Anda di halaman 1dari 10

V

MENENTUKAN LIMIT OF DETECTION (LoD) dan LIMIT OF


PENENTUAN
QUANTITATION GAYA GERAK
(LoQ) SENYAWA LISTRIKCo(H2O)62+
KOMPLEKS
MENGGUNAKAN SOFTWAREDAN ELEKTROKIMIA
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

CAHYA FADILAH
CAHYA FADILAH
4311418046

4311418046
KIMIA

KIMIA
KIMIA
Endah Fitriani Rahayu, S.Si., M. Sc.
M.Si
KIMIA
19 Maret 2020

Dr.9 Agung Tri Prasetya, S. Si., M. Si.


Khofifah Shinta Mamnukha (4311418073)
27 April 2021
PERCOBAAN V
MENENTUKAN LIMIT OF DETECTION (LoD) dan LIMIT OF QUANTITATION
(LoQ) SENYAWA KOMPLEKS Co(H2O)62+ MENGGUNAKAN SOFTWARE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

A. Tujuan Percobaan
Menentukan persamaan kurva kalibrasi, koefisien korelasi, besaran LoD dan LoQ
senyawa kompleks Co(H2O)62+
B. Landasan Teori
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor. Beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan, antara lain spektrofotometri visible (spektro vis) yang bersumber dari cahaya
tampak, spektrofotometri ultraviolet (UV) yang pengukurannya didasarkan pada
interaksi sampel dengan sinar UV, dan spektrofotometri UV-Vis yang merupakan
gabungan dari spektrofotometri visible dan spektrofotometri UV dengan dua sumber
cahaya yang berbeda (Yanoff, 2009)
Pada spektrofotometri Visible (Spektro Vis) yang digunakan sebagai sumber
sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar
tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh
manusia baik itu putih, merah, biru, hijau, dll selama dapat dilihat oleh mata, maka sinar
tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya
dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan
nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74 (Ambasta,
2008).
Istilah kolorimetri berarti analisa berdasarkan penyerapan cahaya tampak oleh
molekul (atau ion) contoh dalam larutan. jadi pada kolorimetri cahaya yang digunakan
adalah cahaya tampak, yaitu cahaya yang meliputi panjang gelombang antara 400 hingga
750 nm. Akan tetapi tidak semua zat/ion mempunyai sifat-sifat kolorimetri yang baik.
Supaya zat yang demikian itu dapat diukur serapannya secar kolorimetri, maka zat
tersebut diubah terlebih dahulu menjadi suatu zat yang memiliki sifat-sifat kolorimetri
yang baik, yaitu dengan jalan mereaksikannya dengan suatu pereaksi pembentuk warna
(chromogenic reagent). Reaksi yang menimbulkan warna ini dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut:
Analit + Pereaksi pembentuk warna ⇄ Hasil reaksi (yang berwarna)

Dalam percobaan ini akan ditinjau berbagai sifat-sifat kolorimetri yang sebaiknya
dimiliki oleh pereaksi pembentuk warna (chromogenic reagent) dan oleh hasil reaksi
pereaksi tersebut dengan contoh (yang diukur absorbansinya).

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pereaksi pembentuk warna

Bila diperlukan penambahan zat pembentuk warna, maka zat pereaksi ini
seyogyanya memiliki sebanyak mungkin dari pada sifat-sifat kolorimetri di bawah ini:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifat-sifatnya dalam waktu
beberapa jam, berfermentasi atau me-nyebabkan timbulnya semacam cendawan
(mold) bila disimpan, setiap kali harus dibuat baru dan suatu kurva kalibrasi yang baru
harus dibuat pada tiap kali pembuatan larutan pereaksi tersebut.
2. Pembentukkan warna yang dianalisa harus cepat.
3. Reaksinya dengan komponen contoh yang dianalisa harus ber-langsung secara
stoikiometris.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam daerah spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga
warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran dari komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan
yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen yang dicari menjadi suatu bentuk
atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehendaki
tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang
dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

Selain dari itu, tidak peduli apakan kepada larutan yang akan diukur absorbansinya itu
perlu ditambahkan pereaksi pembentuk warna atau tidak, maka larutan tersebut secara
ideal harus memiliki lima sifat-sifat di bawah ini:

1. Kestabilan warna untuk waktu yang cukup guna memungkinkan pengukuran


absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang berakibatkan menyusutnya warna
larutan (fading), kadang-kadang disebabkan oksidasi udara, penguraian secara
fotokimia, pengaruh keasaman, suhu, jenis pelarut dan hal-hal lain. Kadang-kadang
dengan mengubah kondisi larutan, dapat diperoleh kestabilan yang lebih baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi
(warnanya harus cukup tua) yang berarti bahwa absorptivitas molarnya (e) besar. Ini
dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya (sering kali) dan dengan memilih
pereaksi yang mempunyai kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang akan diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi
kecil dalam nilai pH, suhu dan kondisi-kondisi lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna itu harus dapat larut dalam pelarut yang dipakai.
5. Sistem yang berwarna itu harus memenuhi Hukum Lambert Beer.

Pengukuran spektrofotometri didasarkan pada absorpsi cahaya dengan panjang


gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan
ditentukan konsentrasinya. Proses tersebut dapat disebut juga sebagai absorpsi
spektrofotometri. Jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya
tampak, maka disebut kalorimetri (Hendayana, 2009). Agar suatu zat dapat diukur
serapannya secara kalorimetri, maka zat tersebut harus diubah menjadi suatu zat yang
memiliki sifat-sifat kalorimetri yang baik. Suatu larutan yang ideal harus memiliki sifat-
sifat seperti :
1) Kestabilan warna untuk waktu yang cukup agar memungkinkan pengukuran
absorbansi yang teliti. Dengan mengubah kondisi larutan, dapat diperoleh
kestabilan yang lebih baik
2) Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi
dengan absorptivitas molarnya () yang besar. Hal ini dapat dikontrol dengan
mengubah pelarut dan dengan memilih pereaksi yang mempunyai kepekaan yang
cukup tinggi.
3) Warna larutan yang akan diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-
variasi kecil dalam nilai pH, suhu dan kondisi-kondisi lain
4) Hasil reaksi yang berwarna harus dapat larut dalam pelarut yang dipakai.
5) Sistem yang berwarna harus memenuhi Hukum Lambert Beer.
C. Alat dan Bahan
Praktikum ini dilakukan secara virtual menggunakan aplikasi Macromedia Flash.
D. Prosedur Kerja

E. Atur Panjang
File spektrofotometer gelombang dari
Click here to open
yang akan digunakan senyawa kompleks
ditekan untuk
dalam praktikum Co(H2O)62+ pada
membuka holder
dijalankan Panjang gelombang
maksimum (hasil dari
percobaan II)

Tombol 0 ABS Click to close ditekan Drag kuvet yang


100%T ditekan untuk untuk menutup berisi akuades yang
menset blanko holder berada dibawah
Distilled Water ke
dalam tempat kuvet

Remove Cuvette
Click here to open
ditekan untuk
ditekan untuk Klik Molarity Mode
mengosongkan
membuka holder
tempat kuvet

Tutup holder dengan Drag kuvet yang Atur konsentrasi


cara menekan Click berisi Co(H2O)62+ Co(H2O)62+ pada
here to close yang berada dibawah 0,002M
Sample ke dalam
tempat kuvet

Kosongkan tempat
Baca dan catat Buka holder dengan
kuvet dengan
absorbansinya dalam cara menekan Click
menekan Remove
tabel here to open
Cuvette

Tentukan persamaan Buatlah kurva Ulangi secara


kurva kalibrasi dan kalibrasi antara berulang dengan
koefisien korelasi. konsentrasi konsentrasi 0,004;
Hitung besaran LoD Co(H2O)62+ versus 0,006; 0,008; 0,010;
dan LoQ absorbansi 0,012; 0,014; 0,016;
0,018; dan 0,02 M
F. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil pengamatan absorbansi senyawa kompleks Co(H2O)62+

Konsentrasi
Absorbansi Y Absorbnsi -Y (Absorbansi -Y)2
Co(H2O)62+ (molar)

0,000 0 -0,00009 0,00009 8,1E-09


0,002 0,202 0,33213 -0,13013 0,016933817
0,004 0,405 0,66435 -0,25935 0,067262423
0,006 0,607 0,99657 -0,38957 0,151764785
0,008 0,81 1,32879 -0,51879 0,269143064
0,010 1,012 1,66101 -0,64901 0,42121398
0,012 1,214 1,99323 -0,77923 0,607199393
0,014 1,417 2,32545 -0,90845 0,825281403
0,016 1,619 2,65767 -1,03867 1,078835369
0,018 1,822 2,98989 -1,16789 1,363967052
0,020 2,024 3,32211 -1,29811 1,685089572

Berdasarkan tabel pengamatan, kurva kalibrasi antara konsentrasi Co(H2O)62+ versus


absorbansi diperoleh sebagai berikut:

Kurva Kalibrasi
2.5

2
f(x) = 101.21 x − 0
R² = 1
1.5
Absorbansi

0.5

0
0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025
Konsentrasi
G. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk Menentukan persamaan kurva kalibrasi, koefisien
korelasi, besaran LoD dan LoQ senyawa kompleks Co(H2O)62+ menggunakan software
spektrofotometri visible. Praktikum ini dilakukan secara virtual dengan aplikasi
Macromedia Flash. Pada spektrofotometri visible, energi yang dimiliki sinar tampak
mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang
memiliki energi lebih tinggi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya
yang ditangkap oleh manusia. Dalam percobaan ini akan ditinjau berbagai sifat-sifat
kolorimetri yang sebaiknya dimiliki oleh pereaksi pembentuk warna (chromogenic
reagent) dan oleh hasil reaksi pereaksi tersebut dengan contoh (yang diukur
absorbansinya).
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pereaksi pembentuk warna bila diperlukan
penambahan zat pembentuk warna, maka zat pereaksi ini seyogyanya memiliki sebanyak
mungkin dari pada sifat-sifat kolorimetri di bawah ini:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifat-sifatnya dalam
waktu beberapa jam, berfermentasi atau me-nyebabkan timbulnya semacam
cendawan (mold) bila disimpan, setiap kali harus dibuat baru dan suatu kurva
kalibrasi yang baru harus dibuat pada tiap kali pembuatan larutan pereaksi
tersebut.
2. Pembentukkan warna yang dianalisa harus cepat.
3. Reaksinya dengan komponen contoh yang dianalisa harus ber-langsung secara
stoikiometris.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam daerah spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran dari komponen
tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam
larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen yang dicari menjadi
suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna
yang dikehendaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang
dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
Berdasarkan percobaan pada data pengamatan diperoleh kurva standar sebagai
berikut. Hasil analisis grafik di peroleh nilai regresi linear sebesar y = 101,21x - 9E-05
kemudian pada nilai R = 1, hal ini menunjukkan hal yang baik dalam kurva standar,
berdasar analisis pada tabel berikutnya kita dapat menghitung LoD dan LoQ. Diperoleh
nilai LoD sebesar 0,014545782 dan nilai LoQ sebesar 0,04848594.

H. Simpulan
Persamaan kurva kalibrasi yang diperoleh yaitu y=101,21 x−9 ×10−05 dengan R²
= 1. Sedangkan untuk nilai LoD sebesar 0,014545782 dan nilai LoQ sebesar 0,04848594.

I. Saran
Saran pada percobaan diatas, sebaiknya dilakukan percobaan secara langsung
pada laboratorium agar dapat mempraktikan secara langsung metode percobaan yang
seharusnya dilakukan. Namun diperlukan juga percobaan secara virtual untuk
membandingkan kedua hasil tersebut.

J. Tugas
1. Berapakan rentang nilai absorbansi yang ideal dari suatu larutan kompleks berwarna.
Jawab:
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron pada keadaan
normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar
(ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron
tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi
atau menuju keadaan tereksitasi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan
cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang
dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer.Misalnya suatu zat
akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan
suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada
spektrum sinar tampak.

2. Adakah data hasil pengamaan yang tidak digunakan? Beri alasan jika memang ada
data yang tidak digunakan.
Jawab:
Tidak ada, karena data pada hasil pengamatan seluruhnya diperlukan dalam
membuat kurva larutan standar, dan kemudian akan digunakan untuk menentukan
LoD dan LoQ.
K. Daftar Pustaka

Ambasta, B.K. 2008. Chemistry for Engineers. New Delhi : Laxmi Publications

Hendayana, S. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung : Jurusan


Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Tim Dosen Kimia Analitik Dasar. 2021. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Instrumen
Secara Daring. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES

Yanoff, Myron, Jay S. Duker dan James J. Augsburger. 2009. Ophthalmology Ed. 3.
China : Elsevier Health Sciences.

Anda mungkin juga menyukai