Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL DENGAN TETANUS NEONATORUM

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


”Dokumentasi Kebidanan”

Dosen Pembimbing :
Dwi Estuning Rahayu, S.Pd, S.Kep.Ners

Disusun Oleh :
KHUSNATUL NURIL HIDAYATI
(0802200017)

DEPERTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDY KEBIDANAN KEDIRI
2009
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BBL DENGAN TETANUS NEONATOROM

I. DEFINISI
 Penyakit tetanus nenotarium adlah penyakit tetanus yang twerjadi pada
nenotanus ( bayi berusia kurang 1 bulan( yang di sebabkan oleh cristodiom
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin ( racun ) menyerang sistim
saraf pusat.
( Sarwono Prawirohardjo, 2006 : 388 )
 Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya
infeksi melalui tali pusat
( Aziz alimul hidayat ,2005 : 196 )
 Tetanus neonatorium merupaskan penyebab kejang yang sering di jumpai
pada BDL yang bukan karena trauma kelahiran atau afiksia, tetapi di
sebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai
akibat pemotongan tali pusat atau perawatanya yang tidak anti septic.
(Ngastiyah , 2005 : 154 )

II. ETIOLOGI
 Penyebab penyakit ini adalah Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobic
dan mengeluarkan eksotosin yang neurotropik
(Sarwono Prawirohardjo. 2005 : 746 )
 Penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang infeksinya biasanya terjadi
melalui luka pada tali pusat. Ini dapat terjadi karena tali pusat tidak
menggunakan alat- alat yang steril hanya memakai alat sederhana se perti
bilah bambo atau pisau/ gunting yang tidak steril dahulu. Dapat juga karena
perawatan tali pusat yang menggunakan obat tradisional seperti abu dan kapur
sirih daun daunan dan sebagainya.
(Ngastiyah ,2005 : 154 )

III. KLASIFIKASI
KATEGORI Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum
PENILAIAN Sedang Berat
 Umur > 7 hari 0-7 hari
 Frekuensi kejang Kadang-kadang Sering
 Bentuk kejang  Mulut  Mulut
mecucu mecucu
 Trismus  Trismus
kadang-kadang terus menerus
 Kejang  Kejang
rangsang (+) rangsang (+)
 Posisi badan Opistotonus kadang- Selalu opistotonus
kadang
 Kesadaran Masih sadar Masih sadar
 Tanda-tanda  Tali  Tali
Infeksi pusat kotor pusat kotor
 Lubang  Lubang
telinga bersih/kotor telinga bersih/kotor

(Sarwono Prawirohardjo, 2006 : 390)

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 Sang ibu belum di imunisasi TT
(Dr. Herold S. Keplementasi., 2005 : 130)
 Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pda ibu hamil tidak di lakukan, atau
tidak lrengkap, atau tidak sesuai dangan ketentuan program
 Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat –syarat ‘’ 3 bersih
 Perawatan tali pusat tidak memenuhi prsyaratan kesehatan.
( Sarwono Prawiro hardjo , 2005 : 388 )

V. TANDA DAN GEJALA


 Gejala dan permulaan dalah kesulitan minum karena terjadinya, trismus.
 Mulut mecucu seperti ikan sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik.
 Terjadi spasme alat yang luas dan kejang umum.
 Leher kaku dan dapat terjadi opsi totonus.
 Dinding abdomen kaku, mengeras, dan kalau terdapat kejang otot
pernapasan dapat terjadi synopsis
 Kenaikan suhu
 Mas inkubasi biasanya 3 sampai 10 hari
( Sarwono Prawiro hardjo , 2005 : 746 – 747 )
 Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
 Kadang – kadang di sertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.
( Sarwono Prawiro harjo . 2006 : 385 )

VI. PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, pada sumsum tulang
belakang, dan terutama pada neukleus motorik. Kemetian si sebabkan oleh
asfiksia akibat asmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat
disebabkan oleh pengaruh langsung pada ousat pernafasan dan peredaran darah.
Sebab kematian yang lain ialah pneunemia aspirasi danspasis. Kedua sebab yang
terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum
di Indonesia.
(Sarwono Prawiroharjo ,2005 : 746 )
VII. DIAGNOSA
Diagnosa tetanus neona torom tidak susah. Trismus, kejang umum dan
mengkakunya otot- otot merupakan gejala utama tetanus neonetorum. Kejang
dan kakunya otot- otot dapat pula di temukan pula misalnya pada
kerniscterus,hepipokal semia, trauma lahit, dan lain- lain. Gejala trismus
biasanya hanya terdapat pada tetans
(Sarwono Prawirohardjo , 2005 : 2005 747 )

VIII. PENATALAKSANAAN
 Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang
 Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersikan jalan nafas.
Pemasangan spartel lidah yang membungkus kain untuk mencegah lidah
tergigit
 Mencari tempat masuknya spora tetanus, umunya di tali pusat atau telinga
 Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum ( ATS ) dan anti
biotika
 Perawat yang adekuat : kebutuhan oksigen makanan keseimbangan cairan
dan elektrolit
 Penderita / bayi di tempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar
mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat
merangsang kejang.
( Sarwono Prawirohardjo ,2006: 300 )

Pengobatan terutama untuk memperbaiki keadaan umum, menghilangkan


kejang, mengikat toksin yang masih beredar, dan memberikan anti biotika
terhadap inveksi.
a. Perawatan
1. Bayi sebaikanya di rawat oleh perawat yabng cakap dan
berpengalaman, sebaikanya di seddiakan 1 perawat untuk seorang
bayi. Bayi harusdirawat di tempat yang tenang dengan penerangan di
kurangi agar rangsangan bagi timbulnya kejang kurang
2. Saluran pernafasan di jaga agar selalu bersih
3. Harus tersedia zat asam, zat asam di berikan kalau terdapat sianosis,
atau serangan apnea dan pada waktu ada kejang.
4. Pemberian makanan harus hati- hati dengan memakai pipa yang di
buat dari poiletilen atau karet.
5. Kalau pemberian makanan per ona tidak mungkin, maka diberi
makanan tau cairan intravena.
b. Mengatasi kejang
Kejang dapatdi atasi dengan mengurangi rangangan atau
pemberian obat yang dapatdi pakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Feno barbital dapat diberikan mula- mula 30-60mg parenteral,
kemudian dilanjutkan prer os dengan dosis maksimum 10 mg perhari.
Largaktil dapat di berikan bersama luminal , mula- mula 7.5 mg
parenteral, kemudiasn di teruskan dengan dosis 6x2,5 mg setiap hari
kombinasi yang lain ialah kloral hoidrat yang di berikan lewat rectum.
c. Pemberian ani toksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat di eri A. T. S ( anti
tetanus serum ) dengan dosis 10.00 satuan setiap hari selama 2 hari .
d. Pemberian anti biotika
Untuk mengatasi infeksi dapat di gunakan pinisilin 200.000 satuan
setiap hari dan di teruskan sampai 3 hari dan sesudah panas turun
e. Pencegahan
Pencegahan yang paling baik ialah pemotongan dan perawatan
tali- pusat yang baik, harus di gunakan bahan –bahan dan alat- alat yang
steril. Pemberian vaksinasi dengan suntikan toksoid pada ibu hamil dalam
triwulan terakhir dapat memberiproteksi pada bayi.
(Sarwono Prawirohardjo ,205 : 747- 748 )

IX. KOMPLIKASI
Sering timbul komplikasi terutama :
o Bronkhopeneumonia
o Asfiksia
o Sianosis akibat obstruksi jalan napas oleh lender/ secret sepsis
( Sarwono prawirohardjo, 2006 : 389 )

X. PROGNOSA
Dengan pegobatan dan perawatan yang intensif, bayi yangterkena tetanus
neonatal kurag dari 10 persen yang akan mati, sedangkan tanpa pengobatan, lebi
dari 75 persen yang akan mati
(Dr.Horland S. Koplewich ,2005 :13)
POHON MASALAH
BAYI BARU LAHIR < 1 BULAN

- Ibu belum imunisasi TT/tidak lengkap


- Pertolongan persalinan/tidak memenuhi syarat”3 bersih”
- Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan
(penggunaan abu, kapur sirih, daun-daunan, dsb)

Clastridium - tetani
Tanah Traktus digestivus

Luka yang Masuk ke dalam Jaringan nekrotik yang


kotor tubuh manusia bersuasana anaerobik

Kelainan otak Sumsum tulang Nukleus motorik


belakang

Inkubasi 3-10 hari


Leher kaku  opistotonus

trimus Mulut mecucu Spasme otot Suhu  Kejang oleh Sesak nafas
rangsang dan wajah biru
cahaya, suara,
sentuhan
Abdomen kaku  sianosis dan keras

Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum ringan Tetanus Neonatorum Berat

- Umur bayi > 7 hari Gangguan Kurang


- Kadang kejang pernafasan pengetahuan - Umur bayi 0-7 hari
- Mulut mecucu orang tua - Sering kejang
- Trismus terus menerus - Mulut mecucu
- Kejang rangsang (+) Gangguan pemenuhan - Trismus terus menerus
- Opistotonus kadang kebutuhan nutrisi - Kejang rangsang (+)
- Masih sadar - Selalu opistotonus
- Tali pusat kotor ( Masalah ) - Masih sadar
- Lubang telinga - Tali pusat kotor
bersih//kotor - Lubang telinga
bersih//kotor

Komplikasi :
- Bronko Pneumonia - Sepsis
- Asfiksia - Sianosis

Penatalaksanaan :
- Mengatasi kejang dengan suntikan anti kejang
- Menjaga jalan nafas selalu bersih
- Mencari tempat masuk spora tetanus
- Mengobati penyebab tetanus dengan ATS
- Perawatan yang adekuat, kebutuhan O2, makanan, keseimbangan cairan & elektronilit
- Penderita/bayi ditempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar
- Pemberian antitoksin
- Pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

- Aziz, Alimul H. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medika.
- Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
- Sarwono, Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
- Sarwono, Prawirohardjo. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BBL DENGAN TETANUS NEONATORIUM

I. PENGKAJIAN
A. Data subyektif
 Biodata
Umur = Sering terjadi pada bayi yang dilahirkan dalam kondisi tidak
sehat, terutama bila potongan tali pusat terkonta minasi oleh bakteri
clostridium tetani dan sang bu belum di munisasi tetanus
( Buku acuan nasional perawatan maternal dan neonatal ,2006 : 389 )

 Keluhan utama
- Bayi tidak menetek
- Suhu tubuh naik
- Leher kaku
- Sesak nafas
- Kejang otot dan faring
( Buku acuan nasional perawatan maternal dan neonatal ,2006 : 389 )

 Riwayat antenatal
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak di lakukan atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
( Buku acuan nasional perawatan maternal danneonatal ,2006 : 388 )

 Riwayat pesalinan
Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat-syarat bersih
( Buku acuan Nasional perawataMaternal dan neonatal 2006 : 388 )

B. Data Obyektif
Pemeriksaan umum, pengukuran suhu tubuh naiknya suhu ini mempunyai
prognosis yang tidak baik.
( Ilmu kebidanan , 2005 : 747 )

II. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


 Diagnosa
Tetanus Neonatorum
 Masalah
- Gangguan fungsi pernafasan
- Gangguan pemenuhan nutrisi
- Kurang pengetahuan orang tua
( Pengantar ilmu keperawatan anak 1. 2005 : 197 )

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


POTENSIAL
 Diagnosa potensial
- Sianosis
- Asfikasi
- Pneumonia aaspirasi
- Sepsis
 Masalah potensial
Keadan memburuk kematian, kematian di sebabkan oleh asfiksi akibat
spasemus laring pada kejang tyang lama selain itu kematian di sebabkan oleh
pengaruh langsung dari pusat pernafasan dan peredaran arah. Sebab kematian
yang lain adalah pneumonia aspirasi dansepsis, kedua sebab yang terakhir
merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum diindonesia.
( Ilmu kebidanan , 2005 : 746 )

IV. KEBUTUHAN
 Penanganan gangguan saluran pernafasan
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Informasi dan konsultasi ke dokter

V. TUJUAN
1. Mempertahankan kelangsungan hidup bayi dengan mengatasi gangguan dan
pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi pernafasan.
2. Orang tua tahu tantang penyakiat tetanuas neonotrium dantindakan perawatan
dan pengobatan pada bayinya.
INTERVENSI RASIONAL

1. Atur posisi bayi dengan kepala 1. Aga


ektensi r saluran nafas terbukadan tidak sesak
(Ilmu pengantar keperawatan anak
1.2005 : 197 )

2. Berikan o2 1- 2 liter / menit 2. Aga


r spase otot faring berkurang
(Ilmu Pengantar Keperawatan Anak
1.2005 : 197)
3. Lakukan penghirupan lender
dan pasangkan sudip lidah 3. Unt
uk mengeluarkan air liur dan
mencegah lidah jatuh ke belakang
(Ilmu Pengantar Keperawatan Anak
4. observasi tanda- tanda 1.2005 : 197)

4. Me
mantau keadaan umum bayi
5. Berikan lingkugan hangat (Ilmu Pengantar Keperawatan Anak
1.2005 : 197)

5. Aga
6. Kaloborasi dengan dokter r tidak terjadi apnea
untuk pemberian obat kombinasi (Ilmu Pengantar Keperawatan Anak
fenabarbital dan largaktil atau 1.2005 : 197)
diazepam dan luminal
6. Aga
7. Kolaborasi dengan dokter untuk r kejang teratasi
pemberian A. T.S (Ilmu Kandungan. 2005 : 747)

8. Berikan cairan melalui infuse


dengan cairan glukosa 10 7. Aga
r toksin yang masih bebas di dalam
tubuh dapat terikat
(Ilmu Kandungan. 2005 : 747)
9. Berikan informasi tentang
penyakit inielan upaya 8. Unt
pengobatannya uk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
cairan
(Ilmu Pengantar Keperawatan Anak
1.2005 : 198)

9. Aga
r orang tua tahu tentang penyakit ini
dan upaya pengobatannya
(Ilmu Pengantar Keperawatan Anak
1.2005 : 198)

VII. IMPLEMENTASI
1. Mengatur posisi bayi dengan kepala ekstensi
2. Memberikan O2 1- 2 liter / menit
3. Melakukan penghisapanlendir dan memasangkan sudip lidah
4. Megobservasi tanda- tanda vital setiap setengah jam
5. Memberikan lingkungan hangat
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untukmemberikan obat kombinasi
fenobarbital dan largaktil atau diazepam dan luminal
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter urtuk pemberian A.T.S.
8. Memberikan cairan melalui infuse dengan cairan glukosa 10
9. Memberikan informasi tentang penyakit ini dan upaya pengobatanya

VIII. EVALUASI
1. Melakukan pengobatan dan perawatan khusus.
(Ilmu pengantar keperawatan anak 1, 2005 : 198 )
2. Memenuhi kebutuhan pasien tetanus neonatorium
( Ilmu pengantar keperawatan anak 1 ,2005 : 198 )
3. Memberikan informasi tentang penyakit dan tindakan pengobatanya,
( Ilmu pengantar keperawatan Anak 1, 2005 : 198 )

Anda mungkin juga menyukai