Oleh :
NIM : K011201202
1. Hukum Perkawinan
Saat ini, masih sering terjadi perkawinan usia muda maupun kawin
paksa, sementara perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua
belah pihak. Jika tidak, maka dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
HAM sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia pasal 10. Penegakan hak-hak kesehatan
reproduksi dalam UUP di pengaruhi oleh factor usia pertama kawin,
poligami dan perceraian. Berdasarkan UUP pasal 6, usia minimum calon
mempelai adalah 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki
yang dimaksudkan bahwa calon suami istri harus telah masak jiwanya
untuk melangsungkan perkawinan. Perbedaan usia kawin ini tentu
berimplikasi yang berbeda pada kesehatan reproduksi. Perkawinan usia
muda dapat mempengaruhi psikologis maupun biologis bagi perempuan
termasuk dalam hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya.
Dalam perspektif kependudukan, batas usia yang lebih rendah bagi
seorang perempuan untuk kawin, akan mengakibatkan laju kelahiran yang
tinggi. Dari segi kesehatan, beberapa hasil penelitian menunjukkan akibat
perkawinan pada usia muda sebagai berikut :
a) Salah satu factor yang dapat menimbulkan kanker leher rahim
b) Perempuan belum siap fisik dan mental untuk menjadi ibu rumah
tangga
c) Kawin pada usia muda ( 16 tahun ) berarti bagi perempuan jenjang
pendidikan tertinggi mereka hanya SMP dan sebagian besar putus
sekolah setelah berumah tangga
d) Dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan anak dibanding
dengan golongan usia 20 tahun keatas.
e) Kawin pada usia muda dapat memperpanjang usia produksi
1. Defenisi
Produk secara umum diartikan sebagai barang yang secara nyata
dapat dilihat, dipegang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
Berkenaan dengan masalah cacat dalam pengertian produk yang cacat
yang menyebabkan produsen harus bertanggungjawab. Menurut
pendapat ahli seperti Hursh,Perkins Cole, disimpulkan bahwa
tanggungjawab produk adalah suatu tanggungjawab secara hukum dari
orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau dari orang atau
badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan sutau
produk atau orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk
tersebut.
2. Srict Liability Principle
Prinsip tanggungjawab mutlak diterapkan bagi setiap konsumen yang
merasa dirugikan akibat produk atau barang yang cacat atau tidak aman
dapat menuntut kompensasi tanpa harus mempersalahkan ada atau
tidaknya unsur kesalahan di pihak produsen. Dalam tanggungjawab
produk, pihak konsumen sebagai korban diharuskan menunjukkan :
a) Produk telah cacat pada waktu diserahkan oleh produsen
b) Adanya kerugian yang dialami oleh konsumen
c) Kerugian disebabkan oleh adanya dari produk