Anda di halaman 1dari 12

INERSIA UTERI

DOSEN: TEMU BUDIARTI, SST. M.KES

Ananda Sugeng (1502200040)


Hayya kumala P. (1502200041)
Rahmasari Aprilya (1502200068)
Bella Cholifatul (1502200069)
Dwi Sekti Sekar (1502200070)
Pengertian Inersia Uteri
Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau
fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan,
selain itu inersia uteri juga dapat terjadi pada kala
pengeluaran.
Inersia uteri juga berarti kelainan his yang
kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin keluar.
Penyebab Inersia Uteri
Menurut Rustam Mochtar (1998)
 Kelainan his sering dijumpai pada primipara

 Faktor herediter, emosidan ketakutan

 Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang

 Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan


segmen bawah rahim, ini  dijumpai pada kesalahan-
kesalahan letak janin dan disproporsi sevalopelvik
Lanjutan....
 Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
 Kehamilanpostmatur (postdatism)

 Penderitadengankeadaanumumkurangbaikseperti
anemia
 Uterus yang
terlaluteregangmisalnyahidramnionataukehamilankem
barataumakrosomia
Pembagian Inersia Uteri
Dulu inersia uteri dibagi dalam :
 Inersia uteri primer : jika His lemah dari awal
persalinan
 Inersia uteri sekunder : jika mula-mula His baik,
tetapi kemudian menjadi lemah karena otot-otot rahim
lelah akibat persalinan berlangsung lama (inersia
karena kelelahan )   
Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah :

 Inersia uteri hipotonis : kontraksi terkoordinasi,


tetapi lemah.Dengan CTG, terlihat tekanan yang
kurang dari 15 mmHg, dengan palpasi, His jarang
dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih
dapat ditekan kedalam.
 Inersia uteri hipertonis : kontraksi tidak
terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah
lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini
sifatnya hifertonis, sering disebut inersia spastis.
Komplikasi yang MungkinTerjadi

 Inersiauteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan


 Kemugkinan infeksi bertambah dan juga meningkatnya
kematian perinatal.
 Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi : tanda-tandanya denyut
nadi naik, suhu meninggi, asetonuria, napas cepat,
meteorismus, dan turgor berkurang
Penanganan Inersia Uteri
 Keadaan umum penderita harus diperbaiki.
 Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
 Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan
dijelaskan tentang   kemungkinan-kemungkinan
yang ada.
Lanjutan....
 Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk
dalam persalinan, evaluasi kemajuan persalinan 12 jam,
kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari
3 cm. porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan,
berikan sedativa sehingga pasien dapat tidur, mungkin masih
dalam “false labour”. Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada
his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan
his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan
his diperbaiki dengan infus pitosin, perlu diingat bahwa
persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah
ketuban pecah agar prognosis janin tetap baik.
Lanjutan....
 Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus
segera dilakukan:
 Penilaian cermat apakah ada disproporsi
sevalopelvik dengan pelvimentri klinik atau
radiologi. Bila CPD maka persalinan segera
diakhiri dengan sectio cesarean
Lanjutan....
 Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi
pitocin infus
 Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his
baik. Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri
dengan sectio cesarean
 Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat
ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi, maka
persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan
alat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai