Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Imanda

NIM : P07224218026

ISU ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Kasus Dugaan Malpraktek Kembali Terjadi.

PENGERTIAN :

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusiadalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah
(Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negative yang berhubungan dengan
hukum. Seseorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyaikekhususan. Sesuai dengan
peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawabmenolong persalinan. Dalam hal ini bidan
mempunyai hak untuk mengambil keputusansendiri yang harus mempunyai pengetahuan yang
memadai dan harus selalumemperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan
dengan ibu dan bayi.

Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosialmasyarakat


dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagaiakibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai.Arus kesejahteraan ini
tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanankebidanan. Dengan demikian
penyimpangan etik Mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam
praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja diRS, RB atau institusi Kesehatan lainnya,
mempertanggungjawabkan sendiri apa yangdilakukan. Dalam hal ini bidang yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebasMengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadapkemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

KASUS :

Robekan Pada Bagian Vagina Sampai Anus

Di Jember Jawa Timur, seorang ibu muda mengalami luka robek di bagian anusnya,
hingga tidak bisa buang air. Diduga korban yang kini harus buang air besar melalui organ
kewanitannya, disebabkan kelalaian bidan yang masih magang di puskesmas setempat
menangani persalinannya. Kini kasus dugaan malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan Kota
Jember. Kasus dugaan malpraktek ini dialami Ika Agustinawati, warga Desa Semboro Kidul,
Kecamatan Semboro, Jember.

Ibu muda berusia 22 tahun ini, menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani proses
persalinan anak pertamanya, Irza Praditya Akbar, yang kini berusia 1 bulan. Diduga karena
kecerobohan bidan yang masih magang saat menolong persalinannya di Puskesmas Tanggul, Ika
mengalami luka robek di bagian organ vital hingga ke bagian anus. Akibatnya, selain terus-
terusan mengalami kesakitan, sejak sebulan lalu korban terpaksa buang kotoran melalui alat
kelaminnya.

Saat menjalani proses persalinan 3 Februari lalu, korban dibantu oleh beberapa bidan
magang, atas pengawasan bidan puskesmas. Namun, salah seorang bidan magang diduga
melakukan kesalahan saat menggunting dinding kemaluan korban.

Terkait kasus ini pihak Puskesmas Tanggul saat ini belum memberikan keterangan resmi.
Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jember tengah menangani kasus ini. Jika terbukti terjadi
malpraktek, Dinas Kesehatan berjanji akan menjatuhkan sanksi terhadap petugas persalinan
tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku. (Tomy Iskandar/Sup)

SOLUSI :

Penanggung jawaban Bidan

Bidan dalam melaksanakan kewajiban pelayanan kesehatan harus berdasarkan pada


standar profesi. Jika dalam melaksanakan kewajibannya bidan melakukan kesalahan, maka ia
dapat dimintai pertanggungjawaban. Pasien sebagai pihak yang dirugikan dapat mengajukan
pertanggungjawaban bidan melalui gugat berdasarkan wanprestasi atau perbuatan melawan
hukum. Oleh karena itu, dalam melaksanakan profesinya, seorang bidan harus memenuhi
ketentuan standar profesi, standar prosedur operasional dan kode etik yang telah diatur. Dalam
tulisan ini akan dicoba untuk dikaji hal-hal yang berkaitan dengan profesi, malpraktik, dan
pertanggungjawaban dalam upaya penyembuhan.

Penanganan yang dilakukan Bidan

Apabila pasien memiliki robekan, episiotomi, atau bahkan keduanya, maka pasien akan
memerlukan beberapa jahitan. Pertama-tama obat bius akan diberikan disuntikkan pada area
yang robek supaya kebas.Jika Pasien memiliki robekan yang lebar, maka Anda mungkin akan
memerlukan blok pudenda, yakni injeksi berupa bius lokal yang disuntikkan ke dalam dinding
vagina. Suntikan tersebut akan mengenai saraf pudenda dan membuat kebas seluruh daerah
genital Anda. Nah, baru setelah itu bidan akan menjahit robekan pasien lapis demi lapis.
Idealnya, dalam persalinan normal, perineum atau jaringan otot di antara vagina dan anus
ibu, cukup lentur sehingga ketika dilewati kepala bayi, ia teregang maksimal namun tidak sampai
sobek.
Masalahnya, banyak ibu luput mempersiapkan perineum agar lentur dan luwes, sehingga
jaringan itu robek atau sengaja digunting untuk dilewati kepala atau pundak bayi yang meluncur
cepat di jalan lahir, disebut rupture perineum, dengan angka kejadian 85%. Perineum robek
kerap juga terjadi pada persalinan bayi besar, dan pada insiden ibu mengangkat bokong saat
mengejan untuk mengeluarkan bayi.

Tingkat keparahan robekan perineum terdiri dari :

1. Derajat 1 robek selaput vagina, dengan atau tanpa kena kulit perineum.

2. Derajat 2 robek selaput vagina dan otot perineum, tetapi tidak kena otot sphingter ani.
(otot melingkar di dekat kandung kemih yang menjaga agar urin tidak bocor).

3. Derajat 3 robek sampai otot sphingter ani.

4. Derajat 4 robek sampai otot sphingter ani dan kulit anus.

Kebanyakan bidan yang membantu persalinan akan menghindari terjadinya sobekan


perineum yang acak-acakan dengan melakukan tindakan proaktif menggunting perineum atau
episiotomi. Episiotomi juga dilakukan untuk mempercepat persalinan pada kasus gawat janin
(prematur, sungsang, janin besar), gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum
sebelumnya), serta sebagai tindakan operatif pada persalinan dengan alat vakum dan
forsep.Dijelujur dan Disimpul

Baik perineum robek spontan maupun akibat diepisiotomi, dapat dijahit dan dirapikan
kembali oleh bidan. Hecting atau penjahitan dilakukan pada Kala 4 persalinan atau sesudah
plasenta dilahirkan. Ketika itu biasanya ibu sedang asyik melakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) bersama bayi yang diletakkan di dada ibu, sehingga “lupa” di bawah sana dokter sibuk
“mengobras”. Ibu pun tidak merasakan sakit karena sebelum dijahit diberi injeksi anastesi.

Mirip menjahit kain, jahitan perineum pun ada jenisnya, misalnya jahitan interuptus
untuk membuat simpul, jahitan kontinyu (jelujur) dan jahitan subkutikular atau pada kulit.
Selain itu, jumlah jahitan bervariasi tergantung derajat robekan. Biasanya hal ini tidak
diterangkan oleh bidan secara detil kepada pasien. Jadi kalau ibu bertanya, “Berapa jahitan saya,
bidan?” Paling-paling dijawab “Sedikit” atau “Dua” - entah dua tusukan atau dua jahitan
jelujur (total 4 tusukan), tidak jelas, bukan? Pada kenyataannya, ”sedikit jahitan” menjadi istilah
bidan untuk menerangkan robekan yang terjadi hanya derajat 1, sedangkan “banyak jahitan”
berarti robek derajat 3 atau 4.Seharusnya, selesai menjahit, bidan menunjukkan hasilnya kepada
ibu dengan cara mengambil gambar perineum dengan kamera handphone ibu atau suaminya.
Dengan demikian ibu dapat melihat bahwa robekan itu telah diperbaiki, seberapa panjang bekas
jahitannya dan ke arah mana. Ini karena, setelah pulang ke rumah, kebanyakan ibu tidak berani
melihat sendiri perineum-nya. Apabila terjadi komplikasi, misalnya infeksi atau timbul keloid,
ibu jadi sulit memantau.

Anda mungkin juga menyukai