Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PELAKU KEKERASAN (RPK)

DISUSUN OLEH :
SISKA PUSPITASARI
P2002057

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Resiko Perilaku Kekerasan
B. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman. Sering
juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol
(Kartika Sari, 2015:137).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasitanda dan gejala perilaku kekerasan :
a) Muka merah dan tegang
b) Pandangan tajam
c) Mengatupkan rahang dengan kuat
d) Mengepalkan tangan
e) Jalan mondar-mandir
f) Bicara kasar
g) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h) Mengancam secara verbal atau fisik
i) Melempar atau memukul benda atua orang lain
j) Merusak barang atau benda
k) Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku
kekerasan.
3. Rentang Respon Marah
Menurut Yosep (2010) perilaku kekerasan merupakan status rentang
emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses
penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan
sebenernya ingin menyampaiakan pesan bahwa ia “tidak setuju, ersinggung,
merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan”. Rentang
respon kemarahan dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon
sangat tidaknormal (maladaptif).
4. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol.
a. Respon adaptif
1) Peryataan (Assertion) Respon marah dimana individu mampu
menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju,
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya
akan memberikan kelegaan.
2) Frustasi Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam
mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman yang tidak biasanya
dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b. Respon maladaftif
1) Pasif, Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari
suatu tuntutan nyata
2) Agresif, Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar.
3) Amuk dan kekerasan, Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
serta hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri,
serta lain maupun lingkungan (Prabowo,2014:141-142).
5. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
1) Teori Biologis
a) Neurologik Faktor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulny perilaku bermusuhan dan respon
agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012 : hal 100). Lobus frontalis
memegang peranan penting sebagai penengah antara perilaku
yang berarti dan pemikiran rasional, yang merupakan bagian otak
dimana terdapat interaksi antara rasional dan emosi. Kerusakan
pada lobus frontal dapat menyebabkan tindakan agresif yang
berlebihan (Nuraenah, 2012: 29).
a) Genetik Faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami (2007)
dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang
sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang
yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100).
b) Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitian
pada jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi
orang untuk lebih mudah bersikap agresif (Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 100).
c) Faktor Biokimia
Faktor biokimiatubuh seperti neurotransmitter di otak contohnya
epineprin, norepenieprin, dopamin dan serotonin sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam
tubuh. Apabila ada stimulus dari luar tubuh yang dianggap
mengancam atau membahayakan akan dihantarkan melalui
impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui
serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepineprin
serta penurunan serotonin dan GABA (Gamma Aminobutyric
Acid) pada cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya perilaku agresif ( Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 100).
d) Brain Area Disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak,
tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi
ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
2) Teori Psikogis
a) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan
air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif
dan bermusuhan setelah dewasa sebagai komponensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan
dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang
dalam lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh,
model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk
menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan reward
positif pula (makin baik belaiannya mendapat hadiah coklat).
setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-
masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah
dialaminya.
c) learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar dari individu
terhadap lingkungan terdekatnya, ia mengamati bagaimana
respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati
bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa
agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya,
menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut
untuk diperhitungkan.

a. Faktor Prespitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan :
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial


ekonomi.

3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta


tidak membiaskan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat


dan alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
6. Sumber Koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan, teknik defensive, dukungan social, dan motivasi. Hubungan
antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan penting
pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energy,
dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah
dan social, sumber daya sosian dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar
harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang
paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk
mencara informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang alternative dan
melaksanakan rencana tindakan.
7. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungidiri antara lain :
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiasakan kemarahanya kepada objek lain seperti meremas remas
adonan kue ,meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, menyumbunya.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuannya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa benci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekankan dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebihi lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
mengunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tetarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orng tersebut dengan kuat.
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya, Timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan 14 hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermain pedang-pedangan
dengan temannya (Prabowo,2014:144).

C. POHON MASALAH

Effect : Risiko perilaku kekerasan


(pada diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal

Causa : Harga diri rendah


kronis

Core Problem : Perilaku


kekerasan
D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
1. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal
2. Perilaku kekerasan
3. Harga diri rendah kronis

E. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jikasedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit,memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang- barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jikasedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data
Obyektif:
4) Mata merah, wajah agak merah.
5) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
6) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
7) Merusak dan melempar barang- barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan curiga pada orang lain
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan dorongan
marah dibuktikan dengan mengancam
3. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan kurangnya pengakuan dari orang
lain dibuktikan dengan menolak penilaian positif diri sendiri.
G. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Dx Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1 Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan Kontrol Diri (L.09076) Promosi Koping (I. 09312)
curiga pada orang lain Setelah dilakukan…..x pertemuan diharapkan pasien Observasi
mampu memenuhi kriteria hasil: 1.1 Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
1. Verbalisasi ancaman kepada orang lain (5) panjang sesuai tujuan

2. Verbalisasi umpatan (5) 1.2 Identifikasi kemampuanyang dimiliki

3. Prilaku menyerang (5) 1.3 Identifikasi sumber daya yang tersedia

4. Prilaku melukai diri sendiri atau orang lain (5) untuk memenuhi tujuan

5. Prilaku merusak lingkungan sekitar (5) 1.4 Identifikasi pemahamanproses penyakit


1.5 Identifikasi dampak situasi terhadap peran

Skala Outcome: deanhubungan

1 : Meningkat 1.6 Identifikasi metodepenyelesaian masalah

2 : Cukup Meningkat Terapeutik

3 : Sedang 1.7 Diskusikan perubahan peranyang dialami

4 : Cukup Menurun 1.8 Gunakan pendekatan yang tenang dan

5 : Menurun meyakinkan
1.9 Diskusikan alasanmengkritik diri sendiri
1.10 Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilakusendiri
1.11 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
Edukasi
1.12 Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang
sama
1.13 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi

2 Perilaku kekerasan berhubungan dengan Kontrol Risiko L.14128 Manajemen Pengendalian Marah (I.09290)
ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah Setelah dilakukan…..x pertemuan diharapkan pasien Observasi
dibuktikan denganmengancam mampu memenuhi kriteria hasil: 1.1 Identifikasi penyebab/pemicu kemarahan
1. Kemampuan mencari informasi tentang faktor 1.2 Identifikasi harapan perilaku terhadap
resiko (5) ekspresikemarahan
2. Kemampua mengientifikasi faktor resiko (5) 1.3 Monitor potensi agresi tidak konstruktif
3. Kemampuan melakukann strategi kontrol melakukan tindakan sebelum agresif
resiko (5) Terapeutik
4. Kemampuan menghindarifaktor resiko (5) 1.4 Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi
marah (mis.Menggunakan senjata)
Skala Outcome: 1.5 Cegah aktivitas pemicu agresi (mis.
1 : Menurun Meninju tas, mondar mandir,
2 : Cukup Menurun berolahraga berlebihan)
3 : Sedang 1.6 Lakukan kontrol eksternal (mis.
4 : Cukup Meningkat Pengekangan, time- out, dan seklusi), jika
5 : Meningkat perlu
1.7 Dukung menerapkan strategi pengendalian
marah dan ekspresi amarah adaptif
1.8 Berikan penguatan atas keberhasilan
penerapan strategi pengendalianmarah
Edukasi
1.9 Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan
responmarah
1.10 Anjurkan meminta bantuan perawat atau
keluarga selama ketegangan meningkat
1.11 Ajarkan strategi untuk mencegah ekspresi
marahmaladatif
1.12 Ajarkan metode untuk memodulasi
pengalaman emosi yang kuat (mis. Latihan
asertif, teknik relaksasi, jurnal, ativitas
penyaluran energi)

3 Harga diri rendah kronis berhubungan dengan Harga diri (L. 09069) Promosi Koping (I.13494)
kurangnya pengakuan dari orang lain dibuktikan Setelah dilakukan…..x pertemuan diharapkan pasien Observasi
dengan menolak penilaian positif diri sendiri mampu memenuhi kriteria hasil: 1.1 Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
1. Penilaian diri positif (5) panjang sesuaitujuan
2. Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan 1.2 Identifikasi kemampuanyang dimiliki
positif (5)
1.3 Identifikasi sumber daya yang tersedia
3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri
(5) untuk memenuhitujuan
4. Minat mencoba hal baru (5) 1.4 Identifikasi pemahamanproses penyakit
Skala Outcome : 1.5 Identifikasi dampak situasi terhadap peran
1 : Menurun deanhubungan
2 : Cukup Menurun
1.6 Identifikasi metodepenyelesaian masalah
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat Terapeutik
5 : Meningkat 1.7 Diskusikan perubahan peranyang dialami
1.8 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
1.9 Diskusikan alasanmengkritik diri sendiri
1.10Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku
sendiri
1.11Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan
rasa bersalah dan rasa malu
Edukasi
1.12Anjurkan menjalin hubungan yang
memilikikepentingan dan tujuan yang sama
1.13Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

A. Kondisi klien :

B. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan

C. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yangdilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilakukekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

D. Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemupasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu.
a. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
b. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukanpada saat marah secara :
1) Verbal
2) terhadap orang lain
3) terhadap diri sendiri
4) terhadap lingkungan
c. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
d. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
2) Obat
3) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
e. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
2) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
f. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
1) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
g. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
1) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
2) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
h. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 Pasien :

Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, panggil saya Agung
saya mahasiswa Keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
yang akan praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-
14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama
bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau diruang tamu?”

Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan
–lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
bapak sudahbisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu,
apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa
latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak,
berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

1. Evaluasi latihan nafas dalam

2. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

3. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?” Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang
tamu?”

Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar- debar, mata
melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur danbantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti
bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidurnya”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada berapa cara
yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam
berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00
sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan
bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
SP 3 Pasien :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :

1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,meminta


dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbalOrientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?,apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?”

Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada
suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak
bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba
Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.”
Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak.” Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh
dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’.
Coba praktekkan. Bagus”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapakmau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

1. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik


dansosial/verbal
2. Latihan sholat/berdoa

3. Buat jadual latihan sholat/berdoa

Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang
mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya”

Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”
SP 5 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
2. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
3. Susun jadual minum obat secara teratur

ORIENTASI

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benaruntuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
yapak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yangbenar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang
kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri,edisi 3. Jakarta: EGC.
Siswoto. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Resiko Perilaku
Kekerasan. https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-
pk.pdf.Diakses pada tanggal 14 maret 2021.
2017. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko
Perilaku Kekerasan. https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-
pk- b.pdf. Diakses pada tanggal 14 maret 2021.

26

Anda mungkin juga menyukai