Abstract
Nowadays, learning mathematics is still separated with Islamic religious education. Yet at the latest in
madrasah curriculum requires the integration of Islamic values in each subject. Integration of Islamic values
in the learning of mathematics itself is often considered difficult because teachers have not been accustomed to
apply it. Actually, integrating Islamic values into learning math is not difficult, it can be done in various ways
such as: always mention the name of Allah, the use of the term, visual illustrations, or examples of applications,
insert the relevant verse or hadith, search history, network topics, symbols kauniah verses.
Keywords: math learning strategies, integration of Islamic values
150
Mimi Hariyani: Strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah Berintegrasi Nilai-nilai Islam
Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar serta pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa secara
mengaplikasikan dalam proses pembelajaran. Pem- aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Kualitas
belajaran matematika berintegrasi nilai-nilai Islam ini pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari
hanyalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan
dikembangkan oleh guru atau orang yang konsen di berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
bidang pembelajaran. Namun, perlu menjadi perhatian sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif,
bahwa pengintegrasian nilai-nilai Islam pada suatu baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
standar kompetensi atau kompetensi dasar janganlah pembelajaran, selain menunjukkan semangat belajar
menjadi sesuatu yang dipaksakan atau sebaliknya yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri. Dari segi
diberikan secara berlebihan. hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi
perubahan tingkah laku kearah yang positif, dan
Pembelajaran Matematika tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran matematika merupakan suatu Sedangkan menurut Wragg5, pembelajaran yang
proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa
kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti
adalah belajar dan mengajar. Nirmala1 mengatakan fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana
bahwa kedua aspek ini akan berkolaborasi secara hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar
terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi yang diinginkan.
interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa Dari uraian di atas terlihat bahwa proses pem-
dengan siswa dan siswa dengan lingkungan disaat belajaran matematika bukan sekedar transfer ilmu
pembelajaran matematika sedang berlangsung. dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses
Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan
suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan siswa serta antara siswa dengan siswa. Hal ini
untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara juga sejalan dengan pendapat Helmaheri6 bahwa
optimal, serta guru harus mampu menempatkan pembelajaran matematika hendaknya tidak menganut
paradigma transfer of knowledge, yang mengandung
dirinya secara dinamis dan fleksibel, sebagai:
informatory, transmitter, transformator, organizer, makna bahwa siswa merupakan objek dari belajar.
dan evaluator bagi terciptanya kegiatan belajar Hendaknya siswa menjadi subjek dalam belajar.
siswa yang dinamis dan inovatif2 (Tim Pengembang Pengertian Belajar
MKDK, 2002). Sementara siswa dalam memperoleh
pengetahuannya tidak menerima secara pasif, Menurut Sudjana7 belajar adalah suatu proses
pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri secara yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
aktif. Sejalan dengan pendapat Piaget dalam Lie3 seseorang. Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam
mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh siswa berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan,
dari suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan pemahaman, sikap dan kemampuan. Sejalan dengan
sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak hal tersebut Hamalik8 menyatakan bahwa belajar
menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum adalah modifikasi atau memperteguh prilaku melalui
secara pasif. Siswa mengaktifkan struktur kognitif pengalaman (learning is defined as the modification
dan membangun struktur-struktur baru untuk or strengthening of behavior through experiencing).
mengakomodasi masukan-masukan pengetahuan Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu
yang baru. Jadi penyusunan pengetahuan yang terus proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu
menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang hasil atau tujuan. Dengan demikian belajar itu bukan
aktif. sekedar mengingat atau menghafal, namun lebih luas
daripada itu, yaitu mengalami.
Dalam proses pembelajaran matematika,
baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi Winkel dalam Nirmala9 juga menyatakan bahwa
pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis
pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
apabila pembelajaran berjalan secara efektif. lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
Menurut Bisri4, pembelajaran yang efektif adalah dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
151
Menara, Vol. 12 No. 2 Juli – Desember 2013
nilai sikap. Pendapat di atas menyimpulkan bahwa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Hal
belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan yang ini, akan membuat siswa diam, tidak kritis dan apatis.
dikehendaki dalam tingkah laku, ilmu pengetahuan Berbeda dengan pengertian mengajar pada dunia
dan keterampilan. Perubahan ini mencakup perubahan modern sekarang ini, sebagaimana yang diungkapkan
dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skill), oleh Hamalik13 mengajar adalah usaha mengorganisir
ataupun dalam tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar
sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
bagi siswa. Pendapat yang sama disampaikan oleh
Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar Howard dalam Slameto14 yang menyatakan bahwa
disebabkan oleh pengalaman atau latihan. Sehubungan mengajar adalah suatu aktivitas membimbing atau
dengan pemikiran tersebut, Hudoyo10 menyatakan menolong seseorang untuk mendapatkan, mengubah,
bahwa seseorang dikatakan belajar matematika apabila atau mengembangkan keterampilan, sikap (attitude),
pada diri seseorang tersebut terjadi suatu kegiatan cita-cita (ideals), pengetahuan (knowledge) dan
yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku penghargaan (appreciation). Dari kedua pendapat ini
yang berkaitan dengan matematika. Perubahan secara tersirat diungkapkan bahwa:
tersebut terjadi dari tidak tahu sesuatu menjadi tahu a. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau
konsep tersebut, dan mampu menggunakannya dalam mengubah tingkah laku siswa. Tingkah laku
materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari.
pada siswa terdiri dari dua aspek, yaitu: 1)
Dari pengertian belajar di atas maka dapat ditarik aspek objektif yang bersifat struktural, yakni
kesimpulan bahwa belajar adalah apabila terjadinya aspek jasmaniah dari tingkah laku, dan 2) aspek
perubahan prilaku pada seseorang (peserta didik) dan subjektif yang bersifat fungsional dari tingkah
perubahan prilaku tersebut relatif tetap baik dalam laku, yakni aspek rohaniah dari tingkah laku.
berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Perubahan Pendidikan dan pengajaran menginginkan suatu
ini terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan tingkah laku atau kepribadian yang mempunyai
pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati ciri-ciri:
secara langsung. 1) Berkembang secara berkelanjutan sepanjang
Pengertian Mengajar hidup manusia.
Pengertian mengajar dapat dipandang dalam 2) Pola organisasi kepribadian berbeda untuk
dua aspek. Pertama, pengertian mengajar secara setiap orang dan bersifat unik.
tradisional dan kedua, pengertian mengajar dalam 3) Kepribadian bersifat dinamis, terus berubah
dunia modern. Menurut pengertian tradisional, melalui cara-cara tertentu.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamalik11
b. Kegiatan pengajaran adalah dalam meng-
mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada
organisasi lingkungan. Perkembangan tingkah
siswa atau murid di sekolah. Di dalam pengertian ini
laku seseorang adalah berkat pengaruh
secara eksplisit disebutkan bahwa:
lingkungan. Lingkungan di sini bukan saja
a. Pengajaran dipandang sebagai persiapan hidup. terdiri dari lingkungan alam, akan tetapi meliputi
b. Pengajaran adalah suatu proses penyampaian. lingkungan sosial. Bahkan lingkungan sosial
inilah yang lebih memegang peranan. Melalui
c. Penguasaan penyampaian adalah tujuan utama. interaksi antara individu dan lingkungannya maka
d. Guru dianggap sebagai paling berkuasa. siswa memperoleh pengalaman yang selanjutnya
mempengaruhi prilakunya, sehingga berubah dan
e. Murid selalu bertindak sebagai penerima.
berkembang. Untuk mengakomodir kebutuhan ini
f. Pengajaran hanya berlangsung di ruang kelas. sekolah hendaknya mempersiapkan lingkungan
Slameto12 mengungkap bahwa mengajar adalah yang dibutuhkan untuk maksud-maksud tersebut,
penyerahan kebudayaan kepada anak didik yang seperti mempersiapkan program belajar, bahan
berupa pengalaman dan kecakapan atau usaha untuk pelajaran, metode belajar, alat pengajar, dan lain-
mewariskan kebudayaan masyarakat kepada generasi lain. Selain itu, proses pembelajaran dipengaruhi
berikutnya. Aktivitas sepenuhnya atau tongkat juga oleh pribadi guru, suasana kelas, kelompok
pengendalinya adalah guru, sedangkan siswa hanya siswa, lingkungan di luar sekolah, dan semua
152
Mimi Hariyani: Strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah Berintegrasi Nilai-nilai Islam
lingkungan belajar yang bermakna bagi per- RPP yang memuat secara tertulis penyebutan/
kembangan siswa. pengucapan Basmallah dan membaca doa belajar.
c. Siswa dipandang sebagai organisme yang hidup. Kemudian pada setiap tahap demi tahap dalam
Dalamdirisiswaterdapatpotensi-potensiyangsiap penyelesaian permasalahan matematika serta ketika
untuk berkembang. Siswa memiliki kebutuhan, mengakhiri kegiatan pembelajaran diupayakan
minat, tujuan, kemampuan, intelegensi, dan ditutup secara bersama-sama dengan mengucap
Alhamdulillah.
emosi. Individu siswa berbeda satu sama lainnya
dan masing-masing berkembang menurut pola Tenaga pendidik atau pengajar hendaknya selalu
dan caranya sendiri. Karena ia hidup maka ia mengingatkan kepada peserta didik betapa pentingnya
melakukan banyak aktivitas dan mengadakan kita selalu ingat, mengatas namakan Allah untuk
interaksi dengan lingkungannya. Jadi, aktivitas segala aktivitas dan bersyukur kepada Allah, apa lagi
belajar itu sesungguhnya bersumber dari dalam ketika sedang menggali ilmu-Nya Allah.
diri sendiri. Guru berkewajiban menyediakan
lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju Penggunaan Istilah
ke arah sasaran yang diinginkan. Dengan kata Istilah dalam matematika sangat banyak. Diantara
lain guru bertindak selaku organisator belajar istilah tersebut dapat dinuansi dengan peristilahan
kepada siswa yang potensial itu, sehingga tujuan dalam ajaran Islam, antara lain: penggunaan
di atas tercapai secara optimal. nama, peristiwa atau benda yang bernuansa Islam.
Misalnya: nama (Ahmad, Fatimah, Khodidjah),
Strategi Pembelajaran Matematika peristiwa (mewakafkan tanah dengan ukuran luas
Berintegrasi Nilai-nilai Islam tertentu, kecepatan perjalanan ketika melakukan sa’i
Strategi Pembelajaran merupakan seperangkat dari Saffa ke Marwa waktu ibadah haji), benda-benda
metodeyangdipilihdalamrangkamengoperasionalkan (himpunan kitab-kitab suci, himpunan masjid).
suatu program pembelajaran. Sehingga Strategi Ilustrasi visual
pembelajaran dapat memberikan kemudahan atau
fasilitas kepada peserta didik menuju tercapainya Alat-alat dan media pembelajaran dalam mata
tujuan pembelajaran. pelajaran matematika dapat divisualisasikan dengan
gambar-gambar atau potret yang Islami. Misalnya
Matematika ditinjau dari filosofinya bersumber dalam membicarakan simetri dapat dicontohkan
dari Al Quran. Hal ini dikuatkan oleh banyaknya ornamen-ornamen masjid atau mushollah, dalam
ayat-ayat dalam Al-Quran yang menuansai berhitung pembahasan bangun ruang dapat menampilkan
bilangan. Misalnya Surat An-nisa ayat 11 dan 12 ka’bah, dalam pembahasan bangun datar dapat
yang menegaskan tentang pembagian warisan, Surat menampilkan luas sajaddah.
An’Aam ayat 96 tentang peredaran matahari dan
bulan dapat membantu manusia dalam melakukan Aplikasi atau contoh-contoh
perhitungan, dan banyak ayat-ayat yang lain. Dalam menjelaskan suatu kompetensi dapat
Dalam artikel ini, penulis memaparkan beberapa menggunakan bahan ajar dengan memberikan
langkah strategi pembelajaran yang dikaitkan dengan contoh-contoh aplikatif. Misalnya dalam pembahasan
pengintegrasian nilai-nilai Islam yang dapat dilakukan pecahan dapat dikaitkan dengan pembagian harta
dalam pembelajaran matematika seperti diungkapkan warisan yang sesuai dengan pedoman dalam Al Quran
oleh Yasri15, yaitu: selalu menyebut nama Allah, (Surat An-Nisaa’ ayat 11 dan 12) dan Hadits. Materi
penggunaan istilah, ilustrasi visual, aplikasi atau tentang uang dan perdagangan dapat diterangkan
contoh-contoh, menyisipkan ayat atau hadits yang dengan bantuan praktek bank syariah dengan sistem
relevan, penelusuran sejarah, jaringan topik, simbol bagi hasil.
ayat-ayat kauniah.
Menyisipkan ayat atau hadits yang relevan
Selalu menyebut nama Allah
Dalam pembahasan materi tertentu dapat
Sebelum pembelajaran dimulai, ditradisikan menyisipkan ayat atau hadits yang relevan, misalnya
diawali dengan membaca Basmalah dan berdoa ber- dalam pembahasan aritmetika sosial, disisipkan ayat
sama-sama. Bahkan terkadang dijumpai di beberapa 9 dan 10 surat Al-Jumu’ah (tentang perniagaan) dan
153
Menara, Vol. 12 No. 2 Juli – Desember 2013
154
Mimi Hariyani: Strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah Berintegrasi Nilai-nilai Islam
8. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar
Bumi Aksara, 2003), h. 31. Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan
9. Nirmala, op. cit., h. 17. dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
10. Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika. (Jakarta: Tinggi P2LPTK.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Lie,A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktekkan
Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK, 1988), h. 4.
11. Oemar Hamalik, op. cit., h. 32.
Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
12. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Edisi Revisi). (Jakarta: Rineka Cipta, Nirmala. (2009). Pembelajaran Matematika
2003), h. 34. dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk
13. Oemar Hamalik, loc. cit. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan
14. Slameto, loc. cit. Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar.
15. Yasri, Strategi Pembelajaran Matematika yang Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Bernuansa Islami. [Online]. (Tersedia: http://bdkpadang. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang
kemenag.go.id, 31 Juli 2013).
Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Daftar Pustaka
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar
Al-Quranul Karim. Surat An Nisaa’ Ayat 11 dan 12,
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Surat Al An’am Ayat 96, dan Surat Al Jumu’ah
Ayat 9 dan 10. Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan
Pembelajaran. (2002). Kurikulum Pembelajaran.
Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif.
Bandung: UPI Press.
[Online]. (Tersedia: http://pendis.depag.go.id).
Untoro, J. (2007). Buku Pintar Matematika SD untuk
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan
Kelas 4,5, dan 6. Jakarta: Wahyu Media.
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Wragg, E. C. (1997). Keterampilan Mengajar di
Jakarta: Depdiknas. Sekolah Dasar. Jakarta: Grasindo.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Yasri. (2013). Strategi Pembelajaran Matematika
Jakarta: Bumi Aksara. yang Bernuansa Islami. [Online]. (Tersedia:
http://bdkpadang.kemenag.go.id)
Helmaheri. (2004). Mengembangkan Kemampuan
Komunikasi dan Pemecahan Masalah Siswa
SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil
dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-
UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
155