Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA

SISTITIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ” Dokumentasi Kebidanan ”

Dosen Pembimbing :
Dwi Estuning Rahayu S.Pd, S.Kep.Ns

Disusun oleh :

Riza Novia Andriyani ( 0802200031 )

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI
2009
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA SISTITIS

A. Definisi
1. Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran
kemih
(Sarwono Prawirohardjo, 2005:510)
2. Sistitis adalah suatu peradangan kandung kemih yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri
(Helen Varney, 2007:621)
3. Sistitis adalah infeksi kandung kemih yang menyebabkan rasa panas saat buang air
kecil
(http://www.clubnutricia.co.id/pregnancy/common-health-worries/article/cytitis/2009)
4. Sistitis pengertian peradangan pada vesika urinaria, peradangan ini sering ditemui

B. Etiologi
Beberapa penyebab sistitis diantaranya adalah :
1. Aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (Refluks Uretrovesikal)
2. Adanya kontaminasi fekal pada meatus uretra
3. Pemakaian kateter atau sistoskop
4. Mikroorganisme : E.coli, Enterococci, Proteus, Staphyloccus aureus
5. Bahan kimia : Detergen yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam handuk,
deodorant yang disemprotkan pada vulva, obat-obatan (misalnya : siklofosfamid
yang dimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli)
6. Infeksi ginjal
7. Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa
8. Infeksi usus
9. Infeksi kronis dari traktus bagian atas
10. Adanya sisa urine
11. Stenosis dari traktus bagian bawah
(http://zaa23.wordpress.com/2009/10/08/sistitis/)
C. Klasifikasi
1. Sistitis Kolli / Trigonii
Pada sekitar muara ureter kanan dan kiri sering ditemukan radang selaput
kandung kencing. Pada wanita yang telah lanjut umurnya Sistitis Kolli itu sering
menahun, disebut sebagai sistitis vebularum.
2. Sistitis Pasca Operasi
Hal ini disebabkan tindakan pada operasi dengan melepaskan hubungan kandung
kencing dari dasarnya, lebih-lebih bila dilakukan terlalu kasar. Sehingga
menyebabkan vesika urinaria tidak dapat mengosongkan isinya sama sekali.
Timbulnya adanya Rest Urine volume cairan tertinggal di kandung kemih segera
sesudah selesai berkemih. Di dalam Rest mudah berkembangbiak kuman-kuman yang
dapat masuk melalui spingter vesika yang kendor / pula dengan diadakannya
kateterisasi. Maka sebagian pencegahan agar tidak timbul sistitis pascaoperasi
hendaknya diusahakan agar vesika tetap kosong dengan memasang kateter pra operasi
dan pasca operasi.
3. Sisititis Tuberkulosa
Pada umumnya penyakit terjadi setelah secara hematogen timbul tuberculosis
ginjal, dan kemudian menurun dengan urin yang mengandung hasil tuberculosis dan
mengadakan infeksi di vesika urinaria.
4. Sisititis dapat disebabkan oleh pecahnya kantong berisi pus ke kandung kemih.
Biasanya dalam hal ini suhu penderita menurun disertai dengan piuria. Kantong
berisi pus berasal dari abses ovarium, graviditas ektopika dalam keadaan infeksi dan
sebagainya.
(Sarwono, Ilmu Kandungan, 2005:457-458)

D. Faktor Predisposisi
- Uretra wanita yang pendek
- Sistokel
- Adanya air kemih yang tertinggal
- Penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam
pemeriksaan ginekologik / persalinan
(Sarwono, Ilmu Kebidanan, 2005:511)
E. Tanda dan Gejala
a. Sistitis ditandai dengan
- Disuria
- Urgensi
- Frekuensi
(Obstetri Williams, 2006:1402)
b. Tanda dan Gejala Sistitis adalah
- Keinginan berkemih yang tak tertahankan
- Sering berkemih
- Disuria
- Nokturia
- Nyeri pada abdomen bawah (Suprapubik)
- Hematuria (kemungkinan)
(Helen Varney, 2007:621)
c. Tanda dan gejala lain yang sering dijumpai
- Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit
- Air kemih berwarna lebih gelap
- Secara mikroskopik tampak peningkatan jumlah leukosit, bakteri pada spesimen
urin
(Sarwono, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
2006:244)
d. Gejala-gejala sistitis khas sekali
- Kencing sakit (disuria) terutama pada akhir kencing
- Meningkatnya frekuensi berkemih
- Kadang-kadang disertai nyeri pada bagian atas simfisis
- Perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan
- Air kemih kadang-kadang terasa panas
- Suhu badan mungkin normal / meningkat
(Sarwo, Ilmu Kebidanan, 2005:511)

F. Patofisiologi
a. Perubahan anatomis dan fisiologis pada kehamilan meningkatkan risiko ISK
(Linda V Walsh, 2008:423)
b. Bakteri kandung kemih kemudian mungkin naik ke ginjal, karena aliran urine balik
vesikovretral sewaktu berkemih, sehingga menyebabkan pielonefritis setelah
beberapa hari
(Patricia W Ladewing, 2006:268)
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya ditemukan banyak leukosit dan eritrosit dan
kadang-kadang juga ada bakteri
(Sarwo, Ilmu Kebidanan, 2005:511)
b. Temuan laboratorium yang diperoleh dan analisis urine dengan mikroskop adalah :
1. Bakteriuria 3.Sel darah merah
2. Peningkatan jumlah sel darah putih tidak normal 4.Nitrit
(Helen Warney, 2007:621)
c. Sistoskopi
Pada wanita mudah dikerjakan dan kurang menimbulkan perasaan sakit kurang
menimbulkan perasaan sakit
(Sarwono, Ilmu Kandungan, 2005:456)

H. Diagnosa
1. Diagnosa dugaan terhadap sistitis dibuat ketika ibu datang dengan keluhan disuria dan
urgensi serta mikroanalisis urine yang menunjukkan banyak Sel Darah Putih (SDP)
dan bakteri.
(Linda V Walsh, 2008:424)
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas
Diambil contoh air kemih aliran tengah (midstream), agar air kemih tidak
tercemar oleh bakteri dari vagina atau ujung penis. Air kemih kemudian diperiksa
dibawah mikroskop untuk melihat adanya sel darah merah atau sel darah putih atau
zat lainnya.
Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis
bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ditemukan dalam
jumlah banyak.
(http://widayanto.com/?p=15/2008)

3. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan Sitoskopi, dimana akan
tampak titik-titik perdarahan pada lapisan kandung kemih
(http://medicastore.com/penyakit/87/SistisInterstisialis.html/2008)
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan dikomunitas
1) Harus dilakukan program antibiotik spectrum luas 7 samapi 10 hari yang dipilih
berdasarkan hasil kultur.
2) Antibiotik yang menghasilkan kadar urinarius tinggi dan efek sistemik terbatas
(misalnya, nitrofurantion) dipilih untuk infeksi saluran kemih bawah.
3) Penelitian terbaru pada penggunaan antibiotik dosis tunggal menunjukkan bahwa,
untuk ibu hamil tanpa riwayat signifikan masalah urinarius, amoksisilin dosis-
tunggal (3 g) menghasilkan penyembuhan pada kira-kira 80% kasus
4) Trimetropin / Sulfanetoksazol dosis-tunggal (TMP-SMZ) (Kekuatan ganda 2 atau
kekuatan tunggal 4) menghasilkan penyembuhan pada lebih dari 80% kasus TMP /
SMZ tidak dianjurkan pada trimester pertama
5) Sulfisoksazol dosis-tunggal (2 g) atau nutrifurantom (200 mg) juga efektif
6) Konseling mengenai efek ISK pada kehamilan, penggunaan medikasi, dan
kebutuhan uji terhadap pengobatan harus dilakukan
b. Penatalaksanaan Rujukan harus dirujuk ke dokter obstetric atau dokter utama untuk
penatalaksanaannya. Ketika pasien sakit serius dengan infeksi saluran kemih atas,
dianjurkan konsultasi dan rujukan ke spesialis kedokteran ibu anak.
(Linda V Walsh, 2008:424)
c. Pada stadium akut harus diberi istirahat / bedrest, diet makanan yang tidak
merangsang seperti yang mengandung lada, sambel dan sebagainya, minuman yang
tidak mengandung alcohol, kompres air hangat dan antibiotika.
d. Ada infeksi ringan cukup dengan pemberian heksamine tablet, nitrofurantoin atau
methenamine mandelate
e. Pada sistitis yang sulit disembuhkan maka perlu diadakan tes kepekaan
mikroorganismus yang ada di urin agar dapat diberikan antibiotika yang cocok
(Sarwono, Ilmu Kandungan, 2005:457)
f. Sistitis dapat diobati dengan sulfonamid, ampisilin, eritromisin. Perlu diperhatikan
obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan
tetapi mempunyai pengaruh tidk baik bagi janin, ataupun bagi ibu.
(Sarwono, Ilmu Kebidanan, 2005:511)
g. Penatalaksanaan sistitis perlu dilakukan terus menerus, setelah gejala mereda, karena
sifat infeksi ini cenderung berulang
(Petricia W Ladewig, 2006:268)
J. Komplikasi
Infeksi saluran kemih bawah dapat naik dengan cepat, yang menyebabkan
pielonefritis, yang pada waktunya dapat menimbulkan syok septic negatif-gram. Pada
kasus pielonefritis berat, ginjal dapat mengalami abses nefrik dan perinefrik, dan
penyebaran bakteri dapat terjadi “pembenihan” ke organ lain. Ibu hamil dengan
pieloneritis dapat mengalami sindrom yang melibatkan infiltrasi bakteri pada paru, yang
mengakibatkan pernapasan dewasa
(Linda V Walsh, 2008:423)

POHON MASALAH
Infeksi Saluran Kemih

Bakteriuria Asimptomatik Bakteriuria Asimptomatik

Faktor Predisposisi
- Uretra wanita yang
pendek Sistitis Pielonefritis Glomelonefritis
- Adanya sisa air
kemih yang
tertinggal
- Penggunaan
kateter
Sistitis kolli / Sistitis pasca Sistitis Sistitis karena
trigonii operasi tubetkulosa pecahnya kantong
berisi pus ke
kandung kemih

Trauma Tindakan Tuberkolosis Abses ovarium


mekanik operasi ginjal

Mudah Tertinggalnya Infeksi di


meradang cairan di vesika urinaria
kandung kemih

Gejala

- Kencing sakit (disuria)


- Meningkatnya frekuensi
- Kadang-kadang di sertai nyeri pada
bagian atas symfisis
- Perasaan ingin berkemih yang tidak
dapat ditahan
- Air kemih kadang terasa panas
- Suhu badan mungkin normal /
meningkat

Dilakukan pemeriksaan laboratorium


Komplikasi Terdapat
- Pie lonefritis - Bakteriuria
- Pembentukan abses - Peningkatan jumlah sel darah putih
ginjal - Sel darah merah
- Gagal ginjal - Nitrit

Penatalaksanaan : Penatalaksanaan :
- Dianjurkan untuk - Perhatikan higiene regio genital. Cara
konsultasi dan rujuk pembersihan/pembilasan setelah kemih
ke dokter obstetrik / adalah dengan air dan dibasuh dari depan
dokter utama ke belakang, kemudian dikeringkan
pelaksanaannya - Atasi keluhan yang mengganggu
- Assuhan antenatal yang teratur untuk
kehamilan dan mengatasi
keluhan/kambuhan.
- Lakukan terapi sedini mungkin
- Pilih antibiotika yang rasional

ASUHAN KEBIDANAN
PADA SISTITIS
I. Pengkajian
A.Data Subjektif
1. Biodata
- Sostitis cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas
(Sarwono, Ilmu Kebidanan, 2005:510)
- Hampir 95% infeksi terbatas pada kandung kemih dan sebgian besar wanita
hamil
(Sarwono, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
2006:244)
2. Keluhan Utama
- Keinginan berkemih yang tak tertahan
- Nyeri pada abdomen bawah
(Helen Varney, 2007:621)
- Kencing sakit (disuria) terutama pada akhir berkemih
(Sarwono, Ilmu Kebidanan, 2005:511)
3. Pola Eliminasi
- Sering berkemih
- Nukturia
(Helen Varney, 2007:621)
B.Etiologi
a. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi : Air kemih berwarna lebih gelap dan pada saat serangan akut,
kadang-kadang berwarna kemerahan
(Sarwo, Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
2006:244)
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang diperoleh dari analisis urine dengan mikrosko
adalah dengan ditemukan ;
- Bakteriuria
- Peningkatan jumlah sel darah putih yang tidak normal
- Sel darah merah
- Nitrit
(Helen Varney, 2007:621)

c. Pemeriksaan Penunjang
Sistoskopi : Pada wanita pemeriksaan ini mudah dikerjakan dan kurang
menimbulkan perasaan sakit. Di dalam pandangan sistoskop dapat
dilihat bertebaran lendir dan gumpalan leukosit dan bila keadaan
berat seklai maka dasar vesika dapat dilihat dilapisi oleh detritus dan
Pus
(Sarwo, Ilmu Kandungan, 2005:456)

II. Diagnosa, Masalah, Kebutuhan


A. Diagnosa : Sistitis
B. Masalah : - Disuria
- Ketidaknyamanan punggung bagian bawah
(Patricia W Ladewig, 2006:268)
- Nyeri pada abdomen bawah
- Nokturia
- Sering berkemih
(Helen Varney, 2007:621)
C. Kebutuhan : - Umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien
dianjurkan untuk banyak minum
- Aturan frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri,
spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih
(Sarwono, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal, 2006:244)

II. Diagnosa, Masalah, Kebutuhan


A. Diagnosa Potensial : 1. Sistitis
2. Abses nefrik dan perinefrik pada ginjal
(Linda V Walsh, 2008:423)
B. Masalah Potensial : Penyebaran bakteri dapat terjadi pembenihan ke organ lain
(Linda V Walsh, 2008:423)

IV. INTERVENSI V. RASIONAL


1. Lakukan pengambilan sample urine 1. Untuk memeriksa urine
tengah yang cukup bersih (Patricia W Ladewig, 2006:270)
2. Lakukan kolaborasi dengan analis 2. untuk mengetahui secara pastapakah
kesehatan dalam pemeriksaan pasien terkena sistitis atau tidak
laboratorium. dengan periksa laboratorium

3. Anjurkan minum sedikitnya delapan 3. Untuk meningkatkan keasaman urine


gelas (300 ml) cairan, khususnya air, (Patricia W Ladewig, 2006:270)
setiap hari dan juga minum minuman
jus dari buah yang tidak terlalu manis

4. Ajarkan pada ibu nifas yang sedang 4. Untuk waspada terhadap pemakaian
dalam pengobatan sulfonamida sulfomida. Obat ini disekresi di dalam
bahwa pe mberinan ASI sebaiknya ASI dan bercampur dengan protein,
ditentukan dan ajarkan bagaimana sehingga dapat mengakibatkan ikterik
cara memompa payudara neonatus
(Patricia W Ladewing, 2006:270)

5. Anjurkan pada ibu untuk minum 2 5. Untuk meningkatkan haluaran urine


gelas air secepatnya setelah dan menyiram kotoran yang mungkin
berhubungan seksual bisa memasuki utera
(Patricia W Ladewing, 2006:271

VI. Implementasi
1. Melakukan pengambilan sample urine
2.Melakukan kolaborasi dengan analis kesehatan dalam pemeriksaan laboratorium
3. Menganjurkan minum sedikitnya delapan gelas (300 ml) cairan, khususnya air,
setiap hari dan juga minum minuman jus buah yang tidak terlalu manis
4. Mengajarkan pada ibu nifas yang sedang dalam pengobatan sulfonamida bahwa
pemberian ASI sebaiknya dihentikan dan mengajarkan bagaimana cara memompa
payudara
5. Menganjurkan ibu untuk minum 2 gelas air secepatnya setelah berhubungan seksual

VII. Evaluasi
a. Ibu memahami setiap pesan khusus tentang pengobatan yang diberikan, serta
kebutuhan untuk pengambilan uji kultur urine.
b. Ibu memahami pentingnya keberhasilan, kebutuhan cairan dan makanan untuk
mencegah infeksi saluran kemih dan setiap gejala yang timbul harus dilaporkan
kepada pemberi asuhan.
(Patricia W Ladewing, 2006:271)
c. Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan uretra sistitits adalah, mengacu
pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, kemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih
(http:///F:/ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH « ..WELCOME TO HARNA’S
WORLD.html)

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, E Gary. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Ladewig, Patricia W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

http://www.clubnutricia.co.id/pregnancy/common_healt_worries/article/Cystitis/2009

http://medicastore.com/penyakitan/87/Sistitis Interstisialis. html/2008

http://widayanto.com/?p=15/2008

http://zaa23.wordpress.com/2009/10/08/sistitis/

(http:///F:/ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH « ..WELCOME TO HARNA’S


WORLD.html)

Anda mungkin juga menyukai