Anda di halaman 1dari 9

.1 .

Nematoda
Contoh : Ascaris lumbricodes ( Cacing gelang )

 Kasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Ascaridida
Super family : Ascaridoidea
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Lineus)

 Morfologi Dan Siklus Hidup

 Morfologi

Secara umum dapat dilihat bahwa cacing Ascaris lumbricoides berwarna merah
berbentuk silinder, cacing jantan lebih kecil ukurannya daripada cacing betina,
pada stadium dewasa, cacing ini akan hidup dan berkembang di dalam rongga
usus kecil
Cacing jantan berukuran 15-25 cm x 3 mm disertai ujung posteriornya yang
melengkung ke arah ventral dan diikuti adanya penonjolan spikula yang
berukuran sekitar 2 mm. Selain itu, di bagian ujung posterior cacing juga terdapat
banyak papilpapil kecil.Cacing betina berukuran 25-35 cm x 4 mm dengan ujung
posteriornya yang lurus. Cacing ini memiliki 3 buah bibir, masing-masing satu
dibagian dorsal dan dua lagi dibagian ventrolateral.
Cacing dewasa hidup dalam jangka waktu ±10 – 24 bulan . Cacing dewasa
dilindungi oleh pembungkus agar tidak tercerna di sistem pencernaan manusia.
Cacing ini juga memiliki sel-sel otot somatik yang besar dan memanjang sehingga
mampu mempertahankan posisinya di dalam usus kecil. Jika otot somatik tersebut
lumpuh oleh obat cacing, maka cacing akan mudah keluar melalui anus karena
gerakan peristaltic di usus. Cacing betina mampu bertahan hidup selama 1- 2
tahun dan memproduksi 26 juta telur selama hidupnya dengan 100.000 – 200.000
butir telur per hari yang terdiri dari telur yang telah dibuahi (fertilized), yang tidak
dibuahi (unfertilized), maupun telur dekortikasi. Telur dekortikasi adalah telur
Ascaris lumbricoides yang telah dibuahi tapi kehilangan lapisan albuminoid Telur
yang telah dibuahi berbentuk bulat atau oval dengan permukaaan tidak teratur,
memiliki lapisan yang tebal, dan berwarna kuning kecoklatan dengan ukuran 60 -
45µm. Pada telur ini, terdapat lapisan tebal albumin dan lapisan dalamnya yang
terdapat selubung vitelin tipis namun cukup kuat, kedua lapisan tersebut berfungsi
sebagai pelindung terhadap situasi lingkungan yang tidak sesuai sehingga telur
dapat bertahan hidup di tanah sampai dengan berbulanbulan bahkan bertahun-
tahun. Telur yang telah dibuahi ini berisikan embrio regular yang tidak
bersegmen. Dalam lingkungan yang sesuai yakni di tanah liat, dengan
kelembaban tinggi, dan suhu yang sesuai, dapat terjadi pematangan telur atau
larva.Telur yang tidak dibuahi adalah telur yang dihasilkan oleh cacing betina
yang tidak subur ataupun terlalu cepat dikeluarkan oleh cacing betina yang subur,
telur tersebut berbentuk memanjang, terkadang segitiga dengan lapisan yang tipis
dan berwarna coklat, lalu berukuran 90–40 πm (Natadisasta, 2012). Telur yang
berwarna kecoklatan ini akibat pengaruh dari pigmen empedu di saluran cerna
dan tidak terdapatnya rongga udara

 Siklus hidup Ascaris lumbricodes :

Telur yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus.
Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa
kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru, larva di paru-
paru menembus dinding alveolus, masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea.
Dari trakea larva menuju ke faring dan menimbulkan iritasi.Penderita akan batuk
karena adanya rangsangan larva ini. Larva di faring tertelan dan terbawa ke
esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi ewasa. Mulai dari telur matang
yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2
bulan.

 Penyebaran

 Proses Terjadinya Penyebaran Ascaris lumbricoides

Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan yakni telur infektif
A.lumbricoides yang masuk ke dalam mulut bersamaan dengan makanan dan
minuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotor tercemar terutama pada
anak, atau telur infektif yang terhirup udara bersamaan dengan debu. Pada
keadaan telur infektif yang terhirup oleh pernapasan, telur tersebut akan menetas
di mukosa alat pernapasan bagian atas dan larva akan segera menembus
pembuluh darah dan beredar bersama aliran darah (Soedarto, 2009). Cara
penularan Ascariasis juga dapat terjadi melalui sayuran dan buah karena tinja
yang dijadikan pupuk untuk tanaman sayur-mayur maupun buah-buahan

 Penyakit
Penyakit Akibat Ascaris lumbricoides:

 Mual dan muntah.


 Diare.
 Penyumbatan usus yang menyebabkan nyeri hebat dan muntah.
 Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut.
 Adanya cacing pada tinja.
 Kehilangan selera makan.
 Penurunan berat badan.
 Demam.
 Kelelahan
 Gangguan pertumbuhan pada anak-anak karena kurang gizi

 Patologi Dan Klinis


Gejala klinis yang timbul dari Ascariasis tergantung dari beratnya infeksi,
keadaan umum penderita, daya tahan, dan kerentanan penderita terhadap infeksi
cacing ini.Penderita Ascariasis tidak akan merasakan gejala dari infeksi ini
(asimptomatik) apabila jumlah cacing sekitar 10-20 ekor didalam tubuh manusia
sehingga baru dapat diketahui jika ada pemeriksaan tinja rutin ataupun keluarnya
cacing dewasa bersama dengan tinja. Gejala klinis yang timbul bervariasi, bisa
dimulai dari gejala yang ringan seperti batuk sampai dengan yang berat seperti
sesak nafas dan perdarahan.

 Pencegahan Dan Pengobatan

Pencegahan dan Pengobatan Ascariasis


 Pencegahan :
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan Cuci, kupas atau
masak sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan Mengajarkan pada anak-anak
jangan bermain ditanah terutama tanah yang kemungkinan terdapat kotoran
manusia.
 Pengobatan :
Obat Anthelminthic (obat yang membersihkan tubuh dari cacing parasit), seperti
albendazole dan mebendazole merupakan obat pilihan untuk pengobatan
penyakit ascariasis. Ascariasis pada umumnya diobati selama 1 – 3 hari. Obat ini
efektif mengobati ascariasis dan memiliki sedikit efek samping

2 Trematoda
Contoh : Fasciola hepatica ( cacing hati )

 .Klasifikasi

Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Sub kelas : Digenea
Ordo : Echinostomida
Famili : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola gigantica, Fasciola hepatica

 Morfologi Dan Siklus Hidup

 Morfologi
Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Pada
bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan
ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang
mulut, juga terdapat alat kelamin.

 Siklus Hidup
Siklus hidup cacing hati (Fasciola hepatica) dimulai dari telur yang keluar
bersama feses hewan ternak, telur akan berkembang menjadi mirasidium atau
larva bersilia.Cacing hati dewasa akan bertelur lagi dan kemudian siklus
berulang

 Penyebaran
Penyebaran cacing hati biasanya terjadi setelah mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi larva cacing hati. Setelah makanan tersebut dicerna, larva akan berpindah
dari usus ke saluran empedu di hati untuk berkembang biak.

 Penyakit
Penyakit yang dapat ditimbulkan pada ternak diantaranya:
lemah, lesu, tubuh kurus, nafsu makan menurun, perut membesar, diare, serta bulu kasar
dan kusam.

 Patologi Dan klinis

 Fasciolosis akut: terjadi kematian tiba-tiba (dapat terjadi kurang dari 24 jam) karena
pendarahan akibat kerusakan jaringan parenkim hati oleh cacing muda. Terjadi
kelemahan, anoreksia, pucat dan oedema mukosa dan konjunctiva. Terjadi kesakitan
(nyeri) bila ditekan pada lambung bagian kanan.
 Fasciolosis subakut: gejala klinis yang ditimbulkan mirip dengan fasciolosis akut, tetapi
waktunya lebih lama, dan perjalanan penyakit dapat mencapai 2 minggu yang diikuti
penurunan berat badan.
 Fasciolosis kronis: jalannya penyakit lebih lama, oedema submandibula = Bottle jaw,
anemia, kelelahan umum, ikterus, dan diare. Kematian dapat terjadi setelah 2 / 3 bulan
setelah terinfeksi, terjadi kekurusan bila hewan tetap hidup, produktivitas menurun.
Dapat terjadi hidrothoraks, hidroperikard dan ascites. Cacing hati dewasa di saluran
empedu yang menghisap darah dapat menyebabkan anemia, cholangitis, dan fibrosis.

 Pengobatan Dan Pencegahan

 Pencegahan
pencegahan dari infeksi cacing hati, hal penting yang perlu Anda ingat adalah
memastikan semua makanan yang akan dikonsumsi sudah dimasak secara
matang, terutama untuk ikan air tawar, kepiting, udang, dan selada air. Selain itu,
hindari meminum air sungai atau air dengan kondisi sanitasi yang buruk.

 Pengobatan
 Triclabendazole, untuk infeksi fascioliasis.
 Praziquantel atau albendazole, untuk infeksi clonorchiasis.
 Kortikosteroid untuk pasien dengan gejala yang parah.
3.Cestoda (atau Cestoidea)
Contoh : Tania Solium ( cacing pita babi )

 .Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Chestoda
Orde : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia Solium

 Morfologi dan Siklus Hidup

 Morfologi

Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang yang
terdiri atas kepala disebut skoleks, leher dan strobila yang terdiri atas susunan proglotid.
Bentuk dari telur cacing Taenia saginata ini bulat dengan ukuran 30-40 x 20-30 mikron
yang berisi embrio heksakan. Ketika telur baru keluar dari uterus, telur tersebut masih di
liputi selaput tipis yang di sebut lapisan luar telur. Skoleks pada Taenia saginata
berukuran 1,5-2 milimeter dan memiliki 4 batil isap yang menyerupai mangkuk
berdiameter kurang lebih 0,7-0,8 milimeter, skoleks tidak memiliki rostelum ataupun
kait. Cacing dewasa memiliki panjang badan kurang lebih 6 meter dan akan tetapi pada
keadaan yang sangat baik cacing dewasa ini dapat berkembang mencapai 25 meter
bahkan lebih. Caing Taenia saginata lebih panjang dari pada Taenia solium karena lebih
banyak memiliki proglotid dengan ukuran lebih panjang dan jumlah proglotid antara
1.000- 2.000 buah.

 Siklus Hidup

Siklus Hidup Taenia Saginata Jika seorang manusia yang menderita Taeniasis
(Taenia saginata) maka di dalam ususnya terdapat proglotid yang sudah masak
(mengandung embrio) apabila telur tersebut keluar bersama feses dan termakan
oleh sapi, lalu masuk kedalam usus sapi akan tumbuh dan berkembang menjadi
onkoster (telur yang mengandung larva). larva onkoster menembus usus dan
masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot
atau daging dan membentuk kista yang di sebut sistiserkus bovis yaitu larva dari
cacing Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu. Kista akan
membesar danmembentuk gelembung yang disebut sistersirkus. Manusia akan
terinfeksi oleh cacing Taenia saginata apababila memakan daging sapi mentah
atau setengah matang. Dinding sistersirkus akan dicerna dilambung sedangkan
larva dan skoleks akan menempel pada usus manusia. Kemudia larva tumbuh
menjadi cacing dewasa yang bersegmen yang disebut proglotid yang
menghasilkan telur.

 Penyebaran
Cacing pita menginfeksi manusia melalui konsumsi makanan atau minuman yang
mengandung telur cacing pita. Salah satunya adalah melalui konsumsi daging sapi, babi,
atau ikan yang tidak dimasak dengan baik dan benar.

 Penyakit
Taeniasis adalah penyakit akibat infeksi cacing pita. Meski infeksi parasit ini dapat
ditangani dengan mudah, namun bisa menyebar pada organ tubuh lainnnya dan
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan serius. Sebagian besar penderita taeniasis
tidak menunjukkan tanda atau gejala.

Gejala yang dapat muncul pada infeksi cacing pita di usus adalah:


 Mual.
 Nafsu makan menurun.
 Diare.
 Sakit perut.
 Ingin mengonsumsi makanan yang asin.
 Penurunan berat badan akibat gangguan dalam penyerapan makanan.
 Pusing
 Patologi Dan Klinis

Taenia saginata Gangguan yang terjadi apabila terinfeksi Taenia saginata biasanya
menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak,
mual, muntah, diare dan pusimg. Jika terjadi gejala tersebut maka biasanya di temukan
proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama feses atau tanpa feses. Gejala
yang lebih berat terjadi apabila proglotid masuk apendiks dan terjadi ileus yang di
sebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing. Berat badantidak jelas menurun dan banyak
di temukannya eosinofil di dalam darah tepi.

 Pengobatan dan Pencegahan

 Pencegahan

Tindakan pencegahan dalam kasus Taenia saginata yaitu sebagai berikut:

 Mengobati penderita yang terinfeksi dari cacing Tenia saginata dan mencegah
kontaminasi tanah dengan tinja manusia langsung.
 Pemeriksaan daging sapi akan adanya sisteserkus.
 Pendinginan daging sapi
.

 Pengobatan

Pengobatan taeniasis hanya dapat dilakukan dan diawasi oleh dokter menggunakan obat
prazikuantel atau niclosamide. Bila larva cacing pita menginfeksi otak, kadang tindakan
pembedahan dan pemberian obat anti-epilepsi juga diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai