Islam Dan IPTEK
Islam Dan IPTEK
Dalam Islam, ilmu pengetahuan atau secara singkat disebut “ilmu” saja,
memiliki posisi yang sangat tinggi, hampir sejajar dengan iman. Kenapa demikian?
Jawaban yang palaing mendasar ilah, secara teologis Islam mengajarkan paradigma,
bahwa “derajat manusia itu terletak pada iman dan ilmunya”. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Quraan Surat Al-Mujadilah Ayat 11:
ن ن جل يِ جعلل ج ت
موُ ج ن وُجٱل ل ع
ذيِ ج ن يِ جعلل ج ت
موُ ج وُى ٱل ل ع
ذيِ ج ست ج ع
ل يِ ج ل قت ل
ل هج ل
“……Apakah sama orang-orang yang berimu dengan orang yang tidak berilmu……”
menegaskan adanya perbedaan yang sangat jauh antara orang-orang yang berilmu
dengan orang-orang yang tidak berilmu. Jadi, secara tidak langsung firman Allah di
atas seolah ingin mengatakan: “Harus dibedakan antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu.”
Dilihat dari sisi perintahnya, bandingkan antara perintah mendirikan shalat
dan perintah mencari ilmu. Dalam Agama Islam, perintah mendirikan shalat, itu baru
diwajibkan ketika orang sudah mencapai usia baligh. Namun perintah menuntut ilmu
sudah diwajibkan ketika orang masih dalam keadaan bayi. Sesuai hadis Nabi SAW.
yang berbunyi:
Klau kita fahami hdis di atas secra harfiyah, tentu sangat tidak rasional dan
sangat tidak realistis, karena bagaiman mungkin seorang bayi yang masih berada
dalam ayunan sudah diperintahkan untuk mencari ilmu.
Hadis di atas sebenarnya sebagai ungkapan dalam konteks ingin menunjukan, bahwa
dalam Islam, kewajiban yang paling utama dan pertama adalah kewajiban mencari
ilmu. Dalam teori pendidikan Agama Islam, bahkan ada yang mengatakan, bahwa
bayi yang masih dalam kandungan ibunya itu sudah bisa dididik. Tentu cara
mendidiknya bukan seperti anak yang sudah lahir dan sudah berusia masuk TK
(taman kanak-kanak) atau PAUD (pendidikan usia dini). Bukan disini tempatnya,
membicarakan bagaimana praktek mendidik anak dalam kandungan tersebut.
Kemulian ilmu dalam sudut pandang Agama Islam sudah tidak diragukan lagi.
Perhatiakan hadis-hadis Nabi yang lain, juga pendapat dikalangan sahabat, dan para
ulama tentangnya. Diantara semua itu dapat dilihat narasi-narasi berukut ini.
ة
سنِ ج ة
ن ج
ستتيِ ج
عجباَد جةع ع
ن ع
م ل
خيِ لرر ع فعك لجرة ت ج
ساَع جةت ج
“Berfikir sesaat lebih baik dari pada beribadah 60 tahun”.
Page | 3
Terlepas dari penilaian apakah ini benar hadis Nabi SAW atau bukan, namun
yang pasti, baik dari Al-Quran sendiri secara tidak langsung menjelaskan
keistimewaan ilmu dibanding ibadah-ibadah yang lainnya. Demikian pula, kalangan
sahabat, tabi’in, ulama-ulama salaf memandang bahwa ilmu berada di atas ibadah-
ibadah yang lainnya. Beberapa contoh dari stressing tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
Kita akan simak pengakuan para salaf (orang soleh masa silam): Ibnu Abbas,
Page | 4
لن أفقه ساَعة أحب إليِ من أن أحيِيِ ليِلة أصليِهاَ حتى أصبح
“Saya belajar sesaat lebih saya cintai dari pada saya habiskan waktu malam untuk
لن أعلم باَباَ ة من العلم فيِ أمر أوُ نهيِ أحب إليِ من سبعيِن
غزوُة فيِ سبيِل الله عز وُجل
“Saya memahami satu masalah ilmu, baik terkait perintah, ataupun larangan, lebih
Hasan al-Bashri :
tersebut, orang itu pergi. Beberapa lama kemudian, datang orang Khawarij lain dan
menanyakan pertanyaan yang sama. Ali memberikan jawaban yang sama. Tetapi,
alasan yang diberikan Ali berbeda dengan orang pertama. " Kalau ilmu, akan
menjagamu. Jika harta, kamu yang harus menjaga," jawab Ali. Ketika pulang, datang
lagi orang lain dengan pertanyaan sama. Jawaban Ali mengenai ilmu atau harta tetap
sama, namun berbeda pada penjelasannya. Penjelasan Ali kali ini yaitu, " Kalau orang
punya harta banyak musuhnya. Apabila orang punya ilmu, banyak temannya."
Kepada penanya keempat, Ali menjawab demikian, " Jika kamu menggunakan harta,
harta semakin berkurang. Namun kalau ilmu, saat digunakan, ia akan semakin
bertambah. Jawaban berbeda terus diberikan Ali kepada orang Khawarij yang
bertanya dengan pertanyaan yang sama. Jumlah mereka sampai 10 orang.
Karena tiap-tiap orang mendapat jawaban yang berbeda, mereka menyimpulkan Ali
memang orang cerdas. Mereka pun memutuskan kembali kepada Islam yang benar
dan tidak lagi menjadi bagian dari kaum Khawarij.
Tergambar dalam uraian di atas, bahwa perintah menuntut ilmu dalam Agama
Islam adalah perintah yang sangat serius, sungguh-sunguh, dan bukan main-main.
Perhatikan pula kisah ketika Nabi Muhammad SAW. berada di Gua Hira. Waktu itu
ketiaka beliau diangkat menjadi seorang utusan Tuhan yang terakhir. Perintah
pertamanya kepada beliau, bukan “dirikan shalat”, tetapi, iqra’, “baca hai
Muhammad!” Ini maknanya, beliau yang diutus Tuhan sebagai Nabi dan Rasul, maka
kewajiaban pertamanya adalah menuntut ilmu, bukan yang lainnya.
Bisa dikatakan, sebelum melaksanakan tugas-tugas kenabiannya, beliau
Muhammad terlebih dahulu telah menjadi seorang Ilmuan. Ini terbukti, ketika ia
ditunjuk oleh masyarakatny untuk menyelesaikan sengketa pemasangan batu hajar
aswad ke tembok Ka’bah. Dengan kecerdasan ilmunya, Muhammad waktu itu dapat
mengatasinya tanpa harus ada darah yang menetes sedikitpun.
Page | 7
Dengan demikian, ilmu tidak hanya sekedar pintu gerbang utama kenabian,
namun juga ia adalah problem solving peradaban yang memanusiakan manusia. Dan
ketika Muhammad telah diangkat menjadi Rasul Tuhan, kecerdasan ilmunya telah
matang dan terlatih. Sehingga masyarakatnya yang dikenal dengan sebutan
“masyarakat jahiliyah” itu dirubahnya menjadi masyarkat yang berperadaban dengan
perdaban yang adiluhung.
Satu hal yang sangat mengagumkan, Muhammad merubah masyarakat Arab
jahiliyah itu, dari peradaban jahiliyah ke pradaban Islam, hanya membutuhkan waktu
kurang lebih 23 tahun. Untuk masyarakat yang sudah berada di titik nadir dekadensi
moral kejahiliyahan, waktu 23 tahun adalah waktu yang terhitung sangat singkat.
Puncak kesuksesan perubahan yang dilakukan oleh Muhammad saat itu tindai dengan
terbentuknya suatu komunitas yang saat ini dikenalkan oleh seorang cendikiawan
muslim Indonesia, Nurcholish Madjid dengan sebutan, “masyarakat madani”, yang
artinya masyarakat yang berpradaban, masyarakat modern. Karena itulah, masyarakat
yang menempati wilayah tersebut, dikenal wilayahnya hingga sekarang dengan
sebutan, “Madinah” (nama sebuah negara di kawasan jazira Arabia).
Kelak setelah kesuksesan demi kesuksesan diraihnya, Sang Nabi yang mulia nan
agung ini membuka kunci rahasia kesuksesan tersebut dengan mengatakan:
ن أ ججراد ج ال ج ع
خجرة ج فجعجل جيِ لهع م لِ وُج ج,م ل ل ج م ج
ن أجراد ج الد دن لجيِاَ جفجعجليِ لهع عباَلععل عج ل
ل ل ج ل ل
ماَ فجعجليِ لهع عباَلععلم ع
ن أجراد جهت ج م ل ِ وُج ج,م
عباَلععل ع
"Barang siapa menginginkan soal-soal kesuksesan dunia, wajiblah ia memiliki
ilmunya ; dan barang siapa yang menginginkan kesusesan di akhirat, wajiblah ia
memiliki ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah
ia memiliki ilmunya kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)
ن أ جقل ج
طاَرع م لذوُا عف تن ت جنِ ل ت شر ال لجن وُاللنس إن استط جعت ج
مأ ل ع ت ج عل ع ع ع ل ج ل ت ل معل ج ج جيِاَ ج
سل ل ج ج
نطاَ ت ن إ علل ب ع ت ف ت
ذوُ ج ذوُا ۚ جل ت جنِ ل ت ض جفاَن ل ت
ف ت ل
ت جوُاللر ع
ماَجوُا ع
س جال ل
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (dari Allah)". (Q.S. Ar-Rahman ayat 33).
Menurut sebagian ahli tafsir, pengertian “sultan” pada ayat adalah ilmu pengetahuan.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan ilmu pengetahuan /teknologi manusia dapat
menembus ruang angkasa.
Dalam sejarhanya, umat Islam merupakan umat yang paling mengusai ilmu
dan teknologi. Raksasa-raksasa ilmu dan teknologi hampir semuanya lahir dari umat
Page | 9
Islam. Sejarah misalnya mencatat bahwa seorang ilmuwan Muslim yang bernama
Ibnu Al-Haytham merupakan orang pertama yang membuat konsep sebuah alat
penangkap gambar. Beliau juga menguasai pemikiran-pemikiran dari filsuf dan
ilmuwan Yunani seperti Aristoteles, Plato, Ptotelmy, Archimedes, Galen, dan banyak
lainnya. Sehingga Beliau memang layak disebut filsuf, matematikawan dan astronom.
Di dalam Kitab Al-Manazir, Beliau adalah ilmuwan pertama yang mampu
menjelaskan bagaimana cara kerja optik dalam mata manusia dalam menangkap dan
menerima gambar secara visual secara detail.