Articular Cartilage and Osteoarthritis. Clin Sports Med. Elsevier Inc.
Vol24. p.1-12.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA). (2014). Rekomendasi IRA untik


Diagnosis dan Penatalaksanaa Osteoartritis. Jakarta: IRA.

Pratiwi, A. I. (2015). Diagnosis And Treatment Osteoarthritis. Faculty Of


Medicine, Universitas of Lampung, 12.

Reny Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2.
Yogyakarta: EGC.

94
Sakalausklene, G & Jaunisklene, D. (2010). Osteoarthtritis: Etiology,
Epidemiology, Impact on The Individual and Society and The Main
Principles of Management. Continuing Medical Education, 46(11).
Sandy, Arik Mega. (2015). Penanganan Non Farmaklogis Untuk Mengurangi
Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Desa Gayaman Mojoanyar Mojokerto.
Penganan Non Farmakologis, Nyeri Sendi Lutut, Lansia. hal. 3

Subcommittee on Osteoarthritis Guidelines. Recommendations for the Medical


Management of Osteoarthrits of the Hip and Knee. American College of
Rheumatology January 29, 2000

Soeroso, Juwono, Isbagio, Harry, Kalim, Handono, Broto, Rawan, Pramudyo,


Riyadi,. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke-6. Jakarta:
Internal Publishing.

S Joewono, I Haryy, K Handono, B Rawan, P Riardi. Chapter 279 : Osteoartritis.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV FKUI 2006. 1195- 1202

WHO. (1997). The World Health Report 1997: Conquering suffering, Enriching
Humanity. World Health Organization. Geneva: World Health
Generation, 55.

Yusuf, A., Fitriyasari, R. & Nihayati, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Zakiyah, Ana. (2015). Konsep Nyeri dan Penatalaksanaan Dalam Praktik


Keperawatan Bebasis Bukti. Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.

95
96

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Usulan Judul Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

Usulan Judul Akhir :

1.

2.

3.

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004

Surabaya, 19 April 2020


Menyetujui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si


NIP. 1963 0806 1991 03 1002
97

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Judul Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

Judul Tugas Akhir :

Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Nyeri Akut Dengan Osteoarthritis Di


Wilayah Kerja Upt Puskesmas Turi Lamongan

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004

Surabaya, 19 April 2020


Menyetujui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si


NIP. 1963 0806 1991 03 1002
Pedoman Prosedur: No. Dok. :
Konsultasi Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
98

Ketua Program Studi DIII


Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

PERUBAHAN TUGAS AKHIR

No Tanggal Masalah yang dikonsulkan Nama Dosen Tanda


Pembimbing Tangan
1 19 April Konsul mengenai Bab 1 via Dr. Joni Haryanto,
2020 email S.Kp., M.Si
2 10 Mei Konsul mengenai Bab 2, 3, 4 Dr. Joni Haryanto,
2020 via email S.Kp., M.Si
3 11 Mei Konsul mengenai Bab 5 Dr. Joni Haryanto,
2020 S.Kp., M.Si
4 22 Mei Konsul revisi tambahan Bab Dr. Joni Haryanto,
2020 2 dan melengkapi Bab 3 s/d S.Kp., M.Si
bab 5
5 23 Mei ACC Dr. Joni Haryanto,
2020 S.Kp., M.Si

Diserahkan ke Seketariat Program Studi Keperawatan paling lambat tanggal 15


Mei 2020

Penerima,

.............................
NIK.
99

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Konsultasi Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

PERUBAHAN TUGAS AKHIR

No Tanggal Masalah yang dikonsulkan Nama Dosen Tanda


Pembimbing Tangan
1 26 Mei Konsul mengenai Bab 1 Iswatun, S.Kep.,
2020 sampai Bab 5 Ns., M.Kes
2 27 Mei ACC Iswatun, S.Kep.,
2020 Ns., M.Kes

Diserahkan ke Seketariat Program Studi Keperawatan paling lambat tanggal 15


Mei 2020

Penerima,

.............................
NIK.
100

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Perbaikan Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

PERBAIKAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NYERI AKUT


DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004
No Halaman Isi Perbaikan
Alinea
1 Hal xiv Abstrak IMRAD
2 Hal 1 Bab 1 1. Menghapus batasan istilah
2. Menambahkan sitasi di solusi latar belakang
paragraf akhir
3 Hal 35 Bab 2 1. Menambahkan intervensi di tiap diagnosa
keperawatan
4 Hal 43 Bab 3 1. Menambahkan etik penelitian
5 Hal 51 Bab 4 1. Menambahkan gambaran lokasi penelitian
2. Menambahkan nama yang mengkaji dan ttd
3. Diagnosa keperawatan etiologi
4. Menambahkan data di diagnosa keperawatan no.
2
5. Menambahkan durasi penelitian 5x kunjungan
rumah
6. Penambahan dipembahasan sesuai FTO
6 Hal 84 Bab 5 1. Kesimpulan dan Saran
Makalah perbaikan Tugas Akhir diserahkan paling lambat tanggal
Lewat tanggal tersebut akan dikenai sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Surabaya,
Ketua Tim Penguji

Khotibul Ummam, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 1977308231 199803 1 008
101

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Perbaikan Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

PERBAIKAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NYERI AKUT


DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004
No Halaman Isi Perbaikan
Alinea
1 Hal xiv Abstrak 1. IMRAD
2 Hal 1 Bab 1 1. Menambahkan sumber sitasi yang baru
3 Hal 35 Bab 2 2. Menambahkan intervensi di tiap diagnosa
keperawatan
4 Hal 51 Bab 4 1. Evaluasi menggunakan SOAPIER

Makalah perbaikan Tugas Akhir diserahkan paling lambat tanggal


Lewat tanggal tersebut akan dikenai sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya,
Tim Penguji

Iswatun, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 19720331 199403 2 004
102

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Perbaikan Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

PERBAIKAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NYERI AKUT


DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004
No Halaman Isi Perbaikan
Alinea
1 Hal 1 Bab 1 1. Bagaimanakah diganti apakah di rumusan
masalah
2 Hal 51 Bab 4 1. Penambahan dipembahasan sesuai FTO

Makalah perbaikan Tugas Akhir diserahkan paling lambat tanggal


Lewat tanggal tersebut akan dikenai sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya,
Tim Penguji

Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si


NIP. 1963 0806 1991 03 1002
103

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Penilaian Ujian Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NYERI AKUT


DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004

TANGGAL UJIAN :
NILAI UJIAN TUGAS AKHIR
Penilaian Makalah (1 – 100)
Penyampaian Makalah (1 - 100)
Penguasaan Materi (1 – 100)
JUMLAH

Rata-rata nilai yang didapat = Jumlah = ..............


3
Penguji,

...............................................
NIP.
104

Pedoman Prosedur: No. Dok. :


Penilaian Ujian Tugas Akhir
Dikaji Ulang Oleh: Terbit/Revisi :
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Dikendalikan Oleh: Tanggal Revisi :
Ketua Unit Pinjaman mutu
Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN NYERI AKUT


DENGAN OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS TURI LAMONGAN

ACHMAD TEGAR AFFANDI


151711913004

TANGGAL UJIAN
NILAI RATA-RATA UJIAN TUGAS AKHIR
Ketua Tim Penguji
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Penguji IV
JUMLAH NILAI
105

Rata-rata nilai yang didapat = Jumlah Nilai = (Predikat................)

Jumlah Penguji

Keterangan :

Rata-rata nilai > 80 predikat A Rata-rata nilai 40-49 predikat C

Rata-rata nilai 70-79 predikat AB Rata-rata nilai 30-39 predikat D

Rata-rata nilai 60-69 predikat B Rata-rata nilai < 30 predikat E

Rata-rata nilai 50-59 prediakt BC

Simpulan (beri tanda  pada satu kotak saja)

[ ] Tugas Akhir diterima tanpa perbaikan

[ ] Tugas Akhir diterima dengan perbaikan

[ ] Tugas Akhir ditolak

Ketua Tim Penguji,

.......................................

NIP.

Anda mungkin juga menyukai