Mix Design Beton Dan Estimasi Biaya Peke
Mix Design Beton Dan Estimasi Biaya Peke
PENDAHULUAN
1
saat itu tidak akan mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa
pelabuhan di Tanjung Perak.
Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong (TMTL)
milik PT. Pelindo III (Persero) yang berada di perbatasan Surabaya-
Gresik, Berdiri di lahan reklamasi seluas 50 hektar termasuk dalam
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) khususnya pada koridor Jawa. Dengan pembangunan dan
pengoperasian Terminal Multi Purpose Teluk Lamong, diharapkan dapat
mengurangi waktu tunggu kapal di Pelabuhan Tajung Perak selaku pintu
gerbang perekonomian Jawa Timur dan Kawasan Timur Indonesia.
1.2.2. Khusus
Secara khusus tujuan pelaksanaan proyek ini antara lain :
1. Sebagai implementasi pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak yang
dilengkapi peralatan bongkar muat yang memadai dengan teknologi
modern.
2. Usaha mendukung penyebaran arus barang dari dan ke wilayah
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan untuk mengatisipasi
meningkatnya angkutan peti kemas dan curah sebagai akibat pasar
global di Pelabuhan Tanjung Perak.
3. Untuk menghindari terjadinya stagnasi di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya sehingga tidak membawa dampak negatif terhadap citra
Pelabuhan Indonesia di mata dunia.
2
1.3. Tujuan Magang Kerja
Adapun tujuan dari pelaksanaan magang kerja pada program studi
Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang adalah untuk:
1. Meningkatkan keahlian bagi mahasiswa dibidang Proyek Konstruksi
dalam dunia kerja yang dituntut untuk memiliki kompetensi dan
didukung dengan sertifikasi untuk memasuki persaingan dunia tenaga
kerja.
2. Menambah pengalaman dan pengetahuan dengan melihat secara
langsung pelaksanaan kerja di lapangan beserta permasalahannya bagi
mahasiswa dalam dunia Konstruksi. Hal ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa, karena dapat membandingkan antara pengetahuan teoritis
yang didapat di perkuliahan dengan kenyataan di lapangan, sehingga
ilmu akan bertambah yang berguna di kemudian hari.
3. Melatih dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam rangka
menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan.
4. Melatih mahasiswa bekerja disiplin dan bertanggung jawab.
3
1.6. Metode Pengumpulan Data
Pada penulisan laporan ini di jelaskan uraian umum serta uraian
detail, yang dilengkapi dengan keterangan–keterangan teknis yang didapat
dari berbagai pihak, sehingga diperoleh gambaran mengenai proyek ini.
Dalam penyusunan dan pengkajian Laporan Magang Kerja ini
menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan pada:
1. Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap metode Pelaksanaan Pekerjaan
Beton.
2. Wawancara
Yaitu dengan mengadakan diaolg langsung terhadap pihak-pihak yang
berkaitan dengan maksud untuk mengetahui hal-hal sulit diperoleh
dengan metode observasi.
3. Studi pustaka
Yaitu Untuk memperoleh data-data yang mendukung, maka digunakan
referensi buku-buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
4
4. BAB IV : PEKERJAAN BETON
Dalam bab ini menguraikan hal yang berkaitan dengan pekerjaan beton
mulai dari perencanaan campuran beton, pengujian beton, pelaksanaan
beton.
5. BAB V : PEMBAHASAN
Dalam bab ini menguraikan data obyek hasil magang kerja, hasil
pengumpulan data, deskripsi hasil magang kerja serta rekapitulasi hasil
magang kerja. Selanjutnya diuraikan pembahasan berdasarkan data
tersebut tentang metode perencanaan pekerjaan beton. Meliputi proses
pencampuran bahan, pengujian beton dan proses pelaksanaan
pekerjaan.
6. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan
saran dari penulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
5
BAB II
TINJAUN UMUM PROYEK
6
menggerakkan dan menggairahkan kegiatan ekonomi negara dan
masyarakat.
7
Sumber Dana : RKAP PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
Tahun Anggaran 2013
Jenis Kontrak : Unit Price
Konsultan Perencana : PT. Sarana Antar Nusa Perekayasa Bangunan
Sejajar Prima
Konsultan Pengawas : PT. Virama Karya & Ass.
Kontraktor : PT. Adhi Karya (Persero) Tbk
8
Daftar Material ME (minimal)
1. AC slpit VRV (VRV system)
2. Elevator
3. Lampu penerangan
4. Kabel
5. Sound system
6. Fire alarm
7. CCTV
8. Kabel data
9. Crane
9
pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Badan-badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan
perlu dibentuk untuk menjamin pelaksanaan proyek agar dapat berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan selesai pada waktunya
(Soeharto, 2001 : 57). Masing-masing unsur organisasi tersebut memiliki
fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.
Unsur-unsur organisasi yang terlibat langsung dalam Proyek
Pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong (TMTL) adalah :
1. pemilik proyek (bouwheer/owner)
2. konsultan perencana (consultant/designer)
3. konsultan pengawas (direksi/supervisor) dan
4. pelaksana proyek (contractor).
Setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan
saling menunjang antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan
wewenang dan fungsinya masing-masing agar sasaran pelaksanaan dapat
tercapai sebagaimana diharapkan.
10
e. menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
f. ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
g. mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
h. menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
11
pekerjaan di lapangan. Pengawasan dan pengontrolan dilakukan agar
tercapai hasil kerja sesuai dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dalam aanwijzing. Adanya pengawasan dari direksi
diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan
memperoleh hasil sesuai perencanaan yang diharapkan. Dalam mengawasi
pelaksanaan pekerjaan, pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab
(Ervianto, 2002 : 40) adalah sebagai berikut :
a. mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
b. membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c. melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
d. mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
lancar.
e. menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
f. mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas,
kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
g. menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
h. menghentikan sementara apabila terjadi penyimpangan dari peraturan
ysng berlaku.
i. menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
j. menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau
berkurangnya pekerjaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas bertanggung jawab
kepada pemimpin proyek. Pengawas berhak memberikan saran dan
petunjuk kepada pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasakan perlu,
agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang telah disepakati
bersama di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
12
2.3.4. Pelaksana Proyek
PROJECT MANAGER
A. Syaiful Bahri, ST
M. Syaiful Zairin, SE
SURVEYOR
QUANTITY &
Irhami
TECH. ADM
CASHIER
Andry Mustika, ST
Ardycha Prayudha M. Choiruddin
EQUIPTMENT
Edi Sriyana
COST CONTROL
Angga Irwandawa, ST
HSE OFFICER
Slamet Suhariyanto
QUALITY & Supriyanto
LABORAT, BE Danang
Diddy Suharto
Jumono
Sutono
Widya
13
Pelaksana (contractor) adalah perorangan atau badan hukum yang
dipercaya untuk melaksanakan pembangunan dan memiliki usaha yang
bergerak di bidang jasa kontruksi sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan
yang cukup. Pelaksana disebut juga sebagai rekanan yang bertugas
melaksanakan pekerjaan sesuai surat petunjuk dan surat perintah kerja dari
pemimpin proyek setelah dinyatakan sebagai pemenang tender.
Penunjukan pelaksana proyek dilaksanakan melalui proses
pelelangan, yang selanjutnya melaksanakan pembangunan proyek tersebut
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Adapun tugas dan tanggung
jawab pelaksana (Ervianto, 2002 : 41) adalah sebagai berikut :
a. mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja.
b. menyediakan dan mempersiapkan perlengkapan bahan yang akan
digunakan pada proyek sesuai dengan persyaratan bestek.
c. menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksanaan pekerjaan.
d. melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan
memenuhi peraturan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-
syarat (RKS).
e. menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti
yang telah ditetapkan dalam kontrak.
f. mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana.
g. bertanggungjawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.
14
b. Melakukan hubungan bisnis dengan pemberi kerja, mitra usaha
untuk kelancaran pelaksanaan proyek.
c. Melatih dan mendidik sumber daya manusia menjadi tenaga
profeisonal yang menguasai bisnis, manajemen dan teknologi.
d. Melakukan perencanaan dan pengendalian biaya produksi sesuai
APP (Anggaran Pelaksanan Proyek).
e. Melakukan perencanaan dan pengendalian mutu sesuai sistem dan
prosedur (ISO 9001 : 2000).
f. Melakukan perencanaan dan pengendalian waktu pelaksanaan
sesuai dengan persyaratan kontrak.
g. Menindak lanjuti kebijakan Kepala Divisi dan Wilayah melalui
Kepala Divisi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas
kerja proyek.
2. Bersama dengan Kepala Bagian Pengendalian Produksi membuat
rencana pelaksanaan proyek (Construction Planning).
3. Mempersiapkan uraian Rencana Bagian Pengendalian Proyek dan
mempresentasikan pada rapat Moving In.
4. Memimpin pelaksanaan kegiatan di lapangan dengan mendaya
gunakan sumber daya secara optimal dan memenuhi persyaratan
biaya, mutu, dan waktu.
5. Melakukan pengendalian kegiatan pelaksanaan di lapangan agar
tercapai proses produk usaha yang efisien dan produktif.
6. Mencari penyelesain permasalahan yang terjadi selama proses
kegiatan pelaksanaan di lapangan agar proyek dapat diselesaikan
untuk menjamin tercapainya laba usaha dan citra perusahaan.
7. Menjalin hubungan baik dengan pengguna jasa untuk keperluan
pelaksanaan maupun kepentingan pemasaran perusahaan untuk
mendapat pekerjaan tambah, kurang atau kontrak baru bagi
keuntungan perusahaan.
8. Menghadiri Rapat Koordinasi di Proyek antara wakil pengguna jasa,
pengawas proyek dan mitra usaha.
15
9. Mempersiapkan Laporan Pertanggung jawaban pelaksanaan proyek
selesai dan mempersentasikan pada rapat Moving Out.
10. Melakukan koordinasi kegiatan fungsional dan pembinaan sumber
daya manusia di unit kerjanya.
11. Membuat laporan tentang kepegawaian, keuangan, peralatan dan
persediaan bahan di proyek secara berkala
16
14. Memecahkan kesulitan teknis yang tak terduga, dan masalah lain yang
mungkin timbul.
IV. Keuangan
1. Bertanggung jawab atas semua jenis kebutuhan pengeluaran keuangan
proyek.
2. Membuat secara rinci pembukuan keuangan yang ada.
3. Membuat laporan keuangan Office Engineer mengenai seluruh
pengeluaran keuangan.
VI. Drafter
1. Membuat seluruh gambar kerja yang akan di kerjakan.
2. Bertanggung jawab atas semua gambar kerja dan kesesuaian data yang
ada.
3. Bekerja sama dengan quantity dan surveyor untuk menghitung
kuantitas pekerjaan.
17
VII. Pelaksana Utama
1. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknik dan pedoman lain
terkait sebagai pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja
lapangan.
2. Bersama bagian teknik dan Adm Kontrak menyusun metode
konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
3. Membuat program kerja mingguan, dan mengadakan pengarahan
kegiatan harian pada pelaksanaan di lapangan.
4. Memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan berpedoman
pada batasan-batasan biaya, mutu dan waktu pelaksanaan.
5. Menjalin hubungan baik dengan Pengawas pekerjaan/Konsultan untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
6. Melakukan koordinasi kegiatan para pelaksana dan mitra usaha di
lapangan.
7. Melakukan pengawasan pekerjaan dan membuat evaluasi hasil
pelaksanaan serta menyususn dan melaksanakan program aksi bila
terjadi penyimpangan.
8. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan di lapangan secara berkala.
9. Bersama dengan bagian Teknin dan Adm Kontrak melakukan
pemeriksaan dan memproses Berita Acara Kemajuan pekerjaan di
lapangan.
VIII. Pelaksana
1. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknik dan pedoman lain
terkait sebagai pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja
lapangan.
2. Mengatur pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan program kerja mingguan, metode kerja, gambar kerja
dan spesifikasi teknik.
3. Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal pengadaan tenaga kerja dan
mengatur pelaksanaan tugas tenaga kerja tiap harinya.
18
4. Melakukan supervise atas pelaksanaan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
5. Menjalin hubungan baik dengan Pengawas pekerjaan/Konsultan untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan
6. Mengupayakan effisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga
kerja dan alat di lapangan.
7. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan mitra
usaha/mandor borong secara berkala.
8. Membantu Kepala lapangan memproses berita acara kemajuan
pekerjaan secara berkala.
9. Melaksanakan koordinasi dengan mitra usaha/mandor borong.
10. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan pekerjaan di
lapanga
19
Tabel 2.1. Sub Kontraktor dan Supplier Kontraktor
No Nama Sub Kon Pekerjaan Contact person
Nama No. Telp
1 PT. Teno Indonesia Pemancangan dan Tiang ANTO 08123149368
Pancang
2 CV. Sawunggaling Baja Struktur Dila 081235167431
3 PT. Citrawardana Plafon dan Partisi Indra 08123524466
4 PT. Lion Metal Work Kabel Tray Aziz 082141731003
5 PT. Karya Luhur Lampu Outdoor dan Indoor Michele 081 23044515
Harapan
6 PT. Sentratek Kabel Sandi 081330221177
7 PT. Triguna Sinergi Tiang PJU Komang 0811218170
8 PT. Mitra Wira Tindo Instalasi Elektronik Hari 08123022745
9 PT. Central Aircon Instalasi AC dan Unit AC Jimmy 0811300063
10 PT. Karya anugrah Waterproofing
11 Bpk. Sarjandra Instalasi Listrik dan Kabel
Tray
12 PT. Wirya Krenindo Overhead Crane Indra.s 031546097273
13 PT. Interjaya surya Genset Erwan 081346492963
Megah
14 CV. Kreasi Indah Abadi Instalasi ACP Setiawan 031582070130
15 PT. Superhelindo Lift Edi 081391957522
16 PT. Indopipe Pipa HDPE Kukuh 08113341303
17 PT. Schneider Indonesia Travo dan Panel MW Aka.V 08119787735
18 PT. Warna Indah Marine Coating
Samatek
19 PT. Seven Surabaya ACP Poniman 0318916447
20 PT. Holcim Beton Ready mix Aulia 08121639276
20
kepada pengawas. Jika terdapat suatu masalah teknis yang perlu
dibicarakan, pemilik proyek tidak dapat berhubungan langsung kepada
pelaksana melainkan harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan di
lapangan pengawas memiliki kuasa penuh untuk menegur pelaksana
apabila pekerjaan yang dilaksanakannya menyimpang dari bestek. Apabila
teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, maka pengawas dapat
menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik untuk
sementara maupun seterusnya.
Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang
sama dan terikat dengan kontrak, sehingga masing-masing pihak
menjalankan tugasnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
bersama. Pelaksana dan pengawas proyek bertanggungjawab terhadap
pemilik proyek. Keduanya saling keterkaitan satu sama lain, sehingga
didapat hasil proyek sesuai dengan yang direncanakan. Sama halnya
dengan pelaksana dan pengawas proyek, perencana juga
bertanggungjawab terhadap pemilik proyek.
21
b. dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan
diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan
penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan
terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang
telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia
barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
c. pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang
telah lulus prakualifikasi, serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun
biaya, serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui
internet.
d. dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia
barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap
1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara
teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Karena proyek pembagunan gedung merupakan milik pemerintah,
maka untuk menetapkan pelaksana proyek diadakan pelelangan. Sistem
pelelangan yang dilakukan adalah sistem pelelangan umum.
22
a. Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.
b. Sore mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah
berdasarkan prestasi kerja, sedangkan kepala tukang membayar upah
harian kepada pekerja yang masing-masing berbeda menurut keahlian,
kemampuan dan kerja per harinya.
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
24
dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan
mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
3 4. Balok (induk/anak)
4
5. Pondasi
2
6. Sloof
8 6
7. Lisplank
5
8. Tangga
Gambar 3.1. Struktur Gedung
2. Jembatan (Bridge)
A
25
3. Bendung (Weir)
26
2. Penambahan semen ke dalam adukan.
Makin banyak jumlah semen, maka beton segar makin mudah
dikerjakan.
3. Gradasi agregat halus dan kasar.
Apabila agregat yang digunakan mempunyai gradasi sesuai dengan
persyaratan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan.
4. Bentuk butiran agregat.
Bentuk butiran agregat bulat akan lebih mempermudah pengerjaan
beton.
5. Penggunaan admixture dan bahan tambah mineral.
27
kebutuhan masing-masing bahan dalam perencanaan. Selain itu, berat isi
beton juga berfungsi untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan
volume dan mengoreksi kelebihan maupun kekurangan bahan pada saat
pembuatan beton yang akan mempengaruhi volume pekerjaan secara
keseluruhan.
28
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu :
1. Faktor air semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah air
terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS,
yaitu :
a. Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan
dan berlangsungnya pengerasan.
b. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability)
Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan
beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti
bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya nilai FAS yang
diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2004).
2. Sifat dan jenis agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton.
Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan air,
kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus halus butir,
kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.
3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan
Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang digunakan saat
pembuatan mix design dan jenis semen yang digunakan berdasarkan
peruntukkan beton yang akan dibuat. Penentuan jenis semen yang
digunakan mengacu pada tempat dimana struktur bangunan yang
menggunakan material beton tersebut dibuat, serta pada kebutuhan
perencanaan apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan
kekuatan awal yang tinggi atau normal.
4. Perawatan (curing) beton
Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,
maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan
tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada
proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu.
Apabila beton terlalu cepat mongering, akan timbul retak-retak pada
29
permukaannya. Retak-retak ini akan menyebabkan kekuatan beton
turun, juga akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi kimiawi penuh.
5. Umur beton
Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100%
setelah beton berumur 28 hari. Menurut SNI T-15-1991, perkembangan
kekuatan beton dengan bahan pengikat PC type 1 berdasarkan umur
beton disajikan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1. Perkiraan Kuat Tekan Beton pada berbagai umur
Umur beton (Hari) 3 7 14 21 28
PC type I 0,46 0,70 0,88 0,96 1,0
σlt = (3.1)
30
Dimana, M = momen maksium
Z = modulus penampang arah melintang
Menurut pasal 11.5 SNI-03-2847 (2002) nilai kuat lentur beton bila
dihubungkan dengan kuat tekannya adalah fr = 0,7 ′ Mpa.
σ= (3.2)
Asilinder = ²
Akubus = r²
Dimana, σ = tegangan (N/mm²)
P = beban maksimum (N)
A = luas bidang tekan (mm²)
d = diameter silinder (mm)
r = rusuk kubus (mm)
P
P
15 cm 30 cm
15 cm
15 cm 15 cm
(a) (b)
Gambar 3.6. Sampel uji kuat tekan, (a) kubus beton dan (b) silinder beton
31
Jika suatu benda ditarik atau ditekan, gaya P yang diterima benda
mengakibatkan adanya ketegangan antar partikel dalam material yang
besarnya berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan
adanya pergeseran struktur material regangan atau himpitan yang besarnya
juga berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah
deformasi bentuk material misalnya perubahan panjang menjadi L + ∆L
(jika ditarik) atau L - ∆L.(jika ditekan). Dimana L adalah panjang awal
benda dan ∆L adalah perubahan panjang yang terjadi. Rasio perbandingan
antara ∆L terhadap L inilah yang disebut regangan (strain) dan
dilambangkan “ε” (epsilon).
Dengan rumus :
ε = (3.3)
∆
32
ilustrasi di atas, hanya sedikit mempengaruhi modulus ilastisitas, tetapi
mengakibatkan penambahan reduksi kuat tekan. secara keseluruhan,
perilaku beton adalah serupa dengan unsur pokok mortar, sedangkan
perilaku mortar dan beton secara signifikan berbeda dari perilaku baik
pasta semen atau agregat.
Gambar 3.8. Kurva stress – strain tipikal untuk agregat, pasta semen,
mortal dan beton
33
Gambar 3.9. contoh kurva tegangan – regangan pada beton dengan
berbagai variasi kuat tekan
34
Gambar 3.10. Macam - macam bentuk modulus elastisitas.
35
Di mana : = Regangan
L = Panjang Benda Mula-mula (m)
∆L = Perubahan Panjang Benda ( m)
d0 = Diameter Penampang Mula-mula (m)
∆d = Perubahan Diameter Penampang ( m)
Besarnya nilai perbandingan antara regangan lateral terhadap
regangan longitudinal pada suatu bahan/material adalah tetap (konstan).
Nilai perbandingan inilah yang disebut dengan Rasio Poisson dan
dilambangkan dengan “v” (nu). Nilai Rasio Poisson untuk beton berkisar
antara 0,15 – 0,25 (ASTM STP 169D Chapter 19, 1994).
1. Menurut kekasarannya
a. Beton segar : masih dapat dikerjakan
b. Beton hijau : beton yang baru saja dituangkan dan segera harus
dipadatkan
c. Beton muda : 3 hari < 28 hari
d. Beton keras : umur > 28 hari
36
4. Menurut PBI tahun 1971
a. Beton kelas I : beton untuk pekerjaan non-struktural
b. Beton kelas II : beton untuk pekerjaan struktural secara umum
c. Beton kelas III : beton untuk pekerjaan struktural dengan kuat tekan
karakteristik lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
37
BAB IV
PEKERJAAN BETON
4.1.1 Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume
agregat terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai
peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003).
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat,
dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998).
Sifat-sifat Agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton.
Untuk menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti yang
diinginkan, maka sifat-sifat agregat harus diketahui dan diuji. Sifat-sifat
tersebut antara lain :
1. Serapan air
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh
agregat pada kondisi Jenuh Permukaan Kering (JPK) atau Saturated
Surface Dry (SSD).
2. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air di dalam pasir dapat diukur dengan cara sebagai berikut :
Timbangan pasir sebanyak 500 gram, keringkan pasir tersebut dengan
memasukannya ke dalam oven sampai tidak berkurang beratnya.
38
!" # $%&
Kadar air = x 100% (4.1)
!" # $%&
4. Gradasi agregat
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran dari batuan. Bila butir-butir
batuan mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan
besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori
diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi
sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi, karena volume
porinya sedikit, dan ini bearti hanya membutuhkan bahan ikat sedikit
(bahan ikat mengisi pori antara butir-butir batuan, bila volume pori
sedikit bearti bahan ikat sedikit pula).
SK.SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus,
dimana agregat halus dikelompokan dalam empat zone (daerah) yaitu:
39
a. Daerah Gradasi I : Pasir kasar
b. Daerah Gradasi I : Pasir agak kasar
c. Daerah Gradasi I : Pasir halus
d. Daerah Gradasi I : Pasir agak halus
40
Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga
dapat dipakai untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan
kerikil, bila kita akan membuat campuran beton. Modulus halus butir
batuan dari campuran pasir dan kerikil untuk bahan pembuat beton
berkisar antara 5 dan 6,5.
Hubungan antara modulus halus butir pasir dan dengan modulus halus
butir kerikil dan dengan modulus halus butir campurannya dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
+ ,
W= x 100% (4.3)
, -
Dimana : W = persentase berat pasir terhadap kerikil
K = modulus halus butir kerikil
P = modulus halus butir pasir
C = modulus halus butir campuran
Misalnya dari hasil pemeriksaan pasir dan kerikil diperoleh dengan
modulus halus butir pasir dan kerikil berturut-turut 2,5 dan 7,4.
Diinginkan modulus halus butir campurannya sebesar 5,8 maka dapat
dihitung :
., ,0
W= x 100% = 49%
,0 1,
41
Jenis agregat digolongkan dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Agregat halus (pasir alami dan buatan)
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu.
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari 4,75
mm (ASTM C 125 – 06). Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari
1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari
0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut
clay (SK SNI T-15-1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat
dengan gradasi ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar
ASTM C 33/ 03 “Standard Spesification for Concrete Aggregates”.
Menurut SK SNI S 04 1989 F : 8 disebutkan mengenai persyaratan
pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan sebagai
berikut :
a. Agregat halaus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras
dengan indeks kekerasan < 2,2.
b. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut :
• Jika dipakai natriun sulfat bagian hancur maksimal 12%
• Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%
• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila
apabila pasir mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir
harus dicuci.
• Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu
banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
Abrans-Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%
• Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan
antara 1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka
ragam.
• Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir
terhadap alkali harus negatif.
42
• Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga
pemerintahan bahan bangunan yang diakui.
• Agregat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi
terapan harus memenuhi persyaratan pasir pasangan.
43
Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton
berdasarkan standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03 “Standard
Spesification for Concrete Aggregates” (lihat Tabel 3.1). Dan standar
pengujian lainnya mengacu pada standar yang direkomendasikan pada
ASTM.
44
Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang
memerlukan panas hidrasi rendah, dengan kekuatan awal
rendah.
Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang
tahan terhadap kadar sulfat tinggi.
Selain semen Portland di atas, juga terdapat beberapa jenis semen lain :
1. Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang
tidak dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus
tersebut diperlukan material lain sebagai pencampur. Jenis semen
campur :
a. Portland Pozzolan Cement (PPC)
b. Semen Mosonry
c. Portland Composite Cement (PCC)
2. Water Proofed Cement
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil.
3. White Cement (Semen Putih)
Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
4. High Alumina Cement
High alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan
pengerasan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan
tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali.
5. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide.
(Sumber : http://en.wikipedia.org)
45
4.1.3. Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur
dan pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat
diminum memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus
bebas dari padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu
banyak, dan bebas dari material organik (Mindess et al.,2003).
Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan
penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain :
1. Air harus bersih dan bening, tidak bewarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram /
liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram /
liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa
sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi.
46
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat
yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a, jenis bahan tambah kimia
dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
a. water reducing admixtures
b. retarding admixtures
c. accelerating admixtures
d. water reducing and retarding admixtures
e. water reducing and accelerating admixtures
f. water reducing, high range and retarding admixtures admixtures
47
c. Slump
d. Kelecakan (workability)
e. Ketahanan (durability)
f. Jenis admixture
3. Perhitungan :
a. Faktor air/semen
b. Jumlah air
c. Faktor semen/agregat
d. Perhitungan proporsi.
48
4.3. Quality Control
4.3.1. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap
beton dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3
pekerjaan beton pada setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test
dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Mix Disain.
3. Nilai slump = Tinggi alat slump – Tinggi beton setelah penurunan
4. Alat uji harus berupa sebuah cetakan yang terbuat dari bahan logam
yang tidak lengket dan tidak bereaksi dengan pasta semen. Ketebalan
logam tersebut tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm dan bila dibentuk
dengan proses pemutaran (spinning), maka tidak boleh ada titik
dalam cetakan yang ketebalannya lebih kecil dari 1,15 mm.
49
4.3.2. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk
kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan
ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton
dalam satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling
antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton
yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat sampai berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji
,dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan
luntur.
50
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik
yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus
ukuran 20 x 20 x 20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton
dengan minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu
beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh
Kontraktor Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Pengawas.
Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan
Pengawas hasilnya dianggap tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat
tekan beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang
dari 95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang
telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan
lain oleh Konsultan Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli
beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan
pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton
menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton
rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Kontraktor
Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam
perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada
laboratorium beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
51
Gambar 4.3. Perkiraan Perkembangan Kekuatan Beton
52
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan
Perencana, maka harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing
komponen struktur dan masing-masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan
pada konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor
Pelaksana untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu
beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke
konstruksi beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
.
4.3. Bahan Capping
Pada saat pengujian compression, permukaan silinder beton haruslah
rata sehingga gaya tekan menyebar di semua permukaan silinder beton
tersebut. Untuk mendapatkan permukaan silinder beton yang rata
diperlukan bahan tambahan yang disebut capping. Bahan capping yang
biasa digunakan adalah belerang.
Bahan pembuatan belerang sebagai capping adalah dengan cara
memanaskan bubuk belerang hingga mencair dan dituang ke alat cetak
capping. Selanjutnya ujung permukaan silinder beton yang tidak rata di
timpa ke alat cetak capping tersebut sampai belerang menutup ujung
permukaan beton dan mengeras.
Selain belerang terdapat juga bahan capping lainnya yaitu topi baja
dan teflon. Topi baja berupa pad elastomer yang dimasukkan ke dalam
topi logam kaku yang berfungsi menahan atau mereduksi beban. Ukuran
diameter topi baja 6 mm lebih besar dari diameter silinder beton.
Sedangkan untuk penggunaan teflon dibentuk mengikuti bentuk
permukaan benda uji. Teflon ini mempunyai dua jenis ketebalan yaitu 100
µm dan 50 µm.
53
(a)
(b) (c)
Gambar 4.4. Jenis capping, (a) belerang (b) topi baja dan (c) teflon
4.4. Karbonasi
Karbonisasi pada beton terjadi akibat unsur kalsium yang ada pada
beton tercampur oleh karbon dioksida yang ada di udara dan berubah
menjadi kalsium karbonat. Pasta semen mengandung 25-50% kalsium
hidroksida (Ca(OH)2), dimana rata-rata nilai pH dari pasta semen segar
setidaknya 12,5. Sedangkan nilai pH pasta semen yang terkarbonasi
seluruhnya berkisar 7.
Beton akan terkarbonasi jika karbon dioksida dari udara atau dari air
meresap ke dalam beton. Tingkat karbonasi tergantung dari porositas dan
unsur kelembaban pada beton. Jika beton terlalu kering (RH<40%) CO2
tidak dapat larut dan karbonasi tidak terjadi. Sebaliknya jika beton terlalu
basah (RH>90%) CO2 tidak dapat meresap ke dalam beton dan karbonasi
54
juga tidak dapat terjadi pada beton. Kondisi optimal untuk terjadinya
karbonasi pada saat RH 50% (berkisar antara 40-90%).
Karbonasi sangat merugikan pada beton bertulang karena
menyebabkan atau berhubungan langsung dengan proses korosi pada
tulangan dalam beton dan proses penyusutan (shrinkage). Tetapi pada
beton biasa, karbonasi menyebabkan peningkatan nilai kuat tekan maupun
tarik. Sehingga tidak semua efek karbonasi itu merugikan. Untuk
mengetahui secara cepat dimana beton mengalami karbonasi, dapat
dilakukan dengan cara menuangkan/meneteskan cairan Phenolphthalein,
yang biasa disebut Phenolphthalein indicator. Jika setelah dituang beton
berwarna keunguan, maka beton tidak terkarbonasi. Tetapi jika tidak
berwarna, maka beton telah terkarbonasi.
55
BAB V
PEMBAHASAN
MULAI
56
A
Perawatan
Analisa Data
Hasil dan
Kesimpulan
Selesai
57
5.1.1. Pengujian Mutu Bahan
Pada perencanaan campuran beton mutu K 300, bahan yang
digunakan untuk pembuatan benda uji pada pengujian ini adalah :
1. Agregat halus : Pasir ex Lumajang
2. Agregat kasar : Batu Pecah ex Pasuruan
3. Semen portland : Semen Type I ex Holcim
4. Air : Laboratorium Holcim
58
Tabel 5.2. Hasil Analisis Saringan Agregat Halus
Lubang Pasir ex Lumajang
Saringan Berat Tertinggal Lolos
(inc/mm) (gram) (%) (E%)
# 4,76 43,2 3,84 3,84
2,38 97,9 8,71 12,55
1,19 143,6 12,77 25,32
0,59 241,9 21,52 46,84
0,297 449,8 40,01 86,85
0,149 139,9 12,44 99,30
Pan 7,9 0,70 -
Jumlah 1124,2 100 0
Fm Pasir = 2,75
59
5.1.2. Langkah-langkah Perencanaan Mix Design
Langkah-langkah mix design metode DOE menurut SK SNI T – 15 –
1990 – 03, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan kuat tekan beton yang disyaratkan
Ditetapkan K 300 = 24,9 mpa
2. Menetapkan nilai deviasi standar / nilai tambah
Pada SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung, disebutkan bahwa apabila data untuk
menetapkan standar deviasi tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata
perlu (f’cr) ditetapkan berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan (f’c).
60
Dari tabel 5.7. dapat ditentukan nilai standar deviasi, dengan rumus :
( 6 6̅ )²
Sd = 4∑ = 13,17 : 11,364 = 1,16
7
Tabel 5.6. Perkiraan Kekuatan Tekan Beton dengan Faktor Air Semen 0,5
Kekuatan Tekan (N/mm2)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar Pada Umur (hari) Bentuk
3 7 28 91 Benda Uji
Semen Batu tak dipecahkan 17 23 23 40 Silinder
Type I atau Batu pecah 19 27 37 45
semen Type Batu tak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus
II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder
Semen Batu pecah 25 33 44 48
Type III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
(SK SNI T – 15 – 1990 – 03, tabel 2 halaman 6)
61
37
0,6
Grafik 5.1. Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
Dari Tabel 5.6. dan Grafik 5.1. diperoleh faktor air semen 0,6
62
Beton yang masuk kedalam tanah :
• Mengalami keadaan basah kering berganti-ganti 0.55
• Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel tersendiri
Beton yang selalu berhubungan dengan air Tabel tersendiri
tawar/payau/laut
63
Sehingga kadar air bebas menjadi :
Kadar air bebas = (2/3 x 205) + (1/3 x 205)
= 205 kg/m3
11. Menghitung kebutuhan semen
Kebutuhan semen = Kadar air bebas / faktor air semen
= 205 / 0,6
= 341,67 kg/m3
Tabel 5.9. Semen minimum untuk pembetonan dan lingkungan khusus
Semen
Keterangan minimum
(kg/m3)
Beton di dalam ruangan bangunan :
• Keadaan keliling non korosif 275
• Keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325
kondensasi atau uap korosif
Beton di luar ruang bangunan :
• Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325
langsung
• Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275
64
12. Menentukan persentase agregat halus dan kasar
Daerah gradasi pasir : zona II
Faktor air semen : 0,6
Nilai slump : 100 ± 2
Ukuran agregat maksmum : 25 mm
Berdasarkan data di atas maka prosentase agregat halus dapat
ditentukan dengan menggunakan Grafik 5.2. sebagai berikut :
43,5
34,5
0,6
65
13. Menghitung berat jenis SSD agregat gabungan
Berat jenis SSD agregat gabungan dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
BJ gabungan = ( % agregat halus x BJ SSD agregat halus ) +
( % agregat kasar x BJ SSD agregat kasar )
= ( 0,39 x 2,78 ) + ( 0,61 x 2,742 ) = 2,757 gram/cm3
2450
205
Dari Grafik 5.3. didapat perkiraan berat jenis beton basah sebesar
2450 kg/m3.
66
Berat agregat gabungan = 2450 – 341,67 – 205 = 1903,33 kg/m3
Berat agregat halus = 0,39 x 1903,33 = 742,30 kg/m3
Berat agregat kasar = 0,61 x 1903,33 = 1161,03 kg/m3
67
5.2. Pengujian Beton Segar
5.2.1. Workability Beton Segar
Tingkat kemudahan beton untuk dikerjakan (workability)
ditunjukkan dengan nilai slump. Slump beton merupakan penurunan
ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang diukur segera setelah
cetakan uji slump diangkat.
Nilai Slump = Tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi penurunan
68
Hasil pengujian nilai slump beton disajikan pada Tabel 5.11
sebagai berikut :
69
5.4. Analisa Pekerjaan Balok Gedung Kantor (Atap)
5.4.1. Flow chart untuk Balok Gedung Kantor (Atap)
MULAI
SURVEY
PASANG BEKISTING
PERSETUJUAN PENGAWAS
PELAKSANAAN PENGECORAN
SELESAI
70
5.4.2. Pelaksanaan Survey
Sebelum pelaksanan Bekisting perlu dilakukan pekerjaan survey
untuk menentukan letak bekisting sesuai dengan gambar rencah.
Data Teknis :
1. Alat
• Total station 1000 m akurasi 5“ : 1 unit
• Waterpass : 1 unit
2. Tenaga kerja
• Kru surveyor : 2 orang
3. Durasi
• Penentuan titik pinjam 1 meter : 15 menit/titik
- Timber memanjang 7 m x 4 : 28 m +
51,33 m
Total keperluhan bahan 0,06 x 0,12 x 51,33 = 0,37 m3
71
- Botom form memanjang 7 m x 2 : 14 m
.
- Side form melintang 2 x ( 0,6 m x ) : 14 m
,:
• Papan triplek 4 mm
- Botom form 0,35 m x 7 m : 2,45 m2
- Side form 2 x ( 0,7 m x 7 m ) : 9,8 m2 +
12,25 m2
1,1
Total keperluhan bahan = 4,25 lembar
1,00
2. Alat
• Tower Crane 50 m : 1 unit
• Waterpass : 1 unit
• Scafolding : 6 set
3. Tenaga kerja
• Kru bekisting : 2 orang
4. Durasi
• Pengangkutan Kayu + peri girder
- Pengikatan : 25 detik
- Pengangkutan : 15 detik
- Swing : 25 detik
- Penurunan : 10 detik
- Pembongkaran : 20 detik
- Pengangkatan kembali : 10 detik
- Swing kembali : 25 detik
- Penurunan kembali : 10 detik +
Jumlah waktu 140 detik
• Pengangkutan Form
- Pengikatan : 20 detik
72
- Pengangkutan : 15 detik
- Swing : 20 detik
- Penurunan : 10 detik
- Pembongkaran : 20 detik
- Pengangkatan kembali : 10 detik
- Swing kembali : 25 detik
- Penurunan kembali : 10 detik +
Jumlah waktu 130 detik
• Pengangkutan Scafolding
- Pengikatan : 35 detik
- Pengangkutan : 15 detik
- Swing : 30 detik
- Penurunan : 10 detik
- Pembongkaran : 25 detik
- Pengangkatan kembali : 10 detik
- Swing kembali : 30 detik
- Penurunan kembali : 10 detik +
Jumlah waktu 165 detik
Koefisien TC = 0,138
.,1
• Pemasangan Scafolding
Langkah 1 :
- Pas. Base jack 10 detik/unit x 5 : 50 detik
Langkah 2 :
- Pas. Main frame 30 detik/unit x 5 : 150 detik
- Pas. Cross brace 15 detik/unit x 5 : 75 detik +
Jumlah waktu 225 detik
73
Langkah 3 :
- Pas. Join pin 20 detik/unit x 5 : 100 detik
- Pas. Ladder frame 15 detik/unit x 5 : 75 detik
- Pas. Cross brace 15 detik/unit x 5 : 75 detik +
- Jumlah waktu 250 detik
• Pemasangan Girder
- Pas. Cross head jack 20 detik/unit x 5 : 100 detik
- Pas. Peri girder GT. 24 40 detik/unit x 5 : 200 detik +
Jumlah waktu 300 detik
• Pemasangan Timber
.
- Sambungan 10 detik/unit x ( 2 x ) : 233,33 detik
,:
-
Siklus Waktu Bekisting 2574,99 detik = 42,92 menit
@ Tenaga kerja 42,92 x 2 = 85,84 menit
74
5.4.4. Pelaksanaan Pembesian Balok
75
Gambar 5.5 Potongan Tulangan Balok
Data Teknis :
1. Bahan
• Besi D 25 ( 7 m x ¼ x π x 0,0252 m ) x 5 : 0,0172 m3
• Besi D 16 ( 7 m x ¼ x π x 0,0162 m ) x 4 : 0,00563 m3
.
• Besi D 13 2,1 m x x ( ¼ x π x 0,0132 m ) : 0,00976 m3
,1
2. Alat
• Tower Crane
• Bar cutter
• Bending
76
3. Tenaga Kerja
• Kru Pembesian : 2 orang
4. Durasi
• Pengankutan besi
- Pengikatan : 35 detik
- Pengangkutan : 15 detik
- Swing : 30 detik
- Penurunan : 10 detik
- Pembongkaran : 25 detik
- Pengangkatan kembali : 10 detik
- Swing kembali : 30 detik
- Penurunan kembali : 10 detik +
Jumlah waktu 165 detik
Koefisien TC = 0,36
1,.
• Besi Utama
;
- Pemotongan 30 detik x : 67,5 detik
77
Siklus Waktu pembesian 6127,5 detik = 102,125 menit
@ tenaga kerja 102,125 x 2 = 204,25 menit
78
3. Tenaga kerja
• Kru pengecoran : 2 orang
4. Durasi
• Pengisian beton ke dalam bucket : 0,5 menit
• Pengangkutan : 3 menit
• Swing : 0,5 menit
• Penempatan (position load) : 1 menit
• Cor (concreting) : 4 menit
• Bucket kembali (return to load) : 3 menit
79
5.5. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Balok Gedung Kantor (Atap)
Nilai Harga Satuan Pekerjaan dapat ditentukan dari hasil analisa
perhitungan kebutuhan alat dan bahan serta waktu pelaksanaan Pekerjaan
Balok Gedung Kantor (Atap).
Hasil Analisa Harga Satuan Pekerjaan disajikan pada Tabel 5.11
sebagai berikut :
Dari tabel 5.11. Dalam pekerjaan Balok Gedung Kantor (Atap) 1m3
memerlukan harga biaya Rp. 2.539.761,- (Dua Juta Lima Ratus Tiga Puluh
Sembilan Ribu Tujuh Ratus Enam Puluh Satu Rupih).
Untuk Hasil proses analisa secara lengkap ada pada bagian lampiran
laporan ini.
80
Pemisahan agregat kasar dari adukan beton berakibat kurang baik
terhadap beton yang sudah mengeras, sehingga terjadi beton keropos.
Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan agregat kasar tersebut maka
diusahakan hal-hal sebagai berikut :
a. Air yang diberikan sedikit mungkin, sehingga didapat slump yang
tidak terlalu besar.
b. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar,
sehingga mengakibatkan agregat jatuh terlebih dahulu.
c. Cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti
standart pengecoran sesuai SOP.
2. Tulangan Terlihat
Kecenderungan Tulangan terlihat terjadi akibat :
a. Jarak perletakan beton tahu (Dacking) terlalu jauh
b. Proses pemadatan yang tidak merata
c. Jarak pemasangan tulangan yang terlalu rapat
d. Waktu pembongkaran bekisting yang sulit.
. Untuk mengurangi terjadinya tulangan terlihat tersebut maka
diusahakan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberikan pengolesan minyak bekisting saat pengecoran untuk
mempermudah pembongkaran bekisting.
b. Pemadatan yang merata
81
Gambar 5.7. Terlihatnya Tulangan pada Plat Lantai
3. Bleeding
Bleeding adalah kecenderungan air campuran untuk naik ke atas
(memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Akibatnya
daya ikat beton berkurang sehingga terjadi penyusutan beton.
82
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan dalam pembahasan ini, dapat
diperoleh beberapa kesimpilan sebagai berikut :
1. Perencanaan Mix Design Beton mutu beton K 300. Dengan
persyaratan nilai slump 100 ± 20 mm dan ukuran agregat maksimum
25 mm, diperoleh kandungan beton meliputi :
• FAS = 60 %
• Air = 174 liter
• Semen Type I = 289 kg
• Pasir = 754 kg
• Batu Pecah = 1182 kg
Sedangkan untuk hasil perencanaan Mix Design PT. Holcim Beton
diperoleh :
• FAS = 59 %
• Air = 180 liter
• Semen Type I = 304 kg
• Pasir = 842 kg
• Batu Pecah = 1072 kg
Dikarenakan mix design dari PT. Holcim Beton sebagai Supplier
diperoleh campuran bahan lebih besar, maka Kuat Tekan yang
dihasilkan lebih tinggi dari mutu beton K 300
2. Hasil pengujian beton dari PT. Holcim Beton diperoleh nilai rata-
rata slump 10,8 cm dan uji kuat tekan beton 375,54 kg/cm3
3. Dari perhitungan analisa pekerjaan beton Balok Gedung Kantor
(Atap) diperloh nilai Harga Satuan Pekerjan 1m3 Rp. 2.539.761,-
(Dua Juta Lima Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Tujuh Ratus Enam
Puluh Satu Rupih). Sedangkan perhitungan PT. Adhi Karya
(Persero) Tbk, untuk analisa harga satuan pekerjaan beton Balok
83
Gedung Kantor (Atap) diperoleh Rp. 3.308.571,63 (Tiga Juta Tiga
Ratus Delapan Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Satu Rupih).
4. Pencampuran
• Menggunakan komposisi campuran yang tepat
• Takaran air sesuai dengan kebutuhan dan tidak boleh berlebihan
• Menyesuaikan keenceran beton untuk kemudahan bekerja
• Pengujian kuat tekan pada sample beton tiap umur 7, 14, 28 hari
5. Pembetonan
• Memperhatikan tinggi penuangan beton
• Melakukan pemadatan dengan benar
• Melakukan perawatan selama minimal 7 hari
84