Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

I. DEFINISI
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
(Wahyuni, 2011:1)
Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah: bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2012: 2)
II. FISIOLOGI
Ciri-ciri bayi normal, yaitu:
1. Berat lahir cukup, bila berat lahir 2500 sampai 4000 gram
2. Bayi cukup bulan, masa gestasi 259-293 hari (37-42 minggu)
3. Panjang badan lahir 48-52 cm
4. Lingkar dada 30-38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 denyut/menit, kemudian menurun
sampai 120-140 denyut/menit
7. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun
setelah tenang kira-kira 40 kali/menit
8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
diliputi verniks kaseosa
9. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepada biasanya telah sempurna
10. Kuku agak panjang dan lunak
11. Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah
turun (pada anak laki-laki)
12. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
13. Refleks moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan memperlihatkan gerakan tangan
seperti memeluk.
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan. (Wahyuni, 2011:2-4)
Penampilan pada bayi baru lahir:
1. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsangan terhadap
reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau
suara maninan;
2. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang simetris pada
waktu bangun.
3. Simetris:
a. Kepala: apakah terlihat simetris
b. Muka dan wajah : bayi tampak ekspresi
Mata: perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang dalam
waktu 6 minggu.
c. Mulut: penampilan simetris, tidak mencucu seperti mulut ikan dan tidak
kebiruan
d. Leher, dada dan abdomen: lihat cedera akibat persalinan, perhatikan adanya
kelainan pada pernapasan
e. Pungggung: adanya benjolan atau tomor atau tulang punggung dengan
lekukan kurang sempurna
f. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan
g. Kelancaran menghisap dan pencernaan: perhatikan tinja dan kemih 24 jam
pertama. (Rukiyah, 2012: 3-4)
h. Refleks pada bayi:
1) Refleks grabelar: refleks ini dinilai dengan mengetuk daerah pangkal
hidung secara perlahan menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka.
Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
2) Refleks isap genggam (palmar grasp): refleks ini dinilai dengan
meletakkan jari telunjuk pemeriksa pada telapak tangan bayi, tekanan
dengan perlahan, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat. jika
telapak bayi ditekan, bayi akan mengepalkan tinjunya.
3) Refleks Babinski: Pemeriksaan refleks ini dengan memberi goresan
telapak kaki, dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak kaki ke arah atas
kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan menunjukkan
respons berupa semua jari kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
(Wahyuni, 2011:52-54)
4) Tonik neek reflek: gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.
5) Rooting reflek: bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulutbayi ia akan
membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
6) Startle reflek: reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan sering diikuti dengan tangis
7) Stapping refleks: reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak
dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-
olah berjalan
8) Refleks menelan (swallowing): dimana ASI di mulut bayi mendesak otot
di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung. (Rukiyah, 2012: 63)
9) Reflek moro: saat terkejut bayi akan bergerak seolah-olah memeluk
(Rohani, dkk. 2011: 251)
III. ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR
a. Awal Pernapasan
Pada saat lahir, bayi berpindah tempat dari suasana hangat di lingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistenso mandiri. Bayi harus dapat
melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini, serangkaian
fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari
lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan di luar kandungan. (Farrel dalam
Diane Fraser, 2011: 691)
b. Sistem Kardiovaskular dan Darah
Frekuensi jantung pada bayi cepat sekitar 120-160 kali per menit, serta berfluktuasi
selaras dengan fungsi pernapasan bayi, aktivitas, atau dalam kondisi tidur atau
istirahat. Tekanan darah berfluktuasi sesuai dengan aktivitas, berkisar antara 50-5/25-
30 mmHg hingga 80-50 mmHg pada 10 hari pertama kelahiran.
Volume sirkulasi total darah pada saat lahir sebanyak 80 mililiter/KgBB. Kadar
hemoglobin tinggi (13-20 gr/dl), sekitar 50-85% hemoglobin janin. (Farrel dalam
Diane Fraser, 2011: 710)
c. Sistem Pengaturan Tubuh
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan melalui penggunaan lemak coklat untk
produksi panas.
d. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2) jam. Koreksi penurunan kadar gula
dapat dilakukan dengan: penggunaan asi, penggunaan cadangan glikogen, dan
pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
e. Sistem Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan antara
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh.
Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat
sesuai pertumbuhan janin.
f. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan
alami yang dimiliki bayi diantaranya: perlindungan oleh kulit membran mukosa,
fungsi jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus,
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung, kekebalan alami juga disediakan
pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme asing.
(Rukiyah, 2012 : 40-41)

IV. PERAWATAN SEGERA SETELAH LAHIR


1. Pengkajian Kondisi Bayi
Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan
mengeringkan kulit, yang dapat membantu meminimalkan kehilangan panas.
Pengkajian pada 1 menit pertama penting untuk penatalaksanaan resusitasi
selanjutnya. Namun, terbukti bahwa pengkajian pada menit ke 5 lebih dapat
dipercaya sebagai prediktor resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan
status neurologi anak serta resiko disabilitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi
nilai yang dicapai semakin baik pula kondisi bayi. Nilai Apgar harus
didokumentasikan dengan lengkap di catatan bayi.
a. Appearance: penampilan bayi (warna kulit)
b. Pulse: nadi (frekuensi jantung)
c. Grimace: Meringis (Respon terhadap rangsangan)
d. Active: Aktif (tonus)
e. Respiration: Pernapasan. (Fraser, 2011:695)

Sistem penentuan skor apgar. (Gant, 2011:368)

Tanda 0 1 2
Kecepatan denyut Tidak ada Lambat (<100) >100
jantung
Usaha bernapas Tidak ada Lambat, ireguler Baik, menangis
Tonus otot Tidak ada Sedikit fleksi Gerak aktif
ekstrimitas
Iritabilitas refleks Tidak ada respons Menyeringai Menangis keras
Warna Biru, pusat Badan merah muda, Seluruhnya merah
ekstrimitas biru muda
2. Mencegah Kehilangan Panas
a. Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya evaporasi
dengan menggunakan handuk atau kain.
b. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan
tubuh bayi dan memotong tali pusat.
c. Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika tidak ditutupi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian ASI
harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
f. Jangan menimbang atau memnadikan bayi baru lahir. (Rukiyah, 2012: 10)
3. Memberikan Jalan Napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak langsung
menangis. Penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara:
Letakkan bayi dalam posisi terlentang di tempat yang hangat dan keras, gulung
sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala
tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang, bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jani tangan yang dibungkus kasa
steril. (Abdul Bavi, 2010)
4. Pemotongan tali pusat
Pemisahan bayi dari plasenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat di antara dua
klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang dilingkarkan ke
tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke daerah persalinan.
Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah di klem
dengan baik. (Mercer et al 2000 dalam Diane Fraser, 2011: 694)
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan pengikatan puntung tali
pusat. Yang pertama dilakukan adalah:
a. Mencelupkan gtangan ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan dari darah dan
sekret lainnya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan handuk
berish dan kering
b. Ikat puntung tali pusat dengan jarak 1 cm dari dinding perut bayi (pusat)
c. Gunakan benang atau klem plastik DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat dengan
simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat. Jika pengikatan dilakukan
dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali usat dan
ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian berlawanan.
d. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan dalam klorin 0,5%.
e. Selimuti bayi kembali dengan menggunakan kain yang bersih dan kering

Nasehat untuk merawat tali pusat:


Nasehat ini sebaiknya diberikan pada ibu dengan cara memberikan stimulasi
bagaimana cara melakukannya:

a. Jangan membungkus tali pusat dan emnggoreskan cairan atau bahan apapun;
boleh mengoleskan alkohol/betadine jika pemotongan tali pusat tidak terjamin
DTT/steril namun tidak boleh dikompres karena menyebabkan tali pusat lembab
dan basah;
b. Lipat popok dibawah puntung tali pusat; jika tali pusat kotor bersihkan (hati-hati)
dengan air DTT dan sabun lalu keringkan;
c. Jika pangkal tali pusat menjadi merah, mengeluarkan nanah atau berdarah maka
segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
5. Pemberian ASI
Menyusui setelah lahir (dalam waktu 1 jam), jangan berikan makanan atau minuman
lain selain ASI (ASI eksklusif selama 6 bulan), kecuali ada alasan medis (sangat
jarang atau tidak memiliki ASI). Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu
menyentuh payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang
menyentuh payudara, mulut mencangkup sebanyak mungkin areola bagian bawah,
bibir bawah melengkung ke luar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan
kadang-kadang berhenti sesaat.
Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan puting susu cukup kuat
maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI
akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-
800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI
mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6
bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak.
(Rukiyah, 2012: 11-13)
6. Identifikasi
Di banyak unit bersalin, memasang gelang pengenal ke pada bayi sebelum tali pusat
di potong biasa dilakukan. Di inggris dilakukan dua gelang pengenal, keduanya harus
terbaca dan diulis menggunakan pulpen permanen yang mencantumkan nama
keluarga, jenis kelamin bayi, tanggal dan waktu kelahiran. (Fraser, 2011:694)
7. Pencegahan infeksi pada mata
Pencegahan infeksi dengan menggunakan tetrasiklin 1%. Salep antibiotik tersebut
harus di berikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Berikan salep mata dalam 1
garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju luar
mata. Pada saat pemberian ujung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi dan
jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak
menghapus obat-obat tersebut. (Rukiyah, 2012:46)
8. Profilaksis perdarahan pada bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin k1 injeksi 1 mg secara IM di paha kiri
sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
9. Pemberian imunisasi hepatitis B
Berikan imunisasi hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, pada usia 0 bulan
(segera setelah lahir), pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+Hep B). (Rukiyah,
2012:14)
10. Pemeriksaan fisik
Bayi baru lahir mengalami perubahan sebagai bentuk adaptasi dari kehidupan intra
uterin ke ekstra uterin sejak terpotongnya tali umbilikus. Pemeriksaan fisik BBL
setelah berada di dunia luar dengan tujuan untuk mengetahui apakah bayi dalam
keadaan normal dan adanya kelainan fisik, serta ada atau tidaknya refleks primitif.
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya 6 jam setelah bayi
lahir.
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi tentang anak dan
kelaurga dengan menggunakan semua panca indra baik subjektif maupun objektif.
Aspek yang perlu dikaji
a. Riwayat meliputi:
1) Persalinan (lamanya? Spontan? KPSW? Lainnya?)
2) Neonatal (mekonium? Trauma saat lahir?)
b. Keadaan umum
1) Secara keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proposional/tidak)
2) Bagian kepala, badan dan ekstrimitas (pemeriksaan ada/tidaknya kelainan)
3) Tonus otot, dan tingkat ekstrimitas (gerakan bayi aktif atau tidak)
4) Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
5) Tangisan bayi (melengking, merintih, normal)
c. Tanda-tanda vital
1) Periksa frekuensi napas dihitung selama satu menit penuih dengan mengamati
naik/turun perut bayi. Bayi dalam keadaan tenang, laju napas normalnya 40-
60 kali/menit
2) Periksa frekuensi jantung dengan menggunakan stetoskop dan dihitung selama
satu menit. Laju jantung normal 120-160 denyut per menit.
3) Suhu tubuh bayi baru lahir normalnya 36,5-37,2 celcius diukur di daerah axila
bayi selama 5 menit dengan menggunakan termometer.
d. Berat badan dan pengukuran panjang badan
1) Berat badan bayi baru lahir normal, yaitu 2500-4000 gram. Diukur dengan
keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan pemeriksaan berat badan
pada bayi harus tetap dibungkus dan hasilnya dikurangkan dari berat bungkus
bayi. Contoh berat bayi yang di bungkus 3,5kg dikurangi berat bungkus
0,25kg maka berat bayi 3,25kg
2) Panjang badan. Rentangkan bayi dengan lembut dengan pita pengukur,
ukurlah dari ujung kepala sampai ujung tumitnya, normal panjang bayi baru
lahir berkisal 45-53 cm.
e. Kepala
1) Ubun-ubun merupakan titik lembut pada bagian atas kepala bayi di tempat
tulang tengkorak yang belum sepenuhnya bertemu.
2) Sutura, molase. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0: sutura terpisah
1: sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat / bersesuaian
2: sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
3) Penonjolan atau daerah cekung. Periksa adanya kelainan baik karena trauma
persalinan atau cacat kongenital
4) Ukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran frontal oksipitalis kepala bayi.
f. Telinga
Untuk memeriksa telinga bayi, tatap wajah bayi. Bayangkan sebuah garis
melintasi kedua matanya, normalnya beberapa bagian telinga harus berada di atas
garis ini.
g. Mata
Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak normal dan
apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran
pada pupil bayi. Normalnya jika disinari pupil akan mengecil.
h. Hidung dan mukut. Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan
mudah melalui hidung atau ada hambatan kemudian lakukan pemeriksaan pada
bibir dan langit langit, refleks isap, dinilai dengan mengamati pada saat bayi
menyusu.
i. Leher. Periksa adakah pembengakakan dan benjolan
j. Dada. Pada daerah yang diperiksa adalah bentuk dada, puting, bunyi napas, dan
bunyi jantung (menggunakan stetoskop)
k. Bahu, lengan dan tangan. Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah
aktif atau tidak dan kemudian menghitung jumlah jari bayi.
l. Perut. Pada perut dilakukan pemeriksaan yaitu bentuk perut, lingkar perut,
penonjolan sekitar tali pusat pada saat bayi menangis, perdarahan tali pusat,
dinding perut lembek (saat menangis), dan benjolan pada perut bayi.
m. Alat kelamin
1) Bayi laki-laki normalnya ada 2 testis dalam skrotum, kemudian pada ujung
penis terdapat lubang.
2) Bayi perempuan normalnya labia mayora menutupi labia minora, pada vagina
terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan mempunyai klitoris.
n. Pinggul, tungkai dan kaki. Untuk memeriksa pinggul, pegang tungkai kaki bayi
dengan menekuk ke arah dada. Tekan pangkal paha dengan lembut ke sisi luar,
dengarkan atau rasakan adakah bunyi “klik”. Jika terdengar “klik” segera
laporkan dokter anak untuk pemeriksaan lanjutan.
o. Punggung dan anus. Diperiksa adakah pembengkakan atau cekungan pada
punggung bayi dengan cara membalikkan badan bayi dan meluhat punggungnya,
kemudian jari anda menuruni punggung bayi untuk merasakan benjolan pada
tulang punggungnya. Pada anus diperiksa lubangnya adakah mekonium atau
cairan.
p. Kulit. Perhatikan verniks, warna, pembengkakan atau bercak hitam dan tanda
lahir.

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal / jam MRS : untuk mengetahui tanggal dan jam pasien masuk rumah sakit.

Tanggal / jam pengajian : untuk mengetahui yanggal dan jam seorang petugas kesehatan
melakukan pengajian

No registrasi : untuk mengetahui nomor identitas pasien (rekam medik)

Ruang perawatan : untuk mengetahui di ruang manakah pasien di rawat inap

A. Data Subyektif
Data yang di peroleh dari hasil anamnesa baik dari hasil menganamnesa pasien maupun
keluarga pasien itu sendiri
1. Identitas bayi baru lahir

Nama : untuk mengenal bayi

Umur : untuk mengetahui keaadan bayi

Jenis kelamin : untuk mencocokan identitas sesuai dengan bayi

Anak ke: untuk mengetahui paritas dari orag tua

2. Identitas orang tua

Nama : nama ibu dan suami untuk mengena, memangil dan menghadiri adanya
kekeliruan

Umur : untuk mengetahui usia kedua orang tua

Suku bangsa : untuk mengetahui asal suku bangsa dari kedua orang tua

Agama : untuk mnegtahui kemungkinan adany apengaruh terhadap kebiasaan kesehata


pasien, memudahkan bidan dalam memberi asuhan
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga memudahkan bidandalam
memberi asuhan

Pekerjaan : untuk mengetahui adanya jenis pekerjaan akan mempengarui kesehatan

Penghasilan : untuk mengetahu status ekonomi keluarga

Alamat : untuk mengetahui dan menilai apakah lingkungan tempat tinggal aman bagi
kesehatan

ANAMNESIS

Kegiatan wawancara langung dengan klien maupun keluarga untuk memperoleh data.

1. Keluhan utama : untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien agar bidan mudah
dalam memberikan asuhan dan menegakkan diagnosa.
2. Riwayat kesehatan ibu :
a. HPHT : untuk menghitung uk
Uk : untuk mengetahui apakah bayi aterm atau tidak
b. Riwayat penyakit keturunan pada keluarga : apakah keluarga klien miliki penyakit
keturunan yang kemungkinan dapat menurun pada bayi
c. Riwayat antenatal : untuk mengetahui bagaimana dan berapa kali ibu memeriksa
kehamilannya
d. Riwayat persalinan : untuk mengetahui bagaimana cara persalinan yang lalu
e. Penyakit ibu selama hamil : untuk mengetahui keadaan ibu selama hamil.
f. Kebiasan merokok : untuk mengatahui kebiasaan ibu apakah akan berpengaruh
pada kesehatan bayi
g. Kesehatan minum jamu : untuk mengetahui kebiasaan ibu ini dapat
mempengaruhi bayi
B. Data Obyektif
Data yang di peroleh melalui pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkuasi
a. Proses kelahiran : untuk mengetahui proses kehamilan ini seperti apa normal/SC
b. Skor APGAR : untuk mengetahui keadaan umum bayi yang dinilai melaluli skor
APGAR
c. Ketuban : untuk mengetahui keadaan ketuban, apakah akan mempengaruhi keadaan
bayi
d. Plasenta : untuk mengetahui keadaan plasenta hal ini dapat mempengaruhi keadaan
ibu.

KEADAAN UMUM

a. Tagisan : untuk menilai usaha nafas


b. Kulit : untuk mengetahui warna kulit bayi merah, pucat atau biru
c. Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh bayi
d. BAB dan BAK : untuk mengetahui apakah sistem eliminasi bayi sudah normal

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

a. Kepala : untuk mengetahui adakah benjolan seperti caput atau tidak warna rambut
hitam / merah apabila merah menunjukan kurang nutrisi, tipis / tebal untuk indikator
apabila tipis meunjukkan kurang gizi
b. Mata : untuk mengetahui bayi kuning (ikterus) atau tidak, apabla ikterus berarti bayi
mengalami hiper bilirubinema
c. Wajah : untuk mengetahui warna kulit wajah bayi apakah kuning (ikterus) atau
simetris atau normal. Apabila kuning maka bayi mengalami hibeperbilirubinemia
d. Telingga : untuk mengetahui telingga telingga bayi mengeluarkan sekret atau tidak
e. Mulut : untuk mengetahui apakah bibir bayi kering atau tidak, terdpat trismus atau
tidak, apabila kuning trismus maka bayi kekurangan vitamin tertentu
f. Dada : untuk mengetahui apakah ada kelainan nelaksasi alat nafas
g. Abdomen untuk mengetahui keadaan abdomen atau kah buncit tegang atau normal
keadaan tali pusat apakah kering, basah, atau berbau
h. Genetalia : keadaan labia sudah menutupi labia minora, sekroptum sudah terisi oleh
testis
i. Anus : untuk mengetahui sudah adakah lubang pada anus, dan terjadi perdarahan atau
tidak
j. ekstremitas : untuk mengetahui warna dari ekstremitas, pucat atau sianosis atau
normal
k. reflek : untuk mengetahui, reflek bayi sudah kah normal, misalnya rooting, sucking,
moro, grasping
C. ANALISIS
Identifikasi terhadap diagnosa, masalah pasien berdasarkan interprestasi yang benar atas
data-data yang telah di kumpulkan

Data dasar Diagnosa


Data subjektif Diagnosa : neonatus aterem hari ke .....
A. ibu mengatakan bayi menangis, ibu
bahagia
B. ibu mengatakan bayinya sudah BAK
dan BAB tiga jam setelah persalinan
data objektif
C. KU baik
D. Kesadaran konposmentris
E. TTV : S: 36.5-37.5 0C N: 120-
160X/menit RR: 40-60X/menit
F. Warna kulit : kemerahan
G. Tangisan : kuwat
H. BAB: + BAK: +
I. Kepala caput : -
J. Abdomen : tali pusat terbungkus
kasa seteril.
K. Jenetalia : sekrotum sudah terisi oleh
testis

D. PENATALAKSANAAN
Untuk mengetahui hasil perencanaan melalui tindakan nyata kemudian di evaluasi.
Diagnosa : nionatus aterem hari ke ....
1. Opservasi suhu dan keadaan umum, suhu 36,40C KU : BAIK
2. Mengangatkan, mengeringkan rangsangan taktil, bungkus bayi dan tempatkan di sisi
ibu, bayi hangat dan mengis kuat.
3. Memantau initake output, bayi minum asi kurang lebih 30cc pada jam 22.00 sudah
tiga kali 23.30bayi BAB+ 1kali , BAK+ 1kali
4. Melakukan perawtan tali pusat dengan kasa steril, tali pusat terbungkus kering
DAFTAR PUSTAKA
Fraser, Diane M., Margaret A. Coper. 2011. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC. Edisi 14
Revisi
Gant, Norman F., 2011. Dasar-Dasar Ginekologi & Obestetri. Jakarta: EGC

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: TIM
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM
Saifuddin, Abdul Bavi. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Neonatus. Jakarta: YBP.SP
Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai