Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 3

MATA KULIAH
PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
MERINGKAS ISI BUKU
 Buku 9. Survey of Instructional Development Models 5th Ed., (pp.1-110)
 Buku 10. Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Jarak Jauh (Bab 6 dan 12)
 Buku 11. Teaching and Learning at a Distance : Foundation of Distance
Education (6th Ed.), Chapter 5.

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Rusmono, M.Pd.
Dr. Robinson Situmorang, M.Pd

Disusun Oleh :
Stephanus Turibius Rahmat
9902920004

PROGRAM DOKTOR TEKNOLOGI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PASCASARJANA
2021
,

BUKU 9. Branch, Robert Maribe and Dousay, Tonia A. (2012). Survey of Instructional
Development Models 5th Ed. New York : Eric Clearinghouse (pp. 1-110)

I. Pendahuluan
Pokok yang mau diringkas dari Buku Survey of Instructional Development Models 5th
Ed karya Branch, Robert Maribe and Dousay, Tonia A yaitu dari pokok tentang kata
pengantar untuk edisi kelima, bab 1 s.d bab 5. Oleh karen itu, ringkasan ini difokuskan pada
materi tentang pengantar untuk edisi kelima, Bab 1. The Role of Models in Instructional
Design; Bab 2. A Taxonomy for Instructional Design Models, Bab 3. Classroom-Oriented
Models, Bab 4. Product-Oriented Models, Bab 5. System-Oriented Models.
II. Ringkasan Pengantar untuk Edisi Kelima, Bab 1 s.d Bab 5 dari Buku Survey of
Instructional Development Models 5th Ed. (pp.1-110)
Tujuan penulisan buku ini adalah untuk menawarkan kerangka kerja untuk mengadopsi
atau mengadaptasi model desain pembelajaran supaya digunakan dalam kurikulum ini,
kursus, dan pengembangan pelatihan. Oleh karena itu, ada tiga (3) asumsi yang dijelaskan
dalam buku ini, yakni (1) definisi dari proses desain pembelajaran, (2) penjelasan tentang
peran model desain pembelajaran, (3) taksonomi disajikan untuk mengklasifikasikan model
desain pembelajaran. Berdasarkan ketiga asumsi ini, maka pembelajaran dinterpretasi sebagai
pengajaran dan pembelajaran. Konteks pendidikan dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi di
luar kelas. Model desain pembelajaran berfungsi dengan baik jika dicocokkan dengan
konteks yang sesuai.
Defini dari desain pembelajaran menuju pemaknaan model desain pembelajaran adalah
(1) Desain pembelajaran adalah proses sistematis yang digunakan untuk mengembangkan
program pendidikan dan pelatihan secara konsisten dan dapat diandalkan" (Gustafson dan
Branch 2007, hlm. 11). Model desain pembelajaran menyampaikan prinsip-prinsip panduan
untuk menganalisis, memproduksi, dan merevisi konteks pembelajaran yang disengaja; (2)
Desain instruksional adalah proses kompleks yang mendorong kreativitas selama
pengembangan dan menghasilkan pengajaran yang efektif dan menarik bagi siswa. Model
desain instruksional mengkomunikasikan proses terkait secara visual kepada pemangku
kepentingan dengan mengilustrasikan prosedur yang memungkinkan untuk mengembangkan
desain yang efektif. Hubungan konseptual antara lima elemen inti desain pembelajaran, yaitu
analyze, design, develop, implement, and evaluate (ADDIE). Kelima elemen inti ini
menginformasikan progres pengembangan dan revisi berlanjut melalui implementasi.

2
,

Pada bab 1 dijelaskan tentang peran model dalam design pembelajaran. Banyak ide dan
prosedur yang ditemukan dalam model desain pembelajaran, seperti analisis pekerjaan, tujuan
terukur, dan pengujian kinerja sebagai awal bangunan model desain pembelajaran. Model
sebagai representasi dari realitas yaitu (1) representasi sederhana dari bentuk, proses, dan
fungsi fenomena fisik atau ide yang lebih kompleks; (2) menyediakan alat konseptual dan
komunikasi yang digunakan untuk memvisualisasikan, mengarahkan, dan mengelola proses
untuk membuat instruksi berkualitas tinggi; (3) model berfungsi sebagai sumber pertanyaan
penelitian saat berusaha mengembangkan teori pengembangan instruksional yang sistemik.
Dengan demikian, semakin cocok teori dan filosofi dengan konteks di mana model
diterapkan, maka semakin besar potensi tujuan awal model akan terwujud.
Pada bab 2 dijelaskan tentang Taksonomi untuk Model Desain Instruksional.
Taksonomi model desain pembelajaran dapat memperjelas asumsi model yang mendasarinya
dan mengidentifikasi kondisi di mana model itu mungkin paling tepat diterapkan. Selain itu,
membantu untuk mengatur literatur ekstensif tentang topik, dan membantu perancang
pembelajaran dalam memilih salah satu yang paling cocok dengan serangkaian keadaan
tertentu. Hal-hal inilah yang mendasari taksonomi ketika mengklasifikasi model desain
pembelajaran. Taksonomi model desain pembelajaran dapat memandu untuk mengadopsi
atau mengadaptasi model pengembangan pembelajaran. Taksonomi juga membantu desainer
untuk mempertimbangkan karakteristik konteks desain dan memilih model atau aspek model
tertentu, termasuk format penyampaian pembelajaran kontemporer.
Pada bab 3 dideskripsikan tentang model-model yang berorientasi kelas. Model-model ini
dicirikan oleh beberapa asumsi yakni (1) peserta didik akan ditugaskan atau mendaftar di
kelas dan bahwa akan ada sejumlah pertemuan kelas yang ditentukan, masing-masing dengan
durasi yang telah ditentukan sebelumnya; (2) Peran guru adalah memutuskan konten yang
sesuai, merencanakan strategi pembelajaran, mengidentifikasi media yang sesuai,
menyampaikan instruksi, dan mengevaluasi pembelajaran; (3) sumber daya untuk
pembangunan biasanya terbatas. Oleh karena itu, guru perlu mengidentifikasi sumber daya
yang ada untuk beradaptasi dengan kondisi,
Ada beberapa model yang tergolong dalam model berorientasi kelas yaitu (1) Model
Gerlach dan Ely. Model Gerlach dan Ely merupakan perpaduan antara kegiatan
pengembangan liniear dan serentak. Beberapa langkah tampak simultan, tetapi umumnya
model ini linier dalam orientasinya. (2) Model Smaldino, Lowther, Russell, dan Mims. Pada
awalnya, model pengembangan pembelajaran ASSURE dibuat oleh Heinich, Molenda, dan
Rusell. Seperti banyak model desain pembelajaran, ASSURE bersifat liniear, mengandalkan

3
,

keputusan atau input dan output tertentu untuk setiap tahap secara berurutan. Namun,
ASSURE tidak digambarkan dalam bentuk grafis atau gambar. ASSURE merupakan akronim
dari Analyze learners, State objectives, Select media and materials, Utilize media and
materials, Require learner participation, Evaluate and revise. (3) Model Newby, Stepich,
Lehman, dan Russell. Model ini singkat dengan model PIE yaitu Plan, Implement dan
Evaluate; (4) Model Morrison, Ross, Kalman, dan Kemp; (5) Model Wiggins dan McTighe;
(6) Model Van Merriënboer; (7) Model Sims dan Jones; (8) Model Dabbagh dan Bannan-
Ritland
Pada bab 4 dijelaskan tentang model-models yang berorientasi produk. Model ini
dicirikan oleh empat asumsi yakni (1) Produk pembelajaran dibutuhkan; (2) Sesuatu perlu
diproduksi untuk dipilih atau dimodifikasi dari bahan yang tersedia; (3) Penekanan yang
cukup besar pada ujicoba dan revisi; (4) Produk harus dapat digunakan oleh peserta didik
melalui akses hanya pada manajer atau fasilitator, dan bukan guru. Model-model yang
berorientasi produk adalah sebagai berikut (1) Model Bergman dan Moore; (2) Model de
Hoog, de Jong, dan de Vries, (3) Model Bates, (4) Model Nieveen; (5) Model Seels dan
Glasgow; dan (6) Model Pengembangan Agile.
Pada bab 5 dijelaskan tentang model-models yang berorientasi sistem. Model ini
dicirikan oleh beberapa asumsi yaitu (1) Sejumlah besar pembelajaran, seperti seluruh kursus
atau kurikulum, akan dikembangkan dengan sumber daya substansial yang tersedia untuk tim
pengembang yang sangat terlatih; (2) Apakah produksi asli atau pemilihan bahan akan terjadi
bervariasi, tetapi dalam banyak kasus pengembangan asli ditentukan; (3) Kecanggihan
teknologi sistem penyampain yang bervariasi, dengan pelatih sering memilih lebih banyak
teknologi daripada yang dapat dipertimbangkan guru. Model-model yang berorientasi sistem
adalah sebagai berikut (1) Model Prosedur Antar Layanan untuk Pengembangan Sistem
Instruksional (IPISD); (2) Model Gentry; (3) Model Dorsey, Goodrum, and Schwen; (4)
Model Dimond; (5) Model Smith dan Ragan; (6) Model Dick, Carey, dan Carey; (7) Model
Merrill.

BUKU 10. Suparman, Atwi. (2014). Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Jarak
Jauh. Jakarta : Universitas Terbuka (Bab 6 dan 12)
I. Pendahuluan
Pokok yang mau diringkas dari Buku Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Jarak
Jauh karya Atwi Suparman yaitu Bab 6 Tentang Aplikasi Konsep Teknologi Pendidikan
Dalam PJJ dan Bab 12. Model Desain Instruksional Sebagai Prosedur Pengembangan Bahan

4
,

Pembelajaran Jarak Jauh. Oleh karena itu, ringkasan ini difokuskan pada materi yang dibahas
pada bab 6 dan bab 12.

II. Bab 6. Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam PJJ


Teknologi pendidikan berfokus pada desain, pengembangan, dan manajemen dan
evaluasi pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi proses dan hasil belajar serta
meningkatkan kinerja peserta didik. PJJ memfasilitasi keterpisahan peserta didik dan institusi
penyelenggara pendidikan dengan menggunakan media pembelajaran supaya pembelajaran
tetap terjadi. Oleh karena itu, PJJ dapat berjalan karena dukungan faktor teknologi pendidikan
yang berbasis teknologi tepat guna.
Pada bab 6 ini dijelaskan beberapa pokok yakni (a) Fungsi desain atau pengembangan
pembelajaran; (b) Fungsi manajemen pembelajaran; (c) Fokus pada peserta didik, tujuan,
proses, dan hasil belajar serta peningkatan kinerja; (d) Penggunaan sumber belajar dalam
skala luas; (e) Penggunaan pendekatan sistem; (f) Fungsi studi dan praktek etis; (g)
Teknologi dalam PJJ.
A. Fungsi desain atau pengembangan pembelajaran
Dengan proses desain dan pengembangan pembelajaran, sumber belajar yang tersedia di
lapangan menjadi bahan baku yang dapat dikelola untuk menghasilkan bahan pembelajaran yang
sesuai untuk PJJ. Ciri atau sifat bahan pembelajaran PJJ adalah (a) Self-instructional yakni peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa tergantung pada pihak lain; (b) Self-explanatory power yaitu
materi yang disajikan dengan jelas sehingga tidak membutuhkan bantuan penjelasan lebih lanjut dari
bahan yang lain; (c) Self-paced learning yaitu bahan yang didesain dengan baik untuk PJJ dapat
memfasilitasi proses belajar peserta didik sesuai dengan kecepatan masing-masing; (d) Self-contained
yaitu bahan pembelajaran yang berisikan materi secara lengkap; (e) Individualized
instructional materials yaitu bahan didesain secara khusus sehingga strategi pembelajaran
didalamnya bervariasi untuk memfasilitasi berbagai variasi gaya belajar peserta didik; (f)
Communicative and interactive yaitu bahan pembelajaran yang komunikatif dan didesain
secara interaktif; (g) Multimedia, computer-based materials yaitu menggunakan lebih dari
satu media; (h) Supported by tutorials, and study groups yaitu bahan yang didesain dengan
dukungan kegiatan tutorial dan atau kelompok belajar. Fungsi desain dan pengembangan
pembelajaran sangat vital dalam PJJ agar dapat menjamin proses pembelajaran yang efektif
dan efisien.
B. Fungsi manajemen pembelajaran

5
,

Fungsi ini sebagai salah satu fungsi utama dari teknologi pendidikan seperti manajemen
pembelajarn di kelas, manajemen proses pembelajaran yang menggunakan setiap metode dan
pendekatan. Fungsi manajemen pembelajaran untuk PJJ lebih kompleks dan spesifik karena
mensyaratkan penggunaan media komunikasi yang tepat guna, interaksi pembelajaran yang
efektif, keterlibatan tutor, penugasan yang berkaitan dengan latihan, teknik penilaian, dan
dukungan manajemen sistem informasi. Selain itu, fungsinya terkait dengan penyelenggaraan
pengembangan bahan pembelajaran dan bahan ujian dalam sejumlah besar materi sehingga
melibatkan banyak pengajar.
C. Fokus pada peserta didik, tujuan, proses, dan hasil belajar serta peningkatan kinerja
Karakteristik teknologi pendidikan adalah berpusat pada peserta didik. Suatu
pembelajaran mempunyai tujuan, proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk peningkatan kinerja peserta
didik.
D. Penggunaan sumber belajar dalam skala luas
Prinsip utama teknologi pendidikan adalah penggunaan sumber belajar dalam skala luas.
Oleh karena itu, pemilihan metode dan media pembelajaran harus memperhitungkan variasi
kegiatan pembelajaran yang bukan saja menarik bagi peserta didik, tetapi juga
memungkinkan penggunaan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
E. Penggunaan pendekatan sistem
Pendekatan sistem dalam dunia pendidikan diadaptasi dari konsep sistem persenjataan
angkatan bersenjata Amarika. Dalam pembelajaran, pendekatan sistem mempunyai
komponen pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan pembelajaran, serta
pengevaluasian bahan. Pendekatan sistem merupakan suatu penerapan dari pandangan sistem
yang percaya bahwa suatu masalah selalu disebabkan oleh berbagai komponen/faktor yang
ada dalam sistem. Komponen sistem pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, tes hasil
belajar, urutan kegiatan pembelajaran, pokok bahasan, metode, media, dan bahan
pembelajaran yang digunakan.
F. Fungsi studi dan praktek etis
Studi yang dimaksud adalah semua upaya penelitian dan kajian lain dapat digunakan
untuk mengembangkan dan mendayagunakan teknologi pembelajaran dalam memfasilitasi
belajar dan peningkatan kinerja peserta didik. Selain itu, praktek etis yang adalah kegiatan
pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar atau kinerja dan sesuai

6
,

dengan sistem nilai kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya diterima sebagai
praktek teknologi pembelajaran.
G. Teknologi dalam PJJ
Penggunaan teknologi dapat meningkatkan aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi
pendidikan jarak jauh. Tahapan penggunaan teknologi dalam PJJ yaitu pada awalnya,
teknologi yang digunakan berupa media tercetak, kemudian muncul teknologi terbaru yaitu
multimedia komputer dan high-speed network connection. Perkembangan selanjutnya,
pendidikan dengan korespondensi menggunakan mesin foto copy dan sistem layanan pos,
lalu penggunaan media terekam. Lalu, PJJ menggunakan komunikasi dua arah seperti sistem
kepada telepon dan telebridge connection. Dalam perkembangan selanjutnya PJJ
menggunakan teknologi audio dua arah dan grafis. Teknologi yang digunakan PJJ diperkaya
dengan video satu arah. Teknologi yang digunakan berbentuk televisi dalam kelas, sistem
transmisi video dan satelit. PJJ diperkaya dengan penggunaan audio dua arah dan video satu
arah, audio dan video dua arah melalui jaringan telekomunikasi. Pada saat ini, PJJ
menggunakan desktop-way audio video dengan komputer multimedia.
Format teknologi tepat guna (appropriate) digunakan untuk mengakomodir pentingnya
kualitas, kuantitas, dan relevansi dari teknologi yang ada supaya secara efektif dan efisien
digunakan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan serta berbagai pendekatan pendidikan
dan karakteristik peserta didik. Peran teknologi pendidikan sangat menonjol dalam PJJ. Hal
ini disebabkan karena karakteristika PJJ yang secara khusus menghendaki fungsi media
dalam pembelajaran, khususnya untuk menjembatani keterpisahan antara peserta didik dan
institusi penyelenggara PJJ. Teknologi pembelajaran banyak menginspirasi sistem PJJ dalam
merancang dan mengembangan bahan ajar dan sistem evaluasi yang tepat. Sebab, media yang
digunakan dalam pembelajaran mempunyai kemampuan, yaitu (a) memperbesar benda yang
sangat kecil dan tidak tampak oleh mata; (b) menyajikan benda yang terletak jauh; (c)
menyajikan peristiwa yang rumit, berlangsung sangat cepat, dan berbahaya; (d)
meningkatkan daya tarik pelajaran; (e) meningkatkan sistematika pengajaran
Ada enam kriteria yang menjadi pedomana dalam memilih media, yaitu (a) kesesuaian
dengan macam atau jenis belajar yang terkandung dalam tujuan instruksional; (b) biaya yang
lebih murah, baik pada saat pembelian maupuan pemiliharaan; (c) ketersediaan media
tersebut; (d) kesesuaian media dengan karakteristik peserta didik; (e) praktis dalam
penggunaannya.

7
,

Konsep, prinsip, dan prosedur desain instruksional, khususnya model the systematic design of
instructional dalam kawasan teknologi pendidikan telah diadaptasi ke dalam kawasan PJJ. Hal ini
sudah berlangsung sejak tahun 2012 untuk mengembangkan bahan pembelajaran jarak jauh.
Bab 12. Model Desain Instruksional Sebagai Prosedur Pengembangan Bahan Pembelajaran
Jarak Jauh
Pada bab 12 ini dibahas tentang prosedur atau langkah-langkah yang sistematik dalam
mengembangkan bahan instruksional PJJ dengan menggunakan konsep, prinsip, dan prosedur
desain instruksional.
A. Desain Instruksional dalam Teknologi Pendidikan
Pengembangan bahan PJJ dilakukan secara sistematik agar efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran, efisien dalam penggunaan sumber daya khususnya waktu dan biaya
baik dari sisi peserta didik maupun penyelenggara. Ada 100 model desain instruksional, di
antaranya Desain of an instructional System (Banathy, 1968), The Systematic Design of
Instruction (Dick, Carey, and Carey, 2009), The ADDIE Approach (Branch, Robert M.,2009)
dan Model Pengembangan Instruksional (MPI, Atwi Suparman, 2012). Dalam konteks UT,
MPI sebagai model yang efektif (Sejak 1984).
B. Langkah-langkah Pengsembangan Bahan Pembelajaran Jarak Jauh dengan Model MPI
Langkah-langkah MPI adalah (1) mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan tujuan
instruksional umum; (2) melakukan analisis instruksional; (3) mengidentifikasi kemampuan
dan karakteristik awal peserta didik; (4) merumuskan tujuan instruksional khusus; (5)
membuat tes acuan patokan; (6) menyusun strategi instruksional; (7) mengembangkan draft
awal bahan pembelajaran; (8) melakukan evaluasi formatif; (9) Implementasi, evaluasi
sumatif dan difusi inovasi yang bukan merupakan bagian dari desain instruksional, tetapi
sebagai tiga tahap lanjutan dari proses pengembangan bahan pembelajaran.
C. Desain Instruksional sebagai Pekerjaan Kelompok
Kegiatan pendesain pembelajaran, bukan pekerjaan individual, tetapi melibatkan enam
keahlian, yaitu (1) Keahlian pendesain instruksional yang meliputi prosedur sistematik dalam
mengindentifikasi masalah dan tujuan pembelajaran sampai menyusun strategi pembelajaran,
dll merupakan keahlian yang memerlukan pelatihan panjang/ekstensif; (2) Keahlian
penguasaan materi yang bagi paling sedikit 4 orang; (3) Ahli tes dan pengukuran untuk
menyusun instrumen tes hasil belajar, dll; (4) Praktisi profesional dalam produksi media
audio-visual (termasuk ahli multimedia); (5) Ahli desain grafis; (6) Ahli bahasa.
D. Penilaian Hasil Belajar dalam PJJ

8
,

Pertanyaan yang harus dijawab disini adalah bagaimana menilai hasil belajar peserta
PJJ sehingga nilai yang diperoleh dapat dipercaya mencerminkan kompetensi yang dicapai
para lulusan? Penjelasan berikut ini memberi jawaban atas pertanyaan ini, yaitu :
Pertama. Maksud penilaian hasil belajar dalam PJJ. Penilaian bertujuan untuk
mengetahui kualitas dan kompetensi para lulusan. Oleh karena itu, alat penilaian hasil belajar
yang digunakan harus dikembangkan dan mengacu pada tujuan pembelajaran. Ada dua jenis
tes yaitu (a) tes acuan patokan (criterion referenced test) untuk menunjukkan penampilan
atau kinerja peserta didik dalam pengetahuan, keterampilan fisik atau sikap yang ada dalam
tujuan pembelajaran; (b) tes acuan norma (norm referenced test) yaitu untuk menunjukkan
posisi seorang peserta didik dibandingkan penampilan atau kinerja peserta lain di dalam
kelompoknya.
Kedua. Hubungan penilaian hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Penilaian hasil
belajar dikembangkan atas dasar tujuan pembelajarn umum dan tujuan pembelajaran khsusus.
Penilaian hasil belajar digunakan harus mampu mengukur tingkat penguasaan setiap peserta
didik terhadap keterampilan fisik, sikap perilaku, dan kompetensi yang mencerminkan kinerja
yang terdapat pada tujuan pembelajaran. Ada tiga konsep yang paling penting dalam
penilaian hasil belajar yaitu (a) validitas (validity), reliabilitas (realibility), dan dapat
digunakan (usability). Penilain hasil belajar dilakukan oleh penyelenggara pendidikan dengan
tujuan, yaitu (1) untuk peningkatan kualitas pembelajaran; (2) penilaian hasil belajar
dilakukan untuk mengelompokkan peserta didik atas dasar penguasaan materi pembelajaran
yang mengacu pada tujuan pembelajaran tertentu; (3) berdasarkan hasil penilaian terhadap
pengetahuan, keterampilan fisik, dan atau sikap peserta didik dapat diambil berbagai
keputusan penting; (4) penilaian hasil belajar secara periodik memberikan umpan balik
kepada pengajar dan peserta didik untuk kendali kualitas dan mengambil tanggung jawab
dalam pembelajaran agar efektivitas dan efisiensi pembelajaran tercapai secara maksimal.
Ketiga. Empat kategori alat penilaian hasil belajar.
Alat penilain hasil belajar dapat berbentuk, yaitu (1) tes obyektif dapat berbentuk
pilihan ganda, benar-salah, jawaban pendek, dan menjodohkan. (2) tes karangan (essay)
berbentuk kalimat pertanyaan untuk dijawab oleh peserta didik dengan cara mengungkapkan
jawaban atau idenya. (3) checklist sebagai alat penilaian kinerja sesuai dengan namanya
digunakan untuk menilai kinerja atau unjuk kerja (performance) peserta didik. (4) skala
sikap sebagai alat penilaian sikap peserta didik secara kelompok. Alat penilaian sikap
berbentuk kuesioner dengan skal sikap (rating scale).
Keempat. Langkah-langkah penilaian hasil belajar.

9
,

Penilaian hasil belajar terdiri dari delapan langkah, yaitu : (1) Menentukan maksud
penilaian; (2) mengembangkan spesifikasi alat penilaian atau blue print yang di dalamnya
tercantum jenis tes dan alat penilaian lain; (3) Menulis butir tes dan alat penilaian lain; (4)
Merakit alat penilaian termasuk petunjuk cara menjawabnya; (5) Melaksanakan penilaian
dengan menggunakan tes dan alat penilaian lain; (6) Memberi skor dan menafsir hasil
penilaian; (7) Menulis laporan hasil penilaian; (8) Menggunakan hasil penilaian sesuai
dengan maksud penilaian.
Kelima. Strategi Penilaian. PJJ menggunakan berbagai strategi penilaian yang sesuai
dengan kondisi (setting) alamiah keterpisahan antara peserta didik dengan penyelenggara
pendidikan dan pendayagunaan TIK. Strategi penilaian yang digunakan dalam PJJ adalah
online, komunikasi asynchronous, komunikasi synchronous, portofolio, kombinasi kertas dan
multimedia (Simonson, Smaldino dan Zvacek, 2012, pp. 273 -279).
Konsep, prinsip, dan prosedur desain instruksional telah digunakan dalam PJJ. Dalam
bab 5. Buku Teaching and Learning at a Distance diadaptasi model The Systematic Design
of Instruction dengan sebutan the instructional systems model (model Dick and Carey)
sebagai prosedur pengembangan bahan pembelajaran PJJ. Kelebihan model desain
instruksional dibandingkan dengan model yang lain adalah tahapan-tahapan evaluasi
formatif yang sistematik dan memenuhi ciri penelitian ilmiah.
BUKU 11. Simonson, Michael.,Smaldino, Sharon., Albright, Michael., Zvacek, Susan.
(2015). Teaching and Learning at a Distance : Foundation of Distance
Education (6th Ed). New York : Pearson (Chapter 5)

I. Pendahuluan
Pokok yang mau diringkas dari Buku Teaching and Learning at a Distance :
Foundation of Distance Education (6th Ed) karya Simonson, Michael.,Smaldino, Sharonam.,
Albright, Michael., Zvacek, Susan yaitu Bab 5 Tentang Instructional Design For Distance
Education.
Oleh karen itu, ringkasan ini difokuskan pada materi yang dibahas pada bab 5. Hal-hal
yang dibahas dalam bab ini adalah menghadirkan desain pembelajaran sebagai proses
sistematis penggunaan teknologi yang diikuti oleh para pendidik. Selain itu, bab ini
menyajikan prosedur yang harus diikuti ketika kursus, atau komponen kursus, dirancang
untuk pembelajaran jarak jauh.
II. Bab 5. Instructional Design For Distance Education
Hal yang sangat penting untuk instruktur adalah membutuhkan waktu untuk
merencanakan dan mengatur pengalaman belajar ketika terlibat dalam pengajaran jarak jauh.

10
,

Proses desain pembelajaran menyediakan kerangka kerja untuk perencanaan. Pembelajaran


harus sesuai standar yang dapat diterima di semua tempat. Siswa harus terlibat, dan instruktur
harus puas. Perencanaan membuat perbedaan dalam lingkungan belajar yang sukses.
Bab 5 ini menjelaskan sembilan hal yang berkaitan dengan desain pembelajaran untuk
pendidikan jarak jauh yakni (1) pentingnya membuat rencana ke depan saat pada mengajar
jarak jauh; (2) proses desain yang sistematis untuk desain pembelajaran; (3) jenis informasi
yang dikumpulkan untuk perencanaan; (4) keputusan tentang konten yang perlu dibuat; (5)
pentingnya memeriksa strategi dan media pengajaran; (6) teknologi dan sumber daya yang
mempengaruhi lingkungan pendidikan jarak jauh; (7) literatur yang berhubungan praktik
yang baik (best practices); (8) Mendesain kursus dengan menggunakan model Unit-Modul-
Topik; (9) proses penilaian pembelajaran.
Pendidikan jarak jauh akan berlangsung efektif jika desain pembelajarannya benar.
Selain itu, prosesnya berlangsung secara sistematis dengan menerapkan prinsip-prinsip
berbasis penelitian untuk praktik pendidikan. Jika desainnya efektif, maka pembelajaran akan
berlansung efektif. Desain pembelajaran harus mempertimbangkan semua aspek lingkungan
pembelajaran, mengikuti prosedur yang terorganisir dengan baik yang memberikan panduan
kepada instruktur pemula dalam pendidikan jarak jauh.
Prinsip dari sistem desain pembelajaran adalah (1) Proses yang sistematis. Proses
perencanaan yang sistematis untuk pembelajaran adalah hasil dari penelitian yang
berlangsung bertahun-tahun. Pembelajaran harus didesain dalam suatu sistem supaya
pembelajaran itu dapat berlangsung dengan efektif. Komponen-komponen yang penting
dalam sistem pembelajaran (Dick et al., 2011) adalah (1) peserta didik, (2) konten/isi/materi,
(3) metode dan bahan; (4) lingkungan belajar, (5) teknologi. Interaksi antara komponen-
komponen ini menciptakan jenis pengalaman belajar yang diperlukan untuk peserta didik.
Setiap komponen harus berinteraksi secara efisien dan efektif supaya menghasilkan
pengalaman belajar yang berkualitas.
Perencanaan untuk pendidikan jarak jauh. Proses perencanaan dan penyelenggaraan
kursus pendidikan jarak jauh beraneka ragam dan harus terjadi dengan baik sebelum
pembelajaran yang dijadwalkan. Salah satu pendekatan "dicoba dan benar" untuk
merencanakan pembelajaran dengan mencontoh orang lain. Proses perencanaan desain
pembelajaran berdasarkan pada karakterisitik dan kebutuhan peserta didik, tujuan dan konten
kursus, interaksi yang maksimal, mengeskplorasi potensi visual media, dan batasan waktu
harus diatasi.

11
,

Hal-hal yang harus diatasi dalam proses perencanaan adalah (1) keberagaman peserta
didik dari segi latar belakang, karakteristik, dan kebutuhan belajar yang tidak biasa. Oleh
karena itu, pada tahapan ini perlu dilakukan hal-hal berikut yakni menganalisis kemampuan
umum kelas, menganalisis potensi interaktivitas peserta didik, memahami karakteristik
peserta didik, dan membantu peserta didik memahami konteks dari pengalaman belajar; (2)
Konten yang esensial. Konten dari kursus mencerminkan keterkaitan dengan kurikulum. Oleh
karena itu, sifat konten dan urutan informasi perlu diperiksa dalam tahapan perencanaan. Hal
lain yang harus diperhatikan adalah sasaran dan tujuan untuk pembelajaran; (3) Strategi
pembelajaran dan media yang digunakan. Disini terkait dengan memilih media dan
memvisualisasikan informasi; (4) Lingkungan belajar. Hal-hal lain yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan adalah (a) makalah peserta didik; (b) distribusi bahan.
Model-model untuk merancang kursus online. Secara umum, ada empat (4) pendekatan
untuk desain pembelajaran dari kursus yang akan disampaikan secara asynchronous dengan
menggunakan World Wide Web yaitu (1) Linear-designed instruction. Pembelajaran yang
dirancang linear didasarkan pada pembelajaran yang diprogram linear. Dalam arti bahwa
pembelajaran dirancang secara sekuensial yakni setiap peserta didik mengikuti alur atau
tahapan belajar yang sama, baik dalam mempelajari suatu konsep, topik, modul, dan secara
bersama menyelesaikan tugas-tugas; (2) Branched-designed instruction. Pembelajaran
dirancang bercabang mirip dengan linear dengan dua pengecualian utama. Disini, peserta
didik dapat melewati atau tidak perlu mempelajari sebuah topik atau materi tertentu, dan
dapat mengambil topik lain yang tingkatannya lebih tinggi. Peserta didik dapat mempelajari
topik yang berbeda tergantung dari hasil assessmennya. (3) Hypercontent-designed
instruction. Pembelajaran yang dirancang hypercontent juga memiliki unit, modul, dan topik.
Modul terdiri dari topik-topik pembelajaran yang disajikan dalam bentuk teks, audio, grafis,
gambar, dan video, atau media lain yang diperlukan. Keunikan model ini, kebebasan bagi
peserta didik untuk memilih secara acak topik dan pengalaman belajar. Pada akhir program,
setelah peserta didik menyelesaikan modul-modul yang harus dipelajari maka penilaian dapat
dilakukan melalui portofolio, presentasi atau menyelesaikan produk yang terkait. (4)
Learner-directed design. Perancang pembelajaran mengidentifikasi unit, modul, dan topik,
termasuk pengalaman belajar. Peserta didik memutuskan sendiri topik apa yang akan
dipelajari. Peserta didik dapat membuat strategi pembelajaran sendiri. Peserta didik
mempelajari modul-modul sendiri berdasarkan kebutuhan. Peserta didik hanya diberikan
arahan mengenai tujuan modul dan kegiatan penilaian hasil belajar.

12
,

Best practices dalam design kursus untuk pendidikan jarak jauh. Salah satu kunci untuk
pendidikan jarak jauh yang efektif adalah desain pembelajara yang benar, proses sistematis
yang menerapkan prinsip berbasis reseacrh pada praktik pendidikan. Jika desain efektif,
pembelajaran juga akan efektif. Prinsip umum desain yang baik adalah (a) target aktivitas
audiens, (b) isi bahan pelajaran; (c) hasil atau tujuan yang diinginkan.
Rekomendasi untuk pendidikan jarak jauh yang disampaikan - model unit-modul-topik.
Pedoman yang direkomendasikan ini bertujuan untuk menyediakan cara untuk mengatur
kursus dan membimbing prinsip-prinsip yang akan membuat kursus dengan jumlah kredit
semester yang sama setara dalam hal komprehensif cakupan konten, bahkan jika kursus ini
ditawarkan dalam program yang berbeda, membahas topik yang berbeda, dan disampaikan
menggunakan media yang berbeda. Rekomendasi ini bertujuan untuk (1) Pedoman
Organisasi; (2) Pedoman penilaian; (3) Pedoman konten; (4) Pedoman
pembelajaran/pengajaran.
Hal terakhir yang dijelaskan dalam bab 5 ini adalah tentang sistem manajemen kursus.
Hal yang mau digarisbawahi pada bagina ini adalah tentang komponen dari sistem
manajemen kursus, yaitu (a) manajemen kursus yang mencakup komponen-komponen seperti
silabus, kalender kursus, pengumuman, instruksi penugasan, tujuan pembelajara, daftar nama
peserta didik, dan glosarium; (b) Membaca; (c) Presentasi isi; (d) Komunikasi Kursus; (e)
Mengelompokkan ruang proyek; (f) Penilaian peserta didik. Selain itu, pada bagian ini juga
dijelaskan tentang produk untuk meningkatkan sistem manajemen kursus dan instrumen lain
yang mendukung pengelolaan kursus online.

Daftar Buku Sumber

Branch, Robert Maribe and Dousay, Tonia A. (2012). Survey of Instructional Development
Models 5th Ed. New York : Eric Clearinghouse
Simonson, Michael.,Smaldino, Sharon., Albright, Michael., Zvacek, Susan. (2015). Teaching
and Learning at a Distance : Foundation of Distance Education (6 th Ed). New York :
Pearson
Suparman, Atwi. (2014). Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Jarak Jauh. Jakarta :
Universitas Terbuka

13

Anda mungkin juga menyukai