adalah orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Hal ini
menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk menjauhi riba dan menawarkan yang lebih baik yaitu Surga, dengan cara yaitu menafkahkan/ menyumbangkan apapun yang kita miliki di jalan Allah. Karena dalam ayat ini tidak disebutkan “harta”, jadi bisa apa saja yang kita sumbangkan selain harta, bisa berupa energi, waktu, pikiran, masa muda, prioritas, dan lain sebagainya. Mengorbankan apa yang kita cintai hanya untuk Allah subhanahu wata’ala. Ada sebuah hal yang menarik disini; Allah menawarkan kepada kita surga seluas langit dan bumi, yang begitu luasnya dan sangat indah yang Insya Allah akan didapatkannya nanti, bukan sekarang, bukan di dunia ini, dengan cara menginvestasikan uang kita di jalan Allah. Berbeda dengan, katakanlah seorang salesman bank yang datang untuk menawarkan untuk menabung di bank tertentu dan menawarkan bunga yang besar (riba), yang riba ini bisa didapatkan langsung di dunia. Bagian ini berhubungan dengan ayat sebelumnya yang dijelaskan di awal. Inilah perbedaannya antara orang beriman dengan orang kafir, kita (orang beriman) meyakini akan adanya hari akhir. Hakikatnya harta yang kita dapatkan datang dari Allah, namun Allah menawarkan dalam bentuk perniagaan tijaaroh kepada manusia, agar manusia paham. Allah menawarkan surga dengan cara kita menginvestasikan harta kita dijalan Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Kemudian yang kedua adalah orang yang menahan amarahnya. Sebuah penggunaan kata yang luar biasa yang Allah pilih adalah Kaadzoma, yaitu artinya menelan. Kalau kita memakan, pasti ketahuan dengan pergerakan mulut kita yang sedang mengunyah. Namun kalau langsung menelan, tidak ketahuan. Dan disebutkan hal ini adalah menahan amarah (menelan marah). Jadi, bahkan untuk ditampakkan saja jangan. Seperti misalkan anak muda, yang sangat temperament, darah muda itu begitu bergejolak, ada yang nyenggol dikit aja langsung melotot. Dan ini dilakukan terus menerus. Misalkan ada kesalahan kecil yang dari suami atau istri kita, atau dari anak-anak kita yang membuat kita kecewa atau marah, kita tidak perlu menampakkan apalagi marah-marah kepada mereka. Kita harus berusaha untuk menelan emosi kita, menganggap itu tidak ada. Jikalau hal-hal kecil sangat gampang membuat kita marah, bagaimana bisa kita mengharapkan Allah akan mengampuni dosa besar kita. Maka ciri yang kedua adalah kita mampu untuk mengontrol emosi kita. Kemudian yang ketiga adalah memaafkan manusia. Dipilih kata afuw, yang berarti bahwa maaf yang diberikan kepada siapapun walaupun orang tersebut tidaklah layak untuk mendapatkan maaf dari kita. Ini pastinya berat untuk kita apalagi jikalau orang itu sering sekali berbuat kesalahan atau kesalahannya sangat berat. Kita memaafkan mereka bukan karena mereka membutuhkannya bukan pula mereka pantas mendapatkannya, tapi kita memaafkan karena kita menginginkan termasuk kedalam daftar ini. Dan perlu diketahui ada pintu surga yang bernama pintu maaf, yang ditujukan untuk orang- orang yang suka memaafkan. Mudah mudahan dari dua alasan ini kita mau untuk senantiasa memaafkan orang lain. Dan terakhir Allah menyukai orang-orang yang senantiasa memperbaiki amalan amalan dirinya. Ayat ini sangat lah luarbiasa dan seharusnya kita mampu mengimplimentasikan dalam kehidupan kita, menjadi tabiat kita.