Anda di halaman 1dari 8

INERSIA

UTERI
BY KELOMPOK VI :
Ria Sri Tanjung
Rizky Putri Adrianti
Sry Rezki Aulia
Widetri Plantika
Apa itu Inersia uteri ?

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak


adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan
keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang
terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara,
serta para penderita dengan keadaan emosi kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau
fase aktif maupun pada kala pengeluaran.
Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau fase aktif
atau kedua-duanya dari kala pembukaan
Penyebab Inersia Uteri
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri
adalah :

• Kelainan his sering dijumpai pada primipara


• Faktor herediter, emosi dan ketakutan

• Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang


• Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim

• Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis


• Kehamilan postmatur (postdatism)

• Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia


• Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia.
Pembagian Inersia Uteri

Inersia Inersia
uteri uteri
primer sekunder
Komplikasi
Inersia uteri dapat menyebabkan kematian
atau kesakitan

Kemugkinan infeksi bertambah dan juga


meningkatnya kematian perinatal.

Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi


Diagnosa

Untuk mendiagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman dan


pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Kontraksi uterus yang disertai
rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah
mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi. Pada fase laten diagnosis akan lebih
sulit, tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama,
maka diagnosis inersia uteri sekunder akan lebih mudah.
Penanganan Inersia Uteri :
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang   kemungkinan-
kemungkinan yang ada.
3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi
kemajuan persalinan 12 jam, kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan
kurang dari 3 cm. porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, berikan
sedativa sehingga pasien dapat tidur, mungkin masih dalam “false labour”. Jika
setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban
dipecahkan dan his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his
diperbaiki dengan infus pitosin, perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah agar prognosis janin tetap baik.
4. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a. Penilaian cermat apakah ada disproporsi sevalopelvik dengan pelvimentri klinik atau
radiologi. Bila CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarean.
b. Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus
c. Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan,
persalinan diakhiri dengan sectio cesarean.
d. Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi,
maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai