BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati
dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari
infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke
ginjal dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai
akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral.
Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh .
Abses kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber abses
ginjal. Infeksi saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih
neurogenik dan diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses
ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan abses
renal .
1. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah
bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang
menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang
terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa
ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
B. Etiologi
bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
C. Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal
utama infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal.
Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh
organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam
kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul
ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi
termasuk proses infeksi bawah akut dan kronis ginjal.
D. Manifestasi klinis
demam, menggigil.
nyeri di punggung sebelah bawah
Nyeri tekan
Nyeri perut
nyeri ketika berkemih,
air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
E.Pemeriksaan diagnostic
rontgen,
USG,
CT scan
MRI
F. Penatalaksanaan
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikeluarkan isinya.
Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk
mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur
Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
c. pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
– Gejala: kelemahan/malaise
– Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
– Tanda: pucat,edema
3. Eliminasi
– Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
– Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
– Gejala: penurunan BB , anoreksia, mual,muntah
– Tanda: penurunan haluaran urine
5. Pernafasan
– Gejala: nafas pendek
– Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
– Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
– Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
d. Pemeriksaan penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
-Leukosit +
-Eritrosit +
C. Intervensi
Dx 1
-Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
-Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
Dx 2
Dx 3
-Beri informasi yang sesuai tentang prosedur perawatan dari tindakan yang diberikan selama
dan sesudah sembuh.
-Rawat kebersihan kulit dan lakukan prosedur perawatan luka, infus, kateterisasi secara steril
Dx 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien abses renal.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.
1.3.2.2 Mengetahui definisi dari abses renal.
1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari abses renal.
1.3.2.4 Mengetahui patofisiologi dari abses renal.
1.3.2.5 Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.
1.3.2.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.
1.3.2.7 Mengetahui penetalaksanaan medis dari gagal ginjal kronik.
1.3.2.8 Mengetahui komplikasi dari abses renal.
1.3.2.9 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.
BAB II
PEMBAHASAN
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah
kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn
kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam
rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar),
tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra
pada laki – laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan
uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
1.2 Definisi
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2
macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut
karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus
yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari
kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E.
Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari
pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang
terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal adalah
abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3). Abses
perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan abses
pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga pararenal atau
(2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke rongga pararenal.
(Basuki P. Purnomo, 2011)
1.4 Etiologi
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
1.7 Penatalaksanaan
Jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas
dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi terbuka
ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai pemeriksaan untuk
mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.
Pengertian
Abses (latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri
atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum
suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah (Siregar, 2004).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik,
bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik (Morison,
2003). Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah;
rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang
kecil. (Underwood, 2000)
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati
dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri,
jaringan nekrotik dan sel darah putih). Abses adalah kumpulan nanah (netrofil yang telah
mati yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi). Proses ini
merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi
kebagian lain dari tubuh (Smelltzer dan Bare, 2001).
Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah
bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang
menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah. Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh
bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat
suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2
macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau
disebut karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi
kumanStafilokokus aureus yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem
saluran kemih (antara lain dari kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi
secara asending oleh bakteri E. Coli, Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini
seringkali merupakan penyulit dari pielonefritis akut (Purnomo, 2011).
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang
terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal
adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior. Abses perirenal
dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan abses
pararenal dapat terjadi karena: (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga pararenal
atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke rongga
pararenal (Purnomo, 2011).
Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara, yaitu: (Purnomo, 2011).
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Sedangkan peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat adalah sebagai berikut:
Fatofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal.
Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh
organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam
kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul
ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi
termasuk proses infeksi bawah akut dan kronis ginjal.
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal.
Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh
organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam
kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul
ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi
termasuk proses infeksi bawah akut dan kronis ginjal (Smeltzer & Bare, 2001).
Menifestasi Klinis
1. Nyeri pinggang
2. Demam disertai menggigil
3. Teraba massa sipinggang (pada abses peri atau pararenal)
4. Keluhan miksi jika fokus infeksinya berasaal dari saluran kemih, anoreksia, malas dan
lemah.
Gejala ini sering di diagnosis banding dengan pielonefritis akut. Nyeri dapat dirasakan pula di
daerah (1) Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke subprenik dan Intrathorakal
(2) Inguinal (3) abdominal akibat pada peritoneum posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi
pada sendi panggul adalah tanda dari penjalaran infeksi ke otot psoas.
Pemeriksaan Diagnostic
Penatalaksanaan
1. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikeluarkan isinya.
2. Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk
mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
3. Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur
4. Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur
Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Nama
3. Jenis kelamin
4. Usia
5. Alamat
6. Agama, dan lain- lain
7. Riwayat Kesehatan
8. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi
saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada
pinggang atau kostovertebra.
Mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada
daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah
menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi
meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan/malaise
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus otot
1. Sirkulasi
1. Eliminasi
1. Makanan/cairan
1. Pernafasan
Gejala: Nafas pendek
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
1. Nyeri/kenyamanan
4. Pemeriksaan penunjang
Leukosit +
Eritrosit +
Urinalisis (Urine meningkat)
Darah + Dalam urin
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksi otot efek sekunder,
adanyaabses renal.
2. Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
4. Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
Intervensi
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder
adanya abses renal
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Beri posisi yang nyaman pada 1. Posisi yang nyaman akan mengurangi
pasien rasa nyeri pasien sehinggga pasien dapat
beristirahat
2. Lingkungan yang tenang akan
2. Beri lingkungan yang nyaman menurunkan stimulus nyeri ekternal dan
dan tenang pada pasien menganjurkan pasien untuk beristirahat
3. Istirahatkan pasien
Observasi :
Kolaborasi :
pasien
Observasi:
2. Memantau keadaan pasien
1. Kaji nyeri menggunakan
PQRST
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam, suhu tubuh pasien menurun/
kembali normal
K.H:
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri :
HE :
Kolaborasi :
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
K.H:
HE : HE :
2. Anjurkan pasien untuk menelan 2. Mencegah kelelahan pasien saat
secara berurutan makan
Kolaborasi : Kolaborasi :
Observasi : Observasi :
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi 1. Mengetahui Fungsi system
perubahan di dalam lambung seperti gastrointestinal penting untuk pemasukan
mual, muntah. Observasi perubahan makanan
pergerakan usus, misalnya : diare,
konstipasi
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam, terjadi peningkatan perilaku dalam
perawatan diri
K.H :
Intervensi Rasional
Mandiri :
Mandiri:
1. Beri lingkungan yang tenang
1. Lingkungan yang tenang
membantu pasien untuk beristirahat
HE :
Kolaborasi :
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H:
Intervensi Rasional
Mandiri :
Mandiri :
1. Mengurangi rangsangan eksternal yang
1. Beri lingkungan yang tenang dan tidak perlu
suasana penuh istirahat
2. Dapat menghilangkan ketegangan
2. Beri kesempatan kepada pasien terhadap kekawatiran yang tidak
untuk mnegungkapkan perasaannya diekspresikan
HE:
Kolaborasi :
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Charles. JP. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I. Penerbit
EGC. Jakarta.
Smeltzer, SC dan Bare, BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Underwood, J.C.E. (2000). Patologi Umum dan Sistemik. Vol. 2. EGC. Jakarta.