Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KEKERUHAN AIR

MENGGUNAKAN TURBIDIMETER

DISUSUN OLEH:
ZAKI ARRASYID ZULKARNAIN/34

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KIMIA INDUSTRI


SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
2024
LA B O R AT O R I U M K I M I A
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
(STM PEMBANGUNAN YOGYAKARTA)

PRAKTIKUM ANALISIS KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN


TURBIDIMETER

I. TUJUAN
1. Siswa dapat melakukan kegiatan pengambilan sampel air permukaan
dengan benar sesuai SNI-698957 tahun 2008.
2. Siswa diharapkan agar dapat menyiapkan sampel air untuk pengujian
sesuai dengan spesifikasi alat turbidimeter.
3. Siswa dapat mengoperasikan instrument turbidimeter untuk uji
kekeruhan air.
4. Siswa dapat melakukan pengujian kekeruhan air menggunakan
turbidimeter dengan SOP yang benar.

II. DASAR TEORI


Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2 O. Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan
temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang
penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak
macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal
karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan
dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion
hidrogen ( H +¿¿ ) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion
hidroksida (OH −¿¿).
Peristiwa keruh atau turbid pada air terjadi ketika suatu air
mengandung material tersuspensi yang mengganggu masuknya cahaya ke
dalam air. Dalam kata lain, kekeruhan atau turbiditas merupakan suatu
peristiwa pembiasan akibat material yang tersuspensi dalam air,
Umumnya, kekeruhan terjadi akibat banyaknya material tersuspensi
dengan ukuran yang beragam, mulai dari koloid hingga pasir atau batuan
yang terdispersi dan juga tergantung oleh derajat turbulensi dari masing-
masing partikel. Selain itu, material yang tersuspensi dalam air tersebut
menyebabkan perubahan warna air menjadi keruh dan kotor (Sawyer
& McCarty, 2003).
LA B O R AT O R I U M K I M I A
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
(STM PEMBANGUNAN YOGYAKARTA)

Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang


berdasarkan pada pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya
yang diukur adalah perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan
dengan intensitas sinar mula mula. Sinar yang dipancarkan oleh lampu
(sumber cahaya) akan dipantulkan oleh cermin cekung dan kemudian
dijatuhkan pada contoh yang mengandung partikel yang tersuspensi. Sinar
yang jatuh pada partikel partikel yang tersuspensi tersebut akan ditebarkan
dihamburkan. Kemudian sinar yang dihamburkan oleh cuplikan akan
ditangkap oleh nephelometer yang mana arahnya tegak lurus (90°) dari
sumber cahaya. Sinar yang diteruskan ditangkap oleh pengamat yang
arahnya membentuk garis lurus dari sumber cahaya disebut turbidimeter.
Turbidimeter merupakan sifat optik akibat disperse sinar dan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspense
adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode
pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu
kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak didalam lapisan medium
yang keruh. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai
Tyndall meter. Dalam instrument ini intensitas diukur secara langsung,
sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.
Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas
tergantung juga pada warna.

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Turbidimeter
2. Pipet tetes
3. Pipet ukur 5 ml
4. Labu ukur 100 ml
5. Gelas beaker 250 ml
6. Tissue
B. Bahan
1. Aquadest
2. Sampel air permukaan
LA B O R AT O R I U M K I M I A
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
(STM PEMBANGUNAN YOGYAKARTA)

IV. LANGKAH KERJA


A. Zero-Setting
1. Nyalakan turbidimeter
2. Pastikan wadah botol turbidimeter dalam keadaan bersih dan
kering
3. Tuang aquadest pada botol turbidimeter sampai tanda batas
4. Masukkan botol ke bagian atas turbidimeter lalu tutup
5. Putar Zero Adjust" dan "Correction" dengan hati-hati dan perlahan
sampai angka pengukuran yang tertampil dilayar menunjukkan
0,00
6. Botol yang berisi aquadest dikeluarkan apabila larutan standar
sudah siap untuk di ukur
B. Pengukuran Larutan Standar 10 NTU (Kalibrasi Manual)
1. Hitung kebutuhan larutan induk yang dibutuhkan untuk membuat
larutan standar 10 NTU sebanyak 100 ml. (larutan induk yang
tersedia 400 NTU)
2. Encerkan dengan menggunakan aquadest dalam labu ukur 100 ml
3. Gojog hingga homogen
4. Ambil botol + aquadest dari dalam turbidimeter (yang tadi dipakai
untuk zero-setting)
5. Masukkan larutan standar ke dalam botol hingga tanda batas
6. Masukkan ke turbidimeter lalu tutup
7. Amati tampilan angka pada layar, lakukan "Correction" secara
hati-hati dan perlahan hingga hasil pengukuran menunjukkan nilai
10
8. Botol+larutan standar dikeluarkan apabila larutan sampel sudah
siap untuk di ukur
C. Pengukuran Kekeruhan Sampel
1. Kondisikan sampel agar homogen
2. Tuang ke dalam botol turbidimeter sampai tanda batas
3. Ambil botol + larutan standar dari dalam turbidimeter
4. Masukkan botol + sampel ke bagian atas turbidimeter lalu tutup
5. Tunggu sampai angka hasil pengukuran muncul pada layar (ambil
nilai yang paling stabil)
6. Catat hasilnya

V. RANGKAIAN ALAT
LA B O R AT O R I U M K I M I A
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
(STM PEMBANGUNAN YOGYAKARTA)

VI. DATA PENGAMATAN


Larutan Hasil (NTU) Rata-rata (NTU)
Aquadest 0,00
Standar 1 10,0 10,0
Standar 2 10,0
Sampel 1 0,85 0,63
Sampel 2 0,43

0 , 85+0 , 43
Rata-rata sampel = ¿0,64 NTU
2

VII. PERHITUNGAN
Larutan induk : 400 NTU
Larutan standart : 10 NTU

Pengenceran larutan 400 NTU:


V 1 × M 1 =V 2 × M 2
V 1 ×400=100 ×10
1000
V 1= =2 , 5 ml
400

VIII. PEMBAHASAN

IX. KESIMPULAN
1. Kami dapat melakukan pengambilan sempel air permutaan sesuai
standar SNI-698957. 2008 dengan memperhatikan kekeruhan air,
wadah sampel, dan kelengkapan APD
LA B O R AT O R I U M K I M I A
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
(STM PEMBANGUNAN YOGYAKARTA)

2. Kami dapat menyiapkan sampel yang diperkirakan kekeruhannya tidak


melebihi 20 NTU
3. Kami dapat mengoperasikan turbidimeter untuk menguji kekeruhan
sampel air sawah
4. Kami sudah melakukan uji kekurahan sesuai sop dengan
menggunakan apd serta mengkalibrasi turbidimeter sebelum uji
kekeruhan sampel dan membersihkan permukaan botol sebelum
dimasukkan di turbidi meter.

X. DAFTAR PUSTAKA
Sawyer, C., & McCarty, P. G. (2003), Chemistry for Environmental and
Engineering Science. New York: McGraw Hill Inc.
Laporan praktikum kekeruhan air. Scribd. Diakses pada 10 Februari 2024,
https://www.scribd.com/document/403060853/8-LAPORAN-PRAKTIKUM-
kekeruhan-air-docx

XI. LAMPIRAN

Gambar menuangkan sampel ke Gambar mengkalibrasi dengan


kuvet aquadest
LA B O R AT O R I U M K I M I A
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
(STM PEMBANGUNAN YOGYAKARTA)

Gambar mengkalibrasi Gambar pengujian kekeruhan


turbidimeter dengan larutan 10 sampel pertama
NTU

Anda mungkin juga menyukai