Anda di halaman 1dari 6

Perumahan Permukiman

1. Hukum Perumahan dan Permukiman (dari perspektif pengembang) .


2. Hukum Perumahan dan Permukiman Dasar Hukum : 1. Undang-undang No.1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 2. Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Republik Indonesia No.10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman dengan Hunian Berimbang 3. Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat No.7 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat
No.10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
dengan Hunian Berimbang
3. Perumahan dan Permukiman Satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan, dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat (Pasal 1 ayat 1 UU No. 1 Tahun 2011)
4. Perumahan, permukiman,lingkungan hunian, dan kawasan permukiman diatur dengan
skala sebagai berikut : Perumahan dengan jumlah rumah sekurang- kurangnya 15 sampai
dengan 1000 rumah Permukiman dengan jumlah rumah sekurang- kurangnya 1000
sampai dengan 3000 rumah Lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-
kurangnya 3000 sampai dengan 10.000 rumah Kawasan permukiman dengan jumlah
rumah lebih dari 10.000 rumah Skala
5. Jenis Rumah Rumah Komersial Rumah Umum Rumah Swadaya Rumah Khusus Rumah
Negara
6. Bentuk Rumah Bentuk rumah dibedakan berdasarkan hubungan atau keterikatan antar
bangunan Rumah Tunggal Rumah Deret Rumah Susun
7. Rumah Tunggal Rumah yang mempunyai kaveling sendiri dan salah satu dinding
bangunan tidak dibangun tepat pada batas kaveling
8. Rumah Deret Beberapa rumah yang satu atau lebih dari sisi bangunan menyatu dengan
sisi satu atau lebih bangunan lain atau rumah lain, tetapi masing- masing mempunyai
kaveling sendiri
9. Rumah Susun Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah
horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
10. Bentuk Rumah – Cont’d Pasal 22 ayat (3) UU No.1 Tahun 2011 “Luas lantai rumah
tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter
persegi” Amar Putusan Mahkamah Konstitusi No.14/PUU- X/2012
11. Putusan Mahkamah Agung No.14/PUU-X/2012 Amar Putusan : Pasal 22 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
12. Pembangunan untuk rumah tunggal, rumah deret, dan rumah susun, dapat dilakukan di
atas tanah: Tanah Hak Milik Tanah Hak Guna Bangunan, baik di atas tanah negara
maupun di atas hak pengelolaan Tanah Hak Pakai di atas tanah negara Pemilikan rumah
dapat difasilitasi dengan kredit atau pembiayaan pemilikan rumah
13. Pemanfaatan Rumah Pemanfaatan perumahan digunakan sebagai fungsi hunian.
Pemanfaatan perumahan di lingkungan hunian meliputi: Pemanfaatan rumah
Pemanfaatan prasarana dan sarana perumahan Pelestarian rumah, perumahan, serta
prasarana dan sarana perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
14. Pemanfaatan Rumah – Cont’d Pemanfaatan rumah dapat digunakan sebagai kegiatan
usaha secara terbatas tanpa membahayakan dan tidak mengganggu fungsi hunian.
Pemanfaatan rumah selain digunakan untuk fungsi hunian harus memastikan
terpeliharanya perumahan dan lingkungan hunian
15. Penghunian Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah. Hak
untuk menghuni rumah dapat berupa: Orang asing dapat menghuni atau menempati
rumah dengan cara hak sewa atau hak pakai
16. Hunian Berimbang PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2012
TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN DENGAN HUNIAN BERIMBANG
17. Hunian Berimbang Perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun secara
berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal dan rumah deret
antara rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah, atau dalam bentuk rumah
susun antara rumah susun umum dan rumah susun komersial, atau dalam bentuk rumah
tapak dan rumah susun umum.
18. Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan perumahan
dengan hunian berimbang Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian
berimbang meliputi rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah Hunian
Berimbang
19. Hunian Berimbang Dalam hal pembangunan perumahan dengan hunian berimbang tidak
dalam satu hamparan, pembangunan rumah umum harus dilaksanakan dalam satu daerah
kabupaten/kota Pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat
pelayanan atau tempat kerja Pembangunan perumahan dengan hunian berimbang
dilakukan oleh badan hukum yang sama
20. 20. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang
harus memenuhi persyaratan komposisi sebagai berikut : 1. Komposisi jumlah rumah
merupakan perbandingan jumlah rumah sederhana, jumlah rumah menengah, dan jumlah
rumah mewah. Perbandingan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 3 : 2 : 1 yaitu 3 atau
lebih rumah sederhana berbanding 2 rumah menengah berbanding 1 rumah mewah. 2.
Komposisi luasan lahan merupakan perbandingan luas lahan untuk rumah sederhana,
terhadap luas lahan keseluruhan. Luasan lahan rumah sederhana tersebut, sekurang-
kurangnya 25% dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah sederhana sekurang-
kurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah jumlah rumah menengah.
21. 21. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang
harus memenuhi persyaratan komposisi – Cont’d 3. Dalam halnya membangun rumah
mewah, setiap orang wajib membangun sekurang-kurangnya 2 rumah menengah dan
rumah sederhana 3 kali jumlah rumah mewah yang akan dibangun. 4. Dalam halnya
membangun rumah menengah, setiap orang wajib membangun rumah sederhana
sekurang-kurangnya 1 ½ kali jumlah rumah menengah yang akan dibangun. 5. Dalam hal
Pengembang tidak dapat membangun rumah sederhana, Pengembang perumahan dapat
membangun Rumah Susun Umum yang jumlahnya senilai dengan harga kewajiban
membangun rumah sederhana dalam satu hamparan yang sama.
22. 22. Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat
No.9 Tahun 1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah
23. 23. Objek Pengikatan Jual Beli Luas bangunan rumah disertai dengan gambar arsitektur,
gambar denah, dan spesifikasi teknis bangunan Luas tanah, status tanah, serta segala
perijinan yang berkaitan dengan pembangunan rumah dan hak- hak lainnya Lokasi tanah
dengan mencantumkan nomor kapling, rincian wilayah, desa atau kelurahan dan
kecamatan Harga rumah dan tanah, serta tata cara pembayarannya
24. 24. Dasar Hukum - Undang-undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman - Keputusan Menteri Perumahan Rakyat No.9 Tahun 1995 tentang Pedoman
Pengikatan Jual Beli Rumah • status pemilikan tanah • hal yang diperjanjikan •
kepemilikan izin mendirikan bangunan induk • ketersediaan prasarana, sarana, dan
utilitas umum • keterbangunan perumahan paling sedikit 20% (Cont’d) Pasal 42 UU No.1
Tahun 2011 Syarat PPJB
25. 25. Hal yang diperjanjikan “hal yang diperjanjikan” adalah kondisi rumah yang dibangun
dan dijual kepada konsumen, yang dipasarkan melalui media promosi, meliputi lokasi
rumah, kondisi tanah/kaveling, bentuk rumah, spesifikasi bangunan, harga rumah,
prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan, fasilitas lain, waktu serah terima rumah,
serta penyelesaian sengketa.
26. 26. Keterbangunan Perumahan “keterbangunan perumahan paling sedikit 20% (dua puluh
persen)” adalah hal telah terbangunnya rumah paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh jumlah unit rumah serta ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum dalam
suatu perumahan yang direncanakan.
27. 27. Kewajiban Penjual Berdasarkan Peraturan PPJB 1. Melaksanakan pendirian
bangunan sesuai waktu yang telah diperjanjikan menurut gambar arsitektur, gambar
denah dan spesifikasi teknis bangunan, yang telah disetujui dan ditanda tangani bersama
oleh kedua belah pihak dan dilampirkan. 2. Menyelesaikan pendirian bangunan dan
menyerahkan tanah dan bangunan rumah tepat waktu seperti yang diperjanjikan kepada
Pembeli, kecuali karena hal-hal yang terjadi keadaan memaksa (Force Mayeure) yang
merupakan hal di luar kemampuan Penjual.
28. 28. Kewajiban Penjual Berdasarkan Peraturan PPJB – Cont’d 3. Penjual sebelum
melakukan penjualan dan atau melakukan pengikatan jual beli rumah wajib memiliki : a.
Surat ijin persetujuan prinsip rencana proyek dari Pemerintah Daerah setempat dan surat
ijin lokasi dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya. Khusus untuk DKI Jakarta
surat ijin Penunjukkan dan Penggunaan Tanah (SIPPT). b. Surat Keterangan dari Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya, bahwa yang bersangkutan (Developer) telah
memperoleh tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman. c. Surat ijin
Mendirikan Bangunan 4. Penjual wajib mengurus pendaftaran perolehan hak atas tanah
dan bangunan rumah, seketika setelah terjadinya pemindahan hak atas tanah dan
bangunan rumah atau jual beli rumah (tanah dan bangunan) dihadapan PPAT.
29. 29. Kewajiban Penjual Berdasarkan Peraturan PPJB – Cont’d 5. Apabila Penjual lalai
untuk menyerahkan Tanah dan Bangunan Rumah tepat waktu seperti yang diperjanjikan
kepada Pembeli, diwajibkan membayar denda keterlambatan penyerahan tersebut sebesar
1%o (dua perseribu) dari jumlah total harga Tanah dan Bangunan Rumah untuk setiap
hari keterlambatannya. 6. Apabila Penjual ternyata melalaikan kewajibannya untuk
mengurus pendaftaran perolehan hak atas Tanah dan Bangunan Rumah tersebut, maka
Pembeli mempunyai hak dan dianggap telah diberi kuasa untuk mengurus dan
menjalankan tindakan yang berkenaan dengan pengurusan pendaftaran perolehan hak
atas Tanah dan Bangunan rumah tersebut kepada instansi yang berwenang.
30. Kewajiban Pembeli Berdasarkan Peraturan PPJB Pembeli telah menyetujui jumlah total
harga Tanah dan Bangunan Rumah sesuai gambar arsitektur, gambar denah, dan
spesifikasi teknis bangunan yang telah ditetapkan bersama. Pembeli wajib membayar
jumlah total harga Tanah dan Bangunan Rumah, beserta segala pajak, dan biaya-biaya
lain yang timbul sebagai akibat adanya pengikatan jual beli rumah, dengan tata cara
pembayaran yang disepakati bersama. Pembeli wajib membayar biaya pembuatan akta
notaris, pengikatan jual beli rumah, biaya pendaftaran perolehan hak atas tanah atas nama
Pembeli, sedangkan biaya pengurusan sertifikat ditanggung oleh penjual. Apabila
Pembeli lalai membayar angsuran harga Tanah dan Bangunan Rumah, segala pajak, serta
denda dan biaya-biaya lain yang terhutang selama 3 kali berturut- turut, maka pengikatan
jual beli rumah dapat dibatalkan secara sepihak, dan segala angsuran dibayarkan kembali
dengan dipotong biaya Administrasi oleh Penjual.
31. Jaminan Penjual Jaminan Penjual Penjual menjamin bagi kepentingan pihak pembeli
bahwa Tanah dan Bangunan Rumah yang menjadi obyek pengikatan jual beli adalah hak
penjual sepenuhnya Penjual menjamin serta membebaskan Pembeli dari segala tuntutan
yang timbul dikemudian hari baik dari segi perdata maupun pidana atas Tanah dan
Bangunan Rumah tersebut Penjual menjamin dan bertanggung jawab terhadap cacat
tersembunyi yang baru diketahui dikemudian hari, sesuai dengan ketentuan Pasal 1504
dan 1506 KUHPerdata
32. Pemeliharaan Bangunan Setelah serah terima Tanah dan Bangunan Rumah, segala
tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga Tanah dan Bangunan Rumah menjadi
tanggung jawab pihak pembeli sepenuhnya Setelah serah terima Tanah dan Bangunan
Rumah dilakukan Pihak Penjual wajib untuk memberikan masa pemeliharaan/perbaikan
dalam jangka waktu 100 hari terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Berita Acara
Serah Terima Perbaikan-perbaikan atas bagian yang rusak dilakukan oleh pihak penjual
berdasarkan Gambar Denah Bangunan dan spesifikasi teknis
33. Pemeliharaan Bangunan – Cont’d Apabila selama berlangsungnya masa pemeliharaan,
terjadi kerusakan pada bangunan yang disebabkan oleh Keadaan memaksa (Force
Mayeure) seperti, gempa bumi, banjir, huru-hara perang dan tindak kekerasan yang
dilakukan oleh perorangan maupun massal, atau karena adanya perubahan bangunan
rumah yang dilakukan pihak Pembeii, maka pihak Penjual dibebaskan atas
tanggungjawab perbaikan.
34. Penggunaan Bangunan Pembeli wajib menggunakan Tanah dan Bangunan Rumah
sebagai tempat tinggal atau sesuai dengan tujuan dan peruntukannya Pembeli wajib
mentaati "Peraturan Tata Tertib Lingkungan” yang diterbitkan oleh RT dan RW
PERUBAHAN BANGUNAN : Pembeli selama masa pendirian bangunan tidak
diperkenankan untuk menghubungi dan memerintah pelaksana bangunan yang bersifat
mengubah dan menambah bangunan rumah tanpa persetujuan Penjual.
35. Pengalihan Hak Selama belum dilaksanakannya jual beli di hadapan Pejabat Pembuat
Akta Tanah, tanpa persetujuan tertulis dari pihak Penjual, pihak Pembeli tidak dibenarkan
untuk mengalihkan hak atas Tanah dan Bangunan Rumah kepada pihak ketiga. Demikian
pula sebaliknya berlaku bagi Pihak Penjual Penjual dapat menyetujui secara tertulis
kepada Pembeli untuk mengalihkan hak atas Tanah dan Bangunan kepada pihak ketiga,
apabila Pembeli bersedia membayar biaya administrasi sebesar 2 ½ % dari harga jual
pada transaksi yang berlangsung
36. Ketentuan Pembatalan Pengikatan Pembatalan Pengikatan Pengikatan Jual Beli Rumah
tidak berakhir karena salah satu pihak meninggal dunia, akan tetapi tetap menurun dan
harus ditaati oleh para ahli waris dari pihak yang meninggal Pengikatan Jual Beli Rumah,
pembeli mempunyai hak untuk menjadi batal apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
37. Ketentuan Pembatalan Pengikatan – Cont’d Pengikatan Jual Beli Rumah, pembeli
mempunyai hak untuk menjadi batal apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : a. Pihak
Penjual tidak dapat menyerahkan Tanah dan Bangunan Rumah beserta hak-bak yang
melekat, tepat waktu yang diperjanjikan, dan Pembeli telah selesai kewajibannya untuk
membayar harga Tanah dan Bangunan tersebut b. Pihak Penjual menyerahkan Tanah dan
Bangunan Rumah yang tidak cocok dengan Gambar Denah, dan Spesifikasi Teknis
Bangunan yang telah ditetapkan bersama dan menjadi lampiran daiam Pengikatan Jual
beli c. Apabila keadaan dalam butir a dan b terjadi maka perjanjian menjadi batal, dan
Penjual wajib membayar uang yang telah diterima, ditambah dengan denda, bunga, dan
biaya-biaya lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku menurut hukum.
38. Ketentuan Pembatalan Pengikatan – Cont’d d. Pembeli tidak dapat memenuhi dan atau
tidak sanggup meneruskan kewajibannya untuk membayar harga Tanah dan Bangunan
Rumah sesuai dengan yang diperjanjikan e. Pembeli tidak dapat memenuhi kewajibannya
untuk membayar cicilan kepada Bank Pemberi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sesuai
dengan syarat- syarat Akta Perjanjian Kredit f. Pembeli mengundurkan diri atau
membatalkan transaksi jual beli Tanah dan Bangunan Rumah karena suatu sebab atau
alasan apapun juga g. Apabila keadaan dalam butir d, e, dan f tersebut terjadi dalam hal
pembayaran atas Tanah dan Bangunan Rumah belum mencapai 10% maka keseluruhan
pembayaran tersebut menjadi hak pihak Penjual.
39. Akta Jual Beli Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan Rumah harus ditandatangani oleh
Penjual dan Pembeli di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam hal telah
dipenuhi aspek-aspek sebagai berikut : Bangunan Rumah telah selesai dibangun di atas
tanah dan telah siap untuk dihuni Pembeli telah membayar lunas seluruh harga Tanah dan
Bangunan Rumah beserta pajak dan biaya-biaya lainnya Proses permohonan HGB atas
tanah sudah selesai diproses dan sertifikat HGB terdaftar atas nama Penjual
40. Akta Jual Beli – Cont’d Pada saat melangsungkan jual beli Tanah dan Bangunan Rumah
di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan atau pada waktu melangsungkan
pengikatan di hadapan Notaris. Pembeli wajib membawa dan memperlihatkan asli surat-
surat berikut kuitansi mengenai pembayaran harga Tanah dan Bangunan Rumah beserta
biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan itu
41. Penyelesaian Sengketa 1. Jika terjadi perselisihan, perbedaan pendapat maupun sengketa
yang timbul sehubungan dengan/sebagai akibat dari pengikatan ini, maka para pihak akan
menyelesaikan secara musyawarah 2. Jika penyelesaian secara musyawarah tidak
membawa hasil, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi
melalui Badan Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI) 3. Biaya yang timbul sehubungan
dengan pemeriksaan oleh Badan Arbitrasi Nasional Indonesia (BANI) menjadi beban dan
harus dibayar oleh para pihak untuk jumlah yang sama yaitu Penjual 50 % dan Pembeli
50 % 4. Dalam hal terjadi perubahan, pengurangan, dan/atau penambahan atas isi dari
Pengikatan Jual Beli, maka para pihak akan merundingkan secara musyawarah dan
mufakat serta hasilnya akan dituangkan dalam suatu Adendum yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari Pengikatan Jual Beli ini.
42. Sanksi Pidana dan Sanksi Administratif
43. Penyelesaian Sengketa Penyelesaian sengketa di bidang perumahan terlebih dahulu
diupayakan berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila penyelesaian sengketa
melalui musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, pihak yang dirugikan dapat
menggugat melalui pengadilan yang berada di lingkungan pengadilan umum atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa melalui alternatif
penyelesaian sengketa.
44. Gugatan atas pelanggaran dapat dilakukan oleh: Orang perseorangan Badan Hukum
Masyarakat Pemerintah atau Instansi Terkait
45. Sanksi Administratif Bagi Pihak Pengembang a. peringatan tertulis b. pembatasan
kegiatan pembangunan c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan d. penghentian sementara atau penghentian tetap pada pengelolaan
perumahan e. penguasaan sementara oleh pemerintah (disegel) f. kewajiban membongkar
sendiri bangunan dalam jangka waktu tertentu g. pembatasan kegiatan usaha h.
pembekuan izin mendirikan bangunan i. pencabutan izin mendirikan bangunan j.
pembekuan/pencabutan surat bukti kepemilikan rumah (Pasal 150 ayat 2 UU No.1 Tahun
2011)
46. Sanksi Administratif Bagi Pihak Pengembang – Cont’d k. perintah pembongkaran
bangunan rumah l. pembekuan izin usaha m. pencabutan izin usaha n. pengawasan o.
pembatalan izin p. kewajiban pemulihan fungsi lahan dalam jangka waktu tertentu q.
pencabutan insentif r. pengenaan denda administratif s. penutupan lokasi.
47. Sanksi Pidana Bagi Pihak Pengembang “Setiap orang yang menyelenggarakan
pembangunan perumahan, yang tidak membangun perumahan sesuai dengan kriteria,
spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas umum yang diperjanjikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)” (Pasal 151 ayat 1 UU No.1 Tahun 2011)
48. Sanksi Pidana Bagi Pihak Pengembang – Cont’d Selain sanksi pidana pelaku dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa membangun kembali perumahan sesuai dengan kriteria,
spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas umum yang diperjanjikan.
49. Sanksi Pidana Bagi Pihak Pengembang – Cont’d Badan hukum yang melakukan
pembangunan rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah susun dengan sengaja
melakukan serah terima dan/atau menerima pembayaran lebih dari 80% (delapan puluh
persen) dari pembeli dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
50. Sanksi Pidana Bagi Pihak Pengembang – Cont’d Dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), bagi Badan Hukum yang: a.
Mengalihfungsikan prasarana, sarana, dan utilitas umum diluar fungsinya b. Menjual
satuan permukiman c. Membangun lisiba yang menjual kaveling tanah matang tanpa
rumah

Anda mungkin juga menyukai