SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
PERSETUJUAN PEMBIMBING
AIR PADA ROSTER DENGAN BAHAN IKAT ABU LAYANG DAN SEMEN
Hari : Selasa
II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
AIR PADA ROSTER DENGAN BAHAN IKAT ABU LAYANG DAN SEMEN
PORTLAND”
Oleh :
NIM : 5150401031
Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil,
Hari : Selasa
Penguji I Penguji II
Mengetahui,ugino, MT
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar – benar
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
MOCH ARIF
NIM 5150401031
iv
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
pihak yang telah membantu memberikan dorongan serta arahan demi terselesainya
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
Semarang
2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNNES.
3. Drs. Henry Apriyatno, MT, Ketua Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
4. Drs. Hery Suroso ST. MT, Dosen pembimbing dari Universitas Negeri
5. Ir. Dr. Iman Satyarno, ME, Dosen pembimbing dari Universitas Gajah Mada
skripsi ini..
6. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang telah memberikan materi,
v
7. Seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan ini, yang tidak
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Harapan penyusun,
semoga skirpsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
Penyusun
vi
ABSTRAK
Kata Kunci : Roster, Abu layang, Pozzolan, Mortar, Kapur bebas, Calsium Silikat
Hidrat.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
B. Permasalahan ................................................................................................... 4
F. Penegasan Istilah.............................................................................................. 7
b. Pasir...................................................................................................... 16
c. Air ........................................................................................................ 17
A. Bahan ............................................................................................................... 32
B. Peralatan........................................................................................................... 32
a. Pasir...................................................................................................... 35
ix
4) Pemeriksaan Kekekalan Butir ........................................................ 38
b. Semen ................................................................................................... 38
c. Air ........................................................................................................ 38
5. Perawatan ................................................................................................... 42
e. Serapan Air........................................................................................... 46
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Semen ........................................................................................................ 47
2. Air .............................................................................................................. 47
4. Pasir............................................................................................................ 48
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
xi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
(Penulis)
PERSEMBAHAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan Dengan Umur Beton Pada Semen
dan Semen + Fly ash ............................................................... 23
Gambar 4.4 Hubungan Serapan Air dengan Berat Pasta Semen ............... 55
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.7 Susunan Kimia Dan Sifat Fisik Abu Layang ............................ 20
Tabel 2.10 Hasil Uji Kuat Tekan Beton Abu Layang ................................ 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tempat tinggal, sarana dan prasarana seperti jalan, pasar dan bangunan pendukung
lainnya menjadi semakin meningkat. Hal ini merupakan permasalahan yang harus
disikapi dengan bijak dan kreatif tidak hanya oleh pemerintah sebagai pelayan dan
abdi masyarakat, tetapi juga para akademisi dan praktisi dibidang teknik sipil.
relatif tinggi. Disini para akademisi dan praktisi dibidang teknik sipil sangat
1
2
tertentu, serta dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair kental,
kemudian mampu mengeras secara baik, perawatannya mudah dan murah, tahan
terhadap cuaca dan tidak lapuk, serta dapat memanfaatkan bahan lokal. Dalam
ilmu bahan bangunan ada beberapa jenis bahan yang dikategorikan sebagai bahan
ikat dalam adukan, diantaranya adalah semen, kapur, tras, pozolan, dan beberapa
bahan ikat semen. Disini akan diteliti roster dengan bahan ikat abu layang dan
semen portland. Pemilihan abu layang dan semen portland sebagai bahan ikat
bahan bangunan yang berwawasan lingkungan, mulai tahun 1985 Pusat Litbang
Pemukiman telah melakukan penelitian tentang abu layang. Produksi abu layang
Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Paiton, Jawa Timur.
bangunan, maka pemanfaatan abu layang sebagai bahan ikat alternatif mulai dikaji
Abu layang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland,
dan mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka
dapat mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar
hidrolik.
3
Abu layang memiliki butiran yang halus daripada butiran semen dan
mempunyai sifat hidrolik, maka abu layang tidak sekedar menambah kekuatan
mortar, karena secara mekanik abu layang ini akan mengisi ruang kosong
(rongga) diantara butiran – butiran semen, dan secara kimiawi akan memberikan
sifat hidrolik pada kapur mati yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar hidrolik
ini akan lebih kuat daripada mortar udara (kapur mati + air). (Suhud,1993).
Pemakaian abu layang sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton sudah
berkelanjutan Kantor Taman dan Rimba Texas pada Gedung Pusat Baru
relative hanya tuangan kecil, 80 yard kubik, ini adalah desain campuran HVFA
pertama yang digunakan oleh Kantor Pertamanan dan Rimba Texas dan
abu layang untuk membuat beton yang seramah mungkin pada lingkungan
(www.flyash.com).
berkurang, dan penyelesaiannya akan sangat sulit karena besarnya jumlah abu
layang ternyata tak terbukti. Waktu pemadatan tidak terlampau bervariasi dari
desain campuran langsung dari kantong, kekuatannya lebih tinggi daripada yang
perkiraan adalah 5000 psi pada 28 hari. Kekuatan sebenarnya ternyata lebih dari
7000 psi pada 28 hari, jauh melebihi kekuatan yang diperkirakan (www.fly
ash.com).
4
Pada penelitian ini pemanfaatan abu layang tidak hanya untuk kepentingan
beroperasi. Abu layang yang sebagian besar unsur utamanya adalah silica dapat
mengenai “Pengujian Kuat Tekan dan Serapan Air Pada Roster dengan Bahan Ikat
Abu Layang dan Semen Portland”. Pembuatan roster dengan komposisi yang
optimum, sehingga didapatkan roster dengan bahan ikat yang berbeda, tetapi kuat
tekan yang sama, dan tentu saja memiliki harga yang lebih murah dibanding roster
yang konvensional.
B. PERMASALAHAN
High Volume Fly Ash (HVFA), dimana abu layang tidak hanya digunakan
C. TUJUAN PENELITIAN
kuat tekan
3. Mengetahui kuat tekan dan nilai serapan air roster dengan bahan ikat
semen portland dan abu layang pada variasi komposisi yang telah
direncanakan.
D. MANFAAT PENELITIAN
adalah:
bahan bangunan atau dunia usaha roster yang memakai bahan susun
4. Mengurangi limbah dari abu layang (fly ash) dan secara tidak langsung
E. BATASAN MASALAH
Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan dan
serapan air pada roster dengan bahan ikat semen portland dan abu layang. Macam
6. Abu layang yang dipakai adalah abu layang dari PLTU Paiton.
7
I.
F. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari salah pengertian dalam judul ini, maka perlu diberikan
1. Semen
klinker, yang terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (SK SNIS – 04 – 1989 - F).
2. Abu layang
Abu layang (fly ash) merupakan limbah hasil pembakaran batubara yang
berbentuk abu. Abu ini mempunyai tingkat kehalusan dan sifat kimia yang
3. Roster
tertentu serta dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair
murah, tahan terhadap cuaca dan lapuk, serta dapat memanfaatkan bahan
lokal.
8
4. Kuat tekan
Kuat tekan berarti tingkat atau derajat kekuatan suatu material terhadap gaya
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Roster
Roster adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen
portland (PC), agregat halus, air dan atau bahan tambah / aditive lainnya dengan
dibentuk yang bervariasi dan biasanya dipasang pada dinding – dinding. Roster
dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya ditambah dengan
a. Bata beton berlubang mutu I, adalah bata beton berlubang yang digunakan
untuk konstruksi yang memikul beban dan bisa digunakan pula untuk
b. Bata beton berlubang mutu II, adalah bata beton berlubang yang
hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (Untuk konstruksi
di bawah atap)
c. Bata beton berlubang mutu III, adalah bata beton berlubang yang
digunakan untuk konstruksi seperti yang tersebut dalam mutu IV, tetapi
d. Bata beton berlubang mutu IV, adalah bata beton berlubang yang
8
9
serta konstruksi lainnya yang selalu terlindung dari hujan dan terik
a. Sifat tampak , bata beton harus mempunyai bentuk yang sempurna tidak
terdapat retak-retak dan cacat bagian sudut dan rusuknya tidak mudah
b. Bentuk dan ukuran, berbagai bentuk dan ukuran bata beton yang terdapat
3 Peyerapan air % 35 25
rata – rata maks
*)Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji
hancur, dibagi dengan luas bidang tekan nyata dari benda uji termasuk
luas lubang serta cekungan tepi.
10
Kualitas dan mutu roster ditentukan oleh bahan dasar, bahan tambahan,
proses pembuatan, dan alat yang digunakan. Semakin baik mutu bahan bakunya,
dilakukan dengan baik akan menghasilkan roster yang berkualitas baik pula.
Hubungan antara komposisi campuran pasir semen dengan kuat tekan bata
beton berlubang pada umur 28 hari menurut Puslitbang DPU Semarang (1985)
Dalam perkembangannya bahan susun roster tidak hanya terdiri dari pasir
dan semen, namun berbagai variasi telah banyak dilakukan dalam penelitian.
11
berikut :
a. Semen
menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (SK SNIS – 04 – 1989 - F).
Semen portland merupakan bahan ikat untuk merekatkan butir-butir agregat agar
Kapur ( CaO) : 60 – 66 %
Silika (SiO2) : 16 – 25 %
Alumina (Al203) : 3 – 8 %
Besi : 1 - 5 %
Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik
membentuk senyawa – senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa
karena tidak cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu
amorf.
Air
Gambar 2.1 Hubungan antara umur dengan kuat tekan pada komponen –
komponen
yang terkandung dalam semen portland (Tjokrodimuljo,1996)
Kekuatan semen ditentukan oleh komponen C3S dan C2S. Kedua bahan ini
Faktor yang berpengaruh dalam pembuatan mortar adalah faktor air semen
(fas). Semakin banyak jumlah air yang digunakan dalam mortar maka akan
sedikit air yang digunakan dalam mortar maka besarnya prosentase diameter rata-
rata uji sebar akan semakin kecil atau bahkan semakin besar (karena tidak terjadi
Nilai faktor air semen juga berpengaruh terhadap kelecakan dan workability
mortar. Nilai faktor air semen yang cukup maka akan mempermudah pengerjaan
mortar, memiliki kelecakan yang baik dan didapatkan nilai uji sebar yang
memenuhi syarat. Sedangkan nilai faktor air semen yang terlalu besar memang
semakin encer dan nilai sebarnya menjadi terlalu besar. Pada sisi lain, faktor air
semen yang terlalu sedikit akan membuat mortar menjadi sulit untuk dikerjakan
persyaratan kimia seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 dan fisik seperti yang
- Hilang Pijar
maks. % berat 3,0 3,0 3,0 2,5 3,0
- Kehalusan
Sisa diatas ayakan 0,09 mm
Maks. % berat 10 10 10 10 10
Dengan alat Blaine, luas permukaan tiap
Satuan berta smen. Min m2 / kg 280 280 280 280 280
Keterangan :
*) Bila tidak ditentukan, maka yang berlaku adalah penentuan
memakai pesawat vicat
**) Bila syarat ini diminta, maka syarat C4AF + C2F tidak perlu
dilakukan
secara visual dalam keadaan tertutup rapat, setelah dibuka dan diperiksa
b. Pasir
Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan
2) Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
6) Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua
menjadi 4 zone seperti yang di tunjukkan pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Keterangan :
Zone 1 = Pasir Kasar
Zone 2 = Pasir Agak Kasar
Zone 3 = Pasir Halus
Zone 4 = Pasir Agak Halus
c. Air
Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan roster.
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas
antara butir – butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Tetapi
perlu dicatat bahwa tambahan air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak
karena kekuatan roster akan rendah. Air yang mengandung senyawa – senyawa
berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan – bahan kimia lain, bila
dipakai untuk campuran roster akan menurunkan kekuatannya dan juga mengubah
sifat – sifat semen. Air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
pencampuran bahan – bahan roster tidak maksimal. Sebagai akibatnya roster yang
dihasilkan akan kurang kekuatannya.
18
Air yang digunakan untuk membuat beton harus bebas dari bahan – bahan
yang merugikan seperti tanah liat, lupur, bahan organik dan asam organik, alkali
dan garam – garam lain. Lumpur dan tanah liat dapat diambil dengan
membiarkannya mengendap dalam kolam atau tangki yang sesuai, tapi bahan lain
yang terlarut sukar dihilangkan. Bilamana air jernih tak terasa asin atau payau
Air untuk campuran mortar / beton sebaiknya harus memenuhi syarat ( SK-
3) Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari laboratorium
d. Abu Layang
Abu layang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan
ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan
bahan batubara. Abu layang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan
elektrostatik. (Hidayat,1986)
19
Abu layang termasuk bahan pozolan buatan (lea. FM 1971 (dalam Hidayat,
1986)). Karena sifatnya yang pozolanic, sehingga abu layang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun
untuk campuran beton. Keuntungan lain dari abu layang yang mutunya baik ialah
dapat meningkatkan ketahanan / keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga
1) Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada proses
hidrasi semen akan terikat oleh silikat dan aluminat aktif yang
gel, yang berubah menjadi calsium silikat hidrat yang akan menutupi
beton normal.
meningkat.
terjadinya keratakan.
semen. (Hidayat,1993).
baranya. (Husin,1998)
Berdasarkan jenis batu bara digunakan bahan bakar, abu layang dibagi
1) Kelas F, yakni abu layang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara
2) Kelas C, yakni abu layang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara
Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu layang menurut ASTM C 618 –
91 ditunjukkkan pada Tabel 2.7 dan komposisi kimia abu layang PLTU Paiton
(Rahmi, 2005)
Dari kedua kelas tersebut yang digunakan untuk additive pada penelitian
roster ini adalah abu layang kelas F, karena kandungan oksida silica; alumunium;
dan besi dari abu layang yang dihasilkan lebih dari 70%, yaitu 86,56 %.
menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi dibandingkan beton normal.
Penambahan kuat tekan beton disebabkan karena abu layang mempunyai butiran
yang lebih halus daripada semen portland, yang mempunyai sifat hidrolik seperti
pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ]
PROSES HIDRASI
PC + Air (H2O) Calsium Silicate Hydrate (CHS)
PROSES HIDRASI
PC + Fly ash + Air (H2O) Calsium Silicate
Hydarte (CHS)
Dari proses di atas dapat dijelaskan bahwa pada saat proses hidrasi semen
akan dilepas kapur bebas, dimana kapur bebas tersebut akan terikat oleh silikat
dan aluminat aktif yang terkandung didalam abu layang dan menambah
pembentukan silicat gel, yang berubah menjadi Calsium Silicat Hidrat (CSH)
yang akan memasuki pori – pori yang terbentuk, sebagai akibat di bebaskannya
umumnya berkisar antara 20 – 35% dari berat semen, Laju kenaikan kekuatannya
lebih lambat dari pada beton normal. Pada umur 28 hari kekuatan tekan lebih
rendah daripada beton normal namun sesudah umur 90 hari kekuatanya dapat
Hubungan antara kuat tekan dengan umur beton pada semen dan semen +
Gambar 2.3 Hubungan Kuat Tekan dengan Umur beton Pada Semen dan
Semen + Fly ash (Tjokrodimuljo,1996)
Gambar 2.4 Laju kenaikkan kekuatan beton dengan semen biasa (kontrol) dan
beton dengan pozzolan abu layang (Neville, 1987(dalam Suroso, 2001))
24
Mortar adalah adakan yang terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Bahan
a. Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air.
c. Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
d. Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar (b)
a. Mortar tipe M
Mortar tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk
dinding bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan
pipa air kotor, adukan dinidng penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan
b. Mortar tipe N
Mortar tipe N adalah adukan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak
disyaratkan menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya
c. Mortar tipe S
Mortar tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk
pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimumnya adalah 52,5 kg/cm2.
25
d. Mortar tipe O
Mortar tipe O adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
konstruksi dinding yang tidak menahan beban yang lebih dari 7 kg/cm2 dan
gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimumnya adalah 24,5 kg/cm2.
e. Mortar tipe K
Mortar tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk
pasangan dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan
campuran bahan susun mortar yang tujuannya adalah mencari dan menentukan
faktor air semen (fas) yang sesuai sehingga didapatkan diameter uji sebar mortar
rata-rata (dr) 4 kali pengukuran harus sebesar 1 – 1,15 diameter cincin meja uji
sebar. Diameter cincin uji sebar adalah 10 cm, jadi diameter rata-rata maksimum
diameter rata-rata (dr) terhadap diameter maksimal dari uji sebar yang diijinkan
Pada penelitian ini mortar yang dipakai adalah jenis mortar khusus, yakni
mortar semen yang ditambah dengan abu terbang. Penambahan abu terbang
pada umur 28 hari didapatkan kuat tekan rata – rata 103 kg/cm2.
Tujuan dari penelitian mortar ini adalah untuk mengetahui kekuatan mortar
semen yang ditambah dengan abu terbang apabila dijadikan sebagai adukan/spesi.
26
Dari hasil penelitian Idris dan Lasino (1993), tentang pemanfaatan limbah
kapur industri soda sebagai bahan substitusi pada pembuatan, paving block, bata
belubang dan genteng beton, menunjukkan bahwa sifat – sifat fisis bata berongga
dengan bahan substitusi limbah kapur sangat baik, terlihat dengan kemampuan
menahan beban tekan dan daya serap terhadap air yang relatif kecil.
Sifat penyerapan air ini juga dapat digunakan sebagai parameter terhadap
porus dan padatnya suatu adukan, dimana dalam aplikasinya dapat mempengaruhi
sifat kekedapan dan keawetan bahan terutama untuk bagian konstruksi yang
karena semakin sulit ditembus oleh bahan-bahan perusak seperti sulfat, chlorida,
Hasil uji tekan dan serapan air conblock dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Dari penelitian Hidayat (1993) tentang Penelitian Mutu Beton Abu layang
Pada Lingkungan yang Agresif (Pantai dan Laut) dengan variasi penambahan abu
layang 0%, 10%, 20%, 25%, 30%, dan 40% terhadap berat semen menunjukkan
bahwa :
a. Kuat beton abu layang pada umur muda (kurang dari 28 hari) lebih rendah
untuk beton yang disimpan di tepi pantai dan yang direndam di laut, kuat
tekan pada umur 3 tahun lebih rendah daripada sebelumnya. Hal ini
laut dan pantai) lebih kuat daripada daya tahan betonnya yang tidak
Hasil uji kuat tekan beton dengan beberapa variasi komposisi abu layang
terhadap berat semen dalam kondisi penyimpanan pada Laboratorium, Pantai dan
Laut yang dilakukan oleh Hidayat ditunjukkan pada Tabel 2.10. Sedangkan
hubungan antara kuat tekan beton dengan umur dalam kondisi penyimpanan pada
bahwa abu layang berperan sebagai pengisi ruang kosong (rongga) diantara
butiran – butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada
kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat proses hidrasi semen, dimana
mortar hidrolik ini kan lebih kuat daripada mortar udara (kapur bebas + air);
maka abu layang seharusnya tidak hanya menambah kekedapan dan kemudahan
B. Pemikiran Dasar
portland, agregat halus, air dan dengan atau tanpa bahan tambah. Roster dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk penyekat dinding.
Bahan baku pembuatan roster dalam penelitian ini adalah semen, pasir, air
dan abu layang. Pemeriksaan terhadap semen dilakukan secara visual yaitu semen
dalam keadaan tertutup rapat dan apabila dibuka tidak terdapat gumpalan.
secara visual yaitu air harus bersih, tidak mengandung kotoran, minyak dan zat
kehalusan butirannya
Abu layang memiliki butiran yang lebih halus daripada butiran semen dan
mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat
mengubah kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik.
30
juga dapat menambah kekuatannya. Pemikiran ini sangat beralasan, karena secara
mekanik abu layang ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran –
butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur
bebas yang dihasilkan dari hidrasi, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat
daripada mortar udara (kapur bebas + air). Pembentukan kapur bebas dari semen
tidak dapat dihindari, karena bahan dasar semen sendiri mengandung batu kapur.
Kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang merupakan mortar udara dan merupakan
kristal yang paling lemah di dalam beton. Jumlah kapur bebas dapat mencapai ±
35%. Makin tinggi jumlah kapur bebas dalam beton, maka betonnya akan makin
lemah. Untuk membatasi pembentukan kapur bebas dalam beton, maka ke dalam
semen ditambahkan ± 5% gypse (CaS04, 2H2O). Gypse ini dengan adanya air
akan bereaksi dengan C3A, sehungga terbentuk ettringite (3Ca SO4, C3A
,31H2O). Reaksi ini sangat cepat setelah bersentuhan dengan air dan yang paling
,31H2O
(Gypse) (Ettringite)
berikut :
31
Ettringite
Udara
C3S
H2O masuk
H2O
Adapun peran abu layang adalah sebagai pengisi ruang kosong diantara
butiran semen dan memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan
Dari uraian diatas diharapkan dengan penambahan abu layang sebagai bahan
ikat tambahan dalam pembuatan roster dapat meningkatkan kuat tekan pada
roster.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan
1. Semen
2. Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pasir Muntilan
3. Air
Air yang digunakan adalah air dari instalasi air bersih laboratorium
4. Abu layang
Abu layang yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu layang
B. Alat
1. Ayakan
mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm yang dilengkapi dengan tutup
2. Timbangan
3. Gelas ukur
4. Stop watch
5. Picknometer
6. Oven
7. Desikator
11. Pipet
Mesin uji tekan digunakan untuk menguji kuat tekan mortar dan roster.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian roster ini pengujian kuat tekan dilakukan sebanyak tiga kali,
yakni pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Adapun variabel penelitian pada
A 0.35 0 1 8 3 3 3
B 0.35 1.30 1 8 3 3 3
C 0.35 1.40 1 8 3 3 3
D 0.35 1.50 1 8 3 3 3
E 0.35 1.60 1 8 3 3 3
F 0.35 1.80 1 8 3 3 3
35
D. Tahapan Penelitian
1. Pengadaan bahan
susun roster diantaranya adalah Semen Nusantara Jenis I, pasir Muntilan, abu
layang dari PLTU Paiton, Jawa Timur dan air dari instalasi air bersih Jurusan
2. Pemeriksaan Bahan
a. Pasir
b) Setelah 24 jam air rendaman dibuang dengan hati-hati agar butiran pasir
kering.
d) Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
pasir ditimbang ( Bk )
(B).
kehalusan pasir.
Alat : satu set ayakan 4,8mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6mm, 0,3mm, 0,15mm,
tetap.
selama 3 jam.
paling atas yaitu : 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15mm.
d) Memasukkan pasir dalam ayakan paling atas, tutup dan diayak dengan
wadahnya.
a) Mengambil pasir yang telah kering oven selama 24 jam dengan suhu
Air yang kotor dibuang tanpa ada pasir yang ikut terbuang, langkah ini
dengan pipet setelah itu pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat kekal pasir dari cuaca. Alat
yang digunakan : saringan 0,074mm, timbangan, gelas ukur. Bahan : pasir, larutan
berikut:
dari oven.
b. Semen
dalam keadaan tertutup rapat dan setelah dibuka tidak ada gumpalan serta
butirannya halus. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen
c. Air
Pemeriksaan terhadap air juga dilakukan secara visual yaitu air harus bersih,
tidak mengadung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air untuk
minum. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari laboratorium
d. Abu Layang
Pemeriksaan terhadap abu layang dilakukan dengan cara visual yaitu abu
layang yang berwarna kelabu serta lolos ayakan 0,074 mm dan didukung dengan
hasil penelitian abu layang dari Laboratorium MIPA yang menggunakan jenis abu
Abu layang yang digunakan dalm penelitian ini adalah abu layang dari
yang plastis.
plastis.
1) Meletakkan cincinsebar diatas meja sebar, lalu diisi dengan pasta mortar
selama ± 15 menit.
perata.
1) Menimbang bahan-bahan susun roster yaitu semen, pasir , abu layang dan
roster.
2) Memasukkan air 80% dari air yang dibutuhkan dengan faktor air semen
dan abu layang yang telah tercampur dalam keadaan kering pada
3) Ketika mesin pengaduk masih berputar sisa air dimasukkan sedikit demi
sedikit sampai airnya habis dalam jangka waktu tidak kurang dari 3 menit.
5. Perawatan
disimpan didalam ruangan dengan kondisi lembab dan disiram dengan air selama
masa perawatan. Masa perawatan roster dilakukan 30 hari, 60 hari dan 90 hari
dengan maksud untuk mengetahui laju perkembangan kuat tekan roster. Hal
tersebut dilaksanakan sebab abu layang termasuk pozzolon, dimana bahan yang
kenaikan kekuatannya lebih lambat daripada beton normal, dan baru dapat lebih
uji tersebut dengan penambahan besarnya gaya tetap sampai benda uji
tersebut pecah.
Mesin Penekan
Plat Landasan
Mortar
Plat Landasan
a. Roster yang telah berumur 30, 60 dan 90 hari dan dalam kondisi kering
Mesin Penekan
Penambahan beban
2 - 4 kg/cm2 per detik
roster
E. Analisis Data
Bk
BulkSpesifikGrafity = ................. pers.1)
(B + 500 − Bt )
500
BulkSpesifikGrafity SSD = ................. pers.2)
(B + 500 − Bt )
Bk
Apparent Spesifik Grafity = ................... pers.3)
(B + Bk − Bt )
500 − Bk
Absorbsi = x100%.............. pers.4)
Bk
Dimana,
G1 − G 2
Kandungan Lumpur = x100 %......... .... pers . 5 )
G1
Dimana :
G1 = Berat pasir kering oven
G2 = Berat pasir kering setelah di cuci
Pmaks
σm = ............................................................ pers.6)
A
Dimana :
σm = kuat tekan mortar (kg/cm2)
P maks = beban maksimum (kg)
A = luas penampang mortar (cm2)
46
P
fc = .................................................................. pers.7)
A
Dimana :
fc = kuat tekan roster (kg/cm2)
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang roster (cm2)
d. Serapan Air
W 2 − W1
Serapan air = x100%................................................. pers.8)
W1
Dimana :
W1 = Berat roster dalam keadaan kering mutlak (dioven)
W2 = Berat roster setelah direndam
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
1. Semen
Penelitian terhadap semen dilakukan dengan cara visual yaitu semen dalam
keadaan tertutup rapat dan setelah dibuka tidak ada gumpalan serta butirannya
halus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen yang digunakan dalam kondisi
kemasan yang baik dan pada saat dibuka tidak ada gumpalan serta butirannya
halus.
2. Air
Penelitian terhadap air juga dilakukan secara visual yaitu air harus bersih,
tidak mengadung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air untuk
minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air dari laboratorium jurusan Teknik
Sipil Universitas Negeri Semarang dalam kondisi tidak berwarna dan tidak
berbau, sehingga dapat digunakan karena telah memenuhi syarat SK SNI –S– 04 –
1989 – F.
3. Abu Layang
Penelitian terhadap abu Layang dilakukan dengan cara visual yaitu abu
layang yang berwarna kelabu serta kehalusan butirannya lolos ayakan 0,074 mm
47
48
(200 Mesh). Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu layang yang digunakan
berwarna kelabu serta butirannya lolos ayakan 0,074 mm. Dalam pemeriksaan
laboratorium abu layang dari PLTU Paiton ini masuk pada Kelas F, karena
kandungan oksida silica; aluminium; dan besi dari abu layang yang dihasilkan
lebih dari 70%, sehingga telah memenuhi standar abu layang menurut ASTM C
618 – 91.
4. Pasir
dirata – rata. Pada kondisi kering didapat berat jenis rata – rata pasir Muntilan
Berat jenis pasir Muntilan yang dipakai termasuk dalam agregat normal
(berat jenisnya antara 2,5-2,7), sehingga dapat dipakai untuk beton normal dengan
b. Gradasi Pasir
yang dipakai masuk pada zone 2, yakni Pasir agak kasar (lampiran 4). Modulus
kehalusan pasir 3,01 (Menurut SK SNI – S – 04 – 1989 - F antara 1,5 sampai 3,8),
Tabel syarat batas gradasi agegat halus pada 4 zone dapat dilihat pada Tabel
4.1 dan hasil uji gradasi pasir muntilan ditunjukkan pada Gambar 4.1.
49
Dari analisis uji gradasi pasir Muntilan masuk di Zone 2 (agak kasar).
100
90
Prosentase Lolos (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
kemudian dirata – rata. Pada kondisi kering didapat kadar lumpur rata – rata pasir
Muntilan sebesar 3,13 % < 5%, sehingga telah memenuhi syarat SK SNI – S – 04
dengan 2 sampel, kemudian dirata – rata. Pada kondisi kering didapat kekekalan
butir rata – rata pasir Muntilan dengan menggunakan Na2SO4 sebesar 6,2 % <
12%, sehingga kekekalan butiran pasir Muntilan yang dipakai telah memenuhi
dengan 2 sampel, kemudian dirata – rata. Pada kondisi kering didapat kekekalan
butir rata – rata pasir Muntilan dengan menggunakan MgSO4 sebesar 7,19 % <
10%, sehingga kekekalan butiran pasir Muntilan yang dipakai telah memenuhi
Dari uji sebar pada fas 0,35 didapat diameter rata – rata (dr) 123,91% ds.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada fas 0,35 mortar terlalu kering dan sulit untuk
dikerjakan. Untuk mendapatkan fas yang sesuai, maka dilakukan uji sebar pada
tiap – tiap variasi campuran, dimana harus dicapai diameter rata – rata (dr) 75% -
110% ds. Hasil dari uji sebar dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari uji sebar
didapatkan fas 1,1. Hasil ini merubah mix design awal yang direncanakan fas 0,35
Uji kuat tekan mortar dilaksanakan setelah mortar dalam masa perawatan 90
hari. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. Sedangkan
hubungan antara kuat tekan mortar dengan berbagai komposisi campuran abu
Hasil Penelitian
Litbang PU (1986)
120
Kuat Tekan (Kg/Cm2)
100
80
2
y = -0.7381x + 12.176x + 64.133
60
2
R = 0.918
40
20
0
0:1:8 1,3 : 1 : 8 1,4 : 1 : 8 1,5 : 1 : 8 1,6 : 1 : 8 1,8 : 1 : 8
Gambar 4.2 Hubungan Kuat Tekan Dengan Variasi Komposisi Campuran Kubus
Mortar Umur 90 hari
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa dengan penambahan abu layang pada fas
Dari hasil regresi terlihat bahwa akan ada penurunan kuat tekan mortar
terhadap penambahan abu layang, yang dalam penelitian ini belum terjadi.
Penurunan kuat tekan ini disebabkan karena ada batasan kefektifan pozzolan
52
Adanya peningkatan kuat tekan ini sesuai dengan pendapat Suhud (1993)
yang menyatakan bahwa secara mekanik abu layang akan mengisi ruang kosong
(rongga) diantara butiran – butiran semen dan secara kimiawi akan memberikan
sifat hidrolik pada kapur bebas [Ca (OH ) 2 ] yang dihasilkan pada saat proses
hidrasi semen, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat daripada mortar udara
(kapur bebas + air); sehingga abu layang tidak hanya menambah kekedapan dan
Dalam penelitian ini kuat tekan optimum terjadi pada variasi komposisi 1,8 Fa : 1
Uji kuat tekan roster dilaksanakan pada umur 30 hari, 60 hari, dan 90. Dari
hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada lampiran 8, 9, dan 10. Sedangkan
hubungan antara kuat tekan dengan komposisi disajikan dalam gambar 4.3.
umur 30 hari
umur 60 hari
umur 90 hari
30
2
y = -0.001x + 1.045x + 19.589
2
R = 0.9029
25
20
g/cm2)
2
y = -0.0168x + 0.9668x + 18.127
ekan(K
2
R = 0.8989
15
2
y = -0.0988x + 1.9528x + 13.233
uatT
2
R = 0.8395
K
10
0
0:1:8 1,3:1:8 1,4:1:8 1,5:1:8 1,6:1:8 1,8:1:8
Gambar 4.3 Hubungan Kuat Tekan Dengan Variasi Komposisi Campuran Roster
Umur 30 hari, Umur 60 hari dan Umur 90 hari
53
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa pada umur yang sama, kuat tekan roster naik
seiring dengan penambahan abu layang terhadap komposisi 1 Pc : 8 Psr. Hasil ini
Dari hasil penelitian, kuat tekan optimum roster terjadi pada komposisi
antara 1,6 Fa s/d 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr pada umur 30 hari dan umur 60 hari,
selanjutnya terjadi penurunan kuat tekan. Sedangkan pada roster umur 90 hari
kuat tekan optimum terjadi pada komposisi 1,8 Fa : 1 Pc : 8 Psr, namun untuk
penurunan kuat tekan roster umur 90 hari dalam penelitian ini belum terjadi.
Dari gambar 4.3 juga terlihat bahwa pada variasi komposisi yang sama
terjadi peningkatan kuat tekan roster dari umur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari.
Keadaan ini sesuai dengan teori yang tercantum pada PBI 1971 (dalam
Suroso,2001) bahwa semakin lama umur beton, maka kekuatan yang dimiliki
penambahan kekuatan tekan beton terjadi sampai dengan umur 3 tahun, dan
Dari hasil penelitian terjadi perubahan kuat tekan optimum, dimana roster
pada umur 30 hari dan 60 hari terjadi peningkatan kuat tekan dari komposisi ke –
1 sampai komposisi ke – 5, yakni 21,86 kg/cm2 (mutu A1) pada umur 30 hari;
dan 24,46 kg/cm2 (mutu A1) pada umur 60 hari; namun pada komposisi ke – 6
mengalami penurunan kuat tekan. Sedangkan pada roster pada umur 90 hari kuat
yakni 25,75 kg/cm2 (mutu A1). Hal ini membuktikan bahwa keefektian reaksi
pozzolan pada roster umur 30 hari dan 60 hari belum terjadi, dan baru
menampakkan keefektifan reaksinya pada umur 90 hari. Hal ini terjadi karena
54
Calsium Silicat Hidrat (CSH) yang dihasilkan melalui reaksi Pozzolanik akan
Uji serapan air dilaksanakan dengan cara roster dioven pada suhu 1100
selama 24 jam, kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Hal ini didasarkan
pada pendapat Neville (1977) yang menyatakan bahwa serapan air akan mencapai
angka ekstrim apabila pengeringan dilakukan pada suhu tinggi, karena akan
menghilangkan kandungan air air dalam beton; adapun pengeringan pada suhu
Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada lampiran 12, hubungan
antara jumlah pasta semen dan serapan air disajikan dalam gambar 4.4, sedangkan
hubungan antara jumlah pasta dan serapan air disajikan dalam gambar 4.5.
30
Serapan Air (%)
25
20
15
10
Dari gambar 4.4 terlihat bahwa semakin banyak jumlah pasta semen, maka
serapan air yang terjadi semakin besar. Keadaan ini sesuai dengan pendapat
mengakibatkan kandungan air bebas dalam beton dan sekaligus air dalam bentuk
koloid (berukuran 0,000001 – 0,002 mm) yang lebih kenyal yang terikat dalam
pasta akan menguap. Kondisi penguapan kandungan air dalam beton tersebut
pasta, maka kerusakan yang terjadi akibat pemanasan semakin besar sehingga
Keadaan yang sama juga terjadi pada penelitian Abdurachim Idris dan
Lasino (1993) tentang pemanfaatan limbah kapur industri soda sebagai bahan
substitusi pada pembuatan roster, paving block, dan genteng beton, yang
dengan jumlah pasta (semen + kapur + air). Hal ini terjadi karena kedudukan
kapur sebagai subtitusi agregat dan butiran kapur lebih besar daripada butiran
semen, sehingga tidak dapat mencegah kerusakan pada pasta akibat pemanasan.
dipakai sebagai pembanding dengan nilai serapan air hanya pasta semen.
Sedangkan dalam pengertian istilah pasta diartikan sebagai jumlah air dan bahan
ikat dalam beton, maka seharusnya abu layang juga termasuk sebagai pasta,
karena abu layang masih termasuk dalam alternatif pangganti bahan ikat. Hal ini
berarti komposisi abu layang masuk dalam pasta sebagai pembanding dengan nilai
serapan air. Adapun grafik hubungan antara jumlah pasta (abu layang + semen +
25
15
10
0
393, 592,4 604,5 616,3 627,7 649,7
dikeluarkan oleh Troxell, bahwa semakin banyak jumlah pasta dalam beton, maka
nilai serapan airnya meningkat pula. Kondisi yang membuat hasil penelitian ini
berbeda adalah karena penambahan abu layang dengan konsentrasi tinggi tanpa
layang sebagai pengganti semen hanya terbatas sampai 35% terhadap berat semen.
kombinasi antara abu layang dan semen efektif dijadikan bahan ikat. Hal ini
berarti ada sebagian dari abu layang yang tidak lagi efektif sebagai bahan ikat,
akan tetapi lebih cenderung sebagai bahan pengisi (filler). Karena kedudukannya
sebagai bahan pengisi, maka ia tidak terpengaruh ketika dipanaskan dalam oven,
Abu layang mempunyai butiran yang lebih kecil daripada semen, hal ini
pasir, sehingga volume roster menjadi lebih padat. Hal inilah yang menyebabkan
serapan air semakin kecil dengan semakin bertambahnya konsentrasi abu layang.
BAB V
A. KESIMPULAN
sebagai berikut :
1. Laju peningkatan kuat tekan roster dengan penambahan abu layang selaras
optimum, yakni 20,86 kg/cm2 (mutu A1) pada umur 30 hari; 22,37
kg/cm2 (mutu A1) pada umur 60 hari dan 25,75 kg/cm2 (mutu A1) pada
umur 90 hari.
meningkatkan kekedapannya.
dimana semakin banyak pasta dalam roster maka prosentase nilai serapan
airnya menurun.
B. SARAN
58
59
2. Asumsi awal bahwa semakin banyak rongga dalam beton yang terisi oleh
abu layang akan meningkatkan kuat tekan tidak terbukti, meskipun mampu
abu layang di Indonesia masih terbatas pada hal – hal tertentu seperti pada
Portland Pozolan Cement (PPC), dan sebagai campuran pada beton cor.
Andriati, A.H.,1998, Semen Abu Terbang untuk Genteng Beton, Jurnal Litbang
Vol. 14 No. 1 1998: Bandung.
Anonim. 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Mortar semen portland Untuk
pekerjaan Sipil (SK SNI M-111-1990-03). Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan: Jakarta.
Budi, H., 2004, Analisis Kuat Tekan Paving Block Dengan Butiran Pasir Kasar
Bergradasi Seragam dan Lolos Ayakan 2,36 – 4,75 mm Akibat Beban
Pemadatan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan , Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang : Semarang
Murdock,L. J, and Brook K. M., 1991, Bahan dan Praktek Beton (alih bahasa
Stephanus Hendarko), Erlangga : Jakarta.
Ravina, Dan, Efficient Utilization of Coarse and Fine Fly Ash in Precast Concrete
by Incorporating Thermal Curing, American Concrete Institute
Journal, Proceedings V.78 No. 3, May-June 1981, http/ : www.fly
ash.com.
Ridwan, S.,1993, Beton Mutu Tinggi, Jurnal Litbang Vol IX No. 7 – 8 Juli –
Agustus 1993, Jakarta
Spesifikasi Teknik Desain dan Pelaksanaan SIB F12 UDC 691.431: Jakarta
Suroso, H., 2001, Pemanfaatan Pasir Pantai Sebagai Bahan Agregat Halus Pada
Beton, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah
Mada, : Yogyakarta
Troxell, G.E., Davis, H.E., Kelly, J.W., 1968 Composition and Properties of
Concrete (second edition), Graw – Hill : New York.
Yatti, S. H., 1986, Penelitian pendahuluan pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash)
untuk Campuran Beton di Indonesia, Jurnal Litbang Vol.II No. 4 – 5
April – Mei 1986 : Bandung.
Yatti, S. H., 1993, Penelitian Mutu Beton Abu Terbang Pada Lingkungan Yang
Aresif (Pantai dan Laut), Jurnal Litbang Vol.X No. 5 – 6 Mei – Juni
1993 : Bandung.
Lampiran 1
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek : Skripsi
Bj Semen : 3,15
Bj Pasir : 2,57
Fas : 1,1
= (30*15*9) - ((8.1*4.7*4+1/2*3.14*4.32+(1/2*3*2,5)2)*9)
= 4050 – 1699.28
Penyelesaian :
1,3
Isi padat 1,3 ton Fa = = 0,9091 m3
1,43
8
Isi padat 8 ton Psr = = 3,1129 m3
2,57
fas 0,35 = 1,1*1 = 1,1000 m3
5,4395 m3
5,6027 m3
1,3
Fa = *1 = 0,2744 ton = 232,0 kg
5,6027
1
Pc = *1 = 0,2111 ton = 178,5 kg
5,6027
8
Psr = *1 = 1,6885 ton = 1427,9 kg
5,6027
Hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan air pada pasir Muntilan :
Sampel Sampel
Keterangan Rata-rata
A B
BK 2,550 2,581 2,566
Berat jenis (bulk) =
( B + 500 − Bt )
300,80
= = 3,01
100
Dari analisis uji gradasi Pasir Muntilan masuk di Zona 2 (agak kasar).
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
100 − 96,88
= × 100%
100
= 3,13 %
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek : Skripsi
Bahan : Pasir Muntilan
A P K
Variasi No
(cm2) (Ton) (kg/cm2)
a 25 1.80 72.00
1 b 25 1.90 76.00
c 25 1.80 72.00
a 25 2.20 88.00
2 b 25 2.30 92.00
c 25 2.20 88.00
a 25 2.30 92.00
3 b 25 2.40 96.00
c 25 2.40 96.00
a 25 2.60 104.00
4 b 25 2.30 92.00
c 25 2.50 100.00
a 25 2.90 104.00
5 b 25 2.70 108.00
c 25 2.80 104.00
a 25 2.60 116.00
6 b 25 2.70 108.00
c 25 2.60 112.00
Lampiran 9
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek : Skripsi
p l t g P K
Variasi No
(cm) (cm) (cm) (kg) (Ton) (kg/cm2)
1 30,80 8,70 15,30 4,60 4,20 15,67
A
0:1: 8 2 30,60 8,70 15,20 4,40 4,00 15,03
3 30,60 9,00 15,20 4,00 4,20 15,25
1 30,60 8,60 15,20 5,00 4,60 17,48
B
1,3 :1: 8 2 30,30 9,00 15,30 5,40 4,30 15,77
3 31,00 8,70 15,30 5,50 4,50 16,69
1 30,20 8,70 15,10 4,80 4,90 18,65
C
1,4 :1: 8 2 30,40 9,00 15,20 4,90 4,50 16,45
3 30,20 8,70 15,00 4,90 5,10 19,41
1 30,70 8,70 15,20 5,10 5,20 19,47
D
!,5 :1: 8 2 30,30 9,00 15,20 5,50 5,00 18,34
3 30,30 8,70 15,20 5,00 5,20 19,73
1 30,50 8,70 15,20 5,10 5,80 21,86
E
1,6 :1: 8 2 30,30 9,00 15,10 5,00 5,50 20,17
3 30,30 9,00 15,20 5,30 5,80 21,27
1 30,20 8,80 15,10 4,70 5,10 19,19
F
1,8 :1: 8 2 30,60 8,70 15,20 5,50 5,80 21,79
3 30,20 9,00 15,10 5,50 6,10 22,44
Lampiran 10
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek : Skripsi
p l t g P K
Variasi No
(cm) (cm) (cm) (kg) (Ton) (kg/cm2)
1 30,50 9,20 15,20 4,40 5,40 19,24
A
0:1: 8 2 30,40 9,00 15,10 4,70 5,50 20,10
3 30,20 9,20 15,10 4,40 5,00 18,00
1 30,60 8,80 15,00 5,30 5,30 19,68
B
1,3 :1: 8 2 30,20 8,90 15,00 5,30 5,50 20,46
3 30,80 8,90 15,30 5,10 5,30 19,33
1 30,50 9,00 15,10 5,40 5,90 21,49
C
1,4 :1: 8 2 30,30 9,20 15,10 5,40 5,80 20,81
3 30,30 9,00 15,30 5,50 5,80 21,27
1 30,50 9,30 15,20 5,20 5,80 20,45
D
!,5 :1: 8 2 30,50 9,10 15,20 5,40 5,80 20,90
3 31,20 9,20 15,00 5,20 6,20 21,60
1 30,80 9,00 15,00 5,30 6,20 24,37
E
1,6 :1: 8 2 30,20 8,80 15,10 5,10 6,50 24,46
3 30,30 8,80 15,10 5,50 6,00 23,50
1 30,60 8,90 15,00 5,00 6,40 23,50
F
1,8 :1: 8 2 30,40 9,00 15,00 5,60 6,30 23,03
3 30,40 9,00 15,20 5,30 6,40 23,39
Lampiran 11
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek : Skripsi
p l t g P K
Variasi No
(cm) (cm) (cm) (kg) (Ton) (kg/cm2)
1 30,10 8,70 15,30 4,50 5,40 20,62
A
0:1: 8 2 30,10 8,70 15,00 4,70 5,60 21,38
3 30,20 8,80 15,10 4,60 5,40 20,32
1 30,20 9,00 15,10 5,20 5,80 21,34
B
1,3 :1: 8 2 30,30 9,00 15,00 5,20 5,90 21,64
3 30,10 8,90 15,20 5,10 5,90 22,02
1 30,50 8,80 15,30 5,20 6,00 22,35
C
1,4 :1: 8 2 30,30 9,00 15,10 5,20 6,10 22,37
3 30,30 8,90 15,10 5,10 6,00 22,25
1 30,50 9,00 15,00 5,30 6,20 22,59
D
!,5 :1: 8 2 30,50 8,80 15,20 5,40 6,50 24,22
3 30,20 9,00 15,00 5,30 6,50 23,91
1 30,50 9,00 15,30 5,20 7,10 25,87
E
1,6 :1: 8 2 30,30 8,90 15,00 5,20 6,90 25,59
3 30,30 8,80 15,00 5,50 6,80 25,50
1 30,20 9,00 15,20 5,10 7,00 25,75
F
1,8 :1: 8 2 30,40 8,80 15,10 5,60 6,80 25,42
3 30,20 9,00 15,20 5,20 6,80 25,02
Lampiran 12
LABORATORIUM BAHAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Proyek : Skripsi
35
30
25
SERAPAN AIR (%)
20
15
10
0
393,9 592,4 604,5 616,3 627,7 649,7
Semarang, Desember
2005
Peneliti : Ketua Laboratorium,
Mustain 5150401033
Moch. Arif 5150401031
Rahmat Endang 5150401029
Joko Prakoso 5150402557
Untoro Nugroho, ST,
MT
NIP : 132158473
umur 30 hari HUBUNGAN KUAT TEKAN DENGAN
umur 60 hari KOMPOSISI CAMPURAN
umur 90 hari
30
y = -0,001x2 + 1,045x + 19,589
R2 = 0,9029
25
K uat T ekan (K g /cm 2)
20
y = -0,0168x 2 + 0,9668x + 18,127
R2 = 0,8989
15
y = -0,0988x 2 + 1,9528x + 13,233
R2 = 0,8395
10
0
0:1:8 1,3 : 1 : 8 1,4 : 1 : 8 1,5 : 1 : 8 1,6 : 1 : 8 1,8 : 1 : 8
Grafik Hubungan Kuat Tekan Dengan Variasi Komposisi Campuran Roster Umur
30 hari, Umur 60 hari dan Umur 90 hari
Hubungan Kuat Tekan Dengan
Komposisi Campuran
140
K u a t T e k a n ( K g /C m 2 )
120
100
80
y = -0,7381x2 + 12,176x + 64,133
60
R2 = 0,918
40
20
0
0:1:8 1,3 : 1 : 8 1,4 : 1 : 8 1,5 : 1 : 8 1,6 : 1 : 8 1,8 : 1 : 8
20
15
10
2
y = -0,0988x + 1,9528x + 13,233
5 2
R = 0,8395
0
0:1:8 1,3:1:8 1,4:1:8 1,5:1:8 1,6:1:8 1,8:1:8
20
Kuat Tekan (Kg/Cm2)
15
10
y = -0,0168x 2 + 0,9668x + 18,127
R2 = 0,8989
5
0
0:1:8 1,3:1:8 1,4:1:8 1,5:1:8 1,6:1:8 1,8:1:8
Semarang, Desember
2005
Peneliti : Ketua Laboratorium,
Mustain 5150401033
Moch. Arif 5150401031
Rahmat Endang 5150401029
Joko Prakoso 5150402557
Untoro Nugroho, ST,
MT
NIP : 132158473
HUBUNGAN KUAT TEKAN DENGAN
KOMPOSISI CAMPURAN UMUR 90 HARI
30
25
Kuat Tekan (Kg/Cm 2)
20
15
10
y = -0,001x2 + 1,045x + 19,589
5 R2 = 0,9029
0
0:1:8 1,3:1:8 1,4:1:8 1,5:1:8 1,6:1:8 1,8:1:8
Semarang, Desember
2005
Peneliti : Ketua Laboratorium,
Mustain 5150401033
Moch. Arif 5150401031
Rahmat Endang 5150401029
Joko Prakoso 5150402557
Untoro Nugroho, ST,
MT
NIP : 132158473