Anda di halaman 1dari 8

Pembahasan

1.1 Deskripsi Bea Meterai


Undang-Undang tentang Bea Meterai diperbaharui dengan Undang-Undang
Nomor 10 tahun 2020 tentang Bea Meterai. UU 10 tahun 2020 tentang Bea Meterai
mencabut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai. UU 10 tahun
2020 tentang Bea Meterai memiliki pertimbangan untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yaitu perkembangan teknologi dan komunikasi serta
kelaziman internasional dalam kegiatan perekonomian, perlu dibuat ketentuan
perundang-undangan yang memberikan kemudahan dan ketertiban administratif
dalam pengelolaan dan pengawasan penerimaan perpajakan. Selain tentu saja agar
tata cara perpajakan dan pendapatan negara dalam hal Bea Meterai dapat lebih
optimal, transparan, paperless dan progresif.
Bea Meterai menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2020 tentang Bea
Meterai adalah pajak atas Dokumen. Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau
tulisan, dalam bentuk tulisan tangan, cetakan, atau elektronik, yang dapat dipakai
sebagai alat bukti atau keterangan (kertas dan bukan kertas). Meterai adalah label
atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau bentuk lainnya yang memiliki ciri
dan mengandung unsur pengaman yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia, yang digunakan untuk membayar pajak atas Dokumen. Dasar hukum
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2020 tentang Bea Meterai, adalah Pasal 5 ayat (1),
Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam pasal 1 UU No. 10 Tahun 2020 dimaksud dengan:
a. Bea Meterai adalah pajak atas Dokumen.
b. Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan tangan,
cetakan, atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau keterangan.
c. Tanda Tangan adalah tanda sebagai lambang nama sebagaimana lazimnya
dipergunakan, termasuk paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf,
teraan atau cap nama, atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan, atau
tanda tangan elektronik sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang
informasi dan transaksi elektronik.
d. Meterai adalah label atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau bentuk
lainnya yang memiliki ciri dan mengandung unsur pengaman yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang digunakan untuk membayar pajak
atas Dokumen.
e. Pihak Yang Terutang adalah pihak yang dikenai Bea Meterai dan wajib
membayar Bea Meterai yang terutang.
f. Pemeteraian Kemudian adalah pemeteraian yang memerlukan pengesahan dari
pejabat yang ditetapkan oleh Menteri.
g. Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan, baik yang berbentuk
badan hukum maupun tidak berbadan hukum.
h. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan.

1.2 Prinsip Umum Pengenaan Bea Meterai


Berdasarkan Pasal 2 UU No. 13 Tahun 1985 pengenaan bea meterai atas dokumen
yang berbentuk:
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata;
b. akta-akta notaris termasuk salinannya;
c. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap -
rangkapnya;
d. surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) :
1) yang menyebutkan penerimaan uang;
2) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening di bank;
3) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;
4) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya
telah dilunasi atau diperhitungan;
e. surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang harga nominalnya
lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah);
f. efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya
lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
(2) Terhadap dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar
Rp 1.000,- (seribu rupiah).

(3) Dikenakan pula Bea Meterai sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah) atas
dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan :

a. surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;

b.surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya,


jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari
maksud semula;

(4) Terhadap dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, huruf e,
dan huruf f, yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 100.000,- (seratus
ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dikenakan
Bea Meterai dengan tarif Rp 500,- (lima ratus rupiah), dan apabila harga
nominalnya tidak lebih dari Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) tidak terhutang
Bea Meterai.

1.3 Objek – objek Bea Meterai


Berdasarkan Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020 Objek Bea Meterai, yaitu:
1. Bea Meterai dikenakan atas:
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu
kejadian yang bersifat perdata; dan
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

2. Dokumen yang bersifat perdata sebgaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya
yang sejenis, beserta rangkapnya;
b. akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;
c. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
d. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apapun;
f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah
lelang, salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang;
g. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang:
h. Berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah
dilunasi atau diperhitungkan; dan
i. Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bukan Objek Bea Meterai

Dokumen yang bukan merupakan Objek Bea Meterai antara lain diatur pada Pasal 7 UU
No 10 tahun 2020, yaitu dokumen berupa:

a. Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:


1. surat penyimpanan barang;
2. konosemen;
3. surat angkutan penumpang dan barang;
4. bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
5. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; dan
6. surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana dimaksud
pada angka 1 sampai dengan angka 5;

b. Segala bentuk ijazah


c. tanda terima pembayaran gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran dimaksud
d. tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
e. itansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu yang berasal dari kas negara, kas pemerintahan daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan;
f. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
g. Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga, pembayaran
uang simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi, dan badan lainnya yang
menyelenggarakan penyimpanan uang, atau pengeluaran surat berharga oleh
kustodian kepada nasabah;
h. surat gadai;
i. tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat berharga,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun; dan
j. Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
pelaksanaan kebijakan moneter.

1.4 Tarif Bea Meterai


Berdasarkan pasal 5 UU No 10 Tahun 2020 tarif Bea Meterai yaitu dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai dengan tarif tetap sebesar
Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
1.5 Saat Terutangnya Bea Meterai
Bea Meterai terutang berdasarkan pasal 8 UU No. 10 Tahun 2020, yaitu:
a. Dokumen dibubuhi tanda tangan, untuk:
 surat perjanjian beserta rangkapnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf a;
 akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b; dan
 akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c.
b. Dokumen selesai dibuat, untuk:
 surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d; dan
 Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi
kontrak berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e.
c. Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa dokumen tersebut dibuat,
untuk:
 surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis,
beserta rangkapnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf a;
 Dokumen lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf
f; dan
 Dokumen yang menyatakan jumlah uang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g.
d. Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk Dokumen yang digunakan sebagai
alat bukti di pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf
b.
e. Dokumen digunakan di Indonesia, untuk Dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) yang dibuat di luar negeri.
f. Menteri dapat menentukan saat lain terutangnya Bea Meterai.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan saat lain terutangnya Bea
Meterai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri.

1.6 Pelunasan dan Penggunaan Bea Meterai


Tata cara pelunasan dan pengunaan bea materai adalah sebagai berikut:
- Meterai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas
dokumen yang dikenakan bea meterai.
- Meterai tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan
- Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan
tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga sebagian
tanda tangan ada di atas kertas dan sebagian lagi di atas meterai tempel
- Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan
sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian di atas kertas.
1.7 Pemeteraian Kemudian
Pemeteraian Kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang Dokumen yang Bea Meterainya belum
dilunasi sebagaimana mestinya. Pemeteraian Kemudian dilakukan atas:
1. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;
2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya; dan/atau
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

Pemeteraian Kemudian dilakukan oleh pemegang Dokumen. Pemegang Dokumen


sebagaimana dimaksud adalah:

1. pihak yang akan menggunakan dokumen sebagai alat pembuktian di muka


pengadilan,
2. Pemilik Dokumen,
3. pihak yang akan menggunakan Dokumen di Indonesia,

Pemeteraian Kemudian harus disahkan oleh Pejabat Pos. Pengesahan oleh Pejabat
Pos dilakukan setelah pemegang Dokumen melunasi Bea Meterai dengan menggunakan
meterai tempel atau Surat Setoran Pajak (SSP). Pelunasan Bea Meterai dengan
Pemeteraian Kemudian dilakukan dengan menggunakan meterai tempel atau Surat
Setoran Pajak (SSP), sedangkan pelunasan denda administrasi dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bea Meterai yang harus dilunasi sebagaimana
dimaksud adalah sebesar:

a. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian dilakukan, atas
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a;
b. Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian dilakukan
ditambah denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai
yang tidak atau kurang dibayar, atas Dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b;
c. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian dilakukan, untuk
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c jika Pemeteraian
Kemudian dilakukan sebelum Dokumen digunakan di Indonesia;
d. Bea Meterai yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian dilakukan ditambah
denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai yang tidak
dibayar, atas Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c jika
Pemeteraian Kemudian dilakukan setelah Dokumen digunakan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai