183-Article Text-1158-1-10-20200831
183-Article Text-1158-1-10-20200831
JAIA 2020;5(2):7-12
ABSTRAK
Kesehatan pada usia remaja merupakan salah satu aspek penting dalam siklus kehidupan
individu. Masalah kesehatan yang sering dialami oleh remaja adalah anemia. Anemia
pada remaja dapat menimbulkan masalah kesehatan, jika tidak medapatkan penanganan
yang tepat maka dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan reproduksi. Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji status anemia pada remaja putri SMA. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (Cross
Sectional), subjek pada penelitian ini adalah siswa SMA sejumlah 58 orang. Penelitian
dilaksanakan di SMAN 8 dan SMAN 2 Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar 17 tahun sebanyak
45 orang (77,6%). Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa sebagian besar
berada pada status IMT normal sebanyak 75,9%, IMT kurus 20,7%, dan IMT gemuk
3,4%. Prevalensi anemia sebesar 74,1% dengan rincian anemia ringan sebesar 32,5%,
anemia sedang sebesar 65,1% dan anemia berat sebesar 2,3%. Simpulan dari penelitian
ini adalah jumlah remaja yang mengalami anemia sebesar 74,1%.
Abstract
Health in adolescence is one of the most critical aspects of the individual life cycle. Health
problems often experienced by adolescents are anaemia. Anaemia in adolescence cause
health disorder. If not getting the right treatment will cause reproductive health disorder.
The purpose of this insulation is to examine the status of anaemia in high school young
women and identify its characteristics. The subject of this study is high school students
of 58 people who get from 2 schools each 24 and 34 people. The research has been
carried out at SMAN 8 and SMAN 2 Tasikmalaya city. In this study, the measurement of
body weight, height and Hb rate against 58 students in class III young women SMA. The
results showed that the characteristics of the respondent based on the age of majority
aged 17 years as much as 77.6%. The measurement results of Anthropometry showed
that most are in the normal BMI status as much as 75.9%, lean BMI 20.7%, and fat
BMI 3.4%. The prevalence of anaemia is 74.1% with the breakdown of mild anaemia
of 32.5%, moderate anemia, 65.1% and severe anemia of 2.3%. The conclusion of this
research is the incidence rate of anaemia in adolescent amounted 74.1%.
8
JURNAL ASUHAN IBU & ANAK | Volume 5 | Nomor 2 | Agustus 2020
Gambaran Kejadian Anemia pada Remaja Putri
58 orang yang terdiri dari siswi kelas XII SMAN adalah siswa dengan IMT gemuk, yaitu hanya 2
8 Kota Tasikmalaya sebanyak 24 orang dan orang (3,4%).
SMAN 2 Kota Tasikmalaya sebanyak 34 orang. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Anemia
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran berat Status Anemia f %
badan, tinggi badan dan kadar Hb terhadap Anemia 43 74,1
seluruh responden. Kriteria inklusi adalah semua Tidak Anemia 15 25,9
siswa yang bersedia menjadi responden dengan Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
menandatangani informed consent, sedangkan sebagian besar responden mengalami anemia
kriteria ekslusi adalah remaja putri yang memiliki yaitu sebanyak 43 orang (74,1%), dan yang tidak
riwayat haid abnormal, dan yang menderita mengalami anemia sebanyak 15 orang (25,9%).
penyakit kronis. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kriteria
Adapun metode pengambilan sampel Anemia
dalam penelitian ini adalah accidental sampling Status Anemia f %
dengan subjek siswa yang berkunjung ke UKS Anemia Ringan 14 32,5
untuk dilakukan pengukuran kadar haemoglobin Anemia Sedang 28 65,1
Anemia Berat 1 2,4
dan mengisi kuesioner tentang karakteristik.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
Instrumen yang digunakan adalah lembar
siswa remaja putri yang mengalami anemia
observasi hasil pengukuran tinggi badan, berat
terbanyak adalah dengan kategori anemia sedang
badan dan kadar HB. Pengukuran kadar HB
sebanyak 28 orang (65,1%), sedangkan siswa
menggunakan Haemoglobin Autocheck (Electrik
yang mengalami anemia sedang sebanyak 14
HB), untuk berat badan menggunakan timbangan
orang (32,5%), dan hanya 1 orang mengalami
dan tinggi badan dengan microtoise. Analisis
anemia berat (2,4%).
data univariat dengan distribusi frekuensi untuk
mendapatkan gambaran variabel yang diteliti. PEMBAHASAN
9
JURNAL ASUHAN IBU &ANAK | Volume 5 | Nomor 2 | Agustus 2020
Noorhayati Novayanti, Sri Wahyuni Sundari
Pada penelitian ini didapatkan bahwa angka gizi Teknik pengambilan sampel adalah dengan
kurang lebih tinggi dibandingkan dengan gizi metode simple random sampling. Metode
lebih (Pritasari, Didit Damayanti, 2017). pengumpulan diperoleh dari data primer yaitu
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan formulir food form frequency (FFQ.
status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, Perilaku pola hidup bersih dan sehat
yaitu aktifitas fisik, tingkat pendapatan, pola belum sepenuhnya dilakukan, terutama
makan, pengetahuan tentang gizi, dan kesediaan kebiasaan makan buah dan sayur. Remaja lebih
pangan. Bila makanan tidak memenuhi zat-zat sering mengkonsumsi makanan cepat saji dengan
gizi maka akan terjadi masalah kekurangan zat nilai gizi yang tidak seimbang. Disamping itu
gizi. Makanan adalah kunci dari kesehatan dan tren penampilan di kalangan remaja mendorong
khususnya bagi remaja. Fungsi makanan sendiri remaja melakukan diet ketat sehingga
adalah sebagai sumber untuk pertumbuhan, mengakibatkan tidak terpenuhinya gizi mikro.
perkembangan, mengganti serta memelihara Hal ini dapat mengakibatkan risiko status gizi
sel-sel dan jaringan tubuh (Christania Lampus, kurang.pada remaja (Pritasari, Didit Damayanti,
Aaltje Manampiring, 2016). 2017).
Penelitian Widawati tahun 2018 tentang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gambaran kebiasaan makan dan status gizi remaja sebagian besar responden menderita anemia
di SMAN 1 kampar tahun 2017 melibatkan 67 yaitu sebanyak 43 orang (74,1%). Remaja putri
orang sampel di SMAN 1 Kumpar dengan metode yang mengalami anemia terbanyak adalah
pengambilan sampel simple random sampling. dengan kategori anemia sedang sebanyak 28
Metode pengumpulan data menggunakan food orang (65,1%), sedangkan siswa yang mengalami
from frequency (FFQ) dan data antropometri anemia ringan sebanyak 14 orang (32,5%), dan
remaja meliputi berat badan dan tinggi badan. hanya 1 orang mengalami anemia berat (2,4%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola Responden dengan anemia berat mempunyai
kebiasaan makan memengaruhi status gizi remaja. riwayat penyakit anemia semenjak menstruasi
Sejalan dengan sebelumnya tahun 2012 yang dan biasa melakukan cek Hb secara rutin.
dilakukan oleh Nur Widianti yang menyatakan Prevalensi remaja yang mengalami anemia lebih
bahwa terdapat hubungan yang bermakna tentang tinggi daripada yang tidak mengalami anemia.
perilaku makan dengan status gizi pada remaja Hal ini sejalan dengan penelitian Fhany (2013).
putri (p = 0,001) (Daris, Wibowo, Notoatmojo, & Jumlah responden yang mengalami anemia di
Rohmani, 2013; Widawati, 2018)penyerapan dan SMAN 2 Sawahlunto sebesar 70,7% dengan
penggunaan zat gizi makanan. Masalah gizi pada rata-rata kadar Hb yaitu 11,32g/dl (El Shara et
remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang al., 2017).
salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi Penelitian serupa dilakukan oleh Ghea
gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. tahun 2017 dengan judul Gambaran Status Anemia
Salah satu faktor determinan status gizi adalah pada Remaja Putri di Wilayah Pegunungan dan
faktor kebiasaan makan pada diri seseorang dan Pesisir Pantai. Hasil penelitian menunjukkan
lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan bahwa prevalensi anemia pada remaja lebih
untuk mengetahui gambaran kebiasaan makan tinggi dari pada yang tidak mengalami anemia
dan status gizi remaja di SMA 1 Kampar . Jenis pada masing-masing tempat. Prevalensi anemia
penelitian yang dilakukan adalah penelitian pada remaja di wilayah pegunungan sebesar 58%
deskriptif, dengan jumlah sampel 67 orang. sedangkan di wilayah pesisir pantai sebesar 55%.
10
JURNAL ASUHAN IBU & ANAK | Volume 5 | Nomor 2 | Agustus 2020
Gambaran Kejadian Anemia pada Remaja Putri
(Ghea Yunna Aulia, Ari Udiyono, Lintang Dian di Kabupaten Bolaang Mongodow Utara.
Saraswati, 2017) Jurnal E-Biomedik, 4(2).
Anemia merupakan kondisi kekurangan Daris, C., Wibowo, T., Notoatmojo, H., &
sel darah merah di dalam tubuh. Sel darah merah Rohmani, A. (2013). Hubungan Antara
memiliki peran penting dalam tubuh untuk Status Gizi dengan Anemia pada Remaja
mendistribusikan hemoglobin, yaitu protein Putri di Sekolah Menengah Pertama
yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Muhammadiyah 3 Semarang Relationship
Anemia bisa dialami oleh siapa saja termasuk Between Nutritional Status With Anemia
remaja. Remaja putri lebih berisiko terkena in Young Women in Junior High School
anemia dibandingkan dengan remaja putra. of Muhammadiyah 3 Semarang. 1, 3–7.
Remaja putri termasuk salah satu kelompok yang El Shara, F., Wahid, I., & Semiarti, R. (2017).
rentan terhadap kejadian anemia. Anemia dapat Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
menyebabkan tubuh menjadi mudah lelah, lemas Anemia pada Remaja Putri di SMAN
dan kurang bersemangat (Rahayu, Yulidasari, 2 Sawahlunto Tahun 2014. Jurnal
Putri, & Anggraini, 2019). Kesehatan Andalas, 6(1), 202. https://
Hasil penelitian Daris (2013) dengan judul doi.org/10.25077/jka.v6i1.671
Hubungan antara Status Gizi dengan Anemia Ghea Yunna Aulia, Ari Udiyono, Lintang Dian
pada Remaja Putri di SMP Muhamamdiyah Saraswati, M. S. A. (2017). Gambaran
3 Semarang menunjukkan bahwa terdapat Status Anemia Pada Remaja Putri
hubungan yang bermakna antara status gizi di Wilayah Pegunungan dan Pesisir
dengan anemia pada remaja dengan nilai p Pantai. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
0,000. Remaja yang memiliki status gizi yang 5(1), 193–200. https://doi.org/10.1017/
baik lebih kecil berisiko untuk menderita anemia CBO9781107415324.004
dibandingkan dengan remaja dengan status gizi Isfandari, S. (2014). Analisa Faktor Risiko Dan
kurang (Isfandari, 2014). Status Kesehatan Remaja Indonesia Pada
Dekade Mendatang. Buletin Penelitian
SIMPULAN DAN SARAN
Kesehatan, 42(2), 122–130.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian
disimpulkan jumlah responden yang mengalami dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama
anemia sebanyak 74,1%. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian
Mengingat jumlah remaja yang Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
mengalami anemia masih tinggi maka perlu https://doi.org/1 Desember 2013
dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
kepada remaja berupa pendidikan kesehatan (2017). Buku Saku Pedoman Remaja
mengenai kebutuhan gizi mikro pada masa pada Situasi Krisis Kesehatan.
remaja. Disamping itu perlu dilakukan Nuniek Nizmah Fajriah, L. H. F. (2016).
pemeriksaan Hb dan pemberian tablet tambah Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang
darah secara teratur. Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu
Kesehatan, IX(1), 1–6.
DAFTAR PUSTAKA Pritasari, Didit Damayanti, N. tri L. (2017).
Gizi dalam Daur Kehidupan (Kemntrian
Christania Lampus, Aaltje Manampiring, F.
Kesehatan RI, ed.). Jakarta: Kementrian
(2016). Profil Status Gizi pada Remaja
11
JURNAL ASUHAN IBU &ANAK | Volume 5 | Nomor 2 | Agustus 2020
Noorhayati Novayanti, Sri Wahyuni Sundari
12
JURNAL ASUHAN IBU & ANAK | Volume 5 | Nomor 2 | Agustus 2020