Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN”

MK : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DOSEN : Ns. Olvin Manengkey, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 5 A3/VI
1. Tesalonika Karundeng (1814201291)
2. Nadya K. Lengkong (1814201072)
3. Sri Angelica Kosasi (1814201088)
4. Nevi Paransi

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat trauma tumpul pada abdomen
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada semua usia, akan tetapi jenis trauma ini
merupakan keadaan yang cukup memberikan tantangan bagi setiap departemen gawat darurat
maupun bagi tenaga medis yang bekerja pada departemen tersebut dikarenakan oleh
presentasi maupun gejala klinis yang sangat bervariasi pada setiap kasus yang terjadi. Adanya
perbedaan antara gejala yang didapatkan dengan trauma yang sesungguhnya pada banyak
kasus yang terjadi membutuhkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dan cepat. Perlu
diingat bahwa cedera yang tampak ringan pada beberapa kasus dapat menjadi suatu penyebab
trauma mayor pada organ-organ intraabdomen, sehingga deteksi yang cepat pada pasien
dengan trauma abdomen menjadi suatu tujuan utama untuk dapat memeperbaiki kondisi
pasien serta mendapatkan hasil tatalaksana yang maksimal.
Pada fase awal dari trauma, kelainan koagulasi dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan resiko perdarahan yang diikuti oleh fase hiperkoagulabilitas dan peningkatan
resiko terjadinya thrombosis. (Li, Sun, 2015).
Respon fisiologi bawaan (innate imunity) dirangsang oleh adanya kerusakan jaringan,
sedangkan kehilangan darah akan menyebabkan terjadinya Acute Traumatic Coagulopathy
(ATC) atau koagulopati dini akibat trauma. Beberapa faktor dan mekanisme yang
menyebabkan koagulopati dini sering disebut sebagai multifaktorial Trauma Induced
Coagulopathy (TIC). (Frith, Davenport, dan Brohi, 2012).
Cedera yang berat dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada factor faktor
prokoagulan, faktor-faktor antikoagulan, disfungsi dari platelet dan tidak seimbangnya fungsi
fibrinolisis. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya Acute Coagulopathy of Trauma Shock
(ACoTS) maupun Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) setelah terjadinya trauma
dan dapat menyebabkan terjadinya mortalitas. (Li, Sun, 2015)

II. Anatomi dan Fisiologi


Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas
diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian –
abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu
rongga sebelah bawah dan kecil. Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah,
pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal,
tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot
psoas dan quadratrus lumborum. Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan,
yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah
diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak
dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung
pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter
berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum
khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe dan
kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
 Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen
yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh-pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen.

 Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak


diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh cedera fisik berupa trauma
tumpul dan tembus.

B. KLASIFIKASI

1. Trauma penetrasi
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus
pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak
2. Trauma non-penetrasi
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul
seperti kompresi dan sabuk pengaman.

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :


 Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi
eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah.
 Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen terdiri dari :


1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera thorak abdomen

C. ETIOLOGI
 Trauma Tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat
berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman.
Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

 Trauma Tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak.

D. MANIFESTASI KLINIS
 Tanda dan gejala umum trauma abdomen :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan
oleh iritasi. Cairan atau udara dibawah diafragma
3. Mual dan muntah
Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragik.
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
 Terdapat luka robekan pada abdomen
 Luka tusuk sampai menembus abdomen
 Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen
 Kontaminasi bakteri
 Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah
keadaan

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)


 Memar/jejas pada dinding perut.
 Terjadi perdarahan intra abdominal
 Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut
 Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma

E. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan
intraabdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang
disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok
hemoragik. Bila suatuorgan viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi,
tanda-tanda iritasi peritoniumcepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut

meliputi nyeri tekan, nyerispontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus
bila telah terjadi peritonitisumum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi
dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis
mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang
muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, makan operasi harus
dilakukan (Mansjoer, 2001).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma abdomen :
 Perdarahan berat (Syok)
 Cedera / kerusakan organ didalam perut
 Infeksi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan diagnostik
1.     Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2.    Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3.    Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal
dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Ultrasonografi atau CT Scan

 Pemeriksaan khusus
1. Abdominal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan
NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan
NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
1. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
2. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN PADA TN. A

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama  : Tn. A
Umur  : 50 tahun
Pendidikan  : SMA
Pekerjaan  : Wiraswasta
Agama  : Kristen Protestan
Alamat : Tepurejo RT 3/2 Sumber Banjarsari Surakarta
Tanggal pengkajian  : 10 Mei 2019
 
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama
Sakit pada perut sebelah kanan.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda motor,
klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada di depannya.
Klien terjatuh dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelah kejadian,
klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya. Tapi setelah
beberapa saat dirumah, klien merasa perut sebelah kanan ampeg sampai punggung dan
terasa sesak napas. Oleh karena itu keluarga langsung membawa klien ke RS.
c) Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
 
3.Primary Survey
 a) Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b) Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O² 2l/menit
R : 26x/menit, pernafasan reguler
c) Circulation
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menit
Capillary reffil : < 2 detik
d) Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran : Compos Mentis
e)Exposure
Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan

4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


a) Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan
kesegalah arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung simetris
tidak ada secret
b) Leher
Tidak ada kaku kuduk
c) Paru
- Inspeksi : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
- Palpasi : fremitus vokal kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor 
- Auskultasi : vesikuler
d) Abdomen
- Inspeksi : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
- Auskultasi : peristaltik usus 7x/menit
- Palpasi : tidak ada pembesaran hati
- Perkusi : pekak
e) Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas atas
dan bawah dalam batas normal.

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil laboratorium tanggal 10 – 05 -2019
b) Hemoglobin : 14,5 g/dl  (n : 14-17,5 g/dl)
c) Eritrosit : 5,05 10⁶/ul  (n : 4,5-5,9 10⁶/ul)
d) Leukosit : 12,1 10³/ul  (n : 4,0-11,3 10³/ul)
e) Hematokrit : 43,8% (n : 40-52%)
f) Trombosit : 204
g) Gol darah : O

B. ANALISIS DATA
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Klien mengatakan perut Nyeri akut Trauma abdomen
sebelah kanan sakit
P: Bila bergerak dan
bernapas
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Perut sebelah kanan
S: 7
T: Hilang timbul
DO :
- Klien tampak mengerang-
ngerang menahan sakit
- Terdapat luka lecet dan
jejas

2 DS : Pola napas tidak efektif Penurunan ekspansi


- Klien mengatakan sesak paru
napas
- Klien mengatakan perut
sebelah kanan terasa ampeg

DO :
- Klien terlihat gelisah
R = 26x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2) Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama “Manajemen
efektif keperawatan selama 1x60 Jalan Napas”
berhubungan menit, pola napas kembali Observasi
dengan penurunan efektif dengan KH:  Monitor pila napas (frekuensi,
ekspansi paru -Sesak napas berkurang kedalaman, usaha napas)
-Klien rileks  Monitor bunyi napas (mis.
-Pernapasan normal Mengi,wheezing, ronkhi
20-24x/menit kering)
 Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tift dan
chin-lift
 Posisikan fowler atau semi-
fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Berikan oksigen (02)
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, eksprektoran,
mukolitik, jika perlu.

2 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama “Manajemen


dengan adanya keperawatan 1x60 menit, Nyeri”
trauma abdomen nyeri teratasi dengan KH: Observasi
atau luka penetrasi - Nyeri berkurang / hilang  Identifikasi lokasi,
abdomen -Klien tenang tidak karakteristik,durasi,
mengerang-ngerang frekuensi, kualitas, intensitas
kesakitan nyeri
- Skala nyeri 1-3  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non
verbal
 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
E. IMPLEMENTASI DAAN EVALUASI

No Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi


1 Pola napas tidak 10 Mei 2019 (13:30)
efektif (11:00)
berhubungan 1. Mengkaji Tanda-tanda S : Pasien mengatakan sesak
dengan penurunan vital napas berkurang, R : 24x/menit
ekspansi paru 2. Posisikan fowler atau
semifowler O : Pasien terlihat tidak sesak
3. Mengkaji pola nafas lagi
pasien
A : Masalah teratasi
(11:30)
4. Memberikan nasal kanul P : Intervensi dihentikan
2L/menit

2 Nyeri berhubungan 10 Mei 2019 (15:00)


dengan adanya (14:00)
trauma abdomen 1. Berikan posisi yang S: Klien mengatakan nyeri sedikit
nyaman berkurang
atau luka penetrasi
abdomen 2. Identifikasi skala nyeri
O : - Klien masih tampak gelisah
3. Memberikan injeksi
dan kesakitan
ketorolac 2ml
A : Masalah teratasi sebagian
(14:30)
4.Mengajarkan nafas dalam P : Lanjutkan intervensi
bila nyeri timbul
5. Memberikan obat
analgetik jika nyeri masih
terasa.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat trauma tumpul pada abdomen
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada semua usia.
 Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
– pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
Ada 2 klasifikasi yaitu : Trauma Penetrasi (Trauma tembus) diakibatkan oleh contoh luka
tusukan dan Trauma Non Penetrasi (Trauma tumpul) diakibatkan oleh contoh jatuh,
kecelakaan kendaraan motor. Cedera yang berat dapat menyebabkan terjadinya kelainan
pada factor faktor prokoagulan, faktor-faktor antikoagulan, disfungsi dari platelet dan
tidak seimbangnya fungsi fibrinolisis.

B. Daftar Pustaka
BMP.UKI :EDA-036-MGDL1-PK-V-2019 “MODUL BUKU MATERI
PEMBELAJARAN” MANAJEMEN GADAR LANJUTAN 1
https://id.scribd.com/doc/239777008/LP-Trauma-Abdomen
https://id.scribd.com/doc/162704849/Contoh-Kasus-Trauma-Abdomen

Anda mungkin juga menyukai