124 227 1 PB
124 227 1 PB
ABSTRAK
Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah
berbahaya berupa padatan maupun cairan yang mengandung logam chromium. Metode yang
digunakan untuk meremediasi logam chromium tersebut adalah fitoremediasi. Tanaman yang
berpotensi menjadi fitoremediator logam berat adalah eceng gondok (Eichornia Crassipes).
Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28. Parameter yang
diamati adalah konsentasi chromium, nilai oksigen terlarut (DO), nilai derajat keasaman (pH)
dan nilai suhu. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan tanaman eceng gondok
(Eichornia Crassipes) dalam proses fitoremediasi pada limbah cair penyamakan kulit dapat
turun pada hari ke 28 sehingga konsentasi chromium pada kerapatan tanaman 6 individu
sebesar 2.23 mg L-1, pada kerapatan tanaman 4 individu sebesar 2.20 mg L-1, dan kerapatan
tanaman 2 individu sebesar 2.14 mg L-1. Selain itu dapat menurunkan nilai derajat keasaman
pada hari ke-28 sebesar 5.42 mg L-1 dengan kerapatan tanaman 6 individu. Sedangkan nilai
oksigen terlarut dapat naik pada hari ke-28 sebesar 5.99 mg L-1 dengan kerapatan tanaman 6
individu. Nilai suhu naik menjadi 26.30 0C pada kerapatan tanaman 6 individu.
Kata Kunci : Eceng gondok, Limbah cair penyamakan kulit, Fitoremediasi, Chromium
Abstract
Tannery industry is one of the industry that it produces dangerous waste in the form of solid or liquid
waste containing chromium metal. The method that can be used to remediate chromium is
phytoremediation. Plants that could potentially be phytoremediator heavy metals is water hyacinth.
Observations made on the 7th day, the 14th, the day of the 21st and the 28th day. The Parameter value is
the observed value of Chromium, DO, pH and temperature. The results of the study showed that the
density of plant water hyacinth (Eichornia Crassipes) in the process of fitoremediasi in liquid waste
tannery can descend on the 28th so consentration chromium on plants density 6 individuals amounted to
2.23 mg L-1, on 4 individual plant density of 2.20 mg L-1, and the density of plant 2 individuals of 2.14
mg L-1. Moreover, it can lower the pH value on the 28th day of 5.42 mg L-1 with 6 individual plant
density. While the value of DO can take on the 28 of 5.99 mg L-1 with 6 individual plant density. The
value of the temperature rose to 26.30 0C 6 plants on the density of individuals.
eceng gondok yang telah diaklimatisasi eceng gondok merupakan tipe akar serabut
yaitu 2 individu (K1), 4 individu (K2), dan 6 yang lebat.
individu (K3). Penelitian dilakukan dengan Proses penyerapan chromium oleh
tiga kali ulangan dan diamati setiap 7 hari eceng gondok terjadi dalam suatu proses
sekali selama 28 hari. dimana mikrorganisme yang terdapat pada
permukaan akar tumbuhan melakukan
Analisis Sampel dekomposisi bahan-bahan organik dan
Chromium dianalisis menggunakan metode partikel-partikel lain yang menempel pada
Spektrofotometri. Menurut Hutagalung akar tanaman eceng gondok. Bahan – bahan
(1991), metode pengukuran chromium organik dan partikel – partikel lain sebelum
dilakukan dengan penimbangan 5 ml didekomposisi oleh mikroorganisme
sampel limbah cair dan ditambahkan 2 ml terlebih dahulu disaring oleh tanaman eceng
H2SO4, kemudian ditambah dengan 2 tetes gondok menggunakan akar seperti bulu
KMnO4 dan dididihkan selama 2 menit. berbentuk labirin-labirin yang lembut dan
Tahap terakhir yaitu ditambahkan 1 ml ringan dalam jumlah yang banyak sehingga
Diphenil Carbazid kemudian dikocok memudahkan mikroorganisme untuk
hingga homogen dan dibaca dengan mendekomposisi bahan-bahan organik dan
spektrofotometer kemudian dicatat nilai partikel-partikel lainnya (Ghopal and
absorbansinya. Sharma, 1981)
Oksigen terlarut dianalisis
menggunakan DO Meter (DO 300 Eutech 3
Cyberscan) untuk mengetahui kandungan
Cr(mg/L)
bagian tanaman lainnya. Ketiga, lokalisasi Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel
logam pada sel dan jaringan. Hal ini akar, selanjutnya logam harus diangkut
bertujuan untuk menjaga agar logam tidak melalui jaringan pengangkut yaitu xilem
menghambat metabolisme tanaman dan dan floem ke bagian tubuh yang lain,
mencegah peracunan logam terhadap sel. sedangkan untuk meningkatkan efisiensi
Sel-sel akar tanaman umumnya pengangkutan, logam diikat oleh molekul
mengandung ion dengan konsentrasi yang khelat. Selanjutnya logam ditempatkan pada
lebih tinggi dari pada medium sekitarnya jaringan tubuh yang lain. Upaya yang
yang biasanya bermuatan negatif. dilakukan tumbuhan untuk mencegah
Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai keracunan logam terhadap sel, tumbuhan
konsekuensi dan keberadaannya, kation mempunyai mekanisme detoksifikasi
memperlihatkan adanya kemampuan dengan menimbun logam pada bagian
masuk ke dalam sel secara pasif ke dalam tubuh tertentu.
gradient elektrokimia, sedangkan anion Konsentasi chromium terendah
harus diangkut secara aktif kedalam sel akar didapatkan pada lama penyerapan 28 hari.
tanaman sesuai dengan keadaan gradient Penyerapan chromium tertinggi yaitu oleh
konsentrasi melawan gradient elektrokimia kerapatan tanaman 6 individu (K3) sebesar
(Foth,1991). 2.23 mg L-1, sedangkan pada kerapatan
Kemampuan eceng gondok dalam tanaman 4 individu (K2) sebesar 2.20 mg L-1
penyerapan karena adanya vakuola dalam dan kerapatan tanaman 2 individu (K1)
struktur sel. Mekanisme penyerapan yang sebesar 2.14 mg L-1. Pada hari ke 28
terjadi yaitu dengan adanya bahan-bahan penyerapan konsentasi chromium telah
yang diserap menyebabkan vakuola memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh
menggelembung, maka sitoplasma Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.
terdorong ke pinggiran sel sehingga
protoplasma dekat dengan permukaan sel. Hubungan Konsentrasi Chromium dan
Hal ini, menyebabkan pertukaran atau Nilai Oksigen Terlarut
penyerapan logam chromium antara sebuah Hubungan chromium dengan oksigen
sel dengan sekelilingnya menjadi lebih terlarut adalah negatif, artinya kenaikan
efisien (Febrianingsih, 2013). nilai oksigen terlarut akan menurunkan
Tumbuhan mempunyai alat konsentrasi chromium. Persamaan regresi
pengangkut yang disebut xylem. Tumbuhan yang terbentuk yaitu Y= -0.398X + 3.042
tidak memiliki daya memilih makanan yang dengan nilai R2 sebesar 0.929.
diserapnya, sehingga makanan yang 3 y = -0,398x + 3,042
tersedia dalam air limbah langsung R² = 0,929
diangkutnya tanpa seleksi. Hal ini 2
Cr
oleh mikroba aerob membutuhkan oksigen menjadi air dan gas yang tidak berbahaya
guna merombak bahan logam berat, dan (CO2) (Vidali 2001).
tanaman eceng gondok mampu 3
meningkatkan persediaan oksigen sehingga y = 0,398x - 2,39
mikroba perombak dapat melakukan proses 2 R² = 0,927
Cr
pendegradasian senyawa sederhana 1
menjadi amoniak, nitrat, nitrit dan nitrogen.
Menurut Haberl dan Langergraber 0
(2002), proses fotosintesis memungkinkan 0 5 10 15
adanya pelepasan oksigen pada daerah
sekitar perakaran (zona rhizosphere), pH
sehingga daerah sekitar akar kaya akan
oksigen. Kadar oksigen bebas suatu perairan Gambar 3. Hubungan Penurunan
dapat ditentukan oleh adanya aktivitas Konsentrasi Chromium dengan Penurunan
fotosintesis didalamnya. Nilai Derajat Keasaman
Kenaikan nilai oksigen terlarut Bahan organik yang telah diserap atau
disebabkan karena tanaman eceng gondok diikat oleh tanaman eceng gondok akan
telah melakukan proses absorpsi melalui didegradasi oleh bakteri Bacillus subtilis
akar sehingga memudahkan mikroba menjadi senyawa yang sederhana yaitu,
perombak bahan logam berat pada limbah asam amino dan asam lemak (asam organik)
cair penyamakan kulit. Terpenuhinya hingga diperoleh amoniak, nitrat, nitrit dan
kebutuhan akan amoniak dan nitrogen hasil nitrogen dengan terbentuknya asam organic
perombakan bahan organik oleh mikroba hasil pemecahan protein dan lemak, maka
perombak akan mempercepat keluarnya derajat keasaman akan terus menurun
akar yang baru sehingga mempercepat mendekati derajat keasaman netral.
penyaringan atau pengikatan logam berat Sedangkan bahan anorganik pada limbah
pada limbah cair penyamakan kulit, hal ini cair penyamakan kulit diserap atau diikat
berdampak pada peningkatan jumlah oleh akar tanaman eceng gondok sehingga
oksigen yang dihasilkan oleh tanaman eceng logam berat pada limbah dapat berkurang.
gondok. Oksigen dipenuhi oleh tanaman Kadar derajat keasaman yang baik adalah
eceng gondok melalui proses fotosintesis kadar yang masih memungkinkan
yang didistribusikan melalui akar-akar yang kehidupan biologis didalam air dapat
dimiliki untuk memenuhi kebutuhan berjalan dengan baik (Ginting, 1995).
oksigen bagi mikroorganisme perombak Nilai derajat keasaman erat kaitannya
dalam menurunkan chromium. dengan nilai karbondioksida, semakin tinggi
nilai karbondioksida didalam air limbah
Hubungan Konsentrasi Chromium dan maka nilai derajat keasaman akan rendah.
Nilai Derajat Keasaman Tanaman eceng gondok memerlukan
Persamaan regresi yang terbentuk yaitu Y= karbondioksida dalam proses fotosintesis
0.398X – 2.39 dengan nilai R2 sebesar 0.927 kemudian akan dirubah menjadi
yang artinya derajat keasaman memberikan monosakarida, sehingga kebutuhan
pengaruh terhadap penurunan chromium. karbondioksida didalam limbah akan naik
Tanda negatif pada variable derajat maka nilai derajat keasaman akan rendah.
keasaman menunjukan penurunan, Fotosintesis merupakan proses yang
sehingga bila nilai derajat keasaman turun menyerap karbondioksida, sehigga dapat
maka konsentrasi chromium akan turun. meningkatkan derajat keasaman perairan.
Penurunan nilai derajat keasaman Sedangkan respirasi menghasilkan
disebabkan karena logam chromium telah karbondioksida kedalam ekosistem,
diserap atau diikat oleh akar tanaman eceng sehingga derajat keasaman perairan
gondok sehinggga memudahkan mikroba menurun. Karbon dioksida dalam ekosistem
perombak dalam proses pendegradasian. perairan dihasilkan melalui proses respirasi
mikroorganisme mampu mendegradasi oleh semua organisme dan proses
bahan kimia berbahaya dalam lingkungan perombakan bahan organik dan anorganik
36
Hartanti, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
KESIMPULAN
1 Fitoremediasi menggunakan tanaman eceng
gondok pada limbah cair penyamakan kulit
0
dapat menurunkan kandungan logam
25,5 26 26,5 27 chromium hingga sesuai dengan Peraturan
Suhu Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Penurunan
chromium terjadi pada hari ke-28 dengan
Gambar 4. Hubungan Penurunan kerapatan tanaman 6 individu sebesar 2.23
Konsentrasi Chromium dengan Penurunan mg L-1, pada kerapatan tanaman 4 individu
Nilai Suhu sebesar 2.20 mg L-1 dan pada kerapatan
Suhu tidak mempengaruhi penurunan tanaman 2 individu sebesar 2.14 mg L-1.
konsentrasi chromium, hal tersebut sesuai Kerapatan tanaman memberikan
dengan pernyataan bahwa aktivitas pengaruh terhadap penurunan konsentasi
mikroorganisme memerlukan suhu chromium pada limbah cair penyamakan
optimum yang berbeda-beda, akan tetapi kulit. Penurunan chromium dengan hasil
proses dekomposisi biasanya terjadi pada optimal yaitu pada kerapatan tanaman 6
kondisi udara yang hangat (Effendi, 2000). individu dibandingkan dengan kerapatan
Suhu limbah cair selama penelitian adalah tanaman 4 individu dan kerapatan tanaman
25.8-26.30C, hal tersebut sesuai dengan 2 individu.
penelitian yang dilaporkan oleh Purwandari Penurunan chromium menyebabkan
(2009), suhu pertumbuhan tanaman air kenaikan oksigen terlarut dan penurunan
adalah 22.0–30.0 0C. derajat keasaman. Penurunan chromium
tidak menyebabkan perubahan suhu.
37
Hartanti, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan