Narasumber :
Jabatan :
1. Materi :
1. Materi
g. Pada tahun 2019, Indonesia berdasarkan indeks daya saing global berada di
rangking 50, sedangkan indeks inovasi global berada di posisi 2 terendah
se-ASEAN. Tertinggi Singapura dan Malaysia.
h. Keahlian yang diperlukan yaitu orientasi masa depan, pola pikir adaptif,
komitmen untuk masa depan yang lebih baik; Keterlibatan, fleksibilitas,
kolaborasi; Pemecahan masalah yang kompleks, komunikasi, analisis data;
dan Advokasi perubahan dan inovasi serta berpikir kritis.
l. Kegiatan lain yang dilakukan oleh untan diantaranya Program duta gerakan
perubahan perilaku dan program KKN yang dilakukan oleh para mahasiswa.
2. Diskusi Tanya/Jawab
a. Sesi 1
Mahasiswa MP (Ike Yessi W): Bagaimana monitoring dan evaluasi
pendalaman nilai-nilai Bela Negara terhadap civitas akademika Universitas
Tanjungpura?
Jawaban:
Aktivitas ini masih terkait dengan matrik kurikulum. Memonitor tentu dari
kemampuan kognitif, selain itu melihat nilai-nilai yang melekat dan menjadi
pegangan dalam berperilaku akademik. Misal mahasiswa fakultas pertanian
melihat kesulitan-kesulitan yang dialami oleh petani yang tidak menguasi
teknologi pertanian, untuk melakukan riset/kegiatan mengatasi kesulitan
pertanian ini merupakan suatu indicator karena merupakan kesadaran
mahasiswa untuk mengembangkan IPTEK yang merupakan keinginannya
untuk memberikan dampak yang baik kepada masyarakat, hal ini juga bagian
dari bela negara. Dalam hal ini kesadaran untuk menjadi bagian dari
masyarakat, bukan hanya asik saja dikampus tetapi bagaimana keinginan
dari mahasiwa itu untuk meberikan contoh yang baik kepada masyarakat
Kalbar terutama untuk daerah-daerah yang masih tertinggal/perbatasan.
Monitoring secara formal dapat dinilai, tetapi tidak hanya itu saja, bagaimana
kegiatan tersebut bisa menunjukan kepedulian dalam mengatasi kesulitan
yang sebetulnya bisa diatasi mahasiswa dengan bekal dan kesempatan
belajar. PT ada semacam konsultasi bagi mahasiswa yang perlu untuk
diberikan tantangan-tantangan baru agar lebih fit ini sebagai insan dan
warga negara.
Mahasiswa MP (Sunarto R): Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses
menanamkan nilai-nilai bela negara dikalangan civitas akademika
Universitas Tanjungpura?
Jawaban:
Generasi z sekarnag ini logika dan cara berpikir cepat tetapi dalam
menanamkan nilai tidak bisa dibuat sedemikian cepat. Ditambah lagi
nilai-nilai yang terus mempengaruhi itu semakin terbuka berbagai informasi
terkait mahasiswa untan bagaimana posisi/menamakan karakter civitas
sebagai bangsa Indonesia. Terhadap buku-buku juga harus diawasi, pernah
terjadi diskusi dengan mahasiswa yang bangga akan buku-bku, salah satu
nya mengatakan bahwa dengan globalisasi menjadi individual consumers,
artinya kontek perilaku konsumsi dengan membeli barang terbaik dengan
harga termurah. Jika dihadapkan kampanye mencintai produk dalam negeri,
100% Indonesia, dsb. Buku-buku banyak memberikan informasi tetapi kalau
kelamaan tidak terus mengingatkan tentang sejarah terhadap komitmen kita
sebagai bangsa nation satate sebagai NKRI maka dapat terjadi persoalan.
Tentu pola pikir mengglobal, tetapi aksi dan tindakan kita akan lebih local.
Kendala tadi harus betul-betul berkreasi menyikapi persoalan bela negara ini
dengan cara logika mahasiswa yang hidup ada digenerasi z. Maka
kegiatan-kegiatan yang di Untan dilakukan lebih pada mencari model yang
lebih memberikan kebebasan pada mahasiswa dalam menentukan aktivitas
berbagai bidang yang diminatinya.
b. Sesi 2
Mahasiswa MP (Ully N Pratiwi): Bagaimana Universitas Tanjungpura
sebagai universitas terbesar di Pontianak-Kalimantan Barat menjadi pioneer
dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai bela negara di Provinsi Kalbar?
Jawaban:
Nilai bela negara secara formal baik subjek yang diajarkan dalam matrik
kurikulum, tentu saja perlu diperkaya. Oleh karena itu untan melaksanakan
program-program yang diharapkan dapat meningkatkan softskill dari para
mahasiswa. Persiaan yang dilakukan diharapkan dapat menjadi mahasiswa
yang paripurna yang menyadari siapa diri, akan kemana konteks berikutnya,
ada dilingkungan mana. Melalui pendidikan itu kita ingin jati diri sebagai
bangsa melekat sebagai rasa kebanggaannya, rasa tidak senang bangsanya
tertinggal, ingin unggul dan dapat bersaing. Menterjemahkannya missal
didalam kegiatan-kegiatan yang memang menjadi tantangan saat ini missal
penguasaan teknologi, contoh sudah meninggalkan bahan bakar yang
terbuat dari fosil. Ini merupakan suatu kemajuan untuk hidup lebih go green.
Memberikan program yang bekerja dari tim riset dari bidang energi.
Kemudian mencoba untuk mahasiswa memiliki kecukupan keterampilan
yang dapat mengantisipasi perkembangan kedepan (the future skill) terkait
civitas sosial. Dengan demikian akan mendekatkan nilai-nilai kemanusian
yang menjadi karakter bangsa kita. Jika kita lihat aspek maka mahasiswa
akan mengenal sehingga mengkonsumsi makanan apapun yang datang dari
luar, tentu kita perlu melakukan aktivitas yang dapat menjawab itu secara
nyata. Missal mempunyai area food centre tetapi ada sentuhan, bahwa yang
ditawarkan disitu kearifan/hasil-hasil tradisi dari penduduk local, sehingga
masyarakat dapat megenal makanan dari luar dan makanan lokal. Ada
keseimbangan bukan hanya mengkonsumsi. Sifatnya mendekakatkan
mahasiswa dengan situasi/karakter/kearifan yang berkembang
sejak/sebelum mendirikan nation state/NKRI. Memberikan softskill kepada
mahasiswa tidak secara langsung tetapi yang real karena tantangan yang
dihadapi rinci dan detail, cara mengkonsumsi, mengambil keputusan,
berinteraksi menjadi sasaran utama. Sehingga ingin menjadi bangsa
Indonesia, sudah bisa membuat pesawat, sudah menggunakan jas seperti
orang eropa, tetapi jiwa kita adalah jiwa jepang. Kita berharap Indonesia bisa
seperti itu. Kalbar dengan jumlah penduduknya namun jumlah sarjana masih
2%, ditengah kekayaan alam yang luar biasa, SDM gambarannya baru
sekitar 2%. Mengoptimalkan sumberdaya untuk nasional jangan sampai
c. Sesi Tanggapan terkait bagaimana bela negara di era milenial ini diterapkan
agar ketangguhan secara mental mampu menangkis dalam bentuk upaya
radikalisasi yang mengarah pada kerusakan dan stabilitas nasional serta
ketertiban masyarakat.
Mahasiswa MP (Rifa Mutiara Bakau): Degradasi sektor pendidikan
memang masalah kita bersama, bukan hanya pemerintah pusat tetapi juga
maslaah berbagai sektor. Era globalisasi ini sebenarnya memiliki dampak
positif dan negative. Disatu sisi memiliki perkembangan teknologi, bisa
belajar daring dsb, disisi lain terdegradasi akibat globalisasi tersebut. Untuk
mengatasi maslah tersebut pendidikan merupakan sektor kunci.
Pengembangan karakter belneg harus dilakukan sejak dini dari
SD-SMP-SMA, tentunya program pengembangan tersebut harus dilakukan
secara berkala dan berkelanjutan agar efeknya maksimal. Peraturan yang
disahkan Menristek, jika memang PT kurikulum pancasila dihapuskan. Itu
seharusnya tidak seperti itu karena seharusnya pendidikan pancasila
dilakukan secara berkala, jika pada satu titik itu diputus maka penyerapan
pada generasi muda itu tidak maksimal. Peran berbagai sektor harus ikut
bersinergi bersama-sama untuk membangun perkembangan karakter
generasi muda. Terkait budaya negatif dan konten radikal, maka filter terkait
budaya penting dan harus dilakukan bukan hanya dari sektor pendidik. Misal
dengan dinas komunikasi atau TNI-Polri untuk membatasi konten-konten
negatif, namun yang paling penting dalam pembentukan karakter yaitu peran
ortu dalam hal mengembangan pendidikan karakter anak-anaknya sendiri
(parenting juga memerankan kunci), sedangkan sektor pendidikan hanya
pembantu.
Jawaban dari Ike Yessi: Kampus merdeka yang merupakan kebijakan dari
menteri kebudayaan, dimaksudnya adalah mahasiswa diberikan kebebasan
untuk mengeksplorasi menentukan minatnya sendiri, tidak hanya dikampus
tetapi ada 8/12 program selama belajar dikampus. Ada semester yang bsia
keluar untuk magang, untuk melakukan kerja sosial, maksudnya untuk
bagaimana meningkatkan relevansi dan daya saing dari lulusan PT. Tidak
hanya membawa gelar saja tetapi menjadi bagian dari pemecahan masalah
sehingga yang dibekali dengan softskill melalui kegiatan kebijakan kampus
merdeka, secara real melakukan kegiatan sebagai duta perubahan dan KKN.
Jawaban dari Ulfia: Parade cinta tanah air, dimana memadukan kompetisi
intelektual dan aktivitas sosial. Ini dapat mereprosuksi pola sosial, kerja
sama menuju pada tujuan-tujuan kita bersama secara individual, kelaurga,
dan masyarakat. Harus berperan aktif dalam nasional dan internasional. IT
perlu dimanfaatkan memang merubah banyak hal, cara bekerja, bagaimana
berpikir tentang sesuatu dll.
d. Sesi 4
Mahasiswa MP (Riri Andani): Bagaimana manajemen Universitas
Tanjungpura dalam mempersiapkan, mengembangkan, sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam memelihara dan menyebarkan nilai-nilai
bela negara di Indonesia?
Jawaban:
Bagaimana untan menyiapkan MSDM untan belneg, dirasakan bahwa jika
melihat pada rasio dosen dan mahasiswa perlu memikirkan bersama seperti
apa penyampaian materi yang terkait dengan nilai-nilai belneg. Saat ini ada
anggapan dan kecenderungan, yang melakukan hal-hal ini hanya dosen
yang mengajar beberapa MK saja. Tentu saja jumlah dosen tidak besar
sementara penerimaan mahasiswa 6000-7000 yang semester 1 akan
menerima MK yang diharapkan untuk mentransfer nilai-nilai belneg. Oleh
karena itu, untan mengambil kebijakan dosen yang berminat terkait belneg
dipetakan, diupgrade kemampuan-nya dengan aktivitas-aktivitas misal di
lemhanas, kemudian Menitipkan kepada setiap dosen dan mahasiswa
setidak-tidaknya pada awal membuka perkuliahan atau akhir kuliah
membicarakan/memberikan/menginspirasi terkait nilai-nilai belneg. Yang
pasti bahwa kita ingin kecukupan rasio dosen dan mahasiswa tercukupi yang
memang pengajar berminat terkait dengan belneg. Salah satu membuat
trobosan unit tersendiri yang terkait dengan pendidikan karakter.
e. Kesimpulan.
✔ Perubahan global yang cepat berlangsung didunia dan wilayah Indonesia
membutuhkan suatu kondisi yang perubahan yang tepat. Terutama
sektor digitalisasi, budaya dan sosial.
✔ Sektor pendidikan adalah kunci dalam pengembangan karakter, dan
kampus merdeka adalah upaya dalam membangun sdm unggul.
✔ Untan mendukung pengembangan karakter yang positif juga
implementasi bela negara, tentunya sinergitas dari berbagai pihak dan
berbagai sektor dibutuhkan untuk membentuk masyarakat yang adaptif
dan berkarakter mulia.
✔ Sentuhan hati dan sauri teladan menjadi lebih penting dari pada doktrin
dan pembelajaran formal yang selama ini belangsung.