Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK II

AGENDA 2 HARI KE 9
1. Aldwin Maulana Syahid, S.STP
2. Benny Alan Reinaldo Silalahi, S.Stp
3. Eria Sekar Taji, S.STP
4. Muhammad Cahya Ramadhani, S.STP
5. Windi Maula Astuti, S.IP

HAK ATAS TANAH

LATAR BELAKANG MASALAH


Hutan adalah sumber penghasil oksigen bagi dunia. Untuk perannya
sebagai produsen oksigen tersebut, hutan mendapat gelar sebagai paruparu
dunia. Hutan juga penyimpan cadangan air tanah terbesar di dunia. Hutan
merupakan rumah bagi jutaan makhluk hidup. Kehidupan yang berlangsung di
dalam hutan menciptakan berbagai jenis hubungan antara berbagai makhluk
hidup yang ada di dalam hutan.
Hutan sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
diamanatkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai
oleh negara dan memberikan manfaat bagi umat manusia yang wajib disyukuri,
dikelola, dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945). Hutan memiliki manfaat ekonomi bagi masyarakat adat
dan negara, manfaat itu adalah hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah
menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi, menyumbang devisa negara dari
hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri.
Sudah sejak lama manusia menyadari pentingnya peran hutan bagi
kehidupan. Sejak dahulu, hutan telah dijadikan sebagai lahan untuk mencari
nafkah hidup. Sejak itu pula telah ada hukum adat untuk melindungi dan
melestarikan hutan adat dan lingkungannya. Hutan adat tetap menjadi
primadona untuk menopang kehidupan masyarakat adat yang bergantung pada
hasil dari hutan mereka. Hutan adat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan
masyarakat pedalaman atau masyarahat adat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara
tegas dalam Pasal 18 B ayat (2), bahwa Negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisonalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang. Isi dari Pasal
18 B ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengakui bahwa masyarakat adat memiliki hak dan kewenangan dalam
mengelola hutan adat yang berada di wilayahnya masing-masing. Masyarakat
hukum adat berhak untuk menguasai, memiliki dan mendapatkan hasil hutan
tanah adat yang mereka miliki.
Hukum adat merupakan hukum asli masyarakat Indonesia. Dalam
pembentukan hukum tanah di Indonesia, tidak mengabaikan keberadaan hukum
adat. Hukum adat dibutuhkan, karena dapat memberikan sumbangan bagi
pemikiran hukum tanah di Indonesia. Hukum adat merupakan hukum asli
golongan rakyat pribumi, yang merupakan hukum yang hidup dalam bentuk tidak
tertulis dan mengandung unsur – unsur nasional yang asli. Unsur tersebut adalah
sifat kemasyarakatan dan kekeluargaan.(Soejono Soekanto, 2001:45)
Tanah dan hutan memiliki arti yang penting bagi masyarakat hukum adat.
Keberadaan masyarakat hukum adat di Indonesia merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan mereka. Persekutuan dengan tanah yang
diduduki terdapat hubungan yang erat, hubungan yang bersifat religio-magis.
Hubungan ini menyebabkan persekutuan memperoleh hak untuk menguasai
tanah yang dimaksud, memanfaatkan tanah, memungut hasil dari tumbuh-
tumbuhan yang hidup diatas tanah itu, juga berburu terhadap binatang-binatang
yang hidup disitu. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berisikan ketentuan bahwa hak
persekutuan atas tanah ini disebut hak ulayat.
Hak-hak penguasaan tanah yang dilakukan oleh masyarakat hukum adat
terhadap tanah dalam lingkungan wilayahnya dikenal dengan istilah hak ulayat.
Kedudukan hak ulayat ini, berlaku ke luar dan ke dalam. Berlaku ke luar
maksudnya masyarakat yang bukan merupakan masyarakat persekuatuan
tersebut dilarang untuk menggarap lahan yang ada diwilayah kekuasaan adat.
Hanya dengan seizin persekutuan serta setelah membayar atau memberikan
ganti kerugian, orang luar bukan warga persekutuan dapat memperoleh
kesempatan untuk turut serta menggunakan tanah wilayah persekutuan
(Soejono,SH., MH, dan H.Abdurrahman, SH., MH, 2003: 8)
Berlaku ke dalam, artinya semua warga persekutuan bersama-sama
dapat memetik hasil dari tanah beserta segala tumbuh-tumbuhan dan binatang
liar yang hidup di atasnya. Tanah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
hukum adat karena tanah merupakan tempat tinggal persekutuan, memberikan
penghidupan kepada persekutuan, merupakan tempat di mana para warga
persekutuan yang meninggal dunia dikebumikan.
Hukum tanah nasional menggunakan hukum adat sebagai dasar dan
sumber pembangunannya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, bahwa hukum adat
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
dan negara, persatuan bangsa, dan sosialisme Indonesia.
Masalah kepemilikan hak atas tanah adat atau hutan adat merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya konflik kehutanan di Indonesia. Konflik
pengakuan atas pemegang hak tanah adat sangat merugikan bagi masyarakat
adat. Konflik yang sering terjadi adalah ketidakpastian status hak masyarakat
adat di kawasan hutan serta ketidakjelasan tata batas kawasan hutan. Konflik
atas kepemilikan hak tersebut pihak masyarakat adat seringkali berada pada
posisi yang lemah. Sebagian besar kasus konflik di kawasan hutan adat hingga
saat ini belum berhasil diselesaikan dengan baik.
Dalam Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menyebutkan definisi hutan adat adalah hutan negara yang
berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Dalam pengertian Pasal 5 ayat
(1) Undang Nomor Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan
Hutan negara dapat berupa hutan adat, yaitu hutan negara yang diserahkan
pengelolaannya kepada masyarakat hukum adat (rechtsgemeenschap). Hutan
adat tersebut sebelumnya disebut hutan ulayat, hutan marga, hutan pertuanan,
atau sebutan lainnya.
Hutan yang dikelola masyarakat hukum adat dimasukkan di dalam
pengertian hutan negara sebagai konsekuensi adanya hak menguasai oleh
Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat pada tingkatan yang
tertinggi dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal demi
pasal yang terdapat pada Undang-Undang Nomor Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan tidak mengatur secara khusus mengenai ketentuan hak-hak
kepemilikan masyarakat adat atas hutan adat.
Hak atas seluruh hutan yang ada di Indonesia dikuasai seluruhnya oleh
negara. Adanya kelemahan-kelemahan pada Undang-Undang Nomor Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan tidak mengherankan ada banyak sekali konflik
kehutanan yang terjadi. Menurut Dewan Kehutanan Nasional (DKN) sampai
tahun 2012 yang lalu konflik teritorial mencapai19.420 desa di 33 Propinsi dan
bahkan 31.957 desa yang berada dalam kawasan hutan masih belum jelas
statusnya. Salah satu akar konflik tersebut adalah konflik penggunaan kawasan
hutan dengan luasan mencapai 1,2 juta hektar. Konflik-konflik ini melibatkan
masyarakat, perusahaan swasta, perusahaan pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat.

PENDEKATAN METODOLOGI

Metodologi berbeda dengan metode. Dimana metodologi adalah prinsip

dasar dan metode adalah teknik penerapannya. Metodologi dapat diartikan

dengan ilmu metode. Secara umum pendekatan dalam metodologi ada 3 (tiga)

macam yaitu kualitatif, kuantitatif dam campuran atau mix method. Pendekatan

kuantitatif berfokus pada aspek numeric sebagai data dalam proses

penangkapan dan hasil analisis atau proses deduksi dalam hubungan antara

data dan teori. Sedangkan, kualitatif lebih menekankan pada aspek kualitas.

Kemudian pendekatan campuran adalah kombinasi dari keduanya.


Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi

dan memahami makna oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Untuk menganalisis ini

kami menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggunakan latar alamiah yaitu

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dengan cara melibatkan

metode yang ada. Penelitian kualitatif berarti mendeskripsikan suatu hal tertentu

berdasarkan teori-teori yang telah cukup banyak dikembangkan. Selain itu juga

berkaitan dengan pemaparan dan penggambaran dari masalah yang diteliti.

Gambar 3.1
Proses Desain Studi Kualitatif

Peneliti mengembangkan sebuah teori untuk


dibandingkan polanya dengan teori yang lain

Peneliti mencari pola (teori)

Peneliti membuat kategori

Peneliti mempertanyakan pertanyaan penelitian

Peneliti mengumpulkan informasi

Sumber : Creswell (2015:88)

pendekatan ini bersifat deskriptf yaitu yang mengugkapkan

permasalahan mengenai kondisi yang sebenar-benarnya yang ada di lokasi

penelitian. Dimana model ini menitikberatkan pada fenomena-fenomena sosial

yang berkembang berdasarkan data dan fakta di lapangan. Model ini

menjelaskan secara komprehensif permasalahan pokok yang dibahas serta


melakukan studi kepustakaan, yang nantinya hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan gambaran yang bersifat kualitatif.

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis

untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan dan mulai

dilakukan sejak pengumpulan data yang dilakukan secara intensif. Tehnik

analisis fishbone diagram atau diagram sebab akibat digunakan dalam

menganalisis hak atas tanah. Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah

salah satu metode untuk menganalisa penyebab dari sebuah masalah atau

kondisi. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram sebab-akibat atau cause

effect diagram. Penemunya adalah Professor Kaoru Ishikawa, seorang ilmuwan

Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo, pada tahun 1943.

Sehingga sering juga disebut dengan diagram Ishikawa.

Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan

untuk Mengidentifikasi akar penyebab dari suatu permasalahan, Mendapatkan

ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu masalah,

Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut. Fungsi dasar

diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa

adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang

mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar

penyebabnya. Fishbone Diagram sendiri banyak digunakan untuk membantu

mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah dan membantu menemukan

ide-ide untuk solusi suatu masalah. Pada bagian tulang ikan ini, ditulis kategori-

kategori apa saja yang dapat mempengarui topik yang tertulis pada kepala ikan
tersebut. Biasanya, penentuan kategori ini menggunakan metode 5M1E yaitu

machine, method, man atau manusia, material atau bahan produksi,

measurement atau Pengukuran, dan environment atau lingkungan.

• Man

5M yang pertama adalah Man atau Orang, yaitu semua orang yang terlibat

dalam sebuah proses.

• Method

Kedua adalah method atau metode analisa yang digunakan, seperti

analisa mengenai :

 Bagaimana proses tersebut dilakukan

 Apa saja kebutuhan yang spesifik dari proses, seperti : instruksi

kerja, prosedur, peraturan, dan sebagainya.

• Material

Yang ketiga adalah Material, yaitu semua material yang dibutuhkan untuk

menjalankan proses seperti : bahan baku atau dasar pembuatan, atau

lainnya.

• Machine

Keempat adalah machine atau mesin, yakni mesin-mesin yang diperlukan

untuk menjalankan proses langsung atau pekerjaan pendukung lainnya.

Mesin yang dimaksud mencakup keseluruhan, baik mesin-mesin produksi

ataupun perangkat pendukung seperti komputer, server dan lainnya.

• Measurement

Kelima adalah measurement atau pengukuran, yaitu cara pengambilan

data dari proses. Untuk apa mengambil data? tujuannya adalah untuk
mengukur kemampuan dan kualitas dari proses. Dengan pengambilan

data yang benar maka dapat diketahui kemampuan dan kualitas proses

secara akurat.

• Environment

1E adalah environment atau lingkungan, yakni kondisi disekitar proses

atau tempat kerja yang mempengaruhi kinerja. Dampak lingkungan

tersebut dapat mempengaruhi baik secara langsung atau tidak langsung,

seperti : suhu udara, tingkat kebisingan, kelembaban udara dan lainnya.

Gambar 3.2

Diagram Fishbone

1. Hutan adat dan hutan negara


Hutan yang ada di Indonesia saat ini terbagi menjadi hutan adat dan hutan
negara dimana tentunya memiliki prinsip dan fungsi yang berbeda, jadi pada
dasarnya hutan adat adalah bagian penting dari upaya perlindungan terhadap
masyarakat hukum adat di Indonesia tidak saja hanya hutan adatnya tetapi juga
kearifan lokal sekaligus juga jati diri ke indonesiaan yang terdiri dari berbagai
macam suku bangsa, sedangkan untuk hutan negara adalah hutan yang berada
pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, hutan negara terbagi menjadi 4
berdasarkan fungsinya antara lain:
● Hutan Lindung
● Hutan Produksi
● Hutan Suaka Alam
● Hutan Wisata
Jadi pada dasarnya hutan adat dan hutan negara karena hutan adat bersifat
hutan hak berdasarkan hukum adat atau hak ulayat masyarakat hukum adat yang
secara turun temurun di Indonesia namun hal ini menjadi permasalahan karena
adanya persefsi bahwa hutan adat sama dengan hutan negara yang menjadi
bagian kekuasaan negara untuk di eksploitasi tanpa memperhatikan hukum adat
yang telah lama tertanam sesuai dengan kearifan lokal atau nilai-nilai adat.

2. Tanah adat dan tanah negara


Tanah adat adalah tanah yang dikuasai oleh masyarakat adat tertentu di
daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. PMNA No.5 di tahun 1999
menyatakan bahwa tanah adalah tanah yang hak ulayat yang dari hukum adat
tertentu. Sedangkan Tanah negara adalah tanah yang tidak dilekati dengan
suatu hak yakni hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas
tanah negara, hak pengelolaan, serta tanah ulayat dan tanah wakaf. Adapun
ruang lingkup tanah negara meliputi juga :
(a) tanah-tanah yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya;
(b) tanah-tanah yang berakhir jangka waktunya dan tidak diperpanjang lagi;
(c) tanah-tanah yang pemegang haknya meninggal dunia tanpa ahli waris;
(d) tanah-tanah yang diterlantarkan; dan
(e) tanah-tanah yang diambil untuk kepentingan umum sesuai dengan tata cara
pencabutan hak yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 1961 dan pengadaan tanah
yang diatur dalam Keppres No. 55 Tahun 1993.
Jadi pada dasarnya tanah adat dan tanah negara berbeda dalam hal kepemilikan
dan hak kegunaannya dimana masyarakat adat mengelola tanah adat untuk
menjaga keberlangsungan hidup komunitas adatnya sedangkan tanah negara
menjadi hak pemerintah atau pihak kedua lainnya untuk mengelola tanah negara.
FISHBONE DIAGRAM

MAN METHODE

Mengurus Tanah tidak sesuai


Kurang Pahamnya masyarakat atas
Prosedur
pengelolaan kepemilikan tanah

Tidak Melakukan Cross Check


Terlalu Mempercayakan
mengenai Berkas kepemilikan
kepadaPemerintah
Tanah
TANAH
ADAT YANG
DI KLAIM
Cara ukur Tanah tidak di PEMERINTAH
Tanah Adat banyak diakui di Standarisasi
Daerah Pedalaman

Tidak ada SOP Tanah Adat


Masyarakat Kurang Mengerti akan
menjadi Hak Milik pemerintah
Hak-Hak yang diberi Pemerintah

ENVIRONMENT MEASUREMENT
Possible Root Cause Discussion Root Cause?

MAN

Masyarakat hanya paham bahwa Tanah yang dimiliki saat ini adalah
Kurang Pahamnya masyarakat atas
pemberian leluhurnya di masa lalu dan akan terus diwariskan N
pengelolaan kepemilikan tanah
kepada generasi dibawahnya
Masyarakat mempercayakan segala administrasi juga urusan
Terlalu Mempercayakan kepada
Tanah kepada Pemerintah sehingga kurang tahu mengenai Y
Pemerintah
kepemilikan atas hak tanah

METHODE

Masyarakat kurang mengetahui bagaimana cara mengurus Tanah


Mengurus Tanah tidak sesuai Prosedur yang menjadi Hak Miliknya sehingga Pemerintah dapat mengklaim Y
tanah ketika Negara membutuhkannya
Tanah Adat tanpa berkas kepemilikan yang sah akan dapat diklaim
Tidak Melakukan Cross Check
oleh Negara, atau Pemerintah akan memberikan beberapa opsi N
mengenai Berkas kepemilikan Tanah
terkait Tanah yang dimiliki
ENVIRONMENT

Tanah adat banyak terdapat di Pedalaman karena disitulah


Tanah Adat banyak diakui di Daerah
tempatnya para leluhur menitipkan tanhanya kepada generasi N
Pedalaman
selanjutnya
Tanah Adat yang dimiliki masyarakat pada umumnya diambil oleh
Negara, Pemerintah terkadang memberi Pilihan terhadap
Masyarakat Kurang Mengerti akan
Kepemilikan Tanah tersebut dengan cara membagi haknya dengan Y
Hak-Hak yang diberi Pemerintah
masyarakat adat di sekitar Tanah Adat tersebut supaya bisa
mengelolanya

MEASUREMENT

Tanah Adat yang dimiliki oleh Masyarakat tidak diukur secara


Cara ukur Tanah tidak di Standarisasi N
terstandar oleh Pemerintah meskipun jumlahnya sangat luas

Tidak ada SOP Tanah Adat menjadi Seluruh Tanah yang dirasa Pemerintah berpotensi untuk menjadi
N
Hak Milik pemerintah hak milik Negara maka akan diambil oleh Pemerintah setempat
Akar Permasalahan :
Tanah Adat yang dimiliki oleh Masyarakat Adat pada Umumnya diklaim bahkan
diambil oleh Pemerintah untuk kepentingan Negara, disini Pemerintah
Memberikan Pilihan yaitu Masyarakat diberikan Insentif apabila memberikan
tanahnya kepada Pemerintah kemudian pilihan lain yaitu masyarakat
memberikan tanahnya kepada Pemerintah akan tetapi masih memiliki akses
untuk mengelola tanahnya dengan membuat kontrak bersama Pemerintah. Di
sisi lain hal ini berdampak pada adanya Desa Adat yang berkembang di Daerah
Tersebut karena apabila ada masyarakat yang menjual Tanahnya maka Desa
tersebut tidaklah lagi sakral menjadi Desa Adat. Dan apabila Kontrak masyarakat
setempat dengan Pemerintah Sudah habis maka Masyarakar harus
meninggalkan Tanah Adat tersebut.

HAK ATAS TANAH


1. Hutan adat dan hutan negara
Hutan yang ada di Indonesia saat ini terbagi menjadi hutan adat dan hutan
negara dimana tentunya memiliki prinsip dan fungsi yang berbeda, jadi pada
dasarnya hutan adat adalah bagian penting dari upaya perlindungan terhadap
masyarakat hukum adat di Indonesia tidak saja hanya hutan adatnya tetapi juga
kearifan lokal sekaligus juga jati diri ke indonesiaan yang terdiri dari berbagai
macam suku bangsa, sedangkan untuk hutan negara adalah hutan yang berada
pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, hutan negara terbagi menjadi 4
berdasarkan fungsinya antara lain:
● Hutan Lindung
● Hutan Produksi
● Hutan Suaka Alam
● Hutan Wisata
Jadi pada dasarnya hutan adat dan hutan negara karena hutan adat bersifat
hutan hak berdasarkan hukum adat atau hak ulayat masyarakat hukum adat yang
secara turun temurun di Indonesia namun hal ini menjadi permasalahan karena
adanya persefsi bahwa hutan adat sama dengan hutan negara yang menjadi
bagian kekuasaan negara untuk di eksploitasi tanpa memperhatikan hukum adat
yang telah lama tertanam sesuai dengan kearifan lokal atau nilai-nilai adat.
2. Tanah adat dan tanah negara
Tanah adat adalah tanah yang dikuasai oleh masyarakat adat tertentu di
daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. PMNA No.5 di tahun 1999
menyatakan bahwa tanah adalah tanah yang hak ulayat yang dari hukum adat
tertentu. Sedangkan Tanah negara adalah tanah yang tidak dilekati dengan
suatu hak yakni hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas
tanah negara, hak pengelolaan, serta tanah ulayat dan tanah wakaf. Adapun
ruang lingkup tanah negara meliputi juga :
(a) tanah-tanah yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya;
(b) tanah-tanah yang berakhir jangka waktunya dan tidak diperpanjang lagi;
(c) tanah-tanah yang pemegang haknya meninggal dunia tanpa ahli waris;
(d) tanah-tanah yang diterlantarkan; dan
(e) tanah-tanah yang diambil untuk kepentingan umum sesuai dengan tata cara
pencabutan hak yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 1961 dan pengadaan tanah
yang diatur dalam Keppres No. 55 Tahun 1993.
Jadi pada dasarnya tanah adat dan tanah negara berbeda dalam hal kepemilikan
dan hak kegunaannya dimana masyarakat adat mengelola tanah adat untuk
menjaga keberlangsungan hidup komunitas adatnya sedangkan tanah negara
menjadi hak pemerintah atau pihak kedua lainnya untuk mengelola tanah negara.

KESIMPULAN
Dari beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa hutan merupakan hal penting, hutan mendapat gelar sebagai
paruparu dunia. Hutan juga penyimpan cadangan air tanah terbesar di dunia.
Hutan merupakan rumah bagi jutaan makhluk hidup. Kehidupan yang
berlangsung di dalam hutan menciptakan berbagai jenis hubungan antara
berbagai makhluk hidup yang ada di dalam hutan. Tanah dan hutan memiliki arti
yang penting bagi masyarakat hukum adat. Keberadaan masyarakat hukum adat
di Indonesia merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
mereka. Persekutuan dengan tanah yang diduduki terdapat hubungan yang erat,
hubungan yang bersifat religio-magis. Hubungan ini menyebabkan persekutuan
memperoleh hak untuk menguasai tanah yang dimaksud, memanfaatkan tanah,
memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup diatas tanah itu, juga berburu
terhadap binatang-binatang yang hidup disitu. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berisikan ketentuan
bahwa hak persekutuan atas tanah ini disebut hak ulayat. Untuk metode yang
digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik analisis data fishbone dengan
hasil Tanah Adat yang dimiliki oleh Masyarakat Adat pada Umumnya diklaim
bahkan diambil oleh Pemerintah untuk kepentingan Negara, disini Pemerintah
Memberikan Pilihan yaitu Masyarakat diberikan Insentif apabila memberikan
tanahnya kepada Pemerintah kemudian pilihan lain yaitu masyarakat
memberikan tanahnya kepada Pemerintah akan tetapi masih memiliki akses
untuk mengelola tanahnya dengan membuat kontrak bersama Pemerintah. Di
sisi lain hal ini berdampak pada adanya Desa Adat yang berkembang di Daerah
Tersebut karena apabila ada masyarakat yang menjual Tanahnya maka Desa
tersebut tidaklah lagi sakral menjadi Desa Adat. Dan apabila Kontrak masyarakat
setempat dengan Pemerintah Sudah habis maka Masyarakar harus
meninggalkan Tanah Adat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai