Anda di halaman 1dari 132

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Konsep Dasar Teori Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses dan mulainya ovulasi sampai partus

yaitu kira-kira 280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan matur

(cukup bulan) lebih dari 43 minggu disebut postmatur dan kehamilan

antara 28 minggu sampai 36 minngu disebut kehamilan prematur

(Prawirohardjo, 2010). Periode ini terbagi menjadi tiga trimester, yang

masing-masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan

kalender.Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang

mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 9

bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT).

Saifuddin (2010) mengatakan kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin, plasenta, dan selaput ketuban. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu). Periode kehamilan dibagi menjadi

tiga trimester, yaitu masing-masing teridir atas tiga bulan menurut

hitungan kalender, yaitu:

1) Kehamilan trimester I antara umur kehamilan 0-12 minggu.

2) Kehamilan trimester II antara umur kehamilan 13-27 minggu.

3) Kehamilan trimester III antara umur kehamilan 28-20 minggu.

8
9

b. Perubahan Fisiologis Wanita Hamil pada Trimester III

Perubahan fisiologis ibu hamil trimester III

Payudara Sistem
Sistem Sistem Sistem
muskuloske
pencernaan reproduksi endokrin
-letal
estrogen
meningkat
Hormon janin sistem peningkatan Hormon
meningkat berkembang urinaria berat badan meningkat
perubahan
jaringan
mamae
penekanan aktifitas otot Basal
Motilitas uterus
vesica meningkat Metabolic
usus membesar
urinaria untuk Rate
menurun
menopang meningkat
frekuensi
peningkatan BAK suplai
Konstipasi vaskularisasi darah
meningkat peningkatan
serviks dan meningkat Suhu
penggunaan
vagina meningkat
energy

payudara
membesar energi
dan tegang menurun

Sumber: Prawihardjo (2010)

Bagan 2.1 Skema perubahan fisiologi ibu hamil trimester III


10

Perubahan fisiologis ibu hamil trimester III:

1) Sistem pencernaan

Nafsu makan pada akhir kehamilan akan meningkat dan

sekresi usus berkurang. Usus besar bergeser kearah lateral atas dan

posterior, sehingga aktivitas peristaltik menurun yang akan

mengakibatkan bising usus menghilang dan konstipasi umumnya

akan terjadi. Selain itu meningkatnya hormon progesteron juga

menyebabkan sistem pencernaan bekerja lebih lambat. Aliran darah

ke panggul dan tekanan darah ke vena meningkat, menyababkan

hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan (Lowdermilk, 2015).

2) Sistem reproduksi

Saat kehamilan memasuki trimester III tinggi fundus uteri

telah mencapai 3 jari diatas umbilicus atau pada pemeriksaan

McDonald sekitar 26 cm. ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan

adalah 30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini

memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan

perkembangan janin. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri akan

turun kembali dan terletak tiga jari di bawa procesus xifoideus oleh

kepala janin yang turun dan masuk ke dalam rongga panggul

(Lowdermilk, 2015).

Pada saat kehamilan mendekati aterm terjadi penurunan lebih

lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara

nyata dari keadaan yang relative dilusi dalam keadaan menyebar


11

(Dispersi). Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan

sehingga siklus kehamilan berikutnya akan berulang (Sarwono,

2014). Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi

maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan

berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative

minimal (sarwono, 2014).

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat dan hipertropi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina (Sarwono,

2014). Keluhan sering kencing akan sering muncul pada akhir

kehamilan, karena kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

(PAP) mendesak kandung kemih. Desakan ini menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh. Sering kencing juga disebabkan

oleh proses hemodilusi yang terjadi pada akhir kehamilan, dan akan

menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan

urin makin bertambah (Saifuddin, 2010).

3) Payudara

Pada masa akhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari

payudara. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat di


12

produksi karena hormon prolactin di tekan oleh prolactin inhibiting

hormone. Meningkatnya hormon esterogen berfungsi memperbaiki

sistem aliran darah atau pembentukan pembuluh darah. Setelah

persalinan kadar progesterone dan esterogen akan menurun sehingga

pengaruh inhibis progesterone terhadap laktalbumin akan hilang.

Peningkatan prolactin akan merangsang sintesis alktosa dan akhirnya

akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola

akan lebih besar dan kehitaman (Saifuddin, 2010).

Saat hamil, terjadi proses hemodilusi, yakni bertambahnya

volume darah karena peningkatan volume plasma dan eritrosit.

Proses ini membuat kadar hemoglobin rendah. Rata-rata peningkatan

volume darah pada kehamilan aterm adalah 45-50%. Peningkatan ini

diperlukan untuk mengganti aliran darah ekstra ke uterus, memenuhi

kebutuhan metabolism janin, dan meningkatkan aliran nutrisi pada

organ lain terutama ginjal. Ekstra volume darah juga diperlukan

untuk mengompensasi kehilangan darah saat persalinan. Rata-rata

jumlah kehilangan darah pada persalinan normal adalah 500-600 ml

(Aprilia, 2010).

4) Sistem Muskuloskeletal

Penimbangan berat badan (BB) pada trimester III bertujuan

untuk mengetahui kenaikan BB setiap minggu. Kenaikan BB setiap

minggu diharapkan 0,4-0,5 kg. Metode yang baik untuk mengkaji

peningkatan BB normal selama hamil yaitu dengan cara BB dibagi


13

dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Pada kulit akan

terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-

kadang juga mengenai daerah payudara dan pada perubahan ini

dikenal dengan striae gravidarum (Sarwono, 2014).

Pada kebanyakan perempuan kulit di garis pertengahan perut

akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut linea nigra.

Kadang- kadang muncul dalam ukuran yang variasi pada wajah dan

leher yang disebut cloasma dan melisma gravidarum (Sarwono,

2014). Hormone progesterone dan hormone relaksasi menyebabkan

relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini terjadi maksimal pada

satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini memberikan

kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai

persiapan proses persalinan, tulang pubis melunak menyerupai

tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat

tulang koksigis bergerser kearah belakang sendi panggul yang tidak

stabil (Sunarsih, 2011).

Pada ibu hamil, hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur

tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin

membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi

penambahan berat badan ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan

tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan

dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.

Ligament rotundum mengalami hipertrofi dan mendapatkan tekanan


14

dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligament tersebut

(Sunarsih, 2011).

5) Sistem Endokrin

Sistem endokrin yang esensial terjadi untuk mempertahankan

kehamilan dan pertumbuhan normal janin. Sistem endokrin pada

masa kehamilan mengalami perubahan terutama pada hormon

estrogen dan progesterone serta oksitosin dan prolaktin. Hormon

prolaktin dan oksitosin pada saat kehamilan aterm sampai masa

menyusui akan meningkat, sedangkan kelenjar adrenalin pada

kehamilan normal akan mengecil. Hormone prolaktin dan oksitosin

berfungsi sebagai perngsang produksi ASI (Saifuddin, 2010).

c. Perubahan Psikologis Wanita Hamil pada Trimester III

Kehamilan bisa menimbulkan perasaan senang, gelisah, dan

kelelahan, terkadang semuanya muncul secara bersamaan. Sering kali ke

khawatiran, kecemasan dan ketakutan menghinggapi pikiran para ibu

yang sedang hamil. Terutama yang baru pertama kali menghadapi

kehamilan (Aprilia, 2011). Perubahan psikologis pada trimester ketiga

semakin kompleks karena kondisi kehamilan yang semakin membesar,

adanya rasa tidak nyaman, rasa khawatir, takut, bimbang dan ragu atas

kondisi kehamilannya menjelang persalinan sehingga ibu hamil

membutuhkan dukungan psikososial dari suami, keluarga dan tenaga

kesehatan. Dukungan keluarga berperan sebesar 27% dalam

meningkatkat resiliensi pada ibu hamil dengan kehamilan pertama.


15

(Rahmananda, 2015).

d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

1) Kebutuhan nutrisi

Pada saat hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori/hari, ibu

hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,

zat besi dan minuman cairan. Ibu hamil dan menyusui masing-masing

adalah 2300 dan 2800 Kkal. Pada trimester ketiga, janin mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan

janin yang pesat ini terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan.

Umumnya nafsu makan sangat baik dan ibu sangat merasa lapar.

Protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta,

selain itu juga penting untuk ibu untuk pertumbuhan payudara dan

kenaikan sirkulasi ibu (Sari, 2015).

Selama kehamilan dibutuhkan tambahan protein hingga

30 gr/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti

daging, susu, telur, keju dan ikan karena mengandung komposisi asam

amino yang lengkap. Susu dan produk susu sebagai sumber protein

yang kaya dengan kalsium. Dibutuhkan 15 mg perhari untuk

memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil. Vitamin dapat terpenuhi

dengan makan sayur dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan

ekstra vitamin. Permberian asam folat terbukti mencegah kecacatan

pada bayi. Minimal permberian asam folat dimulai 2 bulan sebelum

konsepsi dan berkelanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan (Sari,


16

2015).

2) Kebutuhan eliminasi

Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertahan

oleh uterus yang mulai membesar hingga menimbulkan sering

berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tua nya kehamilan

bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika

kepala janin sudah mulai turun kepintu atas panggul, keluhan ini akan

timbul kembali (Sarwono, 2010). Frekuensi buang air kecil meningkat

karena penurunan kepala ke pintu atas panggul, buang air besar sering

obstipasi (sembelit) akibat pengaruh progesterone meningkat. Pada

trimester ketiga, terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan

desakan pada kandung kemih (Walyani, 2015).

3) Kebutuhan seksual

Selama kehamilan berjalan normal, berhubungan seksual

diperbolehkan sampai akhir kehamilan. Berhubungan seksual tidak

dibenarkan bila (Sari, 2015):

a) Terdapat perdarahan pervaginam

b) Terdapat riwayat abortus berulang

c) Abortus/partus prematurun imminens

d) Ketuban pecah

e) Serviks telah membuka

4) Kebutuhan mobilisasi
17

Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya

memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan

mengangkat tanpa menjadi tegang. Sikap tubuh yang baik

diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan untuk

membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman selama

kehamilan. Karena sikap tubuh seorang wanita yang kurang baik dapat

mengakibatkan sakit pinggang (Sari, 2015).

5) Kebutuhan Istirahat

Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang

melelahkan. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk,

berdiri dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus

mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung

kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut

malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan

kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam

sekitar 8 jam/hari, dan tidur siang ± 1 jam/hari (Sari, 2015).

6) Imunisasi

Imunisasi yang harus diberikan pada wanita hamil hanya

imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum.

Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu

TT1 dan TT2 minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi

lengkap pada umur kehamilan 8 bulan (Sari, 2015)

e. Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC)


18

Dalam melaksanakan pelayanan ANC, ada 10 standar pelayanan

yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal

dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai

berikut :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. Pengukuran tinggi

badan cukup satu kali, bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor

risiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara

normal. Penimpangan berat badan setiap kali periksa, sejak bulan

ke-4 pertambahan BB paling sedikit 1kg/bulan.

2) Pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah normal 120/80 mmHg.

Bila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi

(tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas). Bila < 23,5 cm

menunjukkan ibu hamil menderita kurang energi kronis (KEK) dan

berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4) Pengukuran Tingi Fundus Uteri. Pengukuran tinggi rahim berguna

untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia

kehamilan.

5) Penentuan letak janin (persentasi janin) dan penghitungan denyut

jantung janin (DJJ). Apabila trimester III bagian bawah janin bukan

kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada

kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin

lebih dari 160 kali / menit menunjukkan ada tanda gawat janin, dan
19

segera dirujuk.

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

7) Pemberian tablet penambah darah. Ibu hamil sejak awal kehamilan

minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari.

Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi

rasa mual.

8) Tes laboratorium. Tes golongan darah untuk mempersiapkan donor

bagi ibu hamil bila diperluka, tes hemoglobin untuk mengetahui

apakah ibu kekurangan darah (anemia), tes pemeriksaan urine (air

kencing), tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis,

sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.

9) Konseling atau penjelasan. Tenaga kesehatan memberi penjelasan

mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,

persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi

baru lahir, ASI ekslusif, keluarga berencana dan imunisasi pada

bayi.

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan. Jika ibu mempunyai

masalah kesehatan pada saat hamil. (Kemenkes RI, 2016).

f. Kunjungan ANC
20

Jadwal Kunjungan Antenatal bila kehamilan normal cukup 4 kali,

hal ini berarti dilakukan pada saat:

1) Trimester I ( 0 minggu – 12 minggu ) : 1 kali pertemuan

2) Trimester II ( 13 minggu – 27 minggu ) : 1 kali pertemuan

3) Trimester III ( 28 minggu – 40 minggu ) : 2 kali pertemuan

Bila kehamilan resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus

lebih ketat (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Permenkes RI No. 28 tahun 2017 Bab III mengenai

Penyelenggaraan Keprofesian pasal 19 ayat (2): Pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana maksud ayat (1) meliputi pelayanan (a) konseling pada

masa sebelum hamil; (b) antenatal pada kehamilan normal; (c) persalinan

normal; (d) ibu nifas normal; (e) ibu menyusui; dan (f) konseling pada

masa antara dua kehamilan. Menurut Permenkes RI No. 28 tahun 2017

Bab III mengenai Penyelenggaraan Keprofesian pasal 19 ayat (3): dalam

memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), bidan berwenang melakukan (d) penanganan kegawat-daruratan,

dilanjutkan dengan perujukan; (e) pemberian tablet tambah darah pada

ibu hamil; (i) penyuluhan dan konseling; (j) bimbingan pada kelompok

ibu hamil; dan (k) pemberian surat keterangan hamil dan kelahiran.

2. Konsep Dasar Teori Persalinan


21

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasi konsepsi (janin

dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, melalui jalan lahir atau jalan lain

(Mochtar, 2013). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

serviks, dan janin turun kejalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2010).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan ibu sendiri) (manuaba, 2010). Persalinan adalah proses dimana

bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan

disebut normal apabila progresnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah

37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Johariyah, 2012).

b. Mekanisme Persalinan Normal

Pada mekanisme persalinan menurut Williams (2014), posisi

janin terhadap jalan lahir penting untuk mengetahui rute kelahiran.

Sehingga, posisi janin di dalam rongga uterus harus ditentukan saat


22

persalinan. Orientasi janin sehubungan dengan pelvis maternal di bahas

dalam kaitannya dengan letak, presentasi, sikap, dan posisi janin.

1) Letak Janin

Hubungan antara poros panjang janin terhadap ibu disebut

dengan istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau

melintang. Kadang-kadang, poros janin dan maternal dapat melewati

sudut 45 derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu

menjadi letak memanjang atau melintang saat persalinan. Factor

predisposisi letak melintang meliputi multiparitas, plasenta previa,

hidramnions, dan abnormaly uterus.

2) Presentasi Janin

Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di

bagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat dirasakan melalui

serviks pada pemeriksaan dalam. Maka, pada letak memanjang,

bagian yang terpresentasi adalah kepala atau bokong, sehingga

disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan bokong. Ketika

letak janin pada poros panjangnya adalah transversal, bahu

merupakan bagian yang terpresentasi dan di rasakan melalui serviks

pada pemeriksaan vagina.

3) Postur atau Sikap Janin

Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk

postur khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya,

janin membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan


23

bentuk rongga rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk

kearah dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung

menjadi berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal

sehingga dagu hampir menyentuh dada, paha terfleksi di depan

abdomen, dan tungkai tertekuk pada lutut.

Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya menyilang di

depan dada atau sejajar pada masing-masing sisi. Umbilicus terletak

pada celah diantaranya dan ekstremitas bawah. Postur yang khas ini

disebabkan oleh cara pertumbuhan janin dan penyesuaian dirinya

terhadap rongga Rahim. Pengecualian yang abnormal terhadap sikap

ini terjadi ketika kepala janin meluas secara progresif dari presentasi

verteks ke presentasi wajah. Akibatnya terjadi perubahan progresif

sikap janin dari kontur kolumna vertebralis yang konveks (fleksi)

menjadi konkaf (ekstensi).

4) Posisi Janin

Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang di anggap

sebagai bagian presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan

lahir. Dengan demikian, masing-masing presentasi dapat memiliki

dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sacrum janin

masing-masing adalah titik penentu pada presentasi verteks, wajah,

atau bokong.
24

c. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan (5P)

1) Tenaga (Power) adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan meliputi:

a) His (kontraksi otot rahim)

b) Kotraksi otot dinding perut

c) Kontraksi dengan diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d) Ketegangan dan kotraksi ligamentum rotundum

2) Janin dan plasenta (Passenger) keadaan janin meliputi letak janin dan

presentasi. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang

ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pada

pemeriksaan dalam. Pada letak sungsang mekanisme persalinan

kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas

dengan waktu 8 menit (Manuaba, 2010).

3) Jalan lahir (Passage) yang paling penting dan menentukan proses

persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang

kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yangkuat. Jalan

lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri

dari pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang sempit

panggul dan pintu bawah panggul (Manuaba, 2010).

4) Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja

otot-otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom

maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan

rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu
25

tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan

persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan

(Manuaba, 2010).

5) Penolong. Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan

dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang

bidan dapat membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat

dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia–sia jika saat untuk mengejan

yang ibu lakukan tidak tepat (Manuaba, 2010).

d. Perubahan Fisiologis Persalinan

Menurut Sulistyawati A (2010) dan Johariyah (2012)

mengungkapkan bahwa serangkaian proses persalinan yang normal dapat

menimbulkan adanya adaptasi fisiologis pada ibu bersalin. Adapun

adaptasi atau perubahan fisiologi ibu bersalin tersebut adalah sebagai

berikut.

1) Perubahan Fisiologis Kala I

a) Uterus

Saat mulai persalinan, jaringan dari myomentrium

berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada

saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi

berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif. Dengan

perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi,

dan retraksi maka cavum uteri lama kelamaan akan menjadi

semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang


26

menyebabkan janin turun ke pelvic. Kontraksi uterus mulai dari

fundus dan terus melebar sampai ke bawah abdomen dengan

dominasi tarikan kearah fundus (fundal dominan).

b) Serviks

Sebelum persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran

dengan berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat,

serviks mulai menipis dan membuka. Hal ini disebabkan oleh

kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga seolah-

olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis.

c) Dilatasi

Setelah serviks dalam kondisi menipis penuh, maka

tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka

disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus

saat uterus berkontraksi. Dilatasi dan diameter serviks dapat

diketahui melalui pemeriksaan intravaginal. Proses ini terbagi

menjadi 2 fase, yaitu fase laten yang berlangsung selama kurang

lebih 8 jam dan pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai pembukaan 3 cm.

Fase aktif terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase akselarasi

yang berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini

menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm,

fase deselarasi pembukaan melambat kembali yaitu dalam 2 jam


27

pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. Pembukaan lengkap

berarti bibir servik dalam keadaan tak teraba dan diameter

lubang servik adalah 10 cm.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri

internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan

mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri eksternum

membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan perndataran serviks menjadi

dalam waktu yang sama. Pendataran dan dilatasi serviks

melonggarkan memberan dari daerah ostium uteri interna

dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari

sumbatan. Pengeluaran lendir darah ini disebut sebagai “bloody

show” yang mengindikasikan telah dimulainya proses

persalinan.

2) Perubahan Fisiologis Kala II

a) Serviks

Akan terjadi pembesaran ostium eksternum yang tadinya

berupa suatu lubang dengan beberapa millimeter menjadi lubang

yang dapat dilalui janin. Pada pembukaan lengkap tidak teraba

bibir potio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah

menjadi satu saluran.


28

b) Uterus

Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal

dominanm yaitu berkontraksi didominasi oleh otot fundus yang

menarik otot bawa rahim keatas sehingga akan menyebabkan

pembukaan serviks dan dorongan janin kebawah secara alami.

c) Vagina

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada

dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding

yang tipis oleh bagian depan janin. Waktu kepala sampai di

vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.

d) Pergesaran Organ Dasar Panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan

menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan

perineum yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus

membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kepala janin

tampak pada vulva saat ada his.

e) Ekspulsi Janin

Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala

janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisi, kemudian

dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat

sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota

tubuh bayi. Pada primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu

setengah jam sedangkan pada multigravida setengah jam.


29

3) Perubahan Fisiologis Kala III

Menurut Sondakh (2013) menjelaskan bahwa ada tiga

perubahan utama yang terjadi pada saat proses persalinan kala III,

yaitu:

a) Bentuk dan Tinggi Fundus Uteri

Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai

berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus

biasanya terletak dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan

plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk menyerupai buah

alpukat, dan fundus berada diatas pusat.

b) Tali Pusat Memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.

c) Semburan Darah Mendadak dan Singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan

membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya

gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruang di antar dinding

uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas

tampungannya, maka darah akan tersembur keluar dari tepi

plasenta yang terlepas.


30

4) Perubahan Fisiologis Kala IV

a) Tanda Vital

Suhu pasien biasanya akan mengalami sedikit

peningkatan, tapi masih dibawah 38oC, hal ini disebabkan oleh

kurangnya cairan dan kelelahan.

b) Serviks

Bentuk serviks aga menganga seperti corong. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uterus yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-

olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk

semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitaman karena

penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-

kadang terdapat laserasi. Karena robekan kecil terjadi selama

berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke

keadaan seperti sebelum hamil.

c) Vulva dan vagina

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina berangsur-angsur

akan muncul kembali, seperti labia menjadi lebih menonjol.

d) Pengeluaran ASI

Dengan menurunnya hormone estrogen, progesterton,

dan Human Placenta Lactogen Hormon setelah plasenta lahir

prolactin dapat berfungsi memproduksi ASI dan


31

mengeluarkannya kedalam alveoli bahkansampai ductus

kelenjar ASI. Isapan langsung pada putting susu ibu

menyebabkan reflek yang dapat mengeluarkan oksitosin dari

hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat disekitar alveoli dan

ductus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI

kedalam sinus yang disebut “let down reflex”.

Menurut Permenkes RI No. 28 tahun 2017 Bab III mengenai

Penyelenggaraan Keprofesian pasal 19 ayat (2): pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan (c) persalinan normal;

(d) ibu nifas normal; (e) ibu menyusui. Menurut Permenkes RI No. 28 tahun

2017 Bab III mengenai Penyelenggaraan Keprofesian pasal 19 ayat (3): dalam

memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

bidan berwenang melakukan: (a) episitotomi; (b) pertolongan persalinan

normal; (c) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II; (d) penanganan

kegawat-daruratan, dilanjutkan denga perujukan; (g) fasilitasi/ bimbingan

inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif; (h) pemberian

uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum; (i) penyuluhan

dan konseling; (k) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram dan panjang

badan sekitar 50 – 55 cm (Sondakh, 2013). Bayi baru lahir normal


32

mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500 – 4000 gram, umur kehamilan

37 – 40 minggu,bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan,

menghisap ASI dengan baik, dan tidak cacat bawaan (Kementerian

Kesehatan RI, 2010). Penilaian bayi baru lahir terhadap asfiksia dengan

menilai APGAR Skor, meliputi :

Tabel 2.1 Penilaian APGAR Skor

Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Lambat dibawah 100 Diatas 100
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tidak teratur Menangis dengan
Nafas baik

Tonus otot Tidak ada Beberapa fleksi Gerakan aktif


ekstremitas
Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis kuat

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda


ekstremitas biru seluruhnya

Sumber : Leveno (2009)

Nilai 0-3 asfiksia berat

Nilai 4-6 asfiksia sedang

Nilai 7-9 asfiksia ringan dan bayi normal dengan APGAR 10 (Dewi,

2010).
33

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Perubahan Fisiologi BBL


     

         

Sistem pernafasan Sistem Sistem


pengaturan gastrointesti
  tubuh nal

Kompresi paru    
selama persalinan Refleks
Timbunan menelan
lemak dan belum
 
kadar glukosa sempurna
yang normal
Udara masuk ke  
dalam paru   Gumoh
Panas tubuh
 
normal
Usaha bernafas

Paru berfungsi
normal

Bagan 2.2 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Sumber: Prawihardjo (2010)

Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir:

1) Adaptasi pernapasan: dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran,

menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang

melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma,

serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada

saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan paru-paru

kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat di dalamnya, sehingga

tersisa 80-100 mL. setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut
34

akan diganti dengan udara.

2) Adaptasi kardiovaskular: sirkulasi perifer lambat, menyebabkan

akrosianosis (pada tangan, kaki, dan sekitar mulut). Denyut nadi

berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat

tidur. Rata-rata tekanan darah adalah 80/60 mmHg, dan bervariasi

sesuai dengan tingkat aktivitas bayi.

3) Perubahan termogulasi dan metabolik: suhu bayi baru lahir dapat

turun beberapa deraja karena lingkungan eksternal lebih dingin

daripada lingkungan uterus. Suplai lemak subkutan yang terbatas

dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat

badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada

lingkungan.

4) Adaptasi neurologis: secara anatomik atau fisiologis belum

berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-

gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol

otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstermitas.

5) Adaptasi gastrointestional: enzim-enzim digesif yang dipetik untuk

menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir. Pencernaan

protein dan karbohidrat telah tercapai namun pada lemak kurang

baik karena tidak adekuatnya enzim pangkreas dan lipase. Kelenjar

saliva imatur saat lahir yaitu sedikit saliva diolah sampai bayi

barusia 3 bulan. Pengeluaran meconium dalam 24 jam, berwana

hitam kehijauan, lengket, dan mengandung darah.


35

6) Adaptasi ginjal: laju filtrasi glomerulus relatif pada saat lahir

disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan glomerulus.

7) Adaptasi hati: hati memproduksi zat yang esensial untuk

pembekuan darah. Penyimpanan zat besi sampai 5 bulan.

8) Adaptasi imun: bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme

penyerang di pintu masuk. Imaturitas jumlah sistem perlindungan

secara signifikan meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi

baru lahir.

(Sondakh, 2013).

Menurut Permenkes RI No. 28 tahun 2017 Bab III mengenai

Penyelenggaraan Keprofesian pasal 20 ayat (1): pelayanan kesehatan

anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf b diberikan pada

bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Pasal 20 ayat

(2): dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), bidan berwenang melakukan: (a) pelayanan

neonatal esensial, (b) penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan

dengan perujukan, (c) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita,

dan anak prasekolah; dan (d) konseling dan penyuluhan.

Pasal 20 ayat (3) pelayanan neonatal esensial sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi inisiasi menyusu dini,

pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1,

pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan

tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang
36

tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Ayat (4): penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: (a)

penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan

nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung; (b)

penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan

tubuh bayi dengan metode kangguru; (c) penanganan awal infeksi tali

pusat dengan mengoleskan alcohol atau povidon iodine serta menjaga

luka tali pusat tetap bersih dan kering; dan (d) membersihkan dan

pemberian salep mata pada bayi baru lahir denga infeksi gonore (GO).

c. Tanda dan Bahaya Bayi Baru Lahir

1) Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali/menit

2) Kehangatan : terlalu panas (>38°C atau terlalu dingin < 36°C)

3) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,

memar

4) Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah

5) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah

6) Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau

busuk, pernafasan sulit

7) Eliminasi : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, terlalu sering


37

8) Aktivitas : menggigil, atau tangis tidak bisa, lemah mengantuk,

lunglai, kejang-kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus

(Saifuddin, 2010).

d. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatal dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu:

1) Umur 6 – 48 jam : satu kali

2) Umur 3 – 7 hari : satu kali

3) Umur 8 – 28 hari: satu kali

(Kemenskes RI, 2014).

Kunjungan neonatus (KN) dilakukan sejak bayi usia 0 hari

sampai 28 hari (Kemenskes RI, 2014).

1) KN 1 dilakukan pada umur 6 – 48 jam. Menurut Mami (2012)

mengatakan bahwa asuhan yang diberikan yaitu: perawatan tali

pusat, pemberian ASI eksklusif, menjaga kehangatan bayi, konseling

tanda-tanda bahaya BBL, imunisasi, perawatan bayi sehari-hari dan

pencegahan infeksi.

2) KN 2 dilakukan pada umur 3 – 7 hari. Menurut mami (2012) asuhan

yang diberikan bidan pada saat kunjungan kepada bayi umur 6 hari

adalah menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi, anjurkan ibu

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, beritahu ibu bahwa akan

dilakukan kunjungan berikutnya.

3) KN 3 dilakukan pada umur 8 – 28 hari. Menganjurkan ibu untuk

tetap menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk tetap


38

memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan, memberikan konseling

imunisai BCG dan polio 1 serta menganjurkan ibu untuk melakukan

imunisasi BCG dan polio.

4. Konsep Dasar Teori Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (Sulistyawati,2011). Perubahan Fisik yakni involusi

Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil. Kemudian tempat plasenta, luka

bekas plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari

dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah.

Saat nifas after pains (meriang atau mules-mules) dirasakan,

namun menurut hasil penelitian di katakan bahwa setelah diberikan

kompres dingin sebagian besar ibu nifas mengalami tingkat nyeri

ringan. Penggunaan kompres dingin terbukti dapat menghilangkan

nyeri, terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan

memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang

mencapai otak lebih sedikit. Terjadi proses lokhea yang terdiri dari

lokhea rubra, lokhea serosa dan lokhea alba (Sulistyawati, 2011).

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Dalam masa nifas, alat – alat genetalia interna maupun eksterna

akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.


39

Perubaham alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut

involusi. Perubahan – perubahan yang terjadi yaitu:

1) Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot

hanya 60 gram. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil

secara perlahan dengan seiring berjalannya waktu (Marmi,

2015).

2) Warna serviks menjadi merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium

externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata

karena robekan pada persalinan. Pada akhir minggu pertama

hanya dapat dilalui 1 jari saja, dan lingkaran retraksi

berhubungan dengan bagian atas canalis vervikalis (Marmi,

2015).

3) Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas

mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang

ada pada vagina normal. Lokhea mempunyai bau yang amis

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda

pada setiap wanita. Pengeluaran lokhea dapat dibagi

berdasarkan waktu, warna, dan ciri-cirinya, diantaranya:


40

Tabel 2.2 Pengeluaran Lokhea Berdasarkan Waktu, Warna, dan Cirinya

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua, verniks,

kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa

meconium dan sisa darah.


Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir

merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan atau Lebih sedikit darah dan lebih

kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari

leukosit dan robekan laserasi

plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan

yang mati.
Sumber: Marmi (2015).

4) Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

daru pada keadaan sebelum melahirkan.

5) Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan

progesterone menurun, prolactin dilepaskan dan produksi ASI

dimulai. ASI saat diproduksi, disimpan di alveoli dan harus

dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi

untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. Pelepasan

oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulai oleh


41

isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel

di dalam payudara dan pengeluaran ASI. ASI dapat dihasilkan

oleh ibu pada setiap harinya ±150-300 ml, sehingga cukup

untuk kebutuhan bayi setiap harinya (Walyani, 2015).

6) Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu

12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,

kadar hormone esterogen yang bersifat menahan air kemih

akan mengalami penurunan yang mencolok yang

menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam waktu 6 minggu (Walyani, 2015).

5. Konsep Dasar Teori Neonatus

a. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi

kehidupan intrauterin.Masa neonatus adalah periode selama satu bulan

(lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir) (Syaifudin, 2010).

Pemantauan tumbuh kembang neonatus meliputi;

1) Kunjungan neonatus 1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 1-2 hari

setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan pernafasan, warna kulit,

gerakan aktif atau tidak, di timbang, ukur panjang badan, lingkar

lengan, lingkar kepala dan lingkar dada.

2) Kunjungan neonatus 2 (KN 2) dilakukan dalam kurun waktu hari ke

3 sampai hari ke 7 setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan fisik,

penampilan dan perilaku bayi, nutrisi, eliminasi, personal hygiene,


42

pola istirahat, keamanan, tanda-tanda bahaya yang akan terjadi.

3) Kunjungan neonatus 3 (KN 3) dilakukan dalam kurun waktu hari ke 8

sampai hari ke 28 setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan

pertumbuhan dengan berat badan, panjang badan dan nutrisinya.

b. Periode Neonatal

Periode neonatal  merupakan periode yang paling kritis dalam fase

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kurang baiknya penanganan pada

BBL atau neonatus yang sehat akan menyebabkan kelainan yang dapat

mengakibatkan kecacatan seumur hidup, bahkan kematian (Marmi, 2012).

Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian

bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL

terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Marmi, 2012). BBL yang

mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak

ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian.Kematian bayi sebagian

besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama

kehidupan (Marmi, 2012).

c. Kunjungan Neonatal

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan

komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan, yang

meliputi:

1) Pemeriksaan tanda bahaya Perawatan tali pusat

2) Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir

3) Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir


43

4) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan BBL di rumah

dengan menggunakan buku KIA

5) Penanganan dan rujukan kasus

Cakupan Kunjungan Neonatal adalah cakupan neonatus yang

mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali

pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke-3-7 dan 1 kali pada hari ke-8-28

setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

(Saifuddin, 2010).

6. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi


a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel

sperma (Wiknjosastro, 2011).

b. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak

keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil

kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.

Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan

diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya


44

menurunkan angka kematian maternal (Wiknjosastro, 2011).

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang

nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya

kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah

penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun

penggunaan alat/ obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko

yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian

keuntungan penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar

dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko

kesakitan dan kematian maternal (Wiknjosastro, 2011).

Alat Kontrasepsi :

1) Kontrasepsi non hormonal

a) Metode Amenore Laktasi

(1) Pengertian

(a) Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi

yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan atau pun minuman apapun

lainnya.

(b) Syarat untuk dapat menggunakan: Menyusui secara

penuh (full breast feeding), lebih efektif bila

pemberian lebih dari 8 kali sehari.

(c) Cara kerja: Penundaan/penekanan ovulasi (BKKBN,


45

2012).

Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian Metode Amenore Laktasi

(MAL)

Keuntungan Kontrasepsi Keuntungan nonkontrasepsi


Untuk Bayi:
1. Efektivitas tinggi (keberhasilan 1. Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan
98% pada enam bulan pasca anti bodi perlindungan lewat ASI).
persalinan). 2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna
2. Segera efektif. untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.
3. Tidak mengganggu senggama. 3. Terhindar dari keterpaparan terhadap
4. Tidak ada efek samping secara kontaminasi dari air, susu lain atau formula,
sistemik. atau alat minum yang dipakai.
5. Tidak perlu pengawasan medis. Untuk Ibu:
6. Tidak perlu obat atau alat dan 1. Mengurangi perdarahan pascapersalinan
biaya. 2. Mengurangi risiko anemia
3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan
bayi.
Sumber: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (2011).

b) Kondom

(1) Pengertian

Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu

metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan

atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama.

(2) Cara kerja

(a) Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur

dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet

yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak


46

tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan

(BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).

(3) Manfaat kondom

Tabel 2.4 Manfaat kondom

Manfaat Kontrasepsi Manfaat Nonkontrasepsi

1. Efektif mencegah kehamilan 1. Membantu mencegah terjadinya


bila digunakan dengan benar kanker serviks (mengurangi iritasi
2. Tidak mengganggu produksi bahan karsinogenik
ASI eksogen pada serviks)
3. Tidak mengganggu kesehatan 2. Mencegah penularan IMS,HIV
klien 3. Memberi dorongan kepada suami
4. Tidak mempunyai pengaruh untuk ikut ber-KB
sistemik 4. Mencegah ejakulasi dini
5. Murah dan dapat dibeli secara 5. Saling berinteraksi sesama pasangan
umum Tidak perlu resep dokter Mencegah imuno infertilitas
atau pemeriksaan kesehatan
khusus
6. Metode kontrasepsi sementara
bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda
Sumber: BKKBN (2012).

c) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(1) Pengertian

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit

kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak

terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastic polietilena, ada

yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.

(2) Cara kerja

Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma

sehingga tidak mampu untuk fertilisasi (BKKBN, 2012).


47

Tabel 2.5 Keuntungan dan keterbatasan AKDR

Keuntungan Keterbatasan
1. Efektivitas tinggi, 99,2- 1. Tidak mencegah Infeksi
99,4% (0,6-0,8 Menular Seksual (IMS)
kehamilan/100 perempuan 2. Tidak baik digunakan pada
dalam 1 tahun pertama) perempuan dengan IMS atau
2. Dapat efektif segera setelah perempuan yang sering berganti
pemasangan pasangan
3. Metode jangka panjang 3. Diperlukan prosedur medis
4. Sangat efektif karena tidak termasuk pemeriksaan pelvis
perlu lagi mengingat-ingat 4. Klien tidak dapat melepas
5. Tidak mempengaruhi AKDR sendiri
hubungan sosial 5. Klien harus memeriksa posisi
6. Meningkatkan kenyamanan benang AKDR dari waktu ke
seksual karena tidak perlu waktu. Untuk melakukan ini
takut untuk hamil perempuan harus memasukkan
7. Tidak ada efek samping jarinya ke dalam vagina ;
hormonal sebagian perempuan tidak mau
8. Tidak mempengaruhi kualitas melakukan ini.
dan volume ASI
Sumber: BKKBN (2012).

2) Kontrasepsi hormonal

a) Hormon Progestin

Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron ada

pil, injeksi/suntikan, implant.

b) Hormon Kombinasi

Hormon Kombinasi adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan kombinasi hormon mengandung hormon esterogen

dan progesteron pil, injeksi/suntikan (BKKBN, 2012).

Tabel 2.6 Keuntungan dan keterbatasan pil progestin


48

Keuntungan Keterbatasan

1. Efektif jika diminum setiap 1. Harus digunakan setiap hari


hari di waktu yang sama (0,05- dan pada waktu yang sama
5 kehamilan/100 perempuan 2. Bila lupa satu pil saja,
dalam 1 tahun pertama) kegagalan menjadi lebih
2. Tidak diperlukan pemeriksaan besar
panggul 3. Risiko kehamilan ektopik,
3. Tidak mempengaruhi ASI tetapi risiko ini lebih rendah
4. Tidak mengganggu hubungan 7. jika dibandingkan dengan
seksual perempuan yang tidak
5. Kembalinya fertilitas segera menggunakan minipil
jika pemakaian dihentikan 8. Efektifitas menjadi rendah
6. Mudah digunakan dan nyaman bila digunakan bersamaan
Efek samping kecil dengan obat tuberkulosis
atau obat epilepsi
9. Tidak mencegah IMS
Sumber: BKKBN (2012).

Tabel 2.7 Keuntungan dan keterbatasan injeksi progestin

Keuntungan Keterbatasan

1. Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 1. Klien sangat


perempuan dalam 1 tahun pertama tergantung pada tempat
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang sarana pelayanan
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami kesehatan (harus
isteri kembali sesuai jadwal
4. Tidak mengandung estrogen sehingga suntikan)
49

tidak berdampak serius terhadap penyakit 2. Tidak dapat dihentikan


jantung dan gangguan pembekuan darah. sewaktu-waktu
Tidak mempengaruhi ASI sebelum suntikan
5. Sedikit efek samping berikut
6. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 3. Tidak mencegah IMS
35 tahun sampai perimenopause 4. Terlambatnya
7. Membantu mencegah kanker endometrium kembalinya kesuburan
dan kehamilan ektopik setelah penghentian
8. Menurunkan kejadian penyakit jinak pemakaian
payudara
9. Mencegah beberapa penyebab penyakit
radang panggul
10. Menurunkan krisis anemia bulan sabit
(sicle cell)
Sumber: BKKBN (2012).

c) Implant

Implant adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang

mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik

silikon polidimetri.

Tabel 2.8 Keuntungan dan keterbatasan implant

Keuntungan Keterbatasan

1. Sangat efektif (kegagalan 0,2 1. Membutuhkan tindak


-1,0 kehamilan per 100 pembedahan minor untuk
perempuan) insersi dan pencabutan.
2. Daya guna tinggi. 2. Tidak mencegah infeksi
3. Perlindungan jangka panjang menular seksual
(sampai 5 tahun). 3. Klien tidak dapat
50

4. Pengembalian tingkat menghentikan sendiri


kesuburan yang cepat setelah pemakaian kontrasepsi,
pencabutan. akan tetapi harus pergi ke
5. Tidak memerlukan klinik untuk pencabutan
pemeriksaan dalam. 4. Efektivitas menurun bila
6. Bebas dari pengaruh menggunakan obat
estrogen. tuberkulosis atau obat
epilepsi.
7. Tidak mengganggu kegiatan
senggama.
8. Tidak mengganggu produksi
ASI.
Sumber: BKKBN (2012)

d) Pil Kombinasi

Jenis-jenis dari pil kombinasi adalah:

(1) Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dalam dosis

yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(2) Bifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dengan dua

dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(3) Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dengan tiga

dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

Tabel 2.9 Keuntungan dan keterbatasan pil kombinasi

Keuntungan Keterbatasan
1. Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 1. Membosankan karena
100 perempuan dalam tahun pertama harus menggunakannya
penggunaan) setiap hari
2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil 2. Tidak boleh diberikan
3. Tidak mengganggu hubungan seksual kepada perempuan
4. Mudah dihentikan setiap saat menyusui
51

5. Kesuburan segera kembali setelah 3. Tidak mencegah IMS


penggunaan pil dihentikan
6. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi
Darurat
7. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga
menopause
8. Membantu mencegah kehamilan ektopik,
kanker ovarium, kanker endometrium,
kista ovarium, penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara serta
dismenore
Sumber: BKKBN (2012)

e) Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang

diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali (Cyclofem), dan 50

mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang

diberikan injeksi secara intramuskular sebulan sekali.

Tabel 2.10 Keuntungan dan keterbatasan suntikan kombinasi

Keuntungan Keterbatasan

1. Sangat efektif (0,1 -0,4 1. Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak
kehamilan per 100 atau perdarahan sela sampai10 hari.
perempuan selama tahun 2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara
pertama penggunaan) ringan, dan keluhan seperti ini akan
2. Risiko terhadap kesehatan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
52

kecil. 3. Ketergantungan klien terhadap pelayanan


3. Tidak berpengaruh pada kesehatan. Klien harus kembali setiap 30
hubungan suami istri. hari untuk mendapatkan suntikan.
4. Tidak diperlukan 4. Efektivitasnya berkurang bila digunakan
pemeriksaan dalam. bersamaan dengan obat-obat epilepsi
5. Efek samping sangat (Fenitoin dan Barbiturat) atau obat
kecil. tuberculosis (Rifampisin). Penambahan
barat badan.
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap
penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6. Kemungkinan terlambatnya pemulihan
kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
7. Penambahan barat badan.
8. Tidak menjamin perlindungan terhadap
penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
9. Kemungkinan terlambatnya pemulihan
kesuburan setelah penghentian
pemakaian.

Sumber: BKKBN (2012).

c. Kewenangan Bidan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 tahun

2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum Hamill, masa hamil,

persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan

kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual: bahwa untuk

melaksanakan ketentuan pasal 18, pasal 25, dan pasal 28. Peraturan

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi, perlu

menetapkan peraturan menteri kesehatan tentang pelayanan kesehatan

sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa melahirkan,

penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta kesehatan seksual.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhkan Kebidanan Komprehensif


53

1. Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Identitas yang mempengaruhi masa kehamilan terdiri

dari umur jika <16 atau >35 tahun akan membuat wanita rentan

terhadap sejumlah komplikasi. Usia <18 tahun dan >35 tahun

memerlukan pengawasan antenatal tambahan (Varney, 2011).

2) Alasan Datang Periksa

Alasan datang periksa yaitu tujuan utama suatu

kunjungan untuk melihat kebutuhan utama pasien.

3) Keluhan Utama

Keluhan utama yang terdiri dari hiverventilasi dan sesak

nafas, pusing dan mengantuk, sering kencing dean kebocoran air

kencing, kaki dan jari bengkak, dyspepsia, keram, nyeri

punggung (Varney, 2011).

4) Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat kesehatan klien meliputi riwayat kesehatan

yang lalu saat ini yang dikaji untuk mendeteksi komplikasi

penyakit penyerta kehamilan seperti penyakit kardiovaskuler, 1-

4% dari kehamilan akan terjadi penyakit jantung yang tanpa

gejala kelainan jantung sebelumnya (Prawirohardjo, 2014),

penyakit endokrin yaitu meliputi diabetes mellitus


54

meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia saat persalinan,

sectio cesaria, dan makrosomia dengan komplikasi utama yang

mungkin terjadi adalah trauma kelahiran seperti distosia bahu,

fraktur tulang, dan injuri plekus brakialis (Prawirohardjo, 2014),

penyakit infeksi yaitu wanita hamil dengan infeksi saluran

kemih berat dengan gejalanya nausea, vomitus, takikardia,

pireksia, nyeri pinggang, urin berbau busuk dan mengandung

protein akan berisiko anemia, preeklampsia, pielonefritis kronis

dan kerusakan ginjal serta janin berisiko prematur dan retardasi

pertumbuhan (Prawirohardjo, 2014).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga

yang pernah menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital (Syafruddin, 2013). Keluarga dengan

riwayat penyakit diabetes menunjukkan data terkuat

makrosomia janin dan seksio sesarea. Pada jangka waktu lebih

lama terlihat adanya hubungan peningkatan kadar glukosa

inutero dengan obesitas. Terdapat beberapaa perkiraan epilepsi

disebabkan oleh komponen genetik yang padaa situasi tertentu

menyebabkan seseorang mengalami kejang epilepsi. Prevalensi

epilepsi pada populasi umum adalah 1 dari 200 dan terjadi padaa

0,3-0,5% wanita hamil, 9 wanita meninggal karena epilepsi

(Syafruddin, 2013).
55

6) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi terdiri dari hari pertama haid terakhir

(HPHT) yang merupakan dasar untuk menentukan usia

kehamilan dan perkiraan tafsiran partus (Varney, 2011)., taksiran

persalinan dan usia kehamilan merupakan data dasar dalam

mengevaluasi ukuran kandungan, apakah persalinan cukup

bulan atau prematur, dan kemungkinan komplikasi untuk jumlah

minggu kehamilan, siklus: 28 ± 2 hari, lama: 3-8 hari (Mochtar,

2013).

7) Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri terdiri dari :

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
Suami Anak UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abn Laktasi Peny
1

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko pada ibu hamil:

(1) Menurut Skor Puji Rochyati dalam Manuaba (2012),

kehamilan berisiko tinggi adalah sebagai berikut:

(a) Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari

10 tahun. Ibu dengan primi para sekunder berisiko

terjadinya pesalinan tidak lancar, pendarahan post

partum dan risiko penyakit penyerta seperti hipertensi.

Grandemultipara yaitu pernah melahirkan 4 kali atau

lebih. Ibu dengan grandemultipara berisiko terjadinya


56

kelainan letak, ruptur uteri, persalinan lama, dan

pendarahan post partum serta makin tinggi risiko

terjadinya preeklamsi.

(b) Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran,

pernah persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat

persalinan dengan tindakan ekstraksi vakum, ekstraksi

forcep, seksio sesaria,preeklampsia/eklampsia, gravida

serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum).

(c) Riwayat melahirkan berat bayi lahir rendah, prematur,

bayi makrosomia berisiko terjadi berulang di kehamilan

selanjutnya dan potensi ruptur uteri. Riwayat nifas

dengan retensio plasenta, hemoragik post partum (HPP)

dapat berulang di nifas berikutnya.

(d) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi

kehamilan.

(2) Sedangkan kehamilan berisiko menurut Saifuddin (2013)

adalah sebagai berikut:

(a) Anak lebih dari 3

(b) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang > 2

tahun
57

(c) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang

belakang panggul.

8) Riwayat Kontrasepsi

Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis

kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak

antara pemakaian terakhir dengan kehamilan.

9) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan

anak pertama kali (Quickening), apa keluhan dan

ketidaknyamanan yang dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja

yang telah didapat, apakah sudah melakukan imunisasi selama

hamil (Varney, 2011).

10) Riwayat Ginekologi

Riwayat ginekologi yaitu terdiri dari mioma risiko abortus

akan meningkat dan menghalangi jalan lahir, kista akan

menyebabkan risiko ruptur uteri meningkat saat kehamilan,

kehamilan ektopik tidak mungkin bertahan sampai kala II, pada

molahidatidosa tidak mungkin bertahan sampai kala II, HPV

(Kutil Veneral) dapat membesar sehingga perlu SC

(Prawirohardjo , 2014).

Radang panggul berhubungan dengan peningkatan

kehamilan ektopik, hidramnion merupakan faktor risiko


58

predisposisi persalinan premature, herpes simpleks tipe II dapat

menyebabkan kerusakan neurologi berat bahkan kematian bayi,

dan gameli dapat menyebabkan kelahiran prematur sebanyak 10%

(Varney, 2011).

11) Pola Fungsional Kesehatan

a) Pola fungsional kesehatan meliputi nutrisi umtuk menghindari

junk food, untuk pola eliminasi pada trimester III, karena

terjadi pembesaran uterus yang menurunkan kapasitas

kandung kemih sehinggga mengakibatkan sering BAK, untuk

pola istirahat pada wanita hamil untuk tidur siang sebaiknya 1

sampai 2 jam setiap hari, 8 jam setiap tidur malam

(Prawirohardjo, 2014).

b) Pada pola aktivitas saat hamil, ibu akan mudah lelah karena

menurunnya basal metabolic rate sehingga wanita hamil

boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari asal bersifat

ringan (Prawirohardjo , 2014).

c) Pola personal hygiene ibu hamil sebaiknya tetap menjaga

kebersihan badannya untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi, perawatan gigi diperlukan dalam

kehamilan karena gigi yang baik menjamin pencernaan yang

sempurna, sementara untuk pola kebiasaan meliputi

kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan, obat-obatan,

perokok aktif maupun pasif, merupakan salah satu pencetus


59

gangguan kehamilan yang memperlukan pengawasan

antenatal tambahan (Prawirohardjo, 2014).

d) Pola seksualitas yaitu saat memasuki trimester ketiga, janin

sudah semakin besar dan bobot janin semakin berat, membuat

tidak nyaman untuk melakukan hubungan intim tetapi apabila

sudah memasuki 38-42 minggu belum ada tanda-tanda

kehamilan, dianjurkan untuk melakukan hubungan intim,

karena sperma yang mengandung prostalglandin ini akan

dapat membantu rahim untuk berkontraksi (Prawirohardjo,

2014).

12) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikologi : Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ke tiga.

Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan

bayi dan kehidupannya sendiri.

Sosial : Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap

kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi

ibu menerima perannya.

Kultural : Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan

sekijtar.Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

keluarga maupun lingkungan masyarakat yang

dapat merugikan atau memberikan pengaruh

negative pada kehamilan ibu.


60

Spiritual : Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif

bagi seseorang untuk mengatsi nyeri, stress, dan

distress. Seringkali berdoa menyebabkan seseorang

merasakan perbaikan suasana hati dan merasakan

kedamaian dan ketenangan (Sulistyawati, 2015).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran yaitu

composmentis, tanda vital yang terdiri dari tekanan darah yaitu

lebih dari 140/90 mmHg dan dapat berlanjut menjadi pre

eklampsi dan eklampsi jika tidak segera ditangani. Pada

pemeriksaan suhu jika didapatkan keadaan ibu hamil dengan

demam tinggi (lebih dari 38,70C) merupakan tanda bahaya

kehamilan (Varney, 2011).

Pemeriksaan antropometri terdiri dari berat badan

sebelum hamil dan berat badan saat ini, dimana berat badan

ditimbang untuk memperoleh kenaikan berat badan total selama

kehamilan (Varney, 2011), pertambahan berat badan lebih dari

15 kg dapat diindikasikan bahwa ibu mengalami preeklampsia

berat, diabetes melitus dan janin mengalami makrosomia, untuk

tinggi badan yaitu >145 cm, bila kurang dicurigai terjadi

kesempitan panggul (Varney, 2011), ukuran lila kurang dari 23,5

cm, bila kurang berarti status gizi buruk yang dapat


61

menyebabkan terjadinya pertumbuhan janin terhambat.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan head to toe yang

dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah tanda klasik

preeklampsi, untuk pemeriksaan mata konjunctiva yang

berwarna putih, atau pucat tanda anemia (Varney, 2011), untuk

pemeriksaan mulut dalam kehamilan sering timbul stomatitis

dan gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan mudah

berdarah, maka perlu perawatan mulut agar selalu bersih. Sering

tampak lidah kotor dan gusi epulis yang merupakan akibat mual-

mual atau hipersalivasi. Adanya karies atau keropos yang

menandakan ibu kekurangan kalsium. Saat hamil terjadi karies

yang berkaitan dengan emesis, hiperemesis gravidarum, adanya

kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi (Varney, 2011).

Untuk pemeriksaan anus didapatkan hasiltampak adanya

hemoroid dikarenakan penurunan motilitas gastrointestinal dan

perubahan usus serta tekanan pada sistem pembuluh darah oleh

pembesaran uterus (Varney, 2011), serta untuk pemeriksaan

ektremitas edema tungkai yang merupakan salah satu tanda

kemungkinan terjadinya pre-eklamsia (Manuaba, 2012). Pada

palpasi terdiri dari pemeriksaan abdomen didapatkan hasil untuk

mengetahui besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya


62

kehamilan, menentukan letak janin dalam rahim, pada palpasi

leopold terdiri dari leopold I-IV dimana hasil leopold I yaitu

pada fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang

melenting, leopold II yaitu teraba bagian panjang dan keras

seperti papan pada sebelah kanan/kiri ibu dan dibagian

sebaliknya teraba bagian kecil janin, leopold III yaitu pada

segmen bawah rahim teraba bagian keras, bulat dan melenting

yang sudah tidak dapat digoyangkan, leopold IV yaitu sudah

masuk pintu atas panggul (divergen) atau belum masuk pintu

atas panggul (konvergen), tafsiran berat janin (TBJ) yaitu (TFU-

(11/12) x 155) (Mochtar, 2013), untuk pemeriksaan ektremitas

didapatkan Edema tungkai merupakan salah satu tanda

kemungkinan terjadinya tromboflebitis. Pemeriksaan refleks

tendon sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan

adanya komplikasi kehamilan preeklamsia (Manuaba, 2012).

Pada pemeriksaan auskultasi untuk pemeriksaan

abdomen didapatkan hasil bising peristaltik usus orang dewasa

<5 kali permenit menyebabkan konstipasi,>35 kali permenit

ciri-ciri obstipasi, nilai normal denyut jantung janin kurang atau

lebih dari 120 -160 dpm tanda-tanda janin mengalami fetal

distress (Varney, 2011). Pemeriksaan perkusi reflek patella

negatif menunjukan tanda-tanda pre-eklamsi dan refleks homan

positif dapat menunjukkan tromboflebitis (Varney, 2011).


63

3) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus Saat ibu memasuki kehamilan 36

minggu saat bayi mulai turun ke tulang panggul lebih dalam

sehingga timbul desakan di kandung kemih, panggul dan vagina

lalu saat inilah muncul kontraksi sungguhan (Varney, 2011).

4) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan urine

yaitu jika ditemukan hasil pemeriksaan urin positif maka

mengindikasikan adanya preeklampsi, serta pemeriksaan darah

lengkap untuk menentukan Hb, sekali dalam 3 bulan karena saat

hamil dapat timbul anemia akibat defisiensi Fe lalu menentukan

jenis golongan darah agar dapat cepat mencari darah yang cocok

jika membutuhkan tranfusi darah. Selanjutnya pemeriksaan

USG memberikan informasi tentang pertumbuhan janin dengan

menggunakan pengukuran kepala sampai kaki, panjang femur,

dan diameter biparietal, untuk memastikan usia gestasi,

menentukan ukuran maupun lokasi plasenta dan untuk

mendeteksi beberapa abnormalitas pada janin (Varney, 2011).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dasar terdiri dari diagnosis dan masalah.

Diagnosis : G... PAPAH usia kehamilan ... minggu ... hari janin

tunggal hidup, intrauterin


64

Dimana G adalah gravida, P adalah para, a adalah aterm, p adalah

premature, a adalah abortus, h adalah hidup (Varney, 2011).

Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa

USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan

merupakan kehamilan intrauterin dengan pemriksaan USG dan

pemeriksaan dalam.

Masalah : Berupa ketidaknyamanan yang dirasakan seperti edema,

keletihan, leukorea, nyeri bawah perut, peningkatan

frekuensi berkemih, konstipasi, nyeri ulu hati, kram

tungkai, insomnia,hemoroid (Prawirohardjo, 2014)

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu


65

Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

b. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester

III dan cara mengatasinya.

Rasional : Dapat mengurangi kekhawatiran yang berlebih pada ibu

dan membantu ibu mengatasi ketidaknyamanan yang

terjadi pada trimester III (Varney, 2011).

c. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil.

Rasional : Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana

kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan

janin (Manuaba, 2012)

d. Berikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang persiapan

persalinan

Rasional : Persiapan persalinan yang matang menggambarkan

kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan

e. Anjurkan klien untuk tidur posisi miring ke kiri

Rasional : Posisi ini menurunkan kemungkinan terjadinya

penekanan pada vena cava inferior (Manuaba, 2012)

f. Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan

Rasional : Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu

mampu mendeteksi dini tanda yang dapat

membahayakan keselamatan ibu dan janinnya.


66

(Manuaba, 2012)

g. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menghindari duduk

atau berdiri terlalu lama.

Rasional : Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik

berkenaan dengan pertumbuhan jaringan ibu dan janin

(Varney, 2011).

h. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

Rasional : Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk

mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan

segera guna memungkinkan tindakan preventif atau

korektif (Manuaba, 2012).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilandan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.


67

2. Konsep Dasar Manajemen Persalinan Normal

Kala I

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan oleh ibu adalah

nyeri akibat dari kontraksi uterus, pengeluaran lendir darah &

cairan ketuban. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan

menyebar kedepan, kekuatan kontraksi semakin bertambah.

Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, nyeri semakin hebat

bila untuk aktivitas jalan (Manuaba, 2012).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga

yang pernah menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital (Syafruddin, 2013).

Keluarga dengan riwayat penyakit diabetes menunjukan

data terkuat makrosomia janin dan seksio sesarea. Pada jangka

waktu lebih lama terlihat adanya hubungan peningkatan kadar

glukosa inutero dengan obesitas.Terdapat beberapaa perkiraan

epilepsi disebabkan oleh komponen genetik yang padaa situasi

tertentu menyebabkan seseorang mengalami kejang epilepsi.

Prevalensi epilepsi pada populasi umum adalah 1 dari 200 dan

terjadi padaa 0,3-0,5% wanita hamil, 9 wanita meninggal karena


68

epilepsi (Saifuddin, 2013).

3) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk

mendeteksi komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan

pergerakan anak pertama kali (Quickening), apa keluhan dan

ketidaknyamanan yang dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja

yang telah didapat, apakah sudah melakukan imunisasi selama

hamil (Varney, 2011).

Hal yang perlu di tanyakan seperti kapan mulai

kontraksi, apakah kontraksi teratur dan seberapa sering

kontraksi terjadi, apakah ibu masih merasakan gerakan bayi,

apakah selaput ketuban sudah pecah? jika ya, apa warna cairan

ketuban, apakah kental atau encer, kapan saat selaput ketuban

pecah, apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu,

apakah berupa bercak atau darah segar per vaginam? (JPNK-

KR, 2017).

4) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan meliputi nutrisi antara lain

sebagian ibu masih ingin makan pada masa fase laten persalinan

tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan

cairan saja (JPNK-KR, 2017). Pola eliminasi meliputi pada kala

I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di area pelvis dan

pada kala II, adanya desakan mengejan seperti dorongan ingin


69

buang air besar (Varney, 2011).

Pola aktivitas antara lain menganjurkan ibu yang sedang

dalam proses persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling

nyaman, ia dapat berjalan, duduk, jongkok, berlutut atau

berbaring, berjalan duduk dan jongkok akan membantu proses

penurunan kepala janin, anjurkan ibu untuk terus bergerak,

anjurkan ibu untuk tidak tidur terlentang. Pada primi ataupun

multi akan memberikan perhatian pada kontraksi, timbul

kecemasan, tegang,perasaan tidak enak atau gelisah (Varney,

2011). Pola personal hygiene antara lain perlu diperhatikan

dimulai dari kebersihan rambut, kulit kepala, payudara, genitalia

sampai pakaian yang bersih (Varney, 2011).

5) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikososiokultural spiritual berisi riwayat pernikahan

meliputi pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan

sah/tidak. Respon klien dan keluarga terhadap persalinan.Lalu

kondisi psikis ibu mengahadapi persalinan, pada kala I, ibu

primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan terhadap

persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian pada

kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan, perasaan tidak

enak atau gelisah (Manuaba, 2012), selain itu adat istiadat

pernikahan termasuk peristiwa yang sacral dalam kehidupan

masyarakat di Indonesia, yang masih tetap menjunjung tinggi


70

nilai adat dan agama yang beraneka ragam (Manuaba, 2012).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum meliputi kesadaran dan tanda vital.

Kriteria hasil pemeriksaan kesadaran adalah composmentis,

ekspresi wajah meringis. Tekanan darah normal 110/70-120/80

mmHg, Tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg)

merupakan faktor risiko untuk berlanjut menjadi preeklamsia

dan eklamsia (Varney, 2011). Pada saat persalinan peningkatan

sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 10 mmHg

(Varney, 2011)..Nadi pada ibu bersalin berkisar antara 60-100

x/menit. Suhu tubuh peningkatannya jangan melebihi 0,50C

sampai dengan 10C (Varney, 2011). dan pernapasan16-20

x/menit.

2) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah tanda klasik

preeklampsi (Varney, 2011), untuk pemeriksaan mata

konjunctiva yang berwarna putih, atau pucat tanda anemia,

untuk pemeriksaan mulut dalam kehamilan sering timbul

stomatitis dan gingivitis yang mengandung pembuluh darah

dan mudah berdarah, maka perlu perawatan mulut agar selalu

bersih. Sering tampak lidah kotor dan gusi epulis yang

merupakan akibat mual-mual atau hipersalivasi. Adanya


71

karies atau keropos yang menandakan ibu kekurangan

kalsium. Saat hamil terjadi karies yang berkaitan dengan

emesis, hiperemesis gravidarum, adanya kerusakan gigi dapat

menjadi sumber infeksi (Varney, 2011), untuk pemeriksaan

anus didapatkan hasil tampak adanya hemoroid dikarenakan

penurunan motilitas gastrointestinal dan perubahan usus serta

tekanan pada sistem pembuluh darah oleh pembesaran uterus

(Varney, 2011), serta untuk pemeriksaan ektremitas edema

tungkai yang merupakan salah satu tanda kemungkinan

terjadinya pre eklamsia (Manuaba, 2012).

b) Pada palpasi pemeriksaan abdomen didapatkan hasil untuk

mengetahui besarnya rahim dan dengan ini menentukan

tuanya kehamilan, menentukan letak janin dalam rahim, pada

usia kehamilan 28 minggu didapatkan TFU 26 cm, pada usia

kehamilan 32 minggu didapatkan TFU 30 cm, pada usia

kehamilan 36 minggu didapatkan TFU 33 cm, pada palpasi

leopold terdiri dari leopold I-IV dimanaleopold I yaitu

pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan bagian apa

yang berada dibagian fundus normalnya pada fundus teraba

bagian lunak, kurang bulat dan kurang melenting yaitu

bokong, leopold II yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk

menentukan bagian apa yang berada di sisi kanan dan kiri ibu

normalnya teraba bagian panjang dan keras seperti papan


72

pada sebelah kanan/kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba

bagian kecil janin, leopold III yaitu pemeriksaan yang

dilakukan untuk menentukan bagian apa yang berada

dibagian segmen bawah rahim normalnya yaitu pada segmen

bawah rahim teraba bagian keras, bulat dan melenting yaitu

kepala, leopold IV yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk

menentukan bagian terendah janin atau belum. Sudah masuk

pintu atas panggul (divergen) atau belum masuk pintu atas

panggul (konvergen), tafsiran berat janin (TBJ) yaitu ((TFU-

(11/12) x 155) (Mochtar, 2013).

c) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan

dadauntuk mendengarkan suara nafas biasanya pada 90%

hingga 95% wanita hamil akan terdengar murmur sistolik

pendek yang semakin jelas terdengar selama inspirasi

maupun ekspirasi (Varney, 2010)., untuk pemeriksaan

abdomen denyut jantung janin yaitu <120 atau >160 dpm,

tanda adanya fetal distress (Varney, 2011).

d) Pemeriksaanperkusi refleks homan positif dapat menunjukkan

tromboflebitis (Varney, 2011).

3) Pemeriksaan Khusus

Dilakukan pemeriksaan dalam kemudian catat tanggal, jam dan

nama pemeriksa. Tentukann pembukaan jika 0-3cm berarti fase laten,

3-4 cm fase aktif akselerasi, 4-9 cm fase aktif, dilatasi maksimal, 9-10
73

cm fase aktif deselearasi. Presentasi normalnya belakang kepala.

Denominator normalnya UUK (oksiput) dan Posisi nya UUK kiri

depan atau UUK kanan depan . Pemeriksaan ketuban dan catat dalam

partograf. U jika selaput ketuban masih utuh (belum pecah), J jika

selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih, M jika selaput

ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium, D jika

selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah, K jika

selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak mengalir

lagi (kering) (JNPK-KR, 2017).

Tentukan sejauh mana bagian terbawah janin turun. Hodge I

sama dengan 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas

simfisis pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah

memasuki pintu atas panggul. Hodge II sama dengan 3/5 jika sebagian

(2/5) bagian terbawah janin memasuki rongga panggul. Hodge III

sama dengan 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin

masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati

bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakan) dan hodge IV

sama dengan 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat teraba bagian

terbawah janin yang berada diatas sympisis dan 4/5 bagian telah

masuk kedalam rongga panggul. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah

tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah

janin sudah masuk kedalam rongga panggul (JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar


74

Diagnosis : G PAPAH, usia kehamilan ….. minggu + …..hari, kala I

fase laten/aktif persalinan normal janin tunggal, hidup,

intrauterin

Masalah : Masalah yang biasa terjadi pada persalinan kala I adalah

Nyeri pada perut yang menjalar ke punggung

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional : Mengetahui hasil pemeriksaan merupakan hak klien.

b. Beri dukungan emosional pada ibu

Rasional : Dengan adanya suami dan anggota keluaarga yang

berperan aktif dalam mendukung ibu dapat sangat

membantu memberi kenyamanan ibu (JNPK-KR,


75

2017).

c. Lakukan observasi kala I

1) Tiap 30 menit yaitu detak jantung janin, nadi ibu dan kontraksi

uterus.

Rasional : Denyut jantung janin dan nadi ibu perlu diperiksa

untuk memastikan kondisi ibu dan janinnya.

Kontraksi uterus baik jika durasi > 40 detik,

frekuensi 4-5 kali dalam 10 menit selama 30 menit

sehingga memudahkan petugas dalam pengambilan

tindakan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

2) Tiap 2 jam yaitu suhu tubuh ibu dan volume urin ibu

Rasional : Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5o-37,5o C

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

keadaan umum ibu. Urin ibu diobservasi sebagai

upaya pengosongan kandung kemih sehingga tidak

menahan penurunan kepala. Karena kandung kemih

yang penuh berpotensi memperlambat proses

persalinan (Varney, 2011).

3) Tiap 4 jam yaitu pembukaan serviks, penurunan kepala,

keadaan ketuban, molase, dan tekanan darah ibu.

Rasional : Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan

mengobservasi pembukaan serviks dan penurunan


76

kepala, kondisi janin dapat pula dilihat dari

keadaan air ketuban, dan molase atau penyusupan

kepala janin, dan tekanan darah ibu untuk

mengetahui keadaan ibu, sehingga dapat

memudahkan kita dalam pengambilan tindakan

selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

d. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar Pencegahan infeksi

Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang

diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir karena dapat

menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru

lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan

prosedur PI secara baik dan benar juga dapat

melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi

(JNPK-KR, 2017).

e. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih

dari 10 menit.

Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan

isinya akan menekan vena cava inferior, hal ini akan

mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu

ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan

hipoksia atau kekurangan oksigen pada janin. Selain

itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan

terhadap proses persalinan karena menyebabkan


77

lambatnya penurunan bagian terbawah janin (Varney,

2011).

f. Ajarkan ibu napas dalam terutama saat terjadi kontraksi

Rasional : Latihan napas dalam dapat mengurangi ketegangan dan

rasa nyeri terutama saat terjadi kontraksi (Varney,

2011).

g. Siapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan serta obat-

obatan essensial untuk menolong persalinan sesuai dengan APN

Rasional : Untuk memeriksa kelengkapan alat pada proses

pertolongan persalinan serta sebagai alat pelindung

diri (JNPK-KR, 2017).

h. Berikan KIE kepada ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan

dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama

persalinan akan memberi lebih banyak energy dan

mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat

kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak

teratur dan kurang efektif (JNPK-KR, 2017).

i. KIE ibu tentang proses persalinan

Rasional : Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat

mengugah emosi dengan memberikan pengertian

tentang proses persalinan ibu akan berupaya mengatasi


78

gangguan emosionalnya (JNPK-KR, 2017).

j. Dokumentasi hasil pemantauan kala satu pada partograf

Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

kala satu persalinan dan informasi untuk membuat

keputusan kllinik, dokumentasi dengan patograf

memudahkan untuk pengambilan keputusan dan

rencana asuhan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai

dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2011).

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2011).

KALA II

Langkah 1 : Pengkajian

1. Data subjektif

a. Keluhan utama
79

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rektum atau vaginanya (Manuaba, 2012).

b. Data objektf

1) Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran :

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Adanya tanda dan Gejala Kala II Persalinan. Pada

inspeksi tampak perineum menonjol, vulva vagina dan

spingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah.

3) Pemeriksaan Khusus

1) Pemeriksaan Dalam :

Tanggal : Jam : Oleh:

Pada pemeriksaan vulva dan vagina tampak membuka.

Pengeluaran pervaginam lendir darah, cairan ketuban.

Dinding vagina tidak oedema. Pembukaan 10 cm.

Effacement yaitu 100%. Ketuban jernih/utuh. Presentasi

adalah belakang kepala. Denominator teraba UUK. Tidak

teraba bagian terkecil janin. Hodge berada di Hodde III/IV.

Hodge III yaitu 2/5 jika hanya sebagian dari bagian


80

terbawah janin masih berada diatas symphisis dan 3/5

bagian telah turun melewati bagian tengah rongga panggul

(tidak dapat digoyangan) sedangkan Hodge IV yaitu 1/5

jika hanya 1 dari 5 jari dapat meraba bagian terbawah

janin yang berada diatas symphisis dan 4/5 bagian telah

masuk kedalam rongga panggul. 0/5 jika bagian terbawah

janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan

seluruh terbawah janin sudah masuk kedalam rongga

panggul (JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH kala II Persalinan Normal

Masalah : Intensitas kontraksi, berlangsung selama 50

sampai 70 detik, dan terjadi pada interval 2 atau 3

menit (Manurung, 2011)

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan


81

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

1) Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi puting

susu bila kontraksi tidak baik

Rasional : Stimulasi puting susu berfungsi untuk menstimulasi

produktivitas oksitosin ibu, yang berperan dalam

proses persalinan mengejan (JNPK-KR, 2017).

2) Lakukan prosedur asuhan persalinan normal :

a) Lakukan persiapan pertolongan persalinan

Rasional : Untuk memeriksa kelengkapan alat dan bahan, serta

obat-obatan essensial pada proses pertolongan

persalinan serta sebagai alat pelindung diri (JNPK-

KR, 2017).

b) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah

Rasional : Ketika pembukaan lengkap perlu dilakukan

amniotomi agar mengetahui warna ketuban yang

keluar. Jika berwarna mekonium pada air ketuban

maka lakukan persiapan pertolongan bayi setalah

lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya

hipoksia dalam rahim atau selama proses

persalinan (JNPK-KR, 2017).

c) Lakukan periksaan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi


82

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

Rasional : Mendeteksi bradikardia janin dan hipoksia berkenaan

dengan penurunan sirkulasi maternal dan penurunan

perfusi plasenta (JNPK-KR, 2017).

d) Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah lengkap

Rasional : Agar ibu dapat segera bersiap-siap untuk mengejan

(JNPK-KR, 2017).

e) Anjurkan ibu untuk minum-minuman yang manis saat his

berkurang

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup

selama persalinan akan memberi lebih banyak energi

dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa

memperlambat kontrasksi dan/atau membuat

kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif

(JNPK-KR, 2017).

f) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi dirinya

untuk meneran kecuali posisi berbaring terlentang

Rasional : Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat

berkonsentrasi untuk mengejan (JNPK-KR, 2017).

jika berbaring terlentang maka berat uterus dan

isinya akan menekan vena cava inferi, hal ini akan

mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi

utero-plesenter sehingga akan menyebabkan


83

hipoksia pada janin. Berbaring terlentang juga akan

memperlambat persalinan dan menyulitkan ibu

untuk meneran secara efektif (JNPK-KR, 2017).

g) Lakukan bimbingan untuk meneran dengan baik dan benar.

Rasional : Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi

resiko kelelahan yang berlebih pada ibu, serta

sebagai salah satu indikator kemajuan dalam

proses persalinan (JNPK-KR, 2017)..

h) Lahirkan kepala setelah kepala bayi membuka vulva 5-6 cm

dengan cara lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan

puncak kepala agar tidak terjadi fleksi yang terlalu cepat dan

membantu lahirnya kepala.

Rasional : Dengan melakukan penahanan perineum untuk

melindungi perineum dan mengendalikan

keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-

hati dapat mengurangi regangan berlebihan

(robekan) pada vagina dan perineum (JNPK-KR,

2017).

i) Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi.

Rasional : Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran bahu

sehingga bisa terjadi asfiksia pada bayi bila tidak


84

dilepaskan (JNPK-KR, 2017).

j) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Rasional : Putaran paksi luar yang sempurna menjadikan

kepala janin searah dengan punggungnya

sehinngga memudahkan kelahiran bayi (JNPK-

KR, 2017).

k) Lahirkan bahu secara biparietal.

Rasional : Melahirkan bahu secara biparietal dapat

mengurangi atau mencegah terjadinya rupture

(JNPK-KR, 2017).

l) Melahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah dan gunakan tangan

kiri untuk memegang lengan dan siku atas.

Rasional : Untuk memudahkan proses persalinan dan

mencegah laserasi (JNPK-KR, 2017).

m)Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri

menelusuripunggung hingga tungkai.

Rasional : Menelusuri punggung sampai tungkai untuk

memudahkan proses kelahiran (JNPK-KR,

2017).

n) Lakukan penilaian tangisan bayi, pernapasan, pergerakan dan

warna kulit bayi dan letakkan bayi diatas perut ibu.


85

Rasional : Untuk mengetahui apakah bayi menangis kuat atau

bernapas megap-megap, gerakan bayi aktif atau

tidak serta wana kulit bayi kemerahan atau

sianosis sehingga memudahkan petugas dalam

pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR,

2017).

o) Keringkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.

Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang

tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera

dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di

dalam ruangan yang relatif hangat (JNPK-KR,

2017).

Kala III

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama

Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan sangat

lelah. Selain itu juga ibu merasakan mules pada perutnya (Varney,

2011).

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum perlu dikaji lebih lanjut yaitu kesadaran


86

dan nadi.

2) Pemeriksaan fisik

Pada Inspeksi di genetalia tampak tali pusat memanjang,

tampak semburan darah mendadak dan singkat. Pada Palpasi

di abdomen teraba tinggi fundus berada diatas pusat (JNPK-

KR, 2017).

3) Data bayi

Bayi lahir tanggal dan jam berapa, jenis kelaminnya apa.

Catat hasil penilaian selintas apakah bayi cukup bulan,

apakah air ketuban jernihtidak bercampur mekonium, apakah

bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan, apakah

bayi bergerak dengan aktif (JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH kala III persalinan normal

Masalah : Kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Fundus uterus mengalami kontraksi kuat dan uterus

terdorong ke atas karena plasenta lepas ke segmen bawah

rahim (Mochtar, 2011)

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk


87

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Cek kehamilan tunggal!

Rasional : Mengecek adanya janin yang kedua, setelah mengecek

dan tidak ada janin kedua maka bisa dilakukan prosedur

lainnya (JNPK-KR, 2017).

b. Pemberian suntik oksitosin

Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat

dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan

plasenta dan mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR,

2017).

c. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat!

Rasional : Setelah pemotongan dan pengikatan tali pusat bisa

dilakukan perawatan tali pusat dan bayi pun bisa

melakukan kontak kulit kepada ibunya (JNPK-KR,

2017).

d. Lakukan IMD!
88

Rasional : Kontak kulit dengan kulit merupakan salah satu cara

untuk mengoptimalisasi hormonal ibu dan bayi, karena

di kulit ibu terdapat kuman yang aman di dalam perut

bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap

infeksi, selain itu akan mendorong keterampilan bayi

untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif (JNPK-

KR, 2017).

e. Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)!

Rasional : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan

mencegah avulsi. Segera melepaskan plasenta yang

telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah

kehilangan darah yang tidak perlu (JNPK-KR, 2017).

f. Lahirkan plasenta!

Rasional : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati

akan membantu mencegah tertinggalnya sisa plasenta

dan selaput ketuban dijalan lahir (JNPK-KR, 2017).

g. Lakukan masase fundus uteri selama 15 detik!

Rasional : Perdarahan segera setelah melahirkan dapat dicegah

dengan masase fundus uteri karena dapat merangsang

kontraksi uterus (JNPK-KR, 2017).

h. Periksa kelengkapan plasenta!

Rasional : Adanya sisa plasenta di dalam uterus dapat

mengakibatkan perdarahan sehingga plasenta harus


89

dikeluarkan secara lengkap (JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai

dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2011).

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP (Varney, 2011).

Kala IV

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama

Ibu merasakan mules pada perutnya akibat adanya

kontraksi setelah pengeluaran plasenta berakhir

(Varney, 2011).

b. Data objektf

1) Pemeriksaan umum

Kesadaran normalnya ialah composmentis, tekanan

darah, nadi dan pernapasan harus menjadi stabil

pada level prapersalinan selam jam pertama pasca

partus. Pemantauan tekanan darah dan nadi yang


90

rutin selama interval ini adalah satu sarana

mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan.

Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya

dibawah 380C (Varney, 2011).

2) Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi abdomen tampak mengecil, pada

genetalia ada atau tidak ada laserasi, tidak ada

memar ataupun hematoma. Pada palpasi abdomen

teraba uterus di tengah-tengah abdomen, teraba

membulat keras (Varney, 2011).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : PAPAH kala IV persalinan normal

Masalah : Ibu akan mengalami kehilangan darah. Kehilangan darah

pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka dari bekas

perlekatan plasenta atau adanya robekan pada serviks dan

perineum (Moudy, 2016)

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


91

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum!

Rasional : Laserasi pada vagina dan perineum dapat mengakibatkan

perdarahan (JNPK-KR, 2017).

b) Lakukan penjahitan jika terdapat laserasi yang mengakibatkan

perdarahan!

Rasional : Penjahitan laserasi merupakan suatu upaya untuk

mendekatkan jaringan-jaringan dalam proses

penyembuhan dan juga untuk menghentikan

perdarahan (JNPK-KR, 2017).

c) Lakukan pemantauan kala IV yaitu periksa kembali tanda-tanda

vital dan kandung kemih ibu tiap 15 menit pada jam pertama dan

tiap 30 menit pada jam kedua!

Rasional : Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil,

mempengaruhi KU dan TTV ibu yang

menggambarkan kondisi ibu, pemantauan kontraksi

uterus untuk menghindari terjadinya perdarahan

postpartum (Varney, 2010). Kandung kemih yang

penuh dapat mempengaruhi kontraksi uterus dan akan


92

menyebabkan perdarahan pasca persalinan (JNPK-

KR, 2017).

d) Ajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi uterus!

Rasional : Dengan memberikan rangsangan taktil pada uterus

mencegah terjadiya perdarahan dan ibu dapat

melakukan sendiri masase uterus dan menilai kontraksi

uterus (Varney, 2011).

e) Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI!

1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai di dalam larutan

klorin 0,5%, rendam selama 10 menit. Cuci dan bilas setelah

dekontaminasi!

2) Buang benda-benda yang terkontaminasi kedalam tempat

sampah yang sesuai!

3) Bersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu

dengan pakaian bersih dan kering!

4) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

dan mencucinya dengan air DTT!

5) Celupkan sarung tangan yang kotor kedalam larutan klorin

0,5% dan merendamnya secara terbalik!

6) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan

keringkan!

Rasional : Pencegahan infeksi akibat kontaminasi bakteri dengan


93

peralatan bekas pakai akibat dan darah pada saat

persalinan serta mencegah terjadinya infeksi silang

(JNPK-KR, 2017).

f) Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan suami untuk

memberikan makanan dan minuman yang diinginkan!

Rasional : Setelah persalinan ibu banyak kehilangan tenaga dan

merasa lapar mengembalikan energi dan dehidrasi

yang digunakan selama proses persalinan (JNPK-KR,

2017).

g) Lengkapi partograf!

Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

kala satu persalinan dan informasi untuk membuat

keputusan klinik (JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai

dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2011).

Langkah 7 : Evaluasi
94

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2011).

3. Konsep Dasar Manajemen Bayi Baru Lahir

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Riwayat Kehamilan sekarang

Terdiri dari riwayat keluarga yang pernah menderita

penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital

(Saifuddin, 2013). Keluarga dengan riwayat penyakit diabetes

menunjukan data terkuat makrosomia janin dan seksio sesarea.

Pada jangka waktu lebih lama terlihat adanya hubungan

peningkatan kadar glukosa inutero dengan obesitas.Terdapat

beberapaa perkiraan epilepsi disebabkan oleh komponen genetik

yang padaa situasi tertentu menyebabkan seseorang mengalami

kejang epilepsi. Prevalensi epilepsi pada populasi umum adalah

1 dari 200 dan terjadi padaa 0,3-0,5% wanita hamil, 9 wanita

meninggal karena epilepsi (Saifuddin, 2013).

b. Data Objektif

1) Keadaan Bayi Saat Lahir

Hal pertama yang perlu bidan kaji adalah waktu

kelahiran yang terdiri dari tanggal dan jam. Hal ini perlu dikaji

untuk menentukan usia bayi baru lahir. Selain itu, jenis kelamin
95

dan apgar skor pun perlu di kaji (Varney, 2011). Pada pengkajian

plasenta normalnya berat ±500 gr, ukuran diameter 15-20 cm,

tebal plasenta 2-3cm, dan tidak terdapat kelainan. Pada

pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan diperhatikan

apakah ada perkapuran, nekrosis, dan sebagainya (Varney,

2011).

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan

kesegarannya, ada tidaknya simpul, dan apakah terdapat dua

arteri dan satu vena yang dimana pemeriksaan ini digunakan

untuk mendeteksi adanya kelainan congenital terutama pada

system pencernaan, urogenital, respiratorik, atau kardiovaskuler

(Varney, 2011). Tindakan resusitasi terdiri dari langkah awal,

ventilasi, kompresi dada, intubasi endotrakeal, pemberian

oksigen. Pada bayi normal hanya dilakukan resusitasi pada tahap

awal saja yang terdiri dari menghangatkan bayi dengan kain,

memposisikan kepala bayi, menghisap lendir pada mulut dan

hidung bayi, mengeringkan bayi dengan kain kering dan

melakukan rangsang taktil, serta memposisikan kembali kepala

bayi dan melakukan penilaian pada bayi (JNPK-KR, 2017).

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban

bercampur mekonium dan atau tidak menangis atau tidak

bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik

lakukan langkah resusitasi (JNPK-KR, 2017).


96

2) Pemeriksaan Umum

Pada pemeriksaan umum yang dapat dikaji adalah

keadaan umum normalnya baik dan pada pemeriksaan TTV,

tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi. Nadi dapat

dipantau di semua titik nadi perifer (Saifuddin, 2013). Frekuensi

jantung pada bayi baru lahir 120-160 x/menit untuk pernapasan

normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman tanpa adanya

retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun

ekspirasi. Gerakan pernapasan 30–50 kali permenit (Syafrudin,

2013). Pernapasan bayi baru lahir ditandai dengan bayi segera

menangis kuat. Sedangkan untuk suhu normal bayi adalah 36,5-

37,5 oC. Pengukuran suhu tubuh bayi dapat melalui anus atau

ketiak bayi (Saifuddin, 2013).

Pengukuran antropometri terdiri dari berat badan,

panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada. Berat badan

bayi baru lahir normal adalah 2500-4000 gram,panjang badan

bayi 48-52 cm. Sedangkan normalnya lingkar kepala lebih besar

daripada lingkar dada. Pengukuran lingkar kepala terdiri dari

circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran kecil kepala)

32 cm, circumferenrtia fronto occipitalis (lingkaran sedang

kepala) 34 cm, dan circumferentia mento oksipitalis (lingkaran

besar kepala) 35 cm (Varney, 2011). dan untuk pengukuran

lingkar dada normalnya 30-38 cm (Prawirohardjo , 2014).


97

3) Pemeriksaan Fisik

Kepala terdiri kontur kepala yaitu molding hampir selalu

terjadi pada persalinan pervaginam, tampak lebih oval biasanya

jelas terlihat pada hari ke 1 dan 2, sutura teraba seperti retakan

antara tulang-tulang kepala teraba seperti ruang-ruang lunak

yang luas pada sambungan sutura, tidak ada massa atau tonjolan

tidak lazim seperti kaput sauchedaneum dan cepal hematoma,

untuk ubun-ubun teraba ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil,

teraba seperti ruang-ruang lunak yang luas pada sambungan

sutura, normalnya teraba datar, keras dan berbatas tegas

terhadap sisi-sisi tulang tengkorak, sering terjadi pulsasi pada

ubun-ubun besar. Distribusi rambut dipuncak kepala, dengan

lembaran-lembaran tunggal yang tidak dapat diidentifikasi.

Tidak ada massa atau area yang lunak di tulang tengkorak

(Varney, 2011).

Fontanel anterior terbuka sampai 12-18 bulan, berbentuk

wajik 5x4 cm sepanjang sutura korona dan sutura sagitalis.

Fontanel posterior bentuk segitiga, sangat kecil 1x1 cm

sepanjang garis sutura lambdoidalis dan sagitalis menutup pada

saat lahir (Varney, 2011). Pada pemeriksaan mata tampak

simetris, tidak tampak kotoran dan perdarahan, sklera jernih,

konjungtiva jernih, iris berwarna merata dan bilateral, pupil

sama bilateral dan reaktif terhadap cahaya (pemeriksaan


98

dilakukan di ruang genap dengan pena senter/senter, jika

dilakukan pada bayi baru lahir pada inkubator atau diruang

rawat bayi, lindungi mata bayi semaksimal mungkin), kornea

jernih, retina transparan (Varney, 2011). Selama periode

reaktivitas pertama setelah lahir, mata bayi baru lahir terbuka

dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Mata segaris dengan

telinga (Varney, 2011).

Pada pemeriksaan hidung tampak simetris, tidak tampak

pernafasan cuping hidung, tidak tampak sekret dan hidung di

garis tengah (Varney, 2011). Pada telinga tampak simetris, tidak

tampak sekret/serumen, telinga lembut dan fleksibel. Posisi

telinga berada pada garis lurus dengan mata, kulit telinga tidak

kendur, pembentukan tulang rawan pinna terbentuk dengan baik,

kokoh, tulang rawan kaku, kembali kebentuk semula dengan

cepat (Varney, 2011).

Pada pemeriksaan mulut tampak simetris, tidak tampak

labio palato skhizis dan labio skhizis dan gigi, bibir tidak

tampak pucat, mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat,

refleks isap baik, sekresi lendir tidak berlebihan (Varney, 2011).

Mulut berada digaris tengah wajah dan simetris. Bentuk dan

ukuran proporsional dengan wajah, membrane mukosa lembap

dan berwarna merah muda, bibir tebentuk penuh, berwarna

merah muda, palatum tidak membentu arkus, lidah ukuran


99

proporsional dengan mulut (Varney, 2011).

Pada pemeriksaan leher didapatkan pergerakan leher

baik, simetris, kepala menengok dari sisi ke sisi secara

seimbang, rentang pergerakan sendi bebas, bentuknya pendek

tidak ada kelebihan kulit, tiroid berada pada garis tengah, tidak

ada massa, nadi karotis frekuensinya kuat dan teratur (Varney,

2011). Pada pemeriksaan dada tampak simetris, tidak tampak

retraksi dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan,

puting susu menonjol, bunyi jantung teratur (120-160 x/menit)

(Saifuddin, 2013).

Amati pola pernapasan, dalam keadaan normal tidak

dijumpai pernapasan cuping hidung, merintih, ataupun retraksi

dinding dada. Semua bayi baru lahir bernapas dengan

diafragma, sehingga pada waktu inspirasi bagian dada tertarik ke

dalam dan pada saat yang sama perut bayi membuncit. Pada

pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu

inspirasi maupun ekspirasi. Gerakan pernapasan 30-50 kali

permenit (Saifuddin, 2013).

Suara nafas jernih, sama dikedua sisi pada sisi anterior

dan posterior, beberapa kali ronkhi basah muncul beberapa jam

setelah bayi lahir akibat cairan yang tersisa di paru janin, tidak

ada perubahan warna atau sianosis yang menyertai temuan ini.


100

Hal ini mengartikan bahwa lapang paru bayi jernih (Varney,

2011). Frekuensi jantung 100-160 x/menit, teratur tanpa murmur

(awalnya mungkin terdengar mirmur sampai duktus arteriosus

menutup). Hal ini mengartikan irama jantung normal tanpa

abnormalitas yang bermakna (Varney, 2011). Payudara jarak

antar putting berada pada garis sejajar tanpa ada putting

tambahan, areola tegak dan tidak ada rabas (Varney, 2010).. Tali

pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat tampak berwarna

putih, tidak tampak perdarahan tali pusat (Varney, 2011).

Dinding perut BBL lebih datar daripada dinding dada.

Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir

bersaman tanpa adanya retraksi (Saifuddin, 2013). Pada bayi

baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan

iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga

abdomen. Abdomen bundar, memiliki kontur, otot abdomen,

simetris, lunak, dan tidak nyeri tekan tanpa massa (Varney,

2011). Pemeriksaan punggung didapatkan tampak simetris, tidak

tampak pilonidal dimple, tidak ada kelainan fleksibilitas tulang

punggung, tidak tampak spina bifida (Varney, 2011).

Pada genetalia untuk perempuan tampak klitoris, tidak

tampak pengeluaran, labia minora tertutup labia mayora

(Varney, 2011). labia dan klitoris biasanya adema, meatus uretra

dibelakang klitoris, verniks caseosa diantara labia (Varney,


101

2011). Pada genetalia laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah

ada (Varney, 2011).. Laki-Laki tidak tampak hipospadius dan

epispadius, testis tampak sudah turun (Varney, 2011). Testis

teraba dalam setiap skrotum, skrotum biasanya besar, adema,

menggantung dan ditutupi rugae (Varney, 2011). dan anus

terdapat lubang anus paten, keluar mekonium dalam 48 jam

(Varney, 2011).

Lanugo tampak terlihat maupun tidak, biasanya tidak

terlihat karna rambut kepala terlihat sempurna, verniks terdapat

verniks caseosa pada lipatan-lipatan (Varney, 2011). Ekstremitas

atas panjang proporsional terhadap satu sama lain, rentang

pergerakan sendi penuh (meliputi abduksi, aduksi, rotasi

eksternal dan internal, fleksi, ekstensi seperti yang dapat

diterapkan pada sendi, fleksi penuh pada ekstremitas atas

muncul seiring maturitas). Jari-jari lengkap 10 jari dan tanpa

berselaput, jarak antar jari sama, karpal dan metacarpal ada dan

sama dinkedua sisi. Kuku panjang melebihi bantalan kuku,

cavilla reffil time kembali < 2 detik (Varney, 2011).

Ekstremitas bawah panjang proporsional dengan tubuh

dan sama di kedua sisi, ekstremitas lurus. Sepuluh jari kaki dan

tanpa selaput, jarak antar jari sama. Kuku panjang sampai

melewati bantalan kuku, bantalan kuku merah muda, pengisian

kapiler cepat (tiga detik). Rentang pergerakan sendi penuh


102

(meliputi abduksi, aduksi, internal, dan rotasi eksternal, fleksi

dan ekstensi seperti yang dapat diaplikasikan pada masing-

masing sendi tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit, jari kaki)

(Varney, 2011). Pada pemeriksaan neurologis terdiri dari refleks

morro, rooting, sucking, swallowing, babinski, grasping.

Morro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi

ketika bayi yang baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan

keras. Rooting merupakan bayi baru lahir akan menoleh kearah

dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka

mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk

mengisap benda yang disentuhkan tersebut (JNPK-KR, 2017).

Refleks rooting muncul ketika pipi diusap, bayi menengok

kearah usapan (Varney, 2011).

Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit-

langit bayi menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan

menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan

langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan

ASI terpancar keluar (JNPK-KR, 2017). Reflek menghisap ada

dan kuat ketika disentuh dengan putting (Varney, 2011).. Reflek

swallowing merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi

mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring untuk

mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam

lambung bayi (JNPK-KR, 2017). Refleks babinski ditimbulkan


103

dengan stimulus gesekan pada telapak kaki, yang

menghasilkan dorsofleksi jari besar dan pengembangan jari-jari

yang lebih kecil. Biasanya stimulus semacam itu menyebabkan

semua jari-jari kaki menekuk ke bawah. Disebut juga Babinski’s

toe sign (JNPK-KR, 2017). Grabing bila jari menyentuh telapak

tangan bayi maka jari jarinya akan langsung menggenggam

sangat kuat (JNPK-KR, 2017). Refeks grab atau menggenggam

sudah baik. (Varney, 2011).

4) Pemeriksaan Penunjang

Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit

dan Sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.

Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5

g/dl (Varney, 2011).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia…… Hari

Masalah : Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi

baru lahir belum berfungsi sempurna (Moudy, 2016)

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


104

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Intervensi

a. Jaga kehangatan tubuh bayi

Rasional : Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat

stress karena perubahan suhu lingkungan (Varney,

2011).

b. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Rasional : Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang

sehinggadidapat pola tidur yang lebih baik. Selain itu

dapat menstabilisasikan pernapasan, mengendalikan

suhu tubuh bayi, menjaga kolonisasi kuman

(Prawirohardjo, 2014).

c. Lakukan perawatan tali pusat

Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat

dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi

insiden infeksi pada neonatus (Prawirohardjo, 2014).

d. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep tetrasiklin 1% kira-

kira 1 jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).

Rasional : Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi

terutama pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit


105

menular seksual seperti gonore dan klamidiasis.

Sebagian besar konjungtivitis muncul pada dua minggu

pertama kelahiran (Prawirohardjo, 2014).

e. Berikan Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc

secara IM (pada paha sebelah kiri)

Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan

VitaminK karena cadangan vitamin K dalam hati

relatif masih rendah. Vitamin K dihasilkan di saluran

pencernaan segera setelah mikroorganisme masuk ke

dalam tubuh. Pada hari ke-8, bayi baru lahir normal

sudah mampu menghasilkan vitamin K. Kekurangan

vitamin K berisiko tinggi bagi bayi untuk mengalami

perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat

defisiensi vitamin K (PDVK) (Prawirohardjo, 2014).

f. Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B

Rasional : Tindakan ini memberikan perlindungan terhadap bayi baru

lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B

yang tidak terdiagnosis pada saat pelahiran, dengan

pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir. Vaksin

hepatitis B ini efektif untuk mencegah penularan perinatal

pada banyak bayi baru lahir (Varney, 2011).

g. Tunda untuk memandikan bayi 6-12 jam


106

Rasional : Memandikan bayisegera setelah lahir yang dapat

mengakibatkan hipotermi(Prawirohardjo, 2014). Kulit

bayi baru lahir sangat rentan untuk mengering

sehingga meningkatkan risiko terjadinya hipotermi.

h. Catat waktu dan karakteristik urine serta feses yang pertama kali

keluar

Rasional : Pengeluaran mekonium dan adanya bising usus adalah

bukti pasti integritas saluran cerna. Bayi baru lahir yang

belum berkemih selama 24 jam pertama harus dirujuk

ke tenaga kesehatan pediatric(Varney, 2011).

i. Lakukan rawat gabung

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak

dari kamar bersalin seharusnya tetap dipertahankan

dengan merawat bayi bersama ibunya (rawat gabung)

(Varney, 2011).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2011).

Langkah 7 : Evaluasi
107

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2011).

4. Konsep Dasar Manajemen Nifas

Kunjungan Awal (6 –3 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules,

sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum

(Ambarwati, 2012).

2) Riwayat Kesehatan Klien

a) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan

anak pertama kali (Quickening), apa keluhan dan

ketidaknyamanan yang dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja

yang telah didapat, apakah sudah melakukan imunisasi selama

hamil (Varney, 2011).

b) Riwayat Persalinan Sekarang

Meliputi jenis persalinan yakni spontan pervaginam dan

sectio caesarea, komplikasi persalinan distosia bahu dapat

menyebabkan fraktur pada humerus atau klavikula, cedera pada


108

pleksus brakialis, asfiksia pada bayi, distosia dan persalinan

dengan tindakan forceps dapat menyebabkan trauma persalinan

(cedera serebral) yang dapat berdampak pada bayi yaitu

perdarahan intrakranial, ibu dengan diabetes mellitus dapat

beresiko untuk melahirkan bayi dengan makrosomia dan beresiko

untuk mengalami distosia bahu pada saat persalinan, hal ini dapat

berdampak asfiksia pada bayi, jika ketuban pecah dini dapat

menyebabkan terjadinya ikterus (Manuaba, 2012).

3) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan terdiri dari pola nutisi makanan

harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan

yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-

buahan, pola eliminasi diuresis terjadi berhubungan dengan

pengurangan volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari post

partum setelah plasenta lahir estrogen ambilasi, istirahat karena lelah

sehabis bersalin ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam

postpartum kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk

mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, personal hygiene

pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi

oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah

terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga, kebiasaan, sedangkan

seksualitas ibu post partum secara fisik, aman untuk melakukan


109

hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan

hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau

6 minggu setelah kelahiran, keputusan bergantung pada pasangan

yang bersangkutan (Sulistyawati, 2015).

4) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah

(Damaiyanti, 2011). Adanya respon yang positif dari keluarga

terhadap kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi ibu

menerima perannya (Sulistyawati, 2015).

Ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari daging,

ikan, telur, dan goreng-gorengan karena dipercaya akan menghambat

penyembuhan luka persalinan dan makanan ini akan membuat ASI

menjadi lebih amis. Adat ini akan merugikan pasien karena justru

pemulihan kesehatannya akan terhambat (Sulistyawati, 2015).

Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif bagi seseorang

untuk mengatsi nyeri, stress, dan distress. Seringkali berdoa

menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan

merasakan kedamaian dan ketenangan (Sulistyawati, 2015).

b. Data Objektif
110

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan kesadaran untuk mendapatkan gambaran

tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat

kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma.

(Sulistyawati, 2015). Tanda-tanda vital perlu untuk dikaji agar

mengetahui keadaan klien. Tekanan darah biasanya tidak berubah.

Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu

melahirkan karena adanya perdarahan (Sulistyawati, 2015).

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik

sedikit (37,50C-380C). Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi

karena pembentukan ASI (Sulistyawati, 2015). Denyut nadi sehabis

melahirkan biasanya akan lebih cepat. Keadaan pernafasan selalu

berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak

normal maka pernapasan juga akan mengikutinya (Sulistyawati,

2015).

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan :

a) Pemeriksaan inspeksi, mata bentuk simetris, konjungtiva pucat

atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (kadar

hemoglobin) secara kasar, normal warna merah muda sclera

normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin

terinfeksi hepatitis, bila merah kekuningan adanya

konjungtivitis, kelopak mata yang bengkak kemungkinan


111

adanya preeklamsia, pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai

ada tidaknya trismus, halitosis dan labioskisi, trismus yaitu

kesukaran membuka mulut, halitosis yaitu bau mulut tidak sedap

karena personal hygine yang kurang, labioskisis yaitu keadaan

bibir tidak simetris, selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada

gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda radang, leher teknik

yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi, pembesaran

kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyaki, misalnya

peradangan akut/ kronis, pembesaran limfe juga terjadi

dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis.

Payudara payudara mencapai maturitas yang penuh

selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan

menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri

tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta

dimulainya laktasi, kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan

viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan pada hari

pertama sampai hari keempat postpartum, ASI transisi yang

keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu

sejak hari keempat sampai hari kesepuluh, ASI matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak, pemeriksaan abdomen di


112

dapatkan hasil abdomen Pada nulipara tidak tampak striae, otot-

otot biasanya kencang dan pada multipara striae mungkin

terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra dapat terlihat

sedangkan pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhe\

yang keluar pada ibu.

Jenis lokhia, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman), lokhia

sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa (7-

14 hari, kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih).

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang

ada pada vagina normal, pada pemeriksaan ekstremitas di

dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk mengecek apakah ada

varices (Varney, 2011).

b. Pemeriksaan palpasi yang terdiri dari pemeriksaan palpasi pada

leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar

limfe, kelenjar tyroi dan trakea, pembesaran kelanjar limfe dapat

disebabkan oleh berbagai penyaki, misalnya peradangan akut/

kronis, pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti

tuberculosis atau sifilis, palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk

mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya

disebabkan oleh kekurangan garam yodium (Prawirohardjo,

2014), payudara mengkaji konsistensi, ada pembengkakan atau


113

tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak, abdomen tinggi

fundus uteri (TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat

(uri lahir), pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak teraba,

diatas sympisis (2 minggu), tidak teraba/50 gram (6 minggu),

sebesar normal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus secara

berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan konsistensinya,

cekdiastasis rectis abdominalis, kandung kemih bisa

buangair/tidak bisa buang air, genetalia untuk mengecek apakah

ada perbaikan luka episiotomy atau jahitan, ekstremitas palpasi

untuk mengecek apakah ada varices, oedema, reflex patella

(Varney, 2011).

c. Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan abdomen

untuk menghitung bising usus, dan pemeriksaan perkusiuntuk

mengecek homan sign (Varney, 2011).

3) Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun,

tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel

darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan

tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah

tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya


114

kondisi patologis hail ini terjadi karena peningkatan kecepatan

sedimentasi eritrosit yang khas setelah melahirkan (Sulistyawati,

2015).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH nifas normal 2 jam 0 hari

Masalah : Masalah yang sering terjadi pada masa nifas adalah takut

kencing karena luka jahitan perineum,cemas dengan

perubahan bentuk badan, dan merasa tidak percaya diri

untuk merawat bayinya (Sulistyawati, 2015).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Observasi TTV, kandung kemih, kontraksi, TFU, KU, dan

pengeluaran pervaginam.

Rasional : Memantau keadaan ibu untuk mendeteksi dini tanda


115

bahaya yang dapat terjadi (Varney, 2011).

b. Beritahu ibu untuk melakukan ambulasi

Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, lalu

miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan.

Mobilisasi mempunyai variasi tergantung pada adanya

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

c. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

Rasional : Menyusui adalah metode efektif untuk meningkatkan

tonus uterus. hal ini berhubungan dengan kontraksi

uterus yang distimulasi oleh pelepasan pitosin sewaktu

bayi menghisap (Varney, 2011).

d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya termasuk

perawatan luka perineumnya

Rasional : Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran,

kemampuan ibu baru untuk secara aktif menyerap

pengajaran formal terbatas akibat fokus yang intens

pada bayinya yang baru lahir (Varney, 2011).

e. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin

C, dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan

cairan sampai 2000 ml/hari

Rasional : Protein membantu meningkatkan penyembuhan dan

degenerasi jaringan baru. Zat besi perlu untuk sintesus

hemoglobin. Vitamin C memfasilitasi absorpsi besi dan


116

perlu untuk sintesis dinding sel. Peningkatan cairan

membantu mencegah statis urin dan masalah-masalah

ginjal (Varney, 2011).

f. Berikan KIE mengenai tanda bahaya pada masa nifas

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin

terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2011).

g. Lakukan bounding attachment terhadap ibu dan bayi

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak

dari lahir sangat mempengaruhi perkembangan

psikologi bayi selanjutnya (Prawihardjo, 2014).

h. KIE tentang ketidaknyamanan pada masa nifas

Rasional : Rasa nyeri yang disebut juga after pain adalah

manifestasi dari pengembalian bentuk uterus ke

keadaan seperti sebelum hamil (Manuaba, 2012)

i. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Varney, 2011).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya (Varney, 2011).


117

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk bentuk SOAP (Varney, 2011).

Kunjungan ke-2 (6 hari post partum).

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Keluhan yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules,

sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum

(Ambarwati, 2012).

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum :

Kesadaran :

Tanda vital :

Tanda vital suhu tubuh yaitu >37,50C tanda adanya infeksi

(Varney, 2011).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur

disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna

putih, kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau


118

tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati, 2012).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada

nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan

pada multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur,

linea nigra dapat terlihat (Helen Farer, 2008). tinggi fundus uteri

(TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir),

pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas

sympisis (2 minggu), tidak teraba/50 gram (6 minggu), sebesar

normal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus secara berangsur-

angsur akan menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan konsistensinya,

cekdiastasis rectis abdominalis, kandung kemih bisa buang

air/tidak bisa buang air (Ambarwati, 2012).

Pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia

yang keluar pada ibu jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari,

kehitaman), lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur

merah), lokhia serosa (7-14 hari, kekuningan/kecoklatan) lokhia

alba (>14 hari, putih). mengecek apakah ada perbaikan luka

episiotomi atau jahitan. (Ambarwati, 2012). Pada pemeriksaan

ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk

mengecek apakah ada varices, oedema dan pemeriksaan

perkusiuntuk mengecek reflex patella. (Ambarwati, 2012).


119

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke ...

Masalah : Masalah pada masa nifas adalah takut kencing karena luka

jahitan perineum, cemas dengan perubahan bentuk badan

dan merasa tidak percaya diri untuk merawat bayinya

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Memantau involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi

adanya perdarahan yang abnormal

Rasional : Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil. Kadar semua unsur darah kembali

normal pada keadaan tidak hamil pada akhir

puerperium (Varney, 2011).


120

b. Mendeteksi dan mengenali tanda-tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin

terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2011).

c. Berikan KIE tentang ASI eksklusif!

Rasional : ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik

bagi bayi yang bersifat alamiah.

f. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas

Rasional : Senam nifas dapat membuat keadaan emosi lebih baik

dan mengurangi risiko perdarahan pasca partum

(Sinclair, 2010).

Kunjungan ke-3 (2 minggu post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subyektif

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah

mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum

(Ambarwati, 2012)

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum :

Kesadaran :

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari


121

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur

disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna

putih, kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau

tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati, 2012).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada

nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan

pada multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur,

linea nigra dapat terlihat (Varney, 2011). Tinggi fundus uteri

(TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir),

pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas

sympisis (2 minggu), tidak teraba/ 50 gram (6 minggu), sebesar

ukuran awal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus secara

berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan konsistensinya,

cekdiastasis rectus abdominalis, kandung kemih bisa buang air/

tidak bisa buang air (Ambarwati, 2012)

Pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia

yang keluar pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari,

kehitaman), lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur

merah), lokhia serosa (7-14 hari, kekuningan) lokhia alba (>14

hari, putih). Mengecek apakah ada perbaikan luka episiotomi

(Ambarwati, 2012). Pada pemeriksaan ekstremitas di dapatkan


122

hasil ekstremitas insfeksi untuk mengecek apakah ada varices,

oedema dan pemeriksaan perkusiuntuk mengecek reflek patella

(Ambarwati, 2012).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke 14

Masalah : Masalah nifas adalah takut kencing karena luka jahitan

perineum, cemas dengan perubahan bentuk badan dan

merasa tidak percaya diri untuk merawat bayinya

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Pastikan involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi


123

adanya perdarahan yang abnormal!

Rasional : Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Kadar semua unsur darah kembali normal pada

keadaan tidak hamil pada akhir puerperium(Varney,

2011).

b. Deteksi dan kenali tanda-tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Mendeteksi secara dini tanda-tanda infeksi dapat

mengantisipasi hal yang mungkin terjadi dan

membahayakan ibu (Varney, 2011).

c. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar!

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Sinclair, 2010)

d. Berikan KIE mengenai posisi menyusui yang baik dan benar!

Rasional : Salah satu faktor lecet atau ketidaknyamanan pada

puting susu adalah akibat cara menyusui yang tidak

benar (Varney, 2011).

5. Konsep Dasar Manajemen Neonatus Normal

Kunjungan Neonatus 1
124

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

2) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering dijimpai pada neonatus

diantaranya sariawan/jamur pada mulut (Oral Trush), muntah, gumoh,

ruam popok, kuning atau ikterik (Ambarwati, 2012).

3) Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan
Keterangan
Dasar
Nutrisi Produksi ASI akan optimal setelah hari 10–14 usia bayi. Bayi sehat

akan mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran 600–1000

ml) untuk tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2017).

Eliminasi BAK dalam 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih dari 20

kali dan untuk BAB turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan

karena intake minimal dan metabolisme meningkat (Varney, 2011).

Istirahat Bayi tampak semi-koma saat tidur dalam; meringis atau tersenyum

adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM); tidur sehari

rata-rata 20 jam (Varney, 2011).

Personal Neonatus perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok neonatus perlu

hygiene di bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan perawatan tali

pusat yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney,

2011).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum
125

Kesadaran :

Tanda-tanda vital :

2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pada pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan tidak terdapat

caput succedeneum, maupun cephal hematoma, pada pemeriksaan

wajah sklera tampak kuning dicurigai ikterik . Untuk pemeriksaan

telinga pendengaran baik (menilai adanya gangguan pendengaran

dilakukan dengan membunyikan bel atau suara apabila terjadi refleks

terkejut, apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi

gangguan pendengaran.Pemeriksaan hidung pernapasan cuping

hidung menandakan bayi asfiksia, pemeriksaan mulut tampak pucat

memandakan sianosis adanya celah pada bibir dan langit-langit

adanya labioskhizis dan labio Palato skhizis. Untuk pemeriksaan dada

dengan hasil tampak retraksi dinding dada menandakan asfiksia

(Ambarwati, 2012).

Pemeriksaan genetalia laki-laki meatus urinarius berada

dibagian bawah penis (hipospadia). Pemeriksaan anus didapatkan

hasil tidak tampak lubang anus dicurigai atresia ani, terdapat ruam

popok adanya diaper rush, serta ekstremitas jumlah jari kaki dan

tangan lebih dari 5 (polidaktili), pelekatan antara dua jari atau lebih

(sindaktili) maupun jari yang lebih pendek dari biasanya (brakidaktili)

(Ambarwati, 2012).
126

Palpasi

Pemeriksaan pada rectum tidak mempunyai lubang (atresia

rekti) (Ambarwati, 2012).

Auskultasi

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil frekuensi peristaltik

usus kurang dari 3 kali/ menit menandakan konstipasi, danlebih dari 5

kali/menit menandakan obstipasi (Ambarwati, 2012).

Perkusi

Pada pemeriksaan perkusi pada pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil terdengar hipertimpani abdomen adanya kembung

(Ambarwati, 2012).

Pemeriksaan Neurologis atau Refleks

Pemeriksaan neurologis atau refleks meliputi refleks morro

didapatkan hasil positif, terkejut saat ada suara, refleks rooting

didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada yang menyentuh

bibir (JNPK-KR, 2017).

Refleks sucking didapatkan hasil positif, dapat menghisap

putting susu, refleks swallowing dengan hasil positif, dapat menelan

(JNPK-KR, 2017), refleks babinsky didapatkan hasil positif, jari kaki

menekuk ke bawah, dan refleks graft didapatkan hasil positif, kaki

seakan – akan berjalan ketika bayi diangkat.

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium


127

yang nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan Sel Darah Merah

lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa (Varney, 2011).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia ... jam ... hari

Masalah : Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk

kuman dan bisa terjadi infeksi local. Maka dari itu tali

pusat harus selalu dalam keadaan kering (Wafi, 2010).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi

sempurna sehingga bayi lebih mudah mengalami

perubahan suhu tubuh (Saifuddin, 2013).

b. Jelaskan ibu cara pencegahan infeksi


128

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal

yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi

sangat rentan terhadap infeksi, segala bentuk infeksi

yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih

berbahaya dibandingkan dengan infeksi pada anak atau

dewasa (Saifuddin, 2013).

c. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus

pada bayi baru lahir dan kuman – kuman tidak masuk

sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat (Saifuddin,

2013).

d. Perhatikan tanda-tanda stres dingin (misalnya, peka rangsang,

pucat, belang, distres pernapasan, tremor, letargi dan kulit dingin).

Rasional : Hipotermia, yang meningkatkan laju penggunaan

oksigen dan glukosa, sering disertai dengan

hipoglikemia dan distres pernapasan. Pendinginan juga

mengakibatkan vasokonstriksi perifer, dengan

penurunan suhu kulit yang terlihat menjadi pucat atau

belang. Iritabilitas dan apnea yang dihubungkan dengan

hipoksia (Saifuddin, 2013).

e. Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong

punggung.

Rasional : Memudahkan drainase mukus


129

f. Jelaskan kepada orang tua untuk tidak meninggalkan bayi di dalam

ruangan sendirian dan ruangan yang datar tanpa penghalang.

Rasional : Menurunkan risiko cidera karena regurgitasi yang tidak

terdeteksi atau jatuh (JNPK-KR, 2017).

g. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang

berhubungan dengan memberi makan, mandi, memasang popok,

dan pakaian dan perawatan umbilical.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dengan prinsip-prinsip dan

teknik perawatan neonatus, membantu

mengembangkan keterampilan orangtua sebagai

pemberi perawatan.

h. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus

pada bayi baru lahir dan kuman-kuman tidak masuk

sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat (Saifuddin,

2013).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2011).

Langkah 7 : Evaluasi
130

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2011).

Kunjungan Neonatus 2

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan

umum dan tanda - tanda vital.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kulit,

pemeriksaan mata, khususnya konjungtiva dan sklera, dada dan

abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia ... hari

Masalah : Warna feses akan berubah. Bayi yang diberi ASI, fesesnya

menjadi lebih lembut, warna kuning terang, dan tidak

berbau. Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi

BAB bayi menjadi lebih sering (Wafi, 2010).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial


131

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi

sempurna sehigga bayi lebihmudah mengalami

perubahan suhu tubuh (Saifuddin, 2013).

b. Berikan KIE tentang memandikan bayi!

Rasional : Memandikan bayi merupakan saat-saat menyenangkan

untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu

dan anak (Saifuddin, 2013).

c. Jelaskan ibu cara pencegahan infeksi

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal

yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi


132

sangat rentan terhadap infeksi, segala bentuk infeksi

yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih

berbahaya dibandingkan dengan infeksi pada anak atau

dewasa (Saifuddin, 2013).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2011).

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2011).

Kunjungan Neonatus 3

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data Subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan


133

umum dan tanda - tanda vital.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kuit, pemeriksaan

mata, khususnya konjungtiva dan sklera, dada dan abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia 14 hari

Masalah : BAB bayi berkurang menjadi 1 kalo dalam 2 – 3

hari , dan BAK 6 kali dalam sehari(Wafi, 2010).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

1. KIE tentang pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa

memberikan PASI

Rasional : Pemberian ASI eksklusif memberikan antibody dan

memberikan asupan makanan yang tepat untuk bayi


134

2. KIE untuk menjaga pola personal hygiene pada bayi

Rasional : Menjaga kebersihan kulit bayi untuk mencegah

terjadinya alergi atau pun ruam-ruam pada bayi.

6. Asuhan Kebidanan Pada Calon Akseptor KB Implant

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Keluhan utama atau alasan datang periksa, klien datang karena

ingin berkonsultasi tentang alat KB yang cocok untuk ibu pasca

melahirkan dan menyusui (Prawirohardjo, 2014).

2) Riwayat kesehatan klien yang terdiri dari riwayat kesehatan

yang lalu dan riwayat kesehatan sekarang. Riwayat kesehatan

yang lalu meliputi penyakit/ kelainan reproduksi antara lain:

penyakjika ibu sedang mengalami infeksi alat genital (vaginitis

dan servisitis) radang panggul tidak diperbolehkan, menderita

infeksi alat genital, perdarahan vagina yang tidak diketahui

penyebabnya tidak boleh mengunakan metode KB AKDR,

untuk penyakit kardiovaskuler yaitu riwayat penyakit jantung,

stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg),

kelainan tromboemboli, kelaianan pembuluh darah yang

menyebabkan sakit kepala atau migrain tidak boleh mengunakan

KB suntikan progestin, untuk penyakit endokrin diabetes

mellitus disertai komplikasi tidak boleh menggunakan metode

suntikan progestin dan ganguan toleransi glukosa (DM)


135

(Prawirohardjo, 2014).

3) Riwayat menstruasi dimana riwayat menstruasi yang dikaji

adalah siklus, lama haid, banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan

waktu haid, dan amenore, pada kasus ini ibu yang mengalami

anemia karna haid berlebihan boleh menggunakan metode KB

PIL (Prawirohardjo, 2014).

4) Pola Fungsional Kesehatan

Pada pola personal hygiene diperlukan kebiasaan menjaga

kebersihan vagina yang lebih sering pada penggunaan AKDR

(Prawirohardjo, 2014). Untuk pola kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi obat tertentu (epilepsy dan tuberculosis) dapat

mempengaruhi penetapan pemilihan metode kontrasepsi), serta

pola seksualitas metode Kontrasepsi Kondom tidak melindungi

dari penyakit menularseksual (PMS)/HIV (Prawirohardjo,

2014).

5) Riwayat psikososiokultural spiritual dimana masih kuatnya

kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap

mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak

khawatir memiliki jumlah anak yang banyak (Prawirohardjo,

2014).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum meliputi metode kontrasepsi non hormonal


136

merupakan pilihan yang lebih baik (buku panduan praktis

pelayanan KB hal : MK-31), untuk tekanan darah tinggi selama

< 180/110 mmHg ibu boleh menggunakan KB PIL dan suntikan

progestin, untuk tekanan darah tinggi boleh menggunakan

metode KB AKDR, pada nadi jika didapatkan hasil > 100

x/menit dengan nyeri dada hebat, batuk, napas pendek

merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dimana

memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti serangan

jantung atau bekuan darah di dalam paru (Prawirohardjo, 2014).

2) Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan inspeksi dari

conjuntiva berwarna merah muda/pucat karena jika sklera

berwarna kuning menandakan kemungkinan indikasi adanya

penyakit hati pemilihan alat kontrasepsi non-hormonal lebih

diutamakan sedangkan pada ibu yang mengalami anemia karna

haid berlebihan boleh menggunakan metode kb pil, pada

payudara dimana penderita tumor jinak atau kanker payudara

boleh menggunakan metode AKDR, untuk abdomen jika

terdapat nyeri abdomen hebat menandakan penyakit kandung

empedu, bekuan darah, pankreatitis ( PIL KB), untuk genitalia

jika ditemukan perdarahan vagina yang tidak diketahui sampai

dapat dievaluasi tidak boleh mengunakan metode AKDR, untuk

ekstermitas didapatkan hasil simetris, tidak tampak varises, tidak

nyeri dan tidak tampak oedema karena pada penggunaan suntik


137

kombinasi, varises, rasa sakit dan kaki bengkak menandakan

indikasi risiko tinggi penggumpalan darah pada tungkai, jika

tampak adanya varises pada tungkai boleh menngunakan metode

AKDR dan bila ibu mengalami edema dan nyeri tungkai, dada

dan paha perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut untuk

menentukan penggunaan alat kontrasepsi AKBK

(Prawirohardjo, 2014).

3) Selanjutnya pemeriksaan palpasi yang meliputi pemeriksaan

payudara jika terabanya benjolan yang dapat menandakan

adanya kemungkinan akseptor menderita tumor jinak atau

kanker payudara boleh menggunakan metode AKDR.

4) Pemeriksaan penunjang meliputi pemksaan PP test untuk

memastikan ibu sedang hamil atau tidak.

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah calon akseptor alat kontrasepsi implan

Masalah : Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga

dan memanfaatkan reproduksinya yaitu menekan angka

kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga

jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan

untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas

generasi yang akan datang (Manuaba, 2012).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial


138

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual

yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat

yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan

ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

1) Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya.

2) Berikan KIE mengenai kontrasepsi!

Rasional : Banyak pasangan suami istri memilih memulai

hubungan seksual segera setelah lokhia ibu

menghilang.

3) KIE tentang jenis-jenis KB untuk menyusui

Rasional : Klien dapat mengetahui jenis-jenis KB yang tepat pada

masa menyusui

4) Bantu ibu memilih keputusan dalam penggunaan KB brsama suami

Rasional : Klien lebih tepat dan siap dalam memilih alat

kontrasepsi yang sesuai dengan klien dan suami.


139

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya (Varney,2011).

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney,2011).

Anda mungkin juga menyukai