Anda di halaman 1dari 17

MALFORMASI ANOREKTAL

Paper
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak I
Dosen Pengampu : Rusana, M. Kep.,Ns.,Sp.Kep.An.

Disusun oleh:

1. Dudi Tri Wibowo (108116010)


2. Kristin Indaryani (108116017)
3. Yuliatin Soliah (108116022)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2018
I. Masalah Kesehatan

Malformasi anorektal atau sering disebut juga dengan anus imperforata


atau atresia ani adalah malformasi kongenital yang ditandai dengan rektum
tidak mempunyai lubang luar (Wong,1996).

Anomali bawah adalah keadaan yang ditandai dengan rektum memiliki


jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan
eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.

II. Etiologi/Faktor Risiko

Malformasi anorektal dapat disebabkan karena:

1) Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur, sehingga bayi


lahir tanpa lubang dubur.
2) Gangguan organogenesis dalam kandungan. Karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3) Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai.
4) Berkaitan dengan sindrom down.
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan
malformasi anorektal adalah
a. Kelainan kardiovaskuler.
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan malformasi. Jenis kelainan
yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten
ductus arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan ventrikular
septal defect.
b. Kelainan gastrointestinal.
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%),
obstruksi duodenum (1%-2%).
c. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis.
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan
lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan
hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan
adalah myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal
III. Patofisiologi

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal


secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka
yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis
anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.

Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan


struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan
migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas
pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui
anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.

Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada


kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan
adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi
cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis
hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk
fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan, 90% dengan
fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki
umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila
kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis) (Faradilla, 2009).
IV. Manifestasi Klinis

Dalam penegakan diagnosis malformasi anorektal adalah dengan


melakukan pemeriksaan yang menyeluruh meliputi poin-poin seperti berikut:
1. Mengetahui usia gestasi, berat badan lahir, suhu, warna kulit, menangis,
respirasi, ada atau tidaknya riwayat jaundice, distensi abdomen, keadaan
hidrasi dan anomali kongenital lainnya, melakukan pemeriksaan untuk
menentukan jenis dan sifat anomali.
2. Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian.
3. Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.
4. Kejang usus, bising usus meningkat, Distensi abdomen.
5. Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak
fistel).
6. Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi.

V. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Nurhayati (2009), untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan


pemeriksaan diagnostik sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
obstruksi intestinal atau menentukan letak ujung rektum yang buntu
setelah bayi berumur 24 jam. Pada saat pemeriksaan, bayi harus diletakkan
dalam keadaan posisi terbalik selama 3 menit, sendi panggul bayi dalam
keadaan sedikit ekstensi, kemudian dibuat foto pandangan anteroposterior
dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lekukan anus.
2. Sinar-X terhadap abdomen yang bertujuan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel/usus dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung
rektum dari sfingternya.
3. Ultrasonografi (USG) abdomen, yang bertujuan untuk melihat fungsi
organ intenal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya
faktor reversibel seperti obstruksi massa tumor.
4. CT Scan, yang bertujuan untuk menentukan lesi.
5. Rontgenogram pada abdomen dan pelvis, yang bertujuan untuk
mengonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan saluran urinaria.
6. Pemeriksaan colok dubur, pada atresia rektum jari tidak masuk lebih 1–2
cm.

VI. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit maformasi


anorektal ada dua macam yaitu dengan tindakan sementara dan tindakan
definitive, sebagai berikut:

1. Tindakan Sementara

a. Tindakan spontan tergantung tinggi rendahnya atresia. Anak segera


dipuasakan untuk pembedahan. Bila diduga ada malformasi rektum,
bayi harus segera dikirim ke ahli bedah yaitu dilakukan kolostomi
transversum akut. Ada 2 tempat yang kolostomi yang dianjurkan
dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversokolostomi dan
sigmoidkolostomi. Khusus untuk defek tipe kloaka pada perempuan
selain kolostomi juga dilakukan vaginostomi dan diversi urine jika
perlu (setelah anak lebih besar 1 – 1,5 tahun).
b. Pada malformasi anus laki-laki tipe covered anal dilakukan insisi/
diiris hanya pada garis hitam di kulitnya, kemudian diperlebar
perlahan-lahan dan apabila ada lubang dilanjutkan dengan kelingkin
yang dilapisi vaselin didorong masuk sampai teraba/ menonjol ujung
rektum kemudian ujung rektum di insisi tanpa dijahit. Pada defek
letak rendah langsung dilakukan terapi definitif yaitu anorektoplasti
posterior sagital (PSARP), sisanya dilakukan kolostomi sementara.
2. Tindakan Definitif

a. Pembedahan definitif ini dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi


dan mempertahankan kontak kontinensi. Untuk malformasi rectum
setelah bayi berumur 6 bulan dilakukan ano-rekto-vagina-uretroplasti
posterior sagital (PSAVURP).
b. Pada malformasi anus tindakan koreksi lebih lanjut tergantung pada
defek :
1) Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi tampak ada anal
dimple dilakukan insisi dianal dimple melalui tengah sfingter ani
eksternus.
2) Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak boleh langsung
ditembus tapi lebih dulu fistel ano uretralis tersbeut diikat. Bila
tidak bisa kasus dianggap dan diperlakukan sebagai kasus
malformasi rektum.
c. Pada agenesis anorektal pada kelainan tinggi setelah bayi berat badan
mencapai 10 kg tersebut harus diperbaiki dengan operasi
sakroperineal atau abdomino perineal dimana kolon distal ditarik ke
aneterior ke muskulus puborektalis dan dijahitkan ke perinuem. Pada
anomali ini, sfingter ani eksternus tidak memadai dan tidak ada
sfingter internus, sehingga kontinensi fekal tergantung pada fungsi
muskulus pubo rektalis. Sebagai hasil dari anak dengan kelainan
tinggi tanpa muskulatur atau muskolatur yang buruk, kontinensia
mungkin didapat secara lambat tetapi dengan pelatihan intensif
dengan menggunakan otot yang ada, pengencangan otot kemudian
dengan levator plasti, nasihat tentang diet dan memelihara
"neorektum" tetap kosong, kemajuan dapat dicapai. (Wong, 1999).
VII. Penatalaksanaan Keperawatan.

a. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah
pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual
keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan
menjadi 11 konsep yang meliputi:
a) Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di
rumah.
b) Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien
dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan
mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
c) Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi kebutuhan
dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak
terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami
kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong, 1996).
d) Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan
otot.
e) Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f) Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri
pada luka inisisi.
g) Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak
luka jahitan operasi.
h) Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
i) Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi.
j) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
rumah.
k) Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas (keluarga) b.d perubahan dalam status kesehatan.
2. Nyeri b.d trauma jaringan.
3. Resiko infeksi faktor resiko: prosedur invasif, kerusakan jaringan.
c. NOC dan NIC
1. Ansietas (keluarga) b.d perubahan dalam status kesehatan

NOC: NIC :
 Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
 Koping kecemasan )
Setelah dilakukan asuhan
- Gunakan pendekatan yang
Selama 1x24 jam klien
menenangkan
kecemasan teratasi dgn kriteria
- Nyatakan dengan jelas harapan
hasil:
terhadap pelaku pasien
- Klien mampu
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan
dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala
- Temani pasien untuk memberikan
cemas
keamanan dan mengurangi takut
- Mengidentifikasi,
- Berikan informasi factual mengenai
mengungkapkan dan
diagnosis, tindakan prognosis
menunjukkan tehnik untuk
- Instruksikan pad pasien untuk
mengontol cemas.
menggunakan teknik relaksasi.
- Vital sign dalam batas
- Dorong pasien untuk mrngungkapkan
normal.
perasaan, ketakutan, persepsi.
- Postur tubuh, ekspresi
- Kelola pemberian obat anti cemas.
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
2. Nyeri b.d trauma jaringan.

NOC : NIC :

 Pain level, - Lakukan pengkajian


 Pain control, nyeri secara
 Comfort level komperhensif termasuk

Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik,

keperawatan selama 1x24 jam durasi, frekuensi,

pasien tidak mengalami nyeri, kualitas dan factor

dengan kriteria hasil : presipitasi


- Observasi reaksi
- Mampu mengontrol nyeri
nonverbal dari
(tahu penyebab nyeri,
ketidaknyamanan
mampu menggunakan tehnik
- Bantu pasien dan
farmakologi. Untuk
keluarga untuk mencari
mrngurangi nyeri, mencari
dan menemukan
bantuan).
dukungan
- Melaporkan bahwa nyeri
- Control lingkungan yang
berkurang dengan
dapat mempengaruhi
menggunakan managemen
nyeri seperti suhu
nyeri.
ruangan, pencahayaan
- Mampu mengenal nyeri
dan kebisingan
(skala, intensitas, frekuensi,
- Kurangi factor
dan tanda nyeri).
presipitasi nyeri
- Menyatakan rasa nyaman
- Ajarkan teknik non
setelah nyeri berkurang
farmakologi napas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/dingin.
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
3. Resiko infeksi faktor resiko: prosedur invasif, kerusakan jaringan.

NOC : NIC :
 Immune status - Pertahankan teknik
 Knowledge : infection aseptif
control - Batasi pengunjung bila
 Risik control perlu
Setelah dilakukan tindakan - Cuci tangan setiap
keperawatan selama 3x24 jam sebelum dan sesudah
pasien tidak mengalami tindakan keperawatan
infeksi dengan kriteria hasil : - Gunakan baju, sarung
tangan ssebagai alat
- Klien bebas dari tanda
pelindung
infeksi
- Ganti letak IV perifer
- Menunjukan kemampuan
dan dressing sesuai
untuk mencegah timbulnya
dengan petunjuk umum
infeksi
- Gunakan kateter iermiten
- Jumlah leukosit dalam
untuk menurunkan
batas normal
infeksi kandung kecing
- Menunjukan perilaku
- Tingkatkan intake nutrisi
hidup sehat
- Berikan terapi antibiotic
- Status imun gestasional,
- Monitor tanda dan gejala
gentourinaria dalam batas
infeksi sistemik dan local
normal.
- Pertahankan teknik
isolasi
- Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Dorong masukan cairan
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
inspeksi
PATHWAYS
ETIOLOGI
Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur. Gangguan
organogenesis dalam kandungan. Kelainan bawaan, anus umumnya
tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namum
demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Berkaitan dengan sindrom down.

PATOFISIOLOGI

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga anus
dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Kegagalan migrasi dapat juga
karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Atresia ani terjadi akibat kegagalan
penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.

PEMERIKSAAN MASALAH KESEHATAN


DIAGNOSTIK
Malformasi anorektal atau sering disebut juga
a. Pemeriksaan radiologis : dengan anus imperforata atau atresia ani adalah
Sinar-X, Ultrasonografi
malformasi kongenital yang ditandai dengan
(USG) abdomen, CT
Scan, Rontgenogram pada rektum tidak mempunyai lubang luar
abdomen dan pelvis
(Wong,1996).
b. Pemeriksaan colok dubur,
pada atresia rektum jari
tidak masuk lebih 1–2
cm.
MANIFESTASI KLINIS

Perut kembung
muntah timbul kemudian.

Kejang usus
bising usus meningkat,

Distensi
Keluar mekonium abdomen

baik dari vagina atau


bersama urine
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN

Ansietas (keluarga) b.d Nyeri b.d trauma jaringan. Resiko infeksi faktor
perubahan dalam status resiko: prosedur invasif,
kesehatan. kerusakan jaringan.

NOC: NOC : NOC :


 Kontrol kecemasan  Immune status
 Pain level,
 Koping  Knowledge : infection
 Pain control,
Setelah dilakukan asuhan control
 Comfort level
Selama 1x24 jam klien  Risik control
Setelah dilakukan tindakan
kecemasan teratasi dgn Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
kriteria hasil: keperawatan selama 3x24 jam
pasien tidak mengalami nyeri,
- Klien mampu pasien tidak mengalami
dengan kriteria hasil :
mengidentifikasi dan infeksi dengan kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
mengungkapkan - Klien bebas dari tanda
(tahu penyebab nyeri,
gejala cemas infeksi
mampu menggunakan tehnik
- Mengidentifikasi, - Menunjukan kemampuan
farmakologi. Untuk
mengungkapkan dan untuk mencegah timbulnya
mrngurangi nyeri, mencari
menunjukkan tehnik infeksi
bantuan).
untuk mengontol - Jumlah leukosit dalam
- Melaporkan bahwa nyeri
cemas. batas normal
berkurang dengan
- Vital sign dalam batas - Menunjukan perilaku
menggunakan managemen
USTAKA
normal. hidup sehat
nyeri.
- Postur tubuh, ekspresi - Status imun gestasional,
- Mampu mengenal nyeri
wajah, bahasa tubuh gentourinaria dalam batas
(skala, intensitas, frekuensi,
dan tingkat aktivitas normal.
dan tanda nyeri).
menunjukkan
- Menyatakan rasa nyaman
berkurangnya
setelah nyeri berkurang
NIC : NIC : NIC :
Anxiety Reduction - Lakukan pengkajian - Pertahankan teknik
(penurunan kecemasan ) nyeri secara aseptif
- Gunakan pendekatan yang komperhensif termasuk - Batasi pengunjung bila
menenangkan lokasi, karakteristik, perlu
- Nyatakan dengan jelas durasi, frekuensi, - Cuci tangan setiap
harapan terhadap pelaku kualitas dan factor sebelum dan sesudah
pasien presipitasi tindakan keperawatan
- Jelaskan semua prosedur dan - Observasi reaksi - Gunakan baju, sarung
apa yang dirasakan selama nonverbal dari tangan ssebagai alat
prosedur ketidaknyamanan pelindung
- Temani pasien untuk - Bantu pasien dan - Ganti letak IV perifer
memberikan keamanan dan keluarga untuk mencari dan dressing sesuai
mengurangi takut dan menemukan dengan petunjuk umum
- Berikan informasi factual dukungan - Gunakan kateter iermiten
mengenai diagnosis, tindakan - Control lingkungan yang untuk menurunkan
prognosis dapat mempengaruhi infeksi kandung kecing
- Instruksikan pad pasien nyeri seperti suhu - Tingkatkan intake nutrisi
untuk menggunakan teknik ruangan, pencahayaan - Berikan terapi antibiotic
relaksasi. dan kebisingan - Monitor tanda dan gejala
- Dorong pasien untuk - Kurangi factor infeksi sistemik dan local
mrngungkapkan perasaan, presipitasi nyeri - Pertahankan teknik
ketakutan, persepsi. - Ajarkan teknik non isolasi
farmakologi napas - Inspeksi kulit dan
dalam, relaksasi, membrane mukosa
distraksi, kompres terhadap kemerahan,
hangat/dingin. panas, drainase
- Berikan analgetik untuk - Dorong masukan cairan
mengurangi nyeri - Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
inspeksi
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan )

- Gunakan pendekatan
yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas DAFTAR PUSTAKA
harapan terhadap pelaku
pasien
1. Sodikin, M.Kes. 2011. Buku Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan.
- Jelaskan semua prosedur
Jakarta: EGC
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
2. Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada Neonates.
- Temani pasien untuk
Jakarta. Trans Infomedia
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
3. Levitt MA, Peña A. Anorectal malformations. Orphanet Journal of Rare
- Berikan informasi
Diseases. 2007;2(33).
factual mengenai
diagnosis, tindakan
4. Bhargava P, Mahajan JK, Kumar A. Anorectal malformations in children.
prognosis
- InstruksikanJournal Indian Association Pediatric Surgery. 2006;11(3):136-9.
pad pasien
untuk menggunakan
teknik relaksasi.
5. Peña A, Levitt MA. Anorectal Maformations in Pediatric Surgery Ed.6th
- Dorong pasien
Volume untuk
1. Grosfeld JL, O'Neill JJA, Fonkalsrud EW, Coran AG, editors.
mrngungkapkan
New York: Elsevier; 2006.
perasaan, ketakutan,
persepsi.
- Kelola 6.pemberian
Gangopadhyay
obat AN, Pandey V. Anorectal malformations. Journal of Indian
anti cemas. Association of Pediatric Surgeons. 2015;20(1):10-5.

7. Wakhlu AK. Management of Congenital Anorectal Malformation.

Pediatric Surgery. 1995;32.

8. Suriadi, Skp. & Yulianti , Rita, Skp. (2001). Buku pegangan praktek
klinik: Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 1. Jakarta: CV.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bu Dewi Sem.3-2
    Bu Dewi Sem.3-2
    Dokumen15 halaman
    Bu Dewi Sem.3-2
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Asma 1
    Asma 1
    Dokumen16 halaman
    Asma 1
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen3 halaman
    Kasus
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Jarak
    Jarak
    Dokumen2 halaman
    Jarak
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Dokumen25 halaman
    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP PDF
    Imron
    Belum ada peringkat
  • Vulvitis
    Vulvitis
    Dokumen4 halaman
    Vulvitis
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • NANDA-NIC-NOC 2018-2020
    NANDA-NIC-NOC 2018-2020
    Dokumen36 halaman
    NANDA-NIC-NOC 2018-2020
    Anonymous WzJuEa
    100% (1)
  • Adi
    Adi
    Dokumen1 halaman
    Adi
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Vulvitis
    Vulvitis
    Dokumen4 halaman
    Vulvitis
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Acmad Yoga
    Acmad Yoga
    Dokumen21 halaman
    Acmad Yoga
    scribdmania234
    Belum ada peringkat
  • Vulvitis
    Vulvitis
    Dokumen4 halaman
    Vulvitis
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Pak Ruli Mentah
    Pak Ruli Mentah
    Dokumen17 halaman
    Pak Ruli Mentah
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Mklah Erma Nitip
    Mklah Erma Nitip
    Dokumen20 halaman
    Mklah Erma Nitip
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Kasih
    Kasih
    Dokumen1 halaman
    Kasih
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Dealova
    Dealova
    Dokumen1 halaman
    Dealova
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Memengaruhi Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan Pasien
    Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Memengaruhi Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan Pasien
    Dokumen16 halaman
    Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Memengaruhi Kejadian Plebitis Dan Kenyamanan Pasien
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Mklah Erma Nitip
    Mklah Erma Nitip
    Dokumen20 halaman
    Mklah Erma Nitip
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen11 halaman
    Makala H
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Keluarga DM
    Pengkajian Keluarga DM
    Dokumen6 halaman
    Pengkajian Keluarga DM
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Struktur Organisasi
    Struktur Organisasi
    Dokumen1 halaman
    Struktur Organisasi
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Intervensi BU Widyo Kelompok Hipertensi
    Intervensi BU Widyo Kelompok Hipertensi
    Dokumen8 halaman
    Intervensi BU Widyo Kelompok Hipertensi
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • BUNDA LIA Kel 3
    BUNDA LIA Kel 3
    Dokumen13 halaman
    BUNDA LIA Kel 3
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Pathways
    Pathways
    Dokumen1 halaman
    Pathways
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • KB Kondom
    KB Kondom
    Dokumen9 halaman
    KB Kondom
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Tawassul
    Tawassul
    Dokumen6 halaman
    Tawassul
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Intervensi BU Widyo Kelompok Hipertensi
    Intervensi BU Widyo Kelompok Hipertensi
    Dokumen8 halaman
    Intervensi BU Widyo Kelompok Hipertensi
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Aspek Hukum Praktik Keperawatan
    Aspek Hukum Praktik Keperawatan
    Dokumen10 halaman
    Aspek Hukum Praktik Keperawatan
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Askep Kardiovaskuler
    Askep Kardiovaskuler
    Dokumen13 halaman
    Askep Kardiovaskuler
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat
  • Obat
    Obat
    Dokumen6 halaman
    Obat
    Andrye Pelita ZamZam Mubaroq
    Belum ada peringkat