Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM

Dosen Pembimbing : Ns. Yanerith Purba, S.Kep,M.Kep

Disusun Oleh :

Yosua A Paraso (1814201268)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kejang demam atau febrile convulsion merupakan jenis gangguan syaraf paling
umum yang sering dijumpai pada anak-anak dan penyakit ini biasanya terjadi pada
usia 3 bulan sampai 5 tahun karena pada usia ini otak anak sangat rentan terhadap
peningkatan mendadak suhu badan dan memiliki insiden puncak penyakit pada usia
18 bulan serta dikatakan hilang apabila anak berusia 6 tahun. International League
Against Epilepsy (ILAE) mengatakan bahwa kejang demam dapat terjadi pada anak
yang mengalami bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh rektal diatas
38°C dan penyakit ini tidak disebabkan oleh infeksi sistem syaraf pusat tanpa
memiliki kejang neonatus sebelumya dan tidak memenuhi kriteria kejang gejala akut
lainnya. Kejang demam dapat berupa kejang tonik atau tonik/klonik dan seringkali
bermula fokal kemudian menjadi kejang umum serta kejang demam ini banyak
dijumpai pada anak laki-laki dari pada anak perempuan
BAB II KAJIAN TEORI

A. PENGERTAN

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3%
dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam

B. PENYEBAB

1. Infeksi

2. Dampak Imunisasi

3. Faktor Genetik

4. Riwayat Kejang Demam

C. JENIS-JENIS KEJANG DEMAM

a. Kejang demam sederhana

b. kejang demam kompleks

Jenis Kejang Demam :

1. Kejang Focal Seizure

2. Simple Focal Seizure

3. Complex Focal Seizure

4. Secondary Generalized Seizure

5. Tonic-Clonik Seizure

6. Clonic Seizure
7. Tonic Seizure

8. Atonic Seizure

9. Myoclonic Seizure

10. Absence Seizure

C. PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan


kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan
listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya
ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian
kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah,
sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang
tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).

D. PENANGANAN KEJANG DEMAM

Penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak.

Pertama : membebaskan jalan napas

Bisa dilakukan dengan melonggarkan pakain

Kedua : memasang oksigen

Dengan konsentrasi kira-kira 20-50 % akan membantu


mendukung metabolism di otak yang meningkat.

Ketiga : menghentikan episode kejang


Untuk menghentikan episode kejang demam, lita dapat
memberikan Diazepam pada anak

Dalam satu kali pemberian (single dose) diazepam suppositoria


kira-kira mengandung150-336 ng/ml diazepam.

Selanjutnya setelah kegawatdaruratan berhasil diatasi, langka selanjutnya adalah:

Manajemen Lanjutan : untuk mengidentifikasi penyebab demam, mencegah


kejang

ulangan dan mengelola factor penyulit ( kadar elektrolit,


gula darah dan infeksi )

1. Seizure management

 Baringkan ditempat yang rata


 Bimbing pergerakan untuk mencegah injury
 Pertahankan jalan nafas: miringkan kepala
 Pasang sudip lidah/ tong spatel yang telah
dibungkus dengan kasa diantara gigi untuk
mencegah lidah tergigit
 Buka pakaian yang ketat
 Singkirkan benda-benda yang ada disekitar
pasien g) Temani klien saat kejang
 Hindari penggunaann restrain
 Monitor vital sign

1. Airway management

 Buka jalan nafas: miringkan kepala


 Monitor respirasi dan status oksigenasi
 Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
 Auskultasi suara paru
 Pasang endotrackeal sesuai kebutuhan
 Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
bila kondisi memungkinkan
2. Aiway suction

 Tentukan kebutuhan untuk suction


 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suction
 Monitor status oksigenasi klien
 Lakukan suction secara hati-hati dan lembut
bila perlu

Selain langka-langkah di atas kita juga dapat melakukan beberapa hal berikut :

1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan status
convulsifus, obat pilihan utama adalah diazepam.
2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan
perlunya
pengobatan penunjang;
 Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen; bila perlu
 dilakukan intubasi atau trakeostomi
 Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
 Diberikan oksigen
 Semua pakaian ketat dibuka
 Awasi secara ketat kesadaran
 Kompres hangat

Anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi kejang demam, sebaiknya
dilakukan:

 Buka pakaian samapai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia memperoleh
banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan
 Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh
tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kea rah tubuhnya. Jangan
biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin
 Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery position /
gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar kepalanya tetap
menengadah kebelakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis dan
tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali
BAB III PEMBAHASAN

Kejang demam merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada
masa anak-anak, terutama pada usia 6 bulan sampai 5 tahun (Wong, 2009). Kejang demam
adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C).
terjadi apabila demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti
tonsilitis, otitis media akut dan brokitis. Selain demam yang tinggi, kejang juga bisa terjadi
akibat penyakit radang selaput otak, tumor, trauma atau benjolan dikepala serta gangguan
elektrolit dalam tubuh
Kejang demam merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan pertama,
diikuti kondisi kegawatdaruratan lain yang terjadi pada anak adalah sesak nafas, kenaikan
suhu yang terus menerus, dan cedera fisik. Kebanyakan ibu tidak menyadari akan bahaya
yang ditimbulkan dari kejang demam. Setiap kejang yang lama (lebih dari 5 menit)
berdampak membahayakan karena dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak akibat
kekurangan oksigen, semakin lama dan semakin sering kejang maka sel-sel otak yang rusak
akan semakin banyak
Kejang demam juga bisa meningkatkan resiko terjadinya epilepsi sebesar 57% jika terjadi
berulang dan berkepanjangan. Keterlambatan dan kesalahan dalam penanganan pertama
kejang demam juga dapat meningkatkan gejala sisa pada anak dan bisa menyebabkan
kematian.
Kejang demam hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang tua khususnya ibu. Seorang
ibu akan merasa khawatir dan panik jika melihat anaknya mendadak mengalami kejang
demam. Seringkali ibu tidak tahu harus berbuat apa saat anak mengalami kejang demam.
Oleh karena itu, kejang demam yang terjadi pada anak akan berdampak pada psikologis
orang tua terutama ibu, dimana kebanyakan ibu mengalami ansietas (kecemasan berlebihan),
depresi, merasa bersalah, ketakutan akan berulangnya kejang
Dampak yang ditimbulkan kejang demam cukup berbahaya bagi anak, sehingga perlunya
dilakukan penanganan pertama kejang demam. Penanganan pertama kejang demam pada
anak sangat tergantung pada peran orang tua, terutama pada ibu. Penanganan pertama kejang
demam yang dilakukan ibu diharapkan dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan pada
anak.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. kejang demam adalah bangkitan kejang


yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.
2. Dalam penanganan kejang demam dibutuhkan tindakan yang cepat dan tepat terhadap
pasien, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan
3. Dalam hal ini peraway harus lebih lagi melakukan sosialisasi terhadap ibu atau
keluarga agar mereka dapat mengerti situasi pencetus kejang demam dan dapat
sesegera mungkin melakukan pertolongan pertama terhadap anak kejang demam
dengan metode yang telah di ajarkan
4. Tatalaksana keperawatan gawat darurat yang dapat dilakukan untuk penanganan
kejang demam harus d lakukan sesegera mungkn untuk menghndar dar resko yang
tdak d ngnkan.

B. SARAN

1. Ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi atau data dasar untuk
penelitian lanjutan tentang penanganan pertama kejang demam yang dilakukan
ibu pada balita.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat terutama


ibu agar meningkatkan pengetahuan tentang penanganan pertama
DAFTAR PUSTAKA

Halodoc (KEJANG DEMAM ANAK) 2019

Pusat Data & Informasi PERSI.Co. Id/2018/ Bagaimana Menolong Anak Kejang

Greene, et all, 2015, Pertolongan pertma untuk anak, alih bahasa susi purwoko

© 2021 Demampanas.com (PENGETAHUAN KEJANG DEMAM )

http://eprints.umm.ac.id/ 2020

© 2021 klikdokter.com KLY KapanLagi Youniverse All Rights Reserved


WWW.PERAWATKITASATU.COM/2018 /ASUHAN-KEPERAWATAN-KEJANG-
DEMAM-ANAK
Arifuddin, A. (2016). Analisis faktor risiko kejadian kejang demam di ruang perawatan anak
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol, 2(2), 1-72. 2019 http://jurnal.untad.ac.id

Anda mungkin juga menyukai