Kelas: LA – 3A
Kelompok 5
Nama Anggota Kelompok:
Aring Artkirana 152111913191
Desi Safitri Putri W. 152111913081
Fatimah 152111913089
M. Shahril Hafizudin 152111913090
Pradipta Riris H. 152111913097
DOSEN :
Dr. Fanni Okviasanti, S. Kep., Ns., M. Kep.
Kelompok 5
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Hafna Ilmy Muhalla, S. Kep., Ns., M. Dr. Fanni Okviasanti, S. Kep., Ns., M.
Kep., Sp. Kep. M.B. Kep.
NIP. 197812202006042026 NIP.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,karunia dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
Laporan Pendahuluan yang berjudul “Tindakan Prosedural Keperawatan Pada Sistem
Indera Penglihatan (Mata)” secara tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fanni Okviasanti, S. Kep., Ns., M.
Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Praktikum.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini. Laporan Pendahuluan ini kami buat
dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Praktikum,
serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Tindakan Prosedural
Keperawatan Pada Sistem Indera Penglihatan (Mata)” bagi para penulis dan pembaca.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dari
penyusunan laporan pendahuluan yang telah kami buat ,baik dalam penulisan yang
kurang tepat hingga penyusunan tata bahasa dalam laporan pendahuluan ini. Oleh sebab
itu,kami menerima segala kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki laporan pendahuluan ini. Kami berharap dengan disusunnya laporan
pendahuluan ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan mengenai
“Tindakan Prosedural Keperawatan Pada Sistem Indera Penglihatan (Mata)” bagi para
penulis dan pembaca.
iv
DAFTAR ISI
v
2.8 Kompres Mata ........................................................................................... 19
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 21
3.2 Saran .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan mata sering kurang diperhatikan sehingga banyak penyakit yang
menyerang mata dan apabila tidak diobati dengan baik akan menyebabkan
gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan masih menjadi masalah kesehatan di
dunia maupun di Indonesia yang dapat mengganggu aktivitas seseorang. Gangguan
penglihatan diperkirakan ada sebanyak 191 juta orang di seluruh dunia dan
sebanyak 5% nya mengenai anak dengan usia dibawah 15 tahun. Indonesia
merupakan negara dengan tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sekitar
1,5% atau sekitar tiga juta populasi menderita kebutaan yang disebabkan oleh
katarak sebagai penyebab kebutaan utama di dunia. Provinsi Sumatera barat
termasuk salah satu dari delapan provinsi yang menyumbang balita penderita
kekurangan vitamin A subklinis atau xeroftalmia yang bisa menyebabkan kebutaan
utama pada anak balita.
Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada anak
usia 2,5-5 tahun, skrining mata perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah menderita
gangguan tajam penglihatan yang nantinya akan mengganggu aktivitas di
sekolahnya. Penelitian di Afrika pada tahun 2016 mendapatkan hasil sebanyak
80,6% siswa belum pernah melakukan pemeriksaan mata. Salah satu penyebab
hambatan tidak melakukan pemeriksaan mata yang disampaikan orang tua adalah
kurangnya kesadaran orangtua mengenai penyakit mata. Padahal dengan
melakukan pemeriksaan mata, gangguan penglihatan bisa didiagnosa lebih dini dan
dikoreksi dengan penggunaan kacamata.
1
● Untuk mengetahui dan memahami persiapan dan prosedur tindakan pada
pemeriksaan mata
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik mata adalah untuk mengetahui bentuk dan
fungsi mata serta memantau kondisi kesehatan mata agar penyakit mata dan
gangguan fungsi penglihatan dapat dideteksi sedini mungkin.
2.1.3 Manfaat
Melakukan pemeriksaan mata rutin merupakan bentuk dari deteksi dini
gangguan penglihatan atau mata. Artinya, Anda bisa mencegah terjadinya
penyakit mata atau mengurangi risiko kerusakan mata akibat penyakit yang
belum terdeteksi. Selain itu, pemeriksaan mata ini untuk mengetahui kondisi
3
mata seseorang yang diperlukan dalam rangka check up medik. Apalagi, Powers
Eye Center menyebut, banyak gangguan pada mata yang bersifat silent atau
diam.
4
Namun, jika pasien mengalami buta warna, maka angka tersebut akan
tidak terbaca atau tampak seperti angka lainnya.
6. Tonometri
Tonometri merupakan tes untuk mengukur tekanan di dalam bola mata
atau tekanan intraokular (TIO). Fungsi tes ini adalah memeriksa apakah
ada penyakit yang dapat meningkatkan tekanan bola mata, misalnya
glaukoma.Metode pemeriksaan tonometri yang umum dilakukan ada dua,
yaitu:
● Tonometri aplanasi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan memberikan obat tetes mata yang
berisi anestesi lokal di kedua mata pasien dan pewarna khusus pada
mata. Setelah beberapa menit, ketika efek obat bius lokal sudah
mulai bekerja, pasien akan diminta duduk di depan slit-lamp dengan
mata terbuka. Setelah itu, dokter akan menempelkan alat khusus di
kedua permukaan bola mata pasien guna menilai tekanan di dalam
bola.
● Tonometri non kontak
Tonometri non kontak menggunakan udara yang ditiupkan ke mata.
Pada pemeriksaan ini, tidak ada alat yang ditempelkan ke bola mata,
jadi tidak terasa sakit.
5
2) Pemeriksaan gerakan otot mata
a. Senter 15
b. Jari telunjuk/Pulpen/ pensil
c. Buku catatan
3) Tes ketajaman penglihatan (visus)
a. Kartu snellen
b. E chart
c. Kartu Cincin Landolt
d. Ruangan ( 5-6 m )
e. Buku pencatat
4) Pemeriksaan lapang pandang
a. Tidak ada alat khusus, bisa dengan jari telunjuk atau suatu benda yang
warnanya mencolok (misalnya pulpen yang ujungnya berwarna merah,
dsb).
b. Buku catatan
5) Tes buta warna
a. Buku Ishihara 12 plate
b. Kursi dan meja periksa
c. Surat keterangan bebas buta warna
6) Tonometri (TIO)
a. Tonometer
b. Kapas Alkohol
c. Antibiotik
d. Tetes mata Pantocain 1-2%
e. Tabel perbandingan hasil
6
diberikan (informed consent)
4. Kontrak waktu dengan klien: kapan pelaksanaannya dan berapa lama waktu
pelaksanaannya
5. Mempersiapkan klien dengan posisi yang nyaman
7
7) Apabila tajam penglihatan menjadi lebih jelas berarti ada kelainan
refraksi (gangguan tajam penglihatan). Pada pencatatan dapat
dituliskan lb (lebih baik). Bila tajam. penglihatan makin memburuk
atau tetap berarti ada kelainan organic. Hasil pemeriksaannya dapat
dituliskan t (tetap)
8) Pemeriksaan mata kiri sesuai dengan tahap 3 s/d 6 diatas.
Dengan Menghitung Jari
1) penderita berdiri sejauh 3 (tiga) meter dari pemeriksa
2) pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, mata kiri ditutup
menggunakan penutup mata atau dengan telapak tangan tanpa
penekanan.
3) Penderita diminta menghitung jari pemeriksa. apabila jari tidak dapat
dihitung berarti penderita mengalami gangguan penglihatan maka
kirimlah penderita ke Puskesmas.
4) Pemeriksa mata kiri sesuai dengan tahap 1 s/d 3 diatas
2. Pemeriksaan Gerakan Otot Mata
a. Dengan pemeriksaan gerakan bola mata dapat diketahui ada tindakannya
kelainan saraf otot penggerak mata, kelainan koordinasi atau mata juling.
b. Gerakan mata normal tergantung dari fungsi dan kesehatan 12 buah otot
bola mata, yang dimana satu bola mata terdiri dari 6 buah otot.
c. Di dalam mata ada juga otot yang mengatur gerakan orang-orangan mata
atau pupil, otot ini diperiksa dengan melihat reaksi pupil terhadap
rangsangan cahaya.
d. Adanya reaksi pupil abnormal mungkin menunjukan adanya kelainan
pada syaraf mata.
3. Tes Ketajaman Penglihatan (Visus)
a. Pasang optotip Snellen dalam posisi tegak (tempelkan di dinding)
b. Posisikan penderita dalam jarak 5 - 6 meter dari Optotip Snellen.
c. Mulailah pemeriksaan dari mata kanan. Minta penderita untuk menutup
mata kirinya dengan telapak tangan kiri tanpa menekan bola mata.
d. Dengan menggunakan mata kanan, minta penderita untuk membaca
huruf pada Snellen mulai dari baris atas ke bawah, hingga baris terakhir
8
yang masih dapat dibaca penderita dengan benar
e. Pada baris tersebut, lihat ukuran yang ada di sebelah kanan huruf. Jika
angka menunjukkan 30 meter berarti visus penderita adalah 6/30 (artinya
orang normal dapat membaca huruf tersebut pada jarak 30 meter,
sedangkan penderita hanya dapat membaca pada jarak 6 meter).
f. Jika huruf paling atas pada Snellen tidak dapat terbaca oleh penderita,
lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara hitung jari.
Acungkan jari tangan dari jarak 1 meter, terus mundur ke belakang 2
meter, 3 meter, dan seterusnya. Jika penderita hanya dapat menghitung
jari dengan tepat maksimal pada jarak 3 meter, berarti visusnya 3/60
(artinya orang normal dapat melihat jari tangan pada jarak 60 meter,
penderita hanya dapat membaca dari jarak 3 meter).
g. Jika acungan jari dari jarak 1 meter saja tidak dapat terlihat oleh
penderita, lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara goyangan
tangan. Goyangkan tangan, ke atas-bawah atau kanan-kiri dari jarak 1
meter, terus mundur ke belakang 2 meter, 3 meter, dst. Jika penderita
dapat melihat goyangan tangan pada jarak 1 meter, berarti visusnya
1/300 (artinya orang normal dapat melihat goyangan tangan pada jarak
300 meter, penderita hanya dapat membaca dari jarak 1 meter saja).
h. Jika goyangan tangan dari jarak 1 meter saja tidak dapat terlihat oleh
penderita, lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara
menyorotkan lampu. Sorotkan lampu senter di depan mata penderita.
Minta penderita menyebutkan ada sinar atau tidak. Jika penderita melihat
sinar berarti visusnya 1 / ~, jika tidak berarti visusnya 0 (No Light
Perception / NLP).
i. Lakukan hal demikian pada mata kiri dengan menutup mata kanan
dengan telapak tangan kanan tanpa tekanan.
j. Visus dikatakan normal jika nilainya 5/5 atau 6/6.
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
b. Anjurkan klien untuk berdiri, pemeriksa berdiri sekitar 2.5 meter di
depan klien, usahakan tinggi mata sejajar antara klien dan pemeriksa
9
c. Tutup mata yang tidak diperiksa
d. Anjurkan klien untuk melihat mata pemeriksa dengan menggunakan
mata yang akan diperiksa. Perawat juga memfokuskan pandangan pada
klien
e. Tempatkan jari pemeriksa pada bagian depan tepat di antara klien dan
perawat
f. Perlahan gerakan tangan ke arah lateral, kemudian ke tengah kembali,
lalu gerakkan ke arah medial, ke tengah kembali, ke arah superior dan
inferior
g. Anjurkan klien untuk memberi isyarat dengan lisan apabila ia tidak dapat
melihat jari pemeriksa ketika digerakkan
h. Catat area yang tidak dapat diidentifikasi oleh klien
i. Lakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang lain
5. Tes Buta Warna
a. Kartu diletakkan pada jarak 75 cm dari pasien sehingga bidang kertasnya
pada sudut yang tepat dengan garis penglihatan.
b. Angka- angka yang terlihat pada kartu disebutkan, dan setiap jawaban
diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3 detik.
c. Jawaban masing- masing kartu dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jawaban masing-masing kartu
Num. of Normal Person Person with Red- Person with Total Colour
Plate Green Deficiencies Blindness and Weakness
1. 12 12 12
2. 8 3 x
3. 5 2 x
4. 29 70 x
5. 74 21 x
6. 7 x x
7. 45 x x
8. 2 x x
9. x 2 x
10
10. 16 x x
11. tracble x x
Keterangan : Tanda (x) menunjukkan bahwa kartu tidak dapat dibaca. Nilai
dengan angka yang berada dalam kurung menunjukkan angka tersebut dapat
dibaca atau diikuti tapi termasuk tidak.
6. Tonometri (TIO)
a. Bersihkan mata klien dengan kapas bersih
b. Teteskan pantocain 2-3 tetes, tunggu 5 menit (sampai klien tidak
merasakan pedas di mata)
c. Atur kalibrasi tonometri
d. Minta klien melihat satu titik di atas (langit-langit ruangan) atau minta
klien meletakkan ibu jari di atas mata (letakkan jarak ibu jari sejauhnya
dari mata)
e. Letakkan tonometri diatas permukaan kornea, jangan ditekan lalu
perhatikan skala yang tertera pada alat (0-5)
f. Konversikan hasil nilai dari skala dengan table untuk mengetahui TIO
(tekanan intra ocular), bila hasil lebih tinggi dari 20 mmHg, klien
dicurigai menderita glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah
menderita glaukoma.
11
Untuk mengetahui fungsi penglihatan setiap mata, salah satunya yaitu Optotip
Snelen Teknik Pemeriksaan :
● Pasien duduk menghadap optotipe Senllen dengan jarak 6m
● Pasang trial frame pada mata
● Satu mata ditutup dengan occuler. Biasanya yang diperiksa mata kanan
terlebih dahulu
● Pasien diminta membaca huruf pada optotip Snellen dimulai dari huruf yang
terbesar sampai ke huruf yang terkecil pada baris – baris selanjutnya yang
masih dapat terbaca
12
ke atas, bawah, kiri, kanan dan menanyakan ke pasien apakah dia dapat melihat jari
dokter tersebut. Tes ini dilakukan dengan catatan lapang pandang pemeriksa dianggap
normal. Bila ditemukan gangguan, dapat diperiksa lebih lanjut menggunakan alat
khusus yang dapat dijumpai di dokter spesialis mata, seperti Goldmann Perimetri,
Tangent Screen, Amsler Grid, dan Computerized Automated Perimeter.
13
menderita glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah menderita
gloukoma
● Prosedur Pemeriksaan Tonometri Non Kontak
Prosedur :
1. Memberikan penjelasan pada pasien tentang pemeriksaan ini, jangan tekejut
karena ada Tiupan angin yang mengenai mata pasien.
2. Dagu pasien diletakan pada tempatnya dengan dahi menempel.
3. Mata pasien melihat lurus kedepan berfiksasi pada lampu warna hijau, periksa
mata kanan terlebih dahulu dilanjutkan mata kiri.
4. Fukuskan titik putih pada layar monitor, akan keluar tiupan angin dan terlihat
angka hasil pengukuran tersebut.
5. Lakukan pemeriksaan ± 3 kali untuk satu mata, bila ada tanda bintang *
=bintang, ulangi lagi pemeriksaan tersebut , bila hasil tinggi/over pindahkan
posisi dari 0 – 60 ).
6. Bila selesai pemeriksaan hasilnya di print dan tempelkan pada status pasien.
7. Jangan lupa mengisi formulir khusus dan input data computer
14
2. Persiapan alat
a. Obat tetes mata
b. Kasa steril
c. Korentang
d. Air hangat
e. Handscoon steril/bersih
f. Plaster
g. Pinset
h. Bak intrument
i. Bengkok
j. Tissue
Tahap Orientasi
- Salam terapeutik
- Identifikasi klien
- Perkenalkan diri
- Jelaskan prosedur, tujuan, dan manfaat
- Kontrak waktu
- Beri kesempatan klien bertanya
- Jaga privasi klien
Tahap Pelaksanaan
- Cuci tangan dan keringkan
- Atur posisi klien: terlentang/ duduk dengan ekstensi leher
- Pakai handscoon
- Dengan kassa basah steril, bersihkan kelopak mata dan bulu mata dari dalam
keluar (dari sudut mata ke arah hidung). Apabila sangat kotor, basuh dengan air
hangat.
- Minta klien untuk melihat ke langit – langit
- Teteskan obat tetes mata :
Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat
kurang lebih 1-2 cm diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan
15
menarik kelopak mata kebawah.
- Teteskan obat
- Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar
kelopak mata, ulangi prosedur
- Tutup mata klien dengan kassa, anjurkan klien menggerakan matanya dan
memberi tekanan lembut pada nasolakrimal 30-60 detik.
- Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari
bagian dalam ke luar kantus.
- Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas
pada mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.
- Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata.
- Lepaskan handscoon, cuci tangan dan rapikan alat-alat.
• Terminasi
Kaji perasaan pasien selama prosedur dilakukan mengucapkan terima kasih atas
kerja sama pasien dalam proses prosedur
• Dokumentasi :
Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan
atau kedua duanya) yang menerima obat.
16
B. Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri dengan salam terapeutik dan validasi data : nama
pasien, keluhan, data lain terkait
2. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
3. Meminta persetujuan tindakan kepada pasien
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan dan memakai handscoon
R: meminimalkan transfer mikroorganisme
2. Ucapkan salam terapeutik
R: Bina hubungan saling percaya
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien
R: Agar pasien mengerti dan paham tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan
4. Tutup tirai (bila perlu)
R : Untuk menjaga privasi pasien
5. Dekatkan peralatan ke sisi tempat tidur pasien
R : Memudahkan akses peralatan dan mencegah keterlambatan
6. Mengatur posisi pasien dengan terlentang atau duduk dengan hiperekstensi
leher
R: agar lebih mudah memberikan obat kepada pasien
7. Membersihkan kelopak mata dengan menggunakan kassa
R : agar mata pasien bersih dari kotoran
8. Memasukkan salep mata : Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak
mata. Pencet tube sehingga mengeluarkan salep secara tipis sepanjang tepi
dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
R: Agar pemberian obat salep tidak lebih dari dosis yang diinstruksikan
dokter
9. Minta klien untuk melihat kebawah
R : agar tidak terkena bola mata pasien
D. Tahap Terminasi
1. Bereskan alat dan kembalikan ke tempat semula
R : merapikan alat dan menjaga kebersihan
17
2. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
R : meminimalkan transmisi mikroorganisme
3. Dokumentasi pemberian obat tetes mata dan salep mata
R : sebagai bukti telah dilaksanakannya tindakan keperawatan
4. Evaluasi tindakan pemberian obat tetes mata dan salep mata
R : untuk mengetahui keadaan pasien setelah dilakukannya tindakan
keperawatan.
18
2.8 Kompres mata
Kompres adalah salah satu pilihan untuk melakukan pengobatan pada mata.
Kompres hangat pada mata dapat mengurangi nyeri dn meningkatkan sirkulasi,
sehingga meningkatkan absorbsi dan menurunkan tekanan dalam mata. Kompres
dingin pada mata dapat meningkatkan konstriksi kapiler dan mengurangi nyeri
selama tahap awal inflamasi akut konjungtivitis dan berguna untuk mengurangi
gatal-gatal. Sebelum melakukan kompres mata perawat terlebih dahulu melakukan
pengkajian kepada pasien yang akan dilakukan kompres mata.
Alat dan Bahan:
1. Jeli petrolatum
2. Handuk
3. Kapas
4. Kasa
5. Handscoon
6. Air hangat
7. Bengkok
8. Baskom
A. Kompres Basah Hangat
Indikasi:
1. Hordeolum
2. Chalazion
3. Blepharitis
4. Fotofobia
5. Inflamasi
Prosedur:
1) Pasien disiapkan atau digeser ke tepi tempat tidur
2) Tutup dada pasien dengan handuk
3) Perawat memakai handscoon
4) Oleskan jelly pada kulit kelopak mata dan pipi pasien
5) Ambil kasa beberapa lapis, basahi dengan air hangat 360 - 390C, peras kasa, lalu
letakkan secara lembut pada mata pasien yang sudah tertutup.
6) Kompres diganti setiap 30 – 60 detik selama 10-15 menit.
19
7) Setelah selesai, keringkan mata dengan kapas
B. Kompres basah dingin
● Indikasi:
1. Hematoma palpebra
2. Konjungtivitis
3. Edema mata
4. Fotofobia
5. Inflamasi
● Prosedur:
1) Pasien disiapkan atau digeser ke tepi tempat tidur
2) Tutup dada pasien dengan handuk
3) Perawat memakai handscoon
4) Oleskan jelly pada kulit kelopak mata dan pipi pasien
5) Ambil kasa beberapa lapis, basahi dengan air dingin, peras kasa, lalu letakkan
secara lembut pada mata pasien yang sudah tertutup.
6) Kompres diganti setiap 30 – 60 detik selama 10-15 menit.
7) Setelah selesai, keringkan mata dengan kapas
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan mata adalah istilah umum yang merujuk pada rangkaian
pemeriksaan untuk menilai kesehatan mata. dengan menggunakan lensa berakurasi
tinggi pada prototype pemeriksaan, berikut skill dan pengalaman petugas hasilnya
pemeriksaan selalu akurat. Pemeriksaan mata rutin sangatlah penting, terlepas dari
usia dan kesehatan fisik. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
refraksi seperti minus, plus, cylinder, dan presbiopi, serta untuk menentukan
besarnya kekuatan lensa koreksi yang diperlukan.
Mata sebagai indera untuk menangkap visual yang ada berperan sangat penting,
Maka dari itu kesadaran menjaga kesehatan mata dari katarak penting untuk
diketahui. Memakan atau meminum vitamin adalah salah satu cara perawatan mata
lewat dalam, yang jangka waktunya bisa dilakukan setiap hari dengan takaran sesuai
anjuran yang diberikan, vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A, C, D, E, dan
fiber yang sangat bermanfaat bagi kesehatan mata. Selain itu penggunaan aksesoris
tambahan seperti kacamata adalah cara untuk mengurangi ancaman yang datang dari
luar seperti polusi dan debu yang berbahaya ketika beraktifitas diluar sehingga mata
dapat lebih terlindungi.
3.2 Saran
Gangguan pada mata terdiri dari berbagai jenis gangguan, untuk menghindari
terjadinya gangguan pada mata jagalah kesehatan pada mata baik dengan makan
makanan yang sehat dan pola hidup yang baik. Diharapkan setelah dibuatnya
makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang. Semoga kedepannya makalah ini
dapat digunakan sebagai referensi oleh banyak orang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. (2005). Buku Saku Pratikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta:EGC
Ilyas, S. (2012). Dasar-Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi ke 4.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Maharani, M., & Wildan, A. (2019). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Tekanan Intraokuler
Dengan Tonometri Schiotz Dan Applanasi Goldmann Pada Pasien Glaukoma.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 8(2), 881-891.
Sani, F. N., Ns, M. K., Sani, F. N., & Ns, M. K. (2020). Modul Praktikum Keperawatan
Medikal Bedah I.
Sudarth, B. &. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC.
Sukahar, A. A., Maharani, M., & Prihatningtias, R. (2017). Pengaruh Olahraga Angkat
Beban Terhadap Tekanan Intraokuler (Doctoral dissertation, Faculty of
Medicine).
22