FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi
faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional,
efisien dalam pendanaan , dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Manajemen Strategi adalah seni dan ilmu penyusunan , penerapan, dan pengevaluasian
keputusan-keputusan lintas fugsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapai
sasarannya. Manajemen strategi adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan
kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut , serta mengalokasikan sumber
daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional
suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Inti dari manajemen strategi adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan
bagaimana sumber daya yang ada terssebut dapat digunakan secara efektif untuk memenuhi
tujuan strategis. Manajemen strategi memberikan fondasi dasar untuk pengambilan
keputusan dalam organisasi. Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat
dimulai dari sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan
menjadi perhatian manusia. Ada yang berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya
dengan sejarah manusia. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu
keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak manusia terbatas
kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan
kemampuan untuk memimpin. Di sinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan
kepemimpinan.
Kemampuan manajerial kepemimpinan merupakan kebutuhan utama dalam organisasi untuk
mencapai tujuan. Salah satu faktor yang mendukung kemampuan kepemimpinan adalah
mampu mengelola manajemen sumber daya organisasi secara baik.
Kalau ditelusuri lebih lanjut, betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu
kelompok jika terjadi suatu konflik atau perselisihan di antara orang-orang dalam kelompok,
maka orang-orang mencari cara pemecahan supaya terjamin keteraturan dan dapat ditaati
bersama. Terbentuklah aturan-aturan, atau norma-norma tertentu untuk ditaati agar konflik
tidak terulang lagi. Disini orang-orang mulai mengidentifikasi dirinya pada kelompok
kehidupan sangat dibutuhkan, dan konflik perlu dihindari. Dalam hal ini peranan pemimpin
sangat dibutuhkan.
Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan.
Untuk itu diperlukan adanya strategi untuk menjalanlan tugas kepemimpinan. Dalam rangka
memberikan ulasan tentang strategi kepemipinan yang efektif. Oleh sebab itu makalah ini
akan mengulas hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut agar lebih gamblang dan
jelas.
1.3 Tujuan
Sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut untuk memahami strategic dan kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan muncul bersamaan dengan peradaban manusia sejak zaman dahulu
dimana orang-orang berkumpul bersama dan bekerja bersama untuk mempertahankan
eksistensi hidupnya. Sejak itulah terjadinya kerjasama antar manusia di dunia dan
munculnya unsur kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi
perilaku yang menjadi panutan interaksi antar pemimpin dan pengikut serta pencapaian
tujuan yang lebih riil dan komitmen bersama dalam pencapaian tujuan dan perubahan
terhadap budaya organisasi yang lebih maju. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai
kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas
manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang
dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah :
1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4) Norma yang dianut kelompok
5) Rentang kendali
6) Ancaman dari luar organisasi
7) Tingkat stress
8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.
9) Kepemimpinan Kharismatik
Kemampuan mempengaruhi pengikut bukan berdasarkan pada tradisi atau otoritas formal
tetapi lebih pada persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan bakat supernatural
dan kekuatan yang luar biasa. Dimana kemampuan yang luar biasa tersebut hanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu dan tidak semua orang memilikinya. Seorang
pemimpin dianggap orang yang lebih tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Kharisma berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “berkat yang terinspirasi secara
agung” atau ”pemberian tuhan”. Seperti kemampuan melakukan keajaiban atau
memprediksikan peristiwa masa depan.
Para pemimpim akan lebih dipandang sebagai kharismatik jika mereka membuat
pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi dan mendatangkan biaya tinggi untuk
mencapai visi yang mereka dukung. Kepercayaan terlihat menjadi komponen penting dari
kharismatik dan pengikut akan lebih mempercayai pemimpin yang kelihatan tidak terlalu
termotivasi oleh kepentingan pribadi daripada oleh perhatian terhadap pengikut. Yang
paling mengesankan adalah seorang pemimpin yang benar-benar mengambil resiko
kerugian pribadi yang cukup besar dalam hal status, uang posisi kepemimpinan atau
keanggotaan dalam organisasi. Menurut Weber (1947), kharismatik terjadi saat terdapat
sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah solusi untuk krisis itu,
pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu. Mereka mengalami beberapa
keberhasilan yang membuat visi tersebut dapat terlihat, dapat dicapai dan para pengikut
dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.
Konsep kharismatik menurut Weber (1947), konsep yang lebih ditekankan kepada
kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luar biasa dan mistis. Menurutnya, ada
lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang kharismatik yaitu :
1) Adanya seseorang yang memiliki bakat luar baisa
2) Adanya krisis sosial
3) Adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis tersebut
4) Adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan
luar biasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta
5) Adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.
2) Faktor Eksternal
Jauch dan Glack (dalam Iwan Setiawana, 2002) mendefinisikan analisis eksternal
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh perencana strategi untuk memantau
sektor lingkungan dalam menentukan peluang (opportunity) dan ancaman (threat)
bagi perusahaan.
a) Lingkungan mikro atau lingkungan luar dekat atau tugas.
b) Lingkungan makro atau lingkungan luar jauh.
Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 17), dalam tahap implementasi strategi,
manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Bozemen dan Straussman (dalam Hughes, 1998, hal 159-160) merupakan empat
prinsip penerapan manajemen strategi pada sektor publik yaitu :
1) Perhatian pada jangka panjang
2) Pengintegrasian tujuan dan sasaran dalam hierarki yang jelas
3) Kesadaran bahwa manajemen strategik dan perencanaan strategi membutuhkan
kedisiplinan dan komitmen untuk dapat dilaksanakan, dan bukan self-
implementing.
4) Perspektif eksternal tidak diartikan sebagai adaptasi total terhadap lingkungan,
tetapi merupakan antisipasi terhadap perubahan lingkungan.
Selain ke empat prinsip tersebut, Bozemen dan Straussman juga menambahkan
bahwa penerapan ke empat prinsip tersebut harus diimbangi dengan pemikiran
strategi (strategic thinking) yang mengakomodasikan kewenangan politik. Hal ini
disebabkan karena sektor publik tidaklah immune (kebal/bebas) dari dinamika publik.
Berbagai keputusan, pertimbangan dan perhitungan alokasi public resources (sumber
daya publik) adalah subyek intervensi politik karena pertimbangan kepentingan
publik dan sosial benefit yang sangat kompleks.
Permasalahan lain yang berkaitan dengan penerapan manajemen strategik pada sektor
publik adalah dalam hal pengukuran kinerja yang merupakan tahapan dilakukannya
penilaian terhadap capaian/kinerja organisasi publik yang merupakan subyek
penilaian masyarakat, kepentingan politik dan kelompok-kelompok lainnya, maka
dimungkinkan terjadinya perbedaan nilai capaian pada pengukuran kinerja sektor
publik karena sangat ditentukan oleh perspektif yang digunakan oleh sektor
pemerintahan, lembaga-lembaga politik, LSM, ataupun konsumen (masyarakat).
PENUTUP
KESIMPULAN
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang
bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh
pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai
tujuan.
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi perilaku yang menjadi panutan interaksi
antar pemimpin dan pengikut serta pencapaian tujuan yang lebih riil dan komitmen bersama
dalam pencapaian tujuan dan perubahan terhadap budaya organisasi yang lebih maju.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota
organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.