Dokumen - Tips Contoh Ebp
Dokumen - Tips Contoh Ebp
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS),
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil
sensus BPS pada tahun 1970 jumlah penduduk lanjut usia (lansia) berjumlah sekitar 5,31
juta orang atau 4,48% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah tersebut
meningkat hampir dua kali lipat yaitu menjadi 9,9 juta jiwa. Pada tahun 2020 jumlah
lansia diperkirakan meningkat sekitar tiga kali lipat dari jumlah lansia pada tahun 1990.
Lansia menurut kriteria BPS adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Departemen Sosial mendefinisikan lanjut usia sebagai seseorang baik laki-laki maupun
wanita yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas. Sedangkan UU nomor 23 tahun 1992
pasal 19, lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial.
Menurut The National Center for Health Statistic menyebutkan bahwa 50 juta
orang di Amerika Serikat menderita penyakit jantung. Sementara di Indonesia 7,2 juta
orang meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner dan lebih dari 3 juta menderita
penyakit jantung lainnya. (WHO, 2000)
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang aktivitas dan olah raga pada lansia.
Sebagai tambahan materi tentang intervensi aktivitas dan olah raga pada lansia.
Sebagai referensi informasi dalam penanganan aktivitas dan olah raga yang
sesuai untuk lansia.
Sebagai dasar dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik di pelayanan
kesehatan.
Mengetahui cara pencegahan penyakit jantung dengan aktivitas dan olah raga.
Latar belakang pemilihan topik aktivitas dan olah raga pada lansia.
Hasil analisis
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan media elektronik dan studi
pustaka atau studi literatur untuk memperoleh informasi dan analisis mengenai gambaran
dan intervensi aktivitas dan olah raga pada lansia.
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
BAB II Protokol
Daftar Pustaka
BAB II
PROTOKOL
Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat
dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia
yang optimal (optimum Aging). Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi
fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga
memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna,
membahagiakan, berguna dan berkualitas.
Aktivitas fisik misalnya olah raga yang dilakukan secara rutin dan teratur
akan sangat membantu kebugaran dan menjaga kemampuan psikomotorik lansia.
Aktivitas-aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, mengajar, akan sangat
bermanfaat bagi lansia untuk mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak
yang sering dilatih dan dirangsang maka akan semakin berfungsi baik, berbeda
jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat lansia
mengalami masa dimensi dini (Departemen Sosial, 2008)
2.2 Topik
2.3 Tujuan
www.live.unpad.co.id
www.google.com
www.scholar.google.com
Studi literatur
Jalan kaki
Jantung
Lanjut usia
BAB III
HASIL
Artikel 1
3. Latihan dan olahraga pada usia lanjut harus disesuaikan secara individual, dan
sesuai tujuan individu tersebut. Perhatian khusus harus diberikan pada jenis
dan intensitas latihan, antara lain jenis aerobik, kekuatan, fleksibilitas, serta
kondisi peserta saat latihan diberikan.
Artikel 2
Jalan kaki
Bersepeda
Berenang
Olah raga dilakukan beberapa hari dalam seminggu, sekitar 60 menit setiap
harinya. Untuk tiap-tiap olah raga tersebut intensitasnya meningkat secara bertahap.
Masalah transportasi
Masalah biaya
Kurangnya pengetahuan
Takut cedera
Artikel 3
Berjalan cepat setengah jam dalam sehari dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler pada lansia sekitar 40%. Olah raga yang teratur berhubungan dengan
resiko stroke non hemoraghik yang lebih rendah.
Berjalan rata-rata 2 jam tap minggunya dapa mengurangi resiko stroke sebesar
25%, dan dalam jumlah yang lebih lama berhubungan dengan pengurangan resiko yang
lebih tinggi.
Pada lansia olah raga aerobik dan kekuatan fisik lebih menurunkan resiko terjatuh
dan resiko cedera panggul atau lainnya serta meningkatkan fungsi fisik dan kelemahan
yang berkepanjangan. Dengan meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi kelemahan
bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk betahan terhadap penyakit.
Olah raga dapat meningkatkan fungsi endotel sehingga pengeluaran nitrit oksid
meningkat. Nitrit oksid berperan mengurangi kejadian aterosklerosis dan penyakit
jantung koroner aku dengan mekanisme penekanan proliferasi otot jantung, menghambat
agregasi platelet dan penempelan leukosit.
Artikel 4
GAYA HIDUP WARGA USIA PERTENGAHAN DAN USIA LANJUT SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN
Oleh: Prof. Hung Zhao Guang
Tiga buah setengah jam adalah : Setiap bangun tidur, berolah raga selama
setengah jam ; baik itu Tai Chi ; lari-lari pagi dengan jarak tidak kurang dari 3 Km atau
olahraga-olahraga lain yang cocok. Kemudian, tengah hari tidur siang setengah jam. Hal
ini diperlukan oleh jam biologis manusia, dengan tidur siang setengah jam maka bekerja
di siang dan sore akan penuh semangat, terutama pada manula, lebih-lebih memerlukan
tidur siang, sebab manula biasa tidur tidak terlampau malam dan bangun di pagi sekali,
jadi memerlukan sedikit istirahat di tengah hari. Yang ketiga adalah sore hari setelah
makan malam, berjalanlah pelan-pelan (slow walk) selama setengah jam, dengan
demikian para manula akan dapat tidur dengan nyenyak, dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya Myocardial Necrosis dan tensi tinggi.
Olahraga jalan adalah olahraga terbaik di dunia. Lebih baik ketimbang golf,
bowling, renang. Sebab umat manusia dalam evolusinya yang berjalan jutaan tahun, dari
kera sampai menjadi manusia, seluruh struktur tubuhnya adalah didesain untuk keperluan
jalan kaki. Jadi jalan kaki adalah olahraga terbaik di dunia. Melalui olahraga jalan kaki,
efeknya sangat baik terhadap tekanan darah, kolesterol dan berat badan. Olahraga jalan
bagi warga usia lanjut memang sangat bagus dan paling cocok.
Olahraga jalan yang terbaik adalah dapat dinyatakan dengan 3 kata, yaitu : Tiga ;
Lima dan Tujuh. Tiga adalah porsi jalan yang terbaik adalah 3 (tiga) kilometer, atau
berjalan 30 menit ke atas. Lima adalah setiap minggu tidak kurang dari 5 (lima) kali.
Sedangkan tujuh adalah takaran yang pas bagi olahraga jalan. Olahraga yang berlebihan
berbahaya bagi kita takaran yang pas adalah berolahragalah sampai usia seseorang
ditambah dengan denyut jantung orang tersebut sama dengan 170.
Misalnya anda berusia 50 tahun, berolahraga sampai dengan denyut jantung anda
mencapai 120, denyut jantung ditambah dengan usia menjadi 170. Inilah takaran yang
pas. Lantas kalau kondisi tubuh sangat fit, maka takaran yang pas dapat bertambah
sedikit, kalau kondisi tubuh kurang sehat, takaran dapat berkurang sedikit.
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL
Pada bab ini akan dibahas perbandingan dari setiap artikel yang didapat
mengenai definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan olah raga: jalan
kaki serta manfaat jalan kaki pada lansia. Kemudian melihat relevansi hasil dari
setiap penelitian dengan praktik keperawatan gerontik di Indonesia.
Jalan kaki adalah olah raga yang murah, aman dan sangat menyenangkan
bila dilakukan bersama-sama teman, pasangan atau keluarga. Pada
dasarnya, aktivitas fisik yang dilakukan secara kontinyu dan dalam waktu
yang panjang dapat melatih kesegaran jasmani seseorang, termasuk
berjalan kaki. Selain melatih kesegaran jasmani, oksigen yang dihirup dan
diedarkan akan melancarkan sirkulasi darah. Efeknya, kondisi tubuh tak
cepat lelah dan lebih cepat mengembalikan tubuh pada kondisi normal,
serta mengurangi stres atau depresi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas dan olah raga: jalan kaki.
3. Masalah transportasi
4. Masalah biaya
5. Kurangnya pengetahuan
6. Takut cidera
1. Serangan Jantung.
Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari
pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi
normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung
membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung.
Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot
jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.
Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons
penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki
tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat
meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung
menjadi tinggal separuhnya.
2. Stroke.
6. Mencegah osteoporosis.
Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot
badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk
metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh
paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin
D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis.
Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling
kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman
osteoporosis.
Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup
mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa
terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.
8. Depresi.
9. Kanker
Dapat dicegah bila kita rajin berjalan kaki, setidaknya jenis kanker
usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut
melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib.
Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di
saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki
terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.
(Kompas, 2008)
Relevansi Hasil yang Ditemukan dengan Praktik Keperawatan Gerontik di
Indonesia.
Dari analisis artikel penelitian di dalam dan luar negeri, relevansi untuk
aktivitas dan olah raga: jalan kaki dengan praktik Keperawatan Gerontik di
Indonesia terlihat dalam buku pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1998.
BAB V
Jumlah penduduk lanjut usia (usia 60 tahun keatas) di Indonesia terus menerus
meningkat. Pada tahun 1970 jumlah penduduk yang mencapai umur 60 tahun ke atas
(lansia) berjumlah sekitar 5,31 juta orang atau 4,48% dari total penduduk Indonesia.
Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 19, Lanjut Usia adalah seseorang
yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial
Masa lansia adalah sebuah kenyataan yang perlu diterima dengan ikhlas dan apa
adanya, tidak menyalahkan masa lalu apalagi ingin kembali pada masa lalu atau dengan
kata lain terlalu membanding-bandingkan antara kondisi dimasa muda dengan masa
sekarang. Seperti ungkapan bijak mengatakan bahwa masalalu tidak mungkin dirubah
masa depan belum tentu datang yang bisa dirubah adalah apa yang dialami sekarang,
tentunya adalah lebih kepada pemahaman dan pemaknaan setiap peristiwa hidup dengan
melihatnya secara lebih positif dan bijaksana.
Selanjutnya, masa lansia tetap produktif dengan mengisi berbagai kegiatan yang
positif seperti olah raga, baca buku, bersosialisasi, aktif dalam kegiatan keagamaan dan
menjaga pola hidup yang sehat seperti tidak merokok, menghindari makanan yang
berlemak dan kolesterol tinggi. Produktivitas akan meningkatkan rasa harga diri dan
kebermaknaan hidup lansia, dengan melakukan pekerjaan baru atau memberikan
perhatian pada hal-hal tertentu dan memberikan manfaat pada orang lain dan lingkungan
tentunya memberikan nilai plus tersendiri.
4.2 Saran
Pengembangan terhadap olah raga yang sesuai, seperti jalan kaki, bersepeda.
Menciptakan komunitas lokal yang memiliki persamaan aktivitas dan olah raga
yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Guang, Hung Zhao. 2002. Gaya Hidup Warga Usia Pertengahan dan Usia
http://nasional.kompas.com/read/xml/2008/12/11/09210661/jalan.kaki.jinakkan.9.
penyakit (Diakses 25 April 2009)