Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Karyawan
SPBE Di Indramayu
Factors Associated with the Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in SPBE Employees in
Indramayu
37
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
pada ibu jari dan tiga jari utama yaitu jari berulang adalah menjadi operator, loading
telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis. bongkar dan loading muat gas elpiji. Dari
CTS muncul ketika syaraf Medianus proses pengisian gas (operator), loading
mengalami kompresi pada saluran dalam bongkar dan loading muat diketahui faktor
pergelangan tangan3. pekerjaan yang merupakan faktor risiko
terjadinya CTS. Pada proses loading, saat
CTS secara khas menyebabkan rasa nyeri
mengangkut tabung gas dari Armada, pekerja
dan parestesi pada tangan pada malam hari
menggunakan alat bantu berupa troli untuk
atau bengkak yang menyebabkan
mengangkut tabung, namun alat tersebut
ketidakmampuan kondisi pergelangan tangan,
mengandalkan kekuatan tangan dengan cara
karena tekanan yang terlalu berat pada syaraf
didorong menuju conveyor. Posisi tangan dan
medianus yang melalui pergelangan tangan
tubuh bagian atas terlihat tidak ergonomik,
(Carpal Tunnel) yang sempit, di bawah
posisi terlihat flexi dan extensi. Gerakan
ligamentum karpal transversal4.
tangan tersebut dilakukan secara terus-
Gejala CTS meliputi rasa nyeri, menerus. Jika hal tersebut dilakukan secara
pembengkakan, rasa seperti tertusuk, hipotesia berulang maka akan menyebabkan tekanan
pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah. pada tangan atau pergelangan tangan.
Penelitian Trimanto (2008) dalam Lazuardi
Dari hasil studi pendahuluan yang
(2016) menjelaskan bahwa dari 60 sampel
dilaksanakan di SPBE PD.BWI pada bulan
terdapat 26 orang mengalami CTS dengan
Februari 2017 ditemukan adanya gejala CTS
hasil ada hubungan antara masa kerja,
pada karyawan seperti seringnya kesemutan
frekuensi gerakan berulang, kekuatan otot
dan rasa nyeri yang menjalar kejari serta
tangan, sikap kerja dengan kejadian carpal
tangan, salah satu faktor resiko yang
tunnel syndrome pada pekerja pemecah batu
menyebabkan sindrom terowongan karpal
split di desa Pandawa Kecamatan Lebaksiu
seperti gerakan berulang dengan kekuatan,
Kabupaten Tegal. Dari posisi kerja yang
tekanan pada otot, getaran, suhu, postur kerja
bersifat monoton, menggunakan tangan secara
yang tidak ergonomik. Mayoritas pekerja
fleksi dan ekstensi secara berlebihan, posisi
menganggap keluhan sakit atau nyeri pada
kerja yang statis merupakan faktor resiko
tangan adalah hal yang biasa, sehingga sakit
untuk terjadinya CTS5.
atau nyeri yang didapat tidak terlalu
Di Indonesia, prevalens CTS dalam diperhatikan.
masalah kerja belum diketahui karena sangat
sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang
dilaporkan. Berbagai penelitian melaporkan Metode Penelitian
bahwa CTS merupakan salah satu jenis CTDs Dalam melaksanakan penelitiaan, jenis
yang paling cepat menimbulkan gejala pada penelitian yang digunakan adalah
pekerja. Penelitian pada pekerjaan dengan Observasional Analitik dengan menggunakan
risiko tinggi di pergelangan tangan dan tangan metode Cross Sectional, yaitu penelitian untuk
mendapatkan prevalensi CTS antara 5,6%- mempelajari dinamika korelasi antara faktor
14,8%6. Penyebab dari CTS dapat terjadi resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
karena trauma langsung pada carpal tunnel, observasi atau pengumpulan data sekaligus
posisi pergelangan fleksi dan ekstensi pada suatu saat atau Point Time Approach8.
berulang, edema, kelainan sistemik7. Instrumen Penelitian adalah perangkat yang
Salah satu pekerjaan yang banyak digunakan untuk mengungkap data9. Alat
melakukan aktivitas statis dengan gerakan pengumpulan data yang digunakan dalam
38
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
penelitian ini adalah Kuesioner, Phalen’s test, Dari data diatas diketahui bahwa
Tinel test, Wrist extension test, Pressure test, dari 40 responden yang masuk dalam
Stopwatch, dan lembar penilaian RULA kategori tidak berisiko berjumlah 22
(Ruppid Upper Limb Assassment). orang (55,0%) sedangkan responden
Dalam penelitian ini, peneliti akan yang masuk dalam kategori berisiko
membagikan kuesioner, observasi dan test berjumlah 18 orang (45,0%).
pemeriksaan fisik pada karyawan karyawan
bagian filling hall area di SPBE PD.BWI dan 3. Postur Kerja
SPBE PT. Fajar Cahaya Pantura sebanyak 40 Tabel 3. Distribusi Frekuensi
orang. Untuk mengetahui hubungan masa Responden Berdasarkan Postur
kerja, gerakan repetitive dan postur kerja Kerja
dengan kejadian CTS menggunakan Fisher’s No Level Jumlah Persentase
Exact Test. Resiko (%)
1. Kecil 12 30,0%
Hasil 2. Tinggi 28 70,0%
Total 40 100
A. Analisis Univariat
1. Masa Kerja Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui
Tabel 1. Distribusi Frekuensi bahwa dari 40 responden yang
Responden Berdasarkan Masa Kerja mempunyai level resiko kecil sebanyak
No Masa Frekuensi Persentase 12 orang (30,0%), dan yang
Kerja mempunyai level resiko tinggi
1. Tidak 9 22,5%
sebanyak 28 orang (70,0%).
Berisiko
2. Berisiko 31 77,5% 4. Kejadian CTS
Jumlah 40 100% Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan tabel diatas diketahui Responden Berdasarkan Kejadian
bahwa responden yang berisiko CTS
berjumlah 31 orang (77,5%) sedangkan No Keluhan Jumlah Persentase
responden yang tidak berisiko Subyektif (%)
berjumlah 9 orang (22,5%). 1. Ya 30 75.0%
2. Tidak 10 25,0%
2. Gerakan Repetitive Total 40 100%
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Gerakan
Repetitive Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui
No Gerakan Jumlah Persentase bahwa dari 40 responden, diperoleh
Repetitif (%) sebanyak 30 responden (75,0%)
1. Tidak 22 55,0% mengalami kejadian CTS, sedangkan
Berisiko yang tidak mengalami keluhan
2. Berisiko 18 45,0% subyektif kejadian CTS sebanyak 10
Total 40 100% orang (25,0%).
39
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
B. Analisis Bivariat
Adapun hasil dari analisis bivariat pada penelitian ini, dimana melihat hubungan antar
variabel dependen dan variabel independen. Hasil penelitian sebagai berikut:
Berdasarkan uji statistik dengan hubungan antara masa kerja dengan Kejadian
menggunakan nilai Fisher Exact Test, CTS pada karyawan SPBE di Indramayu
diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar Tahun 2017, Karena sebagian besar karyawan
0,029 (P value < 0,05) sehingga dapat SPBE memiliki masa kerja > 4 tahun yang
disimpulkan bahwa pada (5%) terdapat dapat berisiko mengalami kejadian CTS.
Berdasarkan uji statistik dengan disimpulkan bahwa pada (5%) tidak ada
menggunakan nilai Fisher Exact Test, hubungan antara gerakan repetitive dengan
diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar kejadian CTS pada karyawan SPBE di
0,464 (P value > 0,05) sehingga dapat Indramayu Tahun 2017.
40
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
41
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
keadaan biasa dengan hanya mengobati Analisis hasil observasi mengenai gerakan
dengan pengobatan seadanya, hal ini dapat repetitive yaitu terdapat pada kategori gerakan
menjadikan keadaan yang biasa menjadi repetitive yang tidak berisiko sebanyak 22. Hal
penyakit serius14. ini menggambarkan bahwa semakin sedikit
gerakan repetitive yang dilakukan karyawan
5. Hubungan Masa Kerja dengan maka semakin rendah risiko mengalami CTS,
Kejadian CTS begitu juga sebaliknya semakin banyak
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai gerakan repetitive yang dilakukan karyawan
ekspektasi <5 sehingga digunakan nilai Fisher maka semakin tinggi risiko mengalami CTS.
Exact Test sebesar 0,029 sebagai ganti nilai P-
value, karena nilai P-value < 0,05 maka Ho 7. Hubungan Postur Kerja dengan
ditolak, artinya terdapat hubungan antara masa Kejadian CTS
kerja dengan Kejadian CTS pada karyawan Berdasarkan uji statistik dengan
SPBE di Indramayu Tahun 2017. menggunakan nilai Fisher Exact Test,
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar
dilakukan Permatasari, V. F, (2016) yang 0,041 (P value < 0,05) sehingga dapat
menyatakan bahwa adanya hubungan yang disimpulkan bahwa pada (5%) terdapat
bermakna antara masa kerja dengan sindrom hubungan antara postur kerja dengan kejadian
terowongan karpal14. CTS.
Analisis hasil jawaban pertanyaan Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara
(kuesioner) mengenai masa kerja yaitu kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama
terdapat pada kategori masa kerja yang dapat menyebabkan berbagai gangguan
berisiko sebanyak 31. Hal ini menggambarkan kesehatan pada karyawan, salah satunya
bahwa semakin lama masa kerja yang dilalui kesulitan menggerakan kaki, tangan, leher atau
karyawan maka semakin berisiko mengalami kepala. Bagi karyawan, adanya aktivitas di
CTS, begitu juga sebaliknya semakin rendah Filling Hall merupakan suatu kegiatan yang
masa kerja yang dilalui karyawan maka sangat berarti karena dapat dijadikan sebagai
semakin rendah risiko mengalami CTS. sumber mata pencaharian yang dapat
meningkatkan penghasilan ekonomi, Padahal
6. Hubungan Gerakan Repetitive dengan perlu disadari bahwa setiap pekerjaan
Kejadian CTS memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda.
Berdasarkan uji statistik dengan Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
menggunakan nilai Fisher Exact Test, dilakukan oleh Ahmad Iqbal Lazuardi (2016)
diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
0,464 (P value > 0,05) sehingga dapat postur kerja dengan kejadian Carpal Tunnel
disimpulkan bahwa pada (5%) tidak ada Syndrome pada pekerja pemecah batu di
hubungan antara gerakan repetitive dengan kecamatan sumbersari dan sukowono
kejadian CTS. kabupaten jember dengan nilai P-value
Hal ini bertolak belakang dengan penelitian <0,0510.
yang dilakukan Rina, T.I.M. (2010), bahwa
terdapat hubungan antara gerakan repetitive Kesimpulan
dengan kejadian terowongan karpal pada 1. Distribusi masa kerja pada karyawan
pekerjaan menjahit di bagian konveksi PT. SPBE di Indramayu Tahun 2017,
Liris Sukoharjo di Desa Banaran Kecamatan sebagian besar karyawan yang
grogol Kabupaten sukoharjo dengan nilai p- memiliki masa kerja 4-7 tahun
value < 0,05.
42
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
43
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 , No.2 Agust 2018 ] AFIASI
44