CAHYA FADILAH
CAHYA FADILAH
4311418046
4311418046
KIMIA
KIMIA
KIMIA
Endah Fitriani Rahayu, S.Si., M. Sc.
M.Si
KIMIA
19 Maret 2020
A. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan disosiasi asam lemah (CH3COOH) dengan menggunakan pH meter
B. Dasar Teori
Konsep asam basa yang sangat terkenal terdiri dari tiga macam yaitu menurut
Arhenius, Bronsted Lowry dan asam basa menurut Lewis. Arhenius menyatakan bahwa
asam adalah senyawa hidrogen, dimana jika senyawa tersebut dilarutkan dalam air akan
mengalami disosiasi elektrolit dan menghasilkan ion H+. kemampuan suatu asam untuk
menghasilkan ion H+ dinilai sebagai kekuatan asam. Besar ion H+ yang dihasilkan
berbanding lurus dengan kekuatan asam. Semakin besar H yang dihasilkan semakin besar
ion H+ maka nilai Ka juga akan semakin besar. Oleh karena itu, pada asam atau Ka pada
basa digunakan sebagai ukuran penentuan kekuatan suatu asam (Khopkar, 1990).
Asam lemah adalah salah satu yang tidak terionisasi seluruhnya ketika asam lemah
tersebut dilarutkan dalam air. Asam etanoat (asam asetat) adalah asam lemah yang khas.
Asam etanoat bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion etanoat,
tetapi reaksi kebalikannya lebih baik dibandingkan dengan reaksi ke arah produk. Ion
bereaksi dengan sangat mudah untuk membentuk kembali asam dan air. Asam poliprotik
adalah asam yang dapat kehilangan lebih dari satu proton. Konstanta disosiasi untuk
proton pertama dapat dinotasikan sebagai Ka1 dan konstanta disosiasi untuk proton yang
berurutan sebagai Ka2, dan lain-lain. Asam fosfat, H3PO4, adalah contoh dari asam
poliprotik karena dapat kehilangan tiga proton (Kennedy, 1990).
Asam lemah mempunyai nilai Ka lebih kecil dari 1. Nilai pKa mulai pada nol umtuk
asam lemah yang paling kuat dan terus bergerak naik (Jika pKa lebih besar dari pada 14,
senyawa tidak efektif sebagai asam dalam larutan air). Bila asam lemah dilarutkan dalam
air, konsentrasi awalnya hampeir selalu diketahui, tetapi reaksi sebagiannya dengan air
menghabiskan sejumlah HA dan menghasilkan A- dan H3O+ :
HA(aq) + H2O(l) ⇄ H3O+ (aq) + A- (aq)
Untuk menghitung jumlah H3O+, A-, dan HA pada kesetimbangan dengan cara
mengganti konsentrasi dengan tekanan parsial. Elemen baru di sini adalah bahwa hasil
kali [H3O+ ] mempunyai sumber kedua, autoionisasi pelarut yaitu air. Dalam kasus yang
biasanya menjadi perhatian, pengaruh kedua ini kecil dan diabaikan. Hal ini merupakan
ide yang sangat baik apabila kita membuktikan kembali bahwa pada setiap akhir
perhitungan [H3O+ ] dari ionisasi asam itu sendiri setidaknya satu orde lebih tinggi dari
10-7 M (Oxtoby, 2001).
Konstanta kesetimbangan untuk ionisasi asam ini yaitu kita namakan konstanta
ionisasi asam (Ka) ,dinyatakan sebagai: Ka = ¿ ¿
Pada suhu tertentu, kekuatan asam HA diukur secara kuantitatif dengan Ka. Semakin
besar Ka, semakin kuat asamnya, artinya semakin tinggi konsentrasi ion H + pada
kesetimbangan karena ionisasinya. Karena ionisasi asam lemah tidak pernah sempurna,
semua spesi berada pada kesetimbangan. Kita dapat menghitung Ka dari konsentrasi
awal asam dan pH larutan, dan kita dapat menggunakan Ka dan konsentrasi awal asam
untuk menghitung konsentrasi kesetimbangan semua spesi dan pH larutan(Chang, 2003).
Ionisasi atau disosiasi asam lemah/HA dalam air dinyatakan dengan persamaan HA ⇄
H + A- dan tetapan kesetimbangan Ka dinyatakan dengan Ka = ¿ ¿. pH larutan dapat
+
D. Cara Kerja
Metode I:
1. Jalankan file (pH-meter_01.swf/pH-meter_01.exe) sehingga muncul tampilan
seperti Gambar 1.
2. Pilih menu Solution dan pilih Acid.
3. Pilih jenis asam yaitu HC2H3O2 (asam asetat)
4. Atur konsentrasi larutan menjadi 100 x 10-2 M dan volume 50 mL.
5. Klik Insert Probes untuk mengukur pH, catat nilai pH larutan yang terukur.
6. Klik Remove Probes untuk mengangkat elektroda.
7. Ulangi langkah nomor 4-6 dengan mengganti konsentrasi larutan asam asetat
menjadi 80 x 10-2, 60 x 10-2, 40 x 10-2, 20 x 10-2, 100 x 10-3, 80 x 10-3, 60 x 10-3, 40 x
10-3, dan 20 x 10-3 M.
8. Catat data pada lembaran pengamatan.
Metode II :
1. Jalankan file (pH-meter_02.swf/pH-meter_02.exe) sehingga muncul tampilan
seperti Gambar 2.
2. Pilih menu Acid/Base dan pilih HC2H3O2.
3. Pilih menu Salt dan pilih NaC2H3O2.
4. Atur konsentrasi Acid pada 50 x 10-2 M dan volume 100 mL.
5. Atur konsentrasi Salt pada 10 x 10-2 M dan volume 100 mL.
6. Klik Insert Probes untuk mengukur pH larutan, catat nilai pH yang terukur.
7. Klik Remove Probes untuk mengangkat elektroda.
8. Ulangi langkah 4-7 dengan menvariasi konsentrasi Acid-Salt sebagai berikut
Acid (M)
Salt (M)
50 x 10-2
20 x 10-2
50 x 10-2
30 x 10-2
50 x 10-2
40 x 10-2
50 x 10-2
50 x 10-2
Dengan volume masing-masing tetap 100 mL.
9. Catat data pada lembaran pengamatan.
Gambar 2. Software pH-meter untuk mengukur pH buffer
E. Data Pengamatan
Metode I
Pembacaan pH Perhitungan Ka
No CH3COOH (M) [ H+ ]
T = 298,15 K
[H+]2 = Ka * M
Ka = [H+]2 / M
Ka = (10-2,37)2 / (100 x 10-2)
Ka = 1.81970086×10−5
Metode II
Perbandingan Pembacaan
pH
No [ H+ ] Perhitungan Ka
Acid (M) Salt (M) T = 298,15
K
Ka = [10-4,04]*(1/5)
Ka = 1.82402168×10−5
F. Analisis Data
Metode I:
I Teori−Hasil I
kesalahan= x 100 %
I Teori I
G. Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan tetapan dissosiasi asam lemah
(Ka) dengan menggunakan Ph-Meter. Konstanta disosiasi (Ka) berhubungan dengan
derajat disosiasi. Derajat disosiasi bergantung pada konsentrasi sehingga derajat ionisasi
tidak bisa dijadikan pengukuran kekuatan asam atau basa. Namun, nilai kesetimbangan
disosiasi, tidak bergantung pada konsentrasi tetapi bergantung pada keaktifan asam
sehingga dapat dijadikan ukuran kuantitatif untuk kekuatan asam atau basa itu (Svehla,
1990). Disosiasi merupakan peristiwa terjadinya suatu senyawa menjadi zat-zat yang
lebih kecil atau sederhana, sedangkan ionisasi adalah peristiwa terurainya senyawa
menjadi ion-ionnya. Praktikum ini melibatkan titrasi potensiometrik, di mana titrasi
dilakukan dengan mencelupkan elektroda yang telah tersambung pada pH meter yang
telah siap menghitung pH dari bahan yang dititrasi. Bahan yang dipakai pada praktikum
ini adalah asam monoprotik. Asam monoprotik adalah asam yang dapat melepaskan 1 H +.
Asam monoprotik yang digunakan disini adalah asam asetat.
Asam lemah adalah salah satu yang tidak terionisasi seluruhnya ketika asam lemah
tersebut dilarutkan dalam air. Asam etanoat (asam asetat) adalah asam lemah yang khas.
Asam etanoat bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion etanoat,
tetapi reaksi kebalikannya lebih baik dibandingkan dengan reaksi ke arah produk. Ion
bereaksi dengan sangat mudah untuk membentuk kembali asam dan air. Asam poliprotik
adalah asam yang dapat kehilangan lebih dari satu proton. Konstanta disosiasi untuk
proton pertama dapat dinotasikan sebagai Ka1 dan konstanta disosiasi untuk proton yang
berurutan sebagai Ka2, dan lain-lain. Asam fosfat, H3PO4, adalah contoh dari asam
poliprotik karena dapat kehilangan tiga proton (Kennedy, 1990).
Pada percobaan metode 1 yaitu dilakukan pengukuran pH pada larutan asam asetat
pada konsetrasi 100 x 10-2, 80 x 10-2, 60 x 10-2, 40 x 10-2, 20 x 10-2, 100 x 10-3, 80 x 10-3,
60 x 10-3, 40 x 10-3, dan 20 x 10-3 M dengan volume masing-masing 50 mL. Pengukuran
dilakukan menggunakan pH meter. Pada metode ini dihasilkan pH yang cenderung
semakin besar seiring berkurangnya konsentrasi larutan. Harga pH yang telah didapatkan
digunakan untuk menentukan harga Ka dari larutan asam asetat dari masing-masing
konsentrasi. Sehingga pada percobaan ini didapatkan harga Ka rata-rata sebesar 1.81609
×10−5. Harga Ka yang didapatkan mendekati dari harga Ka asam asetat secara teori yaitu
1,8 x 10-5. Kesalahan hanya sebesar 0,894 dan ketelitian yang didapatkan sebesar
99,106%.
Pada percobaan metode II dilakukan pengukuran pH larutan asam asetat dengan
garam natrium asetat. Konsentrasi garam yaitu 10 x 10-2; 20 x 10-2; 30 x 10-2; 40 x 10-2; 50
x 10-2 M dengan konsentrasi asam asetat tetap yaitu 50 x 10-2 M. Berdasarkan hasil
pengukuran pH larutan semakin besar seiring dengan bertambahnya konsentrasi garam.
Harga pH yang telah didapatkan digunakan untuk menentukan harga Ka dari larutan asam
asetat dari masing-masing konsentrasi. Sehingga pada percobaan ini didapatkan harga Ka
rata-rata sebesar 1.82335 ×10−5 . Harga Ka yang didapatkan mendekati dari harga Ka
asam asetat secara teori yaitu 1,8 x 10-5. Kesalahan hanya sebesar 1,297 dan ketelitian
yang didapatkan sebesar 98,703%. Dari metode I dan metode II dapat diketahui bahwa
metode I lebih teliti hasilnya dibandingkan metode II.
Prinsip kerja alat pH meter berprinsip pada konduktivitas suatu larutan. Potensial
elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah
diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang belum diketahui. Hal
ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen
yang ukuranya relatif kecil dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial
elektrokimia dari ion hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu
elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya
mengukur tegangan. Skema elektroda pH meter akan mengukur potensial listrik antara
Merkuri Klorid (HgCl) pada elektroda pembanding dan potassium chloride (KCl) yang
merupakan larutan di dalam gelas elektroda serta petensial antara larutan dan elektroda
perak. Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat
berubah tergantung sampelnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang
equivalent yang lainnya untuk menetapkan nilai pH. Elektroda pembanding calomel
terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium kloride (KCl) yang merupakan elektrolit
yang berinteraksi dengan HgCl diujung larutan KCl. Tabung gelas ini mudah pecah
sehingga untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau bahan sejenisnya.
Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsure natrium.
Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh dan tersambung dengan gelembung
kaca yang tipis. Di dalamnnya terdapat larutan KCl yang buffer pH 7. Elektroda perak
yang ujungnya merupakan perak kloride (AgCl2) dihubungkan ke dalam larutan tersebut.
Untuk meminimalisir pengaruh elektrik yang tidak diinginkan, alat tersebut dilindungi
oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat di bagian dalam elektroda
gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor
temperature, yakni suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh temperature. Antara elektroda
pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun dalam satu kesatuan.
H. Kesimpulan
Tetapan disosiasi (Ka) berhubungan dengan derajat disosiasi. Derajat disosiasi
bergantung pada konsentrasi sehingga derajat ionisasi tidak bisa dijadikan pengukuran
kekuatan asam atau basa. Namun, nilai kesetimbangan disosiasi, tidak bergantung pada
konsentrasi tetapi bergantung pada keaktifan asam sehingga dapat dijadikan ukuran
kuantitatif untuk kekuatan asam atau basa itu. Dari hasil percobaan didapatkan harga Ka
rata-rata asam asetat dengan metode I yaitu 1.81609 ×10−5 sedangkan dengan metode II
yaitu 1.82335 ×10−5. Dari kedua metode ketelitian paling tinggi yaitu dengan metode I
dengan tingkat kesalahan hanya 0,894 % sedangkan metode II tingkat kesalahan sebesar
1,297 %
I. Saran
Sebaiknya variabel percobaan ini diperbanyak dan menambah metode lain untuk
mengukur harga Ka asam lemah.
J. Tugas
1. Bandingkan harga Ka asam asetat pada metode I dan II. Manakah dari kedua cara itu
yang memberikan hasil paling andal?
Jawab:
Metode I memberikan hasil paling andal dengan hasil percobaan didapatkan
harga Ka rata-rata asam asetat dengan metode I yaitu 1.81609 ×10−5 sedangkan
dengan metode II yaitu 1.82335 ×10−5. Ka asam asetat sesuai literatur yaitu 1.8 ×10−5
2. Cari harga tetapan disosiasi asam asetat dalam literatur kemudian hitung persen
kesalahan dari tiap penentuan Ka yang telah ditetapkan !
Jawab:
Metode I:
I Teori−Hasil I
kesalahan= x 100 %
I Teori I